OLEH :
KELOMPOK I
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Evaluasi Gizi Dalam Pengolahan dengan
judul “Reaksi Millard”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
COVER…………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….
1. Latar Belakang………………………………………………………….
2. Rumusan Masalah……………………………………………………...
3. Tujuan…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….....
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….
1. Kesimpulan……………………………………………………………..
2. Saran…………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
Apa itu reaksi millard
Bagaimana reaksi millard itu dapat terjadi
Apakah dampak reaksi millard bagi tubuh
3. Tujuan
Mengetahui apa yang dimaksudkan dengan reaksi millard
Mengetahui bagaimana reaksi millard itu dapat terjadi
Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh reaksi millard
BAB II
PEMBAHASAN
Reaksi Millard
Seperti namanya, reaksi Maillard pertama kali dijelaskan oleh seorang dokter
Perancis dan ahli biokimia, Louis-Camille Maillard, pada tahun 1912. Reaksi ini
menghasilkan ratusan senyawa kimia yang memberi warna dan aroma untuk beberapa
makanan favorit kita seperti daging panggang, keripik kentang, roti dan produk roti
lainnya, kopi, cokelat dan gula-gula.Reaksi maillard adalah suatu reaksi kimia yang
terjadi antara asam amino dan gula tereduksi, biasanya pada suhu yang tinggi. Reaksi
ini paling cepat berlangsung pada kondisi kelembaban rendah dan pada suhu di atas
sekitar 130 ℃. Oleh karena itu, reaksi ini cenderung berlangsung pada saat kita
menggoreng, memanggang di oven, memanggang langsung diatas api.
Reaksi maillard tergolong reaksi non enzimatik ini menghasilkan warna coklat
(browning). Secara umum suhu pemanasan lebih berpengaruh daripada
waktu pemanasan dalam reaksi maillard. Mekanisme reaksi maillard sangat
kompleks, dimana gula amin akan mengalami denaturasi, siklisasi, fargmentasi, dan
polimerisasi sehingga terbentuk kompleks pigmen yang disebut melanoidin.Reaksi
Maillard umumnya terjadi pada pH 9-10,5. Pada pH rendah, banyak gugus amino
yang terprotonasi sehingga hanya sedikit asam amino yang tersedia untuk
reaksi maillard. Proses ini berlangsung dalam suasana basa, suhu tinggi ataupun
kelembaban tinggi. Produk-produk yang memanfaatkan reaksi maillard dapat
ditambahkan glukosa ataupun gula invert untuk mendapatkan warna coklat yang
diinginkan. Namun bila reaksi maillard ingin dicegah, penambahan natrium
metabisulfit dapat diaplikasikan pada bahan pangan. Pemilihan jenis gula menjadi
faktor penting karena jenis gula sangat menentukan karakteristik warna coklat
pada bahan pangan.
Produk awal dari reaksi Maillard adalah molekul kecil yang mudah menguap, yang
bertanggung jawab untuk terciptanya aroma yang kita dapatkan dari roti yang baru
dipanggang dan kopi. Reaksi yang lebih kompleks kemudian berlangsung untuk
membentuk molekul yang lebih besar dan bertanggung jawab untuk menciptakan
warna emas kecoklatan. Inilah sebabnya mengapa aroma roti yang dipanggang lebih
cepat kita rasakan sebelum terjadinya kerak coklat dibagian bawah roti. Warna
cokelat, hangus dan meleleh dihasilkan oleh reaksi gula dengan protein susu.
Kelanjutan dari Reaksi Maillard ini tidak terlalu diketahui. Tapi kita tahu bahwa
beberapa molekul yang mereka hasilkan memiliki rasa yang tidak enak dan bahkan
mungkin beracun, atau dapat memicu karsinogen yang terjadi pada daging hangus.
Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa reaksi Maillard adalah sama seperti
proses karamelisasi. Meskipun kedua reaksi ini menyukai kondisi kelembaban yang
rendah, karameliasi terjadi ketika gula yang dipanaskan sampai pada suhu tinggi
dengan tidak adanya protein. Rasa dan warna makanan yang dihasilkan dari proses
karamelisasi umumnya terjadi akibat pemanasan campuran glukosa dan sukrosa pada
suhu 160 ℃.
Meski demikian reaksi Maillard tidak hanya berlangsung dalam oven panas saja.
Mereka juga dapat terjadi secara perlahan pada suhu kamar, sehingga menghasilkan
perubahan bertahap pada aroma, rasa, warna, penampilan, tekstur, masa pajang dan
nilai gizi dari makanan yang disimpan.
Dengan cara ini, reaksi Maillard bertanggung jawab atas terjadinya warna pada madu,
begitu juga pada kerusakan selama penyimpanan barang kering seperti tepung dan
susu bubuk. Reaksi Maillard juga terlibat dalam hilangnya secara bertahap viabilitas
benih.
Reaksi Maillard juga memiliki konsekuensi yang merugikan. Bercak tak sedap
dipandang dapat muncul pada keripik setelah digoreng jika kadar gula pada keripik
itu kurang dari 0,03% dari bahan kering. Kentang yang ditakdirkan untuk dijadikan
keripik komersial dengan hati-hati dipantau untuk memastikan pengurangan kadar
gula mereka berada di bawah tingkat ini.
Sebuah produk yang tidak diinginkan dari Maillard kimia adalah akrilamida. Ini
adalah bahan kimia yang dapat dideteksi dalam jumlah kecil dalam berbagai makanan
yang digoreng atau dipanggang, termasuk keripik kentang, kopi, kakao, cokelat dan
produk roti berbasis sereal, biskuit manis dan roti panggang (tapi tidak di roti kukus).
Walaupun memberikan keuntungan dalam memberi warna dan aroma, reaksi maillard
juga memberi efek yang tidak diinginkan pada beberapa proses biologis dan
makanan. Reaksi ini juga berhubungan dengan aroma dan pewarnaan yang tidak
diinginkan pada beberapa makanan seperti makanan kering. Seperti perubahan warna
pada susu bubuk, perubahan pada saat pengolahan makanan kaleng.
Penurunan nilai biologis protein terutama untuk asam amino lysine dapat
menghasilkan cita rasa dan tekstur yang tidak disukai. Interaksi antara gugus karbonil
dan amino dapat merusak kualitas nutrisi protein dengan cara mengurangi jumlah
lysine dan beberapa jenis asam amino lain dan membentuk zat yang menghambat
atau bersifat antinutrisi. Warna coklat yang timbul akibat reaksi maillard
sebenarnya tidak diinginkan dan menandakan bahwa flavour susu tersebut
hangus sehingga terjadi penurunan nilai gizi pada susu.
Selain itu reaksi maillard juga dapat memicu timbulnya akrilamida pada produk
gorengan serta menurunkan daya cerna protein. Reaksi maillard juga dapat bersifat
karsinogenik jika terjadi dalam jumlah yang berlebihan walaupun dapat juga berperan
sebagai antioksidan dalam jumlah yang sesuai. Misalnya terjadi pada pembakaran
roti, daging dll. Jika dibakar pada suhu yang sangat tinggi dan dalam waktu yang
sangat lama akan menimbulkan sifat karsinogenik jika dimakan.
Pada umumnya reaksi maillard terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap reaksi awal
dan reaksi lanjutan. Pada tahap awal reaksi inilah yang dapat berperan sebagai
antioksidan dengan menghasilkan antioksidan seperti pyrazines, pyridines, thiazoles,
pyrroles dan oxazoles. Antioksidan selanjutnya akan berperan dalam menghambat
proses oksidasi yang terjadi pada bahan makanan yang tidak dikehendaki karena
bersifat karsinogenik.
Kondensasi antara gugus karbonil dari gula pereduksi dengan gugus amino bebas
dari asam amino dalam rangkaian protein akan menghasilkan produk hasil
kondensasi berupa N-glycosylamine atau N-fructosylamine karena kehilangan
molekul air (H2O) dan akhirnya tersiklisasi oleh amadori rearangement membentuk
senyawa 1-amino-1-deoksi-2-ketosa dimana senyawa tersebut merupakan senyawa
intermediet amadori. Senyawa 1-amino-1-deoksi-2-ketosa atau senyawa amadori
yang terbentuk merupakan bentuk utama lysine yang terikat pada bahan pangan
setelah terjadinya reaksi maillard awal. Pada tahap ini secara visual bahan pangan
masih berwarna seperti aslinya, belum berubah menjadi berwarna coklat, namun
demikian lysine dalam protein bahan pangan tersebut sudah tidak tersedia lagi secara
biologis.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Reaksi millard adalah reaksi kimia yang terjadi antara asam amino dan gula tereduksi
yang dapat terbentuk pada suhu. Reaksi millard akan mudah terbentuk pada suhu 130ºC
itu sebabnya reaksi millard mudah ditemuka pada produk pangan yang dihasilkan dari
proses penggorengan dan pemanggangan baik secara langsung di atas api maupun
menggunakan alat yaitu oven. Produk pangan yang dihasilkan dari reaksi millard
memiliki aroma dan warna yang menggugah selera itu sebabnya reaksi millard
dibutuhkan dalam pengolahan bahan pangan.
2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempruna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/16/07/31/ob6gn2-
reaksi-kimia-dibalik-rasa-lezat-dan-aroma-sedap-makanan (20 maret 2020)