GORENG JELANTAH
Disusun Oleh:
21736004
PENDAHULUAN
Sabun merupakan pembersih diri dari kotoran yang menempel di permukaan kulit. Hampir
semua orang membutuhkan sabun karena fungsinya sangat penting, namun sabun juga
dapat menjadikan kulit kering. Reaksi kulit terhadap sabun dipengaruhi oleh bahan
pembuatnya. “Sabun alami” adalah sabun yang dibuat dari bahan-bahan alam. Sebagai
daerah tropis, Indonesia kaya akan bahan alam seperti minyak nabati dan tumbuh-
tumbuhan. Minyak nabati seperti minyak sawit merupakan bahan utama pembuat sabun
alami Selain itu ekstrak tumbuh-tumbuhan akan menambah fungsi dari sabun tersebut.
Minyakgorengmerupakansalahsatubahanbakuyangmultigunaselainsebagaimediamenggore
ng, banyak produk yang dihasilkan dari bahan dasar minyak, diantaranyapembuatan
biodiesel, shampoo, lotion dan sabun. Limbah yang dihasilkan dari proses penggunaan
minyak goreng yang disebut minyak jelanta, tidak baik dikonsumsi lagi.
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak kelapa sawit merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara
ekstraksidaging buah sawit dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak
terlarutdalam minyak.Pengotor yang dikenal dengan sebutan getah (gum)ini terdiri
darifosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat,resin,asam lemak
bebas(ALB),tokofeerol,pigmen dan senyawa lainnya.Adanya pengotoran pada minyak
akanmenurunkan kualitas dan mempengaruhi penampilan fisik,rasa,bau dan waktu
simpandari minyak,sehingga harus dihilangkan melalui proses pemisahan fisik maupun
secarakimia (Zufarovdkk,2008)
Sabun dibuat dengan menggabungkan minyak, alkali dan air. Ada berbagai macam
jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun. Tiap minyak memiliki
karakteristik yang berbeda. Menggabungkan beberapa jenis minyak dapat menghasilkan
sabun dengan karakteristik tertentu, selain bahan utama tersebut, sabun juga menggunakan
bahan tambahan bahan tambahan dibutuhkan untuk menambah kualitas maupun
memperindah sabun yang dihasilkan.
Sabun dihasilkan dari proses hidrolisis minyak atau lemak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol yang dilanjutkan dengan proses saponifikasi menggunakan basa (KOH
atau NaOH). Asam lemak bebas yang berikatan dengan basa ini dinamakan sabun
(Ketaren 1986). Sifat dari sabun yang menonjol adalah tegangan permukaan yang rendah
sehingga dapat membasahi lebih baik dari pada air saja. Kombinasi dari daya pengemulsi
dan kerja permukaan dari larutan sabun memungkinkan untuk melepas kotoran, lemak dan
partikel minyak dari permukaan yang sedang dibersihkan dan mengemulsikannya
sehingga kotoran itu tercuci bersama air (Suminar, 1993)
Parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik minyak meliputi
warna, bau, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih, titik pelunakan, slipping
point, shot meltingpoint; bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity
point), titik asap, titik nyala dan titik api. Standar mutu adalah merupakan hal yang penting
untuk menentukan minyak yang bermutu baik. (Sutiah dkk., 2008). Sifat fisik minyak
meliputi odor dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek. Dari segi kelarutannya minyak
tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil). Dari segi titik cair dan
polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperatur tertentu.
Polymorphism adalah keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal. Titik didih
(boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan bertambah panjangnya rantai
karbon asam lemak tersebut.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan di lab PPA Politeknik Negeri Lampung Pada tanggal 24 Maret
2022 pada hari kamis pukul 08:00 - 11:30.
Bahan
Alat
1. Mixer
2. Erlenmayer
3. Cetakan sabun
4. Gelas beker 1000 ml
5. Gelas ukur 100 ml
6. Termometer
7. Timbangan
8. Pipet
9. Labu ukur
4.1 Hasil
Minyak Goreng Murni Minyak Goreng Murni Hasil percobaan ke-1 pada sabun padat minyak murni.
Memiliki Ph 12
Tekstur kekentalan sabun seharusnya seperti mayonaise
dan pada percobaan ini melebihi tekstur yang lebih
kental sehingga pada bagian sabun sedikit berlubang tapi
tetap memiliki bentuk sesuai dengan cetakan sabun.
Minyak Goreng Semi Minyak Goreng Semi Hasil percobaan ke-1 pada sabun minyak semi jelantah.
Jelantah Jelantah Memiliki Ph 11
Menghasilkan bentuk yang sesuai cetakan namun pada
proses mixer lebih kental tekstur nya sehingga
menjadikan sabun tidak rata di dalam cetakan dan
berlubang.
Hasil percobaan ke-2 pada sabun padat minyak semi jelantah
Memiliki Ph 12
untuk ukuran cetakan ialah 15 ml tentu saja akan
menghasilkan bentuk sabun yang lebih banyak yakni 7
sabun padat.
Minyak Goreng Jelantah Minyak Goreng Jelantah Hasil percobaan ke-1 pada sabun padat minyak jelantah
Memiliki ph 12
Memilki akhir yang lebih baik dibandingkan dengan
sabun sabun lainnya karena proses pengadukan yang
sesuai dengan waktu dan proses penambahan bahan yang
sesuai dengan prosedur pembuatan.
Pada minyak semi jelanta terjadi berlubang pada hasil yang telah membeku. Hal
tersebut bisa terjadi karena pada saat menaruh sabun ketika masih kewadah terlalu lama
dan sudah terjadi pembekuan sebelumnya . Seharusnya menuangkan sabun tersebut
ketika masih berbentuk seperti mayones. Wanginya pun tidak begitu harum, masih ada
seperti bau minyak jelantah pada umumnya.
Minyak baru yang digunakan merupakan minyak kemasan bermerk dan pada
prosespencampuran juga mengalam hal sama, yaitu langsung membeku setelah
diberipewangi.Hasilyangterjadisabuntidakdapatdigunakandiarenakanterlalulembek.
Pada pengecekan ph pada seminggu setelah percobaan dilakukan, didapatkan suhu
rata-rata ph yang masih diatas 12. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sabun
tersebut tidak bisa dipakai dikarenakan ph yang ada masih diatas rata-rata ph yang
dianjurkan yaitu 6. Seminggu setelahnya, pada percobaan kedua yang menggunakan
minyak baru untuk keseluruhan kelompok.Hasil yang didapat pada percoban kedua
ini belum mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pada proses pencampuran bahan ternyata setelah dituang pewarna dan pewangi,
bahan sabun yang masih berbentuk agak cair tersebut akan mengalami percepatan
dalam pembekuan.Kemungkinan hal tersebut terjadi karena pencampuran pewangi
kedalam bahan sabun tersebut. Mengapa demikian ketika bahan sabun di campurkan
dengan pewarna biru, bahan sabut masih berbentuk cair dan warna masih berwarna
biru dan ketika di tuangkan pewangi warna berubah menjadi kecoklat-coklatan dan
tekstur nya mulai mengeras. Haltersebut mengakibatkan pada proses penuangan ke
wadah cetakan menjadi rusak danhasil yang didapatkan pun mengalami, berlubang
maupun ada yang tidak membekudengansempurna.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Copleland, D.,&Maurice, B. W.(2005). Vegetable Oil Refining. U.S. Patent
6844458.
Dijkstra, A.J. &Opstal, M.V.(1987_.Process for Producing Degummed
Vegetable Oils and Gums of High Phospholipidic Acid Content.U.S. Patent
4.698.185.
Hernani,&Rahardjo. (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan.Jakarta:
Penerbar Swadya