Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN SABUN MANDI PADAT DARI MINYAK GORENG


MURNI, MINYAK GORENG SEMI JELANTAH, DAN MINYAK

GORENG JELANTAH

Disusun Oleh:

Dwi Bayu Ramadhan

21736004

POLITEKNIK NEGRI LAMPUNG


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PRODI PENGEMBANGAN PRODUK AGROINDUSTRI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sabun merupakan pembersih diri dari kotoran yang menempel di permukaan kulit. Hampir
semua orang membutuhkan sabun karena fungsinya sangat penting, namun sabun juga
dapat menjadikan kulit kering. Reaksi kulit terhadap sabun dipengaruhi oleh bahan
pembuatnya. “Sabun alami” adalah sabun yang dibuat dari bahan-bahan alam. Sebagai
daerah tropis, Indonesia kaya akan bahan alam seperti minyak nabati dan tumbuh-
tumbuhan. Minyak nabati seperti minyak sawit merupakan bahan utama pembuat sabun
alami Selain itu ekstrak tumbuh-tumbuhan akan menambah fungsi dari sabun tersebut.

Minyakgorengmerupakansalahsatubahanbakuyangmultigunaselainsebagaimediamenggore
ng, banyak produk yang dihasilkan dari bahan dasar minyak, diantaranyapembuatan
biodiesel, shampoo, lotion dan sabun. Limbah yang dihasilkan dari proses penggunaan
minyak goreng yang disebut minyak jelanta, tidak baik dikonsumsi lagi.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui proses pembuatan sabun menggunakan minyak sawit


2. Untuk mengetahui perbedaan kualitas penggunaan minyak jelanta,semi jelanta,
baru sebagai bahan baku sabun mandi padat
3. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan komposisi pembuatan sabun
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Minyak kelapa sawit merupakan minyak kasar yang diperoleh dengan cara
ekstraksidaging buah sawit dan biasanya masih mengandung kotoran terlarut dan tidak
terlarutdalam minyak.Pengotor yang dikenal dengan sebutan getah (gum)ini terdiri
darifosfatida, protein, hidrokarbon, karbohidrat, air, logam berat,resin,asam lemak
bebas(ALB),tokofeerol,pigmen dan senyawa lainnya.Adanya pengotoran pada minyak
akanmenurunkan kualitas dan mempengaruhi penampilan fisik,rasa,bau dan waktu
simpandari minyak,sehingga harus dihilangkan melalui proses pemisahan fisik maupun
secarakimia (Zufarovdkk,2008)

Sabun dibuat dengan menggabungkan minyak, alkali dan air. Ada berbagai macam
jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat sabun. Tiap minyak memiliki
karakteristik yang berbeda. Menggabungkan beberapa jenis minyak dapat menghasilkan
sabun dengan karakteristik tertentu, selain bahan utama tersebut, sabun juga menggunakan
bahan tambahan bahan tambahan dibutuhkan untuk menambah kualitas maupun
memperindah sabun yang dihasilkan. 

Sabun dihasilkan dari proses hidrolisis minyak atau lemak menjadi asam lemak
bebas dan gliserol yang dilanjutkan dengan proses saponifikasi menggunakan basa (KOH
atau NaOH). Asam lemak bebas yang berikatan dengan basa ini dinamakan sabun
(Ketaren 1986). Sifat dari sabun yang menonjol adalah tegangan permukaan yang rendah
sehingga dapat membasahi lebih baik dari pada air saja. Kombinasi dari daya pengemulsi
dan kerja permukaan dari larutan sabun memungkinkan untuk melepas kotoran, lemak dan
partikel minyak dari permukaan yang sedang dibersihkan dan mengemulsikannya
sehingga kotoran itu tercuci bersama air (Suminar, 1993)

Parameter kualitas minyak meliputi sifat fisik dan sifat kimia. Sifat fisik minyak meliputi
warna, bau, kelarutan, titik cair dan polimorphism, titik didih, titik pelunakan, slipping
point, shot meltingpoint; bobot jenis, viskositas, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity
point), titik asap, titik nyala dan titik api. Standar mutu adalah merupakan hal yang penting
untuk menentukan minyak yang bermutu baik. (Sutiah dkk., 2008). Sifat fisik minyak
meliputi odor dan flavor, terdapat secara alami dalam minyak dan juga terjadi karena
pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek. Dari segi kelarutannya minyak
tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (castor oil). Dari segi titik cair dan
polymorphism, minyak tidak mencair dengan tepat pada suatu nilai temperatur tertentu.
Polymorphism adalah keadaan dimana terdapat lebih dari satu bentuk kristal. Titik didih
(boiling point), titik didih akan semakin meningkat dengan bertambah panjangnya rantai
karbon asam lemak tersebut.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Praktikum ini dilakukan di lab PPA Politeknik Negeri Lampung Pada tanggal 24 Maret
2022 pada hari kamis pukul 08:00 - 11:30.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan

1. Minyak baru 100 ml


2. Minyak semi jelantah 100 ml
3. Minyak jelantah 100 ml
4. Pewarna sabun
5. Parfum
6. NaOH
7. Gliserin
8. Aquades

Alat

1. Mixer
2. Erlenmayer
3. Cetakan sabun
4. Gelas beker 1000 ml
5. Gelas ukur 100 ml
6. Termometer
7. Timbangan
8. Pipet
9. Labu ukur

3.3 Prosedur kerja

1. Masukan minyak ke dalam gelas ukur 100ml


2. Kemudian Timbang NaOH 17,4gram, gliserin 17,4 gram, aquades 17,4gram
(Campuran B) kemudian masukan ke dalam labu ukur lalu aduk hingga larut
3. Selanjutnya ukur suhu minyak hingga 30°C dan Campuran B 31°C
4. Setelah itu masukan minyak dan campuran B kedalam gelas beaker dan mixer
kurang lebih selama 5 menit.
5. Kemudian masukan 5 tetes parfum dan 23 tetes pewarna, lalu aduk kembali
hingga merata dan hingga menadi seperti mayones.
6. Terakhir Masukan dan ratakan sabun di cetakan ukuran 25ml dan sabun akan jadi
dalam waktu 24 jam.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil percobaan ke-1 Hasil percobaan ke-2 Pembahasan

Minyak Goreng Murni Minyak Goreng Murni Hasil percobaan ke-1 pada sabun padat minyak murni.
 Memiliki Ph 12
 Tekstur kekentalan sabun seharusnya seperti mayonaise
dan pada percobaan ini melebihi tekstur yang lebih
kental sehingga pada bagian sabun sedikit berlubang tapi
tetap memiliki bentuk sesuai dengan cetakan sabun.

Hasil percobaan ke-2 pada sabun padat minyak murni.


 Memiliki Ph 13
 Saat pengukuran Ph setelah campuran B dan minyak di
homogen kan juga terlalu lama sehingga sudah
mengental
 Memiliki tekstur lebih kental di bandingkan dengan
percobaan 1 minyak goreng murni

Minyak Goreng Semi Minyak Goreng Semi Hasil percobaan ke-1 pada sabun minyak semi jelantah.
Jelantah Jelantah  Memiliki Ph 11
 Menghasilkan bentuk yang sesuai cetakan namun pada
proses mixer lebih kental tekstur nya sehingga
menjadikan sabun tidak rata di dalam cetakan dan
berlubang.
Hasil percobaan ke-2 pada sabun padat minyak semi jelantah
 Memiliki Ph 12
 untuk ukuran cetakan ialah 15 ml tentu saja akan
menghasilkan bentuk sabun yang lebih banyak yakni 7
sabun padat.

Minyak Goreng Jelantah Minyak Goreng Jelantah Hasil percobaan ke-1 pada sabun padat minyak jelantah
 Memiliki ph 12
 Memilki akhir yang lebih baik dibandingkan dengan
sabun sabun lainnya karena proses pengadukan yang
sesuai dengan waktu dan proses penambahan bahan yang
sesuai dengan prosedur pembuatan.

Hasil percobaan ke-2 pada sabun padat minyak jelantah


 memiliki ph 10
 memiliki warna yang lebih gelap dan tekstur yang lebih
kental.
4.2 Pembahasan

Penggunaan minyak jelantah pada proses pembuatan sabun padat sangat


berpengaruh pada kualitas hasil sabun tersebut. Untuk wangi yang telah di berikan yaitu
10 tetes pemgharum belum dapat membuat wangi sabun tersebut, alhasil sabun yang telah
jadi tidak memiliki harum yang wangi seperti minyak baru. Hal ini bisa saja terpengaruh
oleh rusaknya gliserin pada saat penggunaan minyak sebelumya.

Pada minyak semi jelanta terjadi berlubang pada hasil yang telah membeku. Hal
tersebut bisa terjadi karena pada saat menaruh sabun ketika masih kewadah terlalu lama
dan sudah terjadi pembekuan sebelumnya . Seharusnya menuangkan sabun tersebut
ketika masih berbentuk seperti mayones. Wanginya pun tidak begitu harum, masih ada
seperti bau minyak jelantah pada umumnya.

Minyak baru yang digunakan merupakan minyak kemasan bermerk dan pada
prosespencampuran juga mengalam hal sama, yaitu langsung membeku setelah
diberipewangi.Hasilyangterjadisabuntidakdapatdigunakandiarenakanterlalulembek.
Pada pengecekan ph pada seminggu setelah percobaan dilakukan, didapatkan suhu
rata-rata ph yang masih diatas 12. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sabun
tersebut tidak bisa dipakai dikarenakan ph yang ada masih diatas rata-rata ph yang
dianjurkan yaitu 6. Seminggu setelahnya, pada percobaan kedua yang menggunakan
minyak baru untuk keseluruhan kelompok.Hasil yang didapat pada percoban kedua
ini belum mendapatkan hasil yang diinginkan.

Pada proses pencampuran bahan ternyata setelah dituang pewarna dan pewangi,
bahan sabun yang masih berbentuk agak cair tersebut akan mengalami percepatan
dalam pembekuan.Kemungkinan hal tersebut terjadi karena pencampuran pewangi
kedalam bahan sabun tersebut. Mengapa demikian ketika bahan sabun di campurkan
dengan pewarna biru, bahan sabut masih berbentuk cair dan warna masih berwarna
biru dan ketika di tuangkan pewangi warna berubah menjadi kecoklat-coklatan dan
tekstur nya mulai mengeras. Haltersebut mengakibatkan pada proses penuangan ke
wadah cetakan menjadi rusak danhasil yang didapatkan pun mengalami, berlubang
maupun ada yang tidak membekudengansempurna.

Ph yang didapatkan pada percobaan kedua pun belum mendapatkan hasil


yangdiinginkan, Ph normal yang biasa dipakai sabun yaitu 6 dan percobaan kedua ini
rata-rata masih diatas sepuluh yang mengindikasikan bahwa sabun masih terlalu basa
dantidak bisa digunakanpada kulitkarena akan menyebabkaniritasi
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada percobaan pertama dan kedua kami mengalami kegagalan


dikarenakan terlalu lama mengaduk dan setelah dicampur pewangi, saabun akan
langsung mengeras dan mengakibatkan pada saat penuangan ke dalam wadah
ataupun cetakan mengalami kerusakan. Hasil dari percobaan kami pada saat
pembuatan sabun dari ketiga minyak, yaitu baru, semi jelantah, dan jelantah
mendapatkan hasil. Bahwasannya pada minyak yang sudah dipakai berulang akan
mengalami kerusakan pada gliserol yang mengakibatkan pada kualitas sabun yang
dihasilkannya cenderung buruk dan wanginya tidak begitu harum, masih terdapat
bau seperti minyak jelantah.

5.2. Saran

Pada pembuatan sabun disarankan menggunakan minyak baru dan pada


saat pencampuran bahan jangan terlalu lama dalam pengadukan lalu dimasukan
kedalam cetakan, sehingga setelah sabun menjadi padat atau keras, sabun menjadi
berlubang-lubang karena udara yang terdapat didalamnya. Dan pencampuran
pewangi yang sesuai dengan takaran.

DAFTAR PUSTAKA
Copleland, D.,&Maurice, B. W.(2005). Vegetable Oil Refining. U.S. Patent
6844458.
Dijkstra, A.J. &Opstal, M.V.(1987_.Process for Producing Degummed
Vegetable Oils and Gums of High Phospholipidic Acid Content.U.S. Patent
4.698.185.
Hernani,&Rahardjo. (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan.Jakarta:
Penerbar Swadya

Anda mungkin juga menyukai