Materi Tarbiyah Adab2 Tarbiyah
Materi Tarbiyah Adab2 Tarbiyah
Ø Imam Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta’ala (seorang tabi’I tabi’in), beliau menceritakan tentang diri
beliau sendiri tentang metodenya dalam menuntut ilmu (Beliau adalah salah seorang ulama yang
mengumpulkan seluruh cabang ilmu, dari ilmu hadits, qur’an, fiqh dan lain-lain. Beliau adalah sumber
rujukan, di samping keutamaan yang lain dari sisi ibadah, infak, jihad, dst.) bagaimana metode beliau
sehingga bisa mencapai tingkatan yang sangat mulia, beliau mengatakan:
“Saya menuntut adab selama 30 tahun,dan menuntut ilmu hanya 20 tahun, dan mereka dulu mempelajari
adab sebelum menuntut ilmu”
Jadi ternyata metode beliau bukanlah metode yang beliau buat sendiri, tetapi merujuk dari orang-orang
terdahulu yang berarti bahwa memang mereka (salaf) mendahulukan adab dibandingkan ilmu, bahkan
ketika kita lihat lamanya, imam Abdullah bin Mubarak lebih lama belajar adab dibanding ilmu.
Ø Muhammad bin Sirrin (seorang tabi’in) berkata;
“Mereka dulu mempelajari adab sebagaimana mempelajari ilmu”
Jangan sampai kita sendiri lupa dengan adab-adab yang kita ajarkan kepada mutarabbi kita.
§ Adab-adab Bermajelis
1. Memilih majelis
Untuk dijelaskan kepda mutarabbi, bahwa kita harus memilih majelis (tidak semua majelis yang dibuat
manusia sekarang ini perlu untuk kita hadiri dan kita semarakkan)
Kita perlu mengajarkan mereka dari awal untuk selektif dalam memilih majelis dan itu telah dijelaskan
sendiri oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits Abu Musa Al Asy’ari yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim;
“Perumpamaan antara teman duduk yang baik dengan teman duduk yang buruk seperti perumpamaan
penjual minyak wangi dan tukang besi atau semacamnya”.
Intinya, ketika berteman dangan teman penjual minyak wangi (teman yang shalih) maka kita akan
mendapatkan 3 kebaikan:
1. Ia akan menghadiahkan kepada kita minyak wanginya, (ia akan memberikan kita faedah tanpa diminta)
2. Kita akan membeli dari dia minyak wanginya karena dia teman kita; tidak membeli di tempat lain; dimana
kalau kita beli dari teman maka ada harga khusus. Maksudnya tidak begitu sulit bagi kita untuk meminta
faidah darinya, contohnya nasehatnya, dll, tanpa terlalu banyak permintaan.
3. Kita akan mendapatkan darinya bau yang harum artinya mungkin ia tidak langsung memberikan atau
menghadiahi nasehat kepada kita dan kita mungkin yang agak segan langsung memintanya tetapi paling
tidak posisi kita yang dekat dengannya itu bisa membantu diri kita untuk bisa istiqamah. (tidak mau
macam-macam selama berada di sisinya).
Jadi, sangat penting untuk mengkondisikan kita berkumpul dan bermajelis bersama dengan orang yang
beriman dengan majelis yang baik.
Hadits dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang itu sangat bergantung pada agama temannya, maka perhatikanlah kepada siapa kamu
berteman”
Dalil tersebut jelas memerintahkan kepada kita untuk memilih teman (tidak sembarang dalam memilih
teman dalam bermajelis) pilih teman yang bisa membantumu untuk istiqamah.
Di antara yang harus dijelaskan adalah untuk lebih selektif. Tapi kita harus menjelaskan kepada mereka
dengan cara yang lembut, sehingga kita tidak dikatakan sebagai orang yang ashabut tahdzir.
Agar mereka tidak sembarangan memilih majelis. Bukan dengan melihat penampilan saja, seperti majelis-
majelis yang banyak melucu, dst.
Berinfak dalam bermajelis
Hal ini tidak didapatkan dalam buku-buku tentang adab, sehingga berinfak dalam majelis bukan
merupakan bagian dari adab tetapi bagian dari kebutuhan dan pelengkap karena dalil yang digunakan
dahulu itu adalah dalil umum. Sehingga infak bisa disebutkan dalam sisi lain namun bukan disebutkan
dalam sisi adab.
Perintah berinfak dalam QS al Mujadilah dikhususkan bagi Rasulullah, jadi tidak disebutkan sebagai salah
satu adab dalam bermajelis.
2. Memperbanyak dzikir kepada Allah
Ini perlu kita lakukan agar majelis kita tidak berubah fungsinya menjadi sekedar pertemuan melepaskan
kerinduan yang akhirnya bahan obrolannya tidak karuan kesana kemari dan lupa berdzikir. Sehingga kita
perlu mengkondisikan diri kita dan mutarabbiyah kita untuk senantiasa berdzikir kepada Allah.
Imam Abu Daud, Imam At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abdullah Bin Umar Radiyallahu Anhuma
berkata,
“Kami dulu biasa menghitung dalam satu majelis saja yang diadakan yang Rasulullah biasa membacanya
sebanyak 100 kali. Beliau membaca Rabbigfirli watublayya innaka antattawwaburrahim.”
Ancaman majelis yang kosong dengan dzikir disebutkan Imam Abu Daud dalam sunannya hadits riwayat
Abu Hurairah
“Tidaklah dari suatu kaum yang berdiri dari suatu majelis tapi majelisnya tidak ada zikirnya kecuali
mereka yang bangkit adalah bangkai-bangkai keledai, bagi mereka adalah kerugian.”
Dan tentu saja kita tidak sepemahaman dengan dzikir berjamaah.
Di antara dzikir yang penting yakni memperbanyak shalawat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi
Shallallahu ’alaihi wa sallam mengatakan,
“Tidaklah duduk suatu kaum dalam majelis lalu di dalamnya mereka tidak berdzikir kepada Allah dan
tidak bershalawat kepada nabi mereka kecuali bagi mereka kerugian. Kalau Allah menginginkan Allah
siksa mereka dan kalau Allah menginginkan Allah mengampuni dosa-dosa mereka.”
Karena itu hal yang perlu kita ingatkan kepada mutarabbiyah kita terutama dengan adanya syubhat-syubhat
dzikir berjamaah mereka yang menyebarkan pemahaman dzikir berjamaah kebanyakan membawa hadits…
Padahal kita perlu memahamkan kembali dan menegaskan kepada para mutarabbiyah kita bahwa majelis
ilmu itu adalah maje0lis dzikir. Oleh karena itu, Atho bin Rabah, muftinya orang Mekkah mengatakan
tentang majelis dzikir yang disebutkan dalam banyak hadits, beliau berkata yang dimaksud adalah majelis
ilmu. Jadi hendaknya tidak menghadiri majelis yang tidak sesuai dengan sunnah.
3. Berpenampilan yang sebaik-baiknya
Perlu juga diajarkan di awal kepada para mutarabbiyah kita agar penampilannya dalam menghadiri majelis
yang di dalamnya ada tarbiyah tsaqafiyah berbeda ketika ia menghadiri majelis tarbiyah jasadiyah. Apalagi
bila majelisnya di masjid.
QS. 7 : 3
Wahai Bani Adam pakailah pakaian terindahmu ketika engkau memasuki masjid
Sebagai salah satu dalil yang digunakan untuk menutup aurat ketika shalat. Dalam hal ini tidak hanya
mengkhususkan persoalan pakaian.
Hadits Jibril alaihis salam (hadits ke 2 dalam hadits Arbain Annawawiyah) ketika beliau datang
mengunjungi para sahabat untuk menjelaskan persoalan bagaimana cara bermajelis yang baik. Di
antaranya penampilan Jibril yang patut untuk menjadi perhatian kita adalah apa yang disifatkan oleh Umar
bin Khattab, beliau mengatakan, “Berpenampilan yang terbaik, pakaian yang sangat putih, rambut yang
sangat hitam………”
Dalam buku-buku ulama ada yang sangat detail dalam menyebutkan persoalan ini, di antaranya memotong
kuku, merapikan janggut dsb pada saat menghadiri majelis ilmu. Tapi tanpa menjelaskan lebih detail para
mutarabbiyah dapat mengambil manfaat atau pelajaran dari murabbiyahnya. Karena murabbiyah itu
adalah contoh yang terbaik bagi mutarabbiyahnya.
4. Penghormatan / Mengucapkan salam kepada hadirin pada saat tiba di majelis dan pada saat pulang
Ucapan salam adalah ucapan yang disyariatkan pada saat menghadiri majelis (ketika masuk dan pada saat
meninggalkannya). Dan ini tidak bertentangan dengan pendapat sebagiannya. Para ulama memandang
tidak mesti mengucapkan salam pada saat memulai majelis dzikir karena mungkin telah dating lebih
dahulu dan telah mengucapkan salam pada saat memasuki majelis.
Tetapi tidak masalah ketika kita memulai majelis dengan salam, namun perlu diingat hadits-hadits yang
menunjukkan disyariatkannya salam hanya pada saat masuk dan ketika hendak meninggalkan majelis.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ Jika salah seorang diantara kalian masuk majelis maka ucapkanlah salam, dan apabila mau duduk
maka dipersilahkan, dan jika ia berdiri ingin pulang maka hendaklah ia memberi salam.salam yang
pertama tidak lebih berhak dari salam yang kedua.”
Rasulullah masuk masjid pada saat sudah mau khutbah, maka pada saat masuk majelis beliau langsung
mengucapkan “ Assalamu ‘alaikum” lalu beliau duduk, adzan dan ketika selesai adzan beliau memulai
ceramahnya tanpa mengucapkan salam kembali karena sebelumnya beliau telah salam pada saat masuk
majelis. Dan mengakhiri khutbahnya beliau tidak salam karena memang beliau belum mau pergi (masih di
masjid), beliau mengucapkan salam pada saat mau meninggalkan masjid.
Salam kepada hadirin peserta tarbiyah boleh tetapi boleh juga kepada orang-orang yang di dekatnya saja
(kalau dikhawatirkan akan mengganggu jika setiap orang yang baru datang mengucapkan salam).
Satu sunnah yang juga perlu diangkat adalah berjabat tangan, hadits-hadits yang menunjukkan syariat
berjabat tangan yang hanya pada saat kita bertemu dan tidak ada hadits yang tegas pada saat berpisah,
hanya ada sebuah hadits saja yaitu:
“ Kesempurnaan ucapan salam adalah berjabat tangan.”
Hadits ini dihasankan oleh sebagian ulama kita, dan syaikh Al Albani berkata hadits ini sanadnya lemah
tapi maknanya benar sehingga beliau memandang tidak mengapa, bahkan baik, beliau anjurkan saat
berpisah kita mengucapkan salam.
Faedahnya: eratnya hubungan, menghilangkan dengki dan merupakan salah satu menambah rasa cinta
kepada saudara kita.
5. Dimakruhkannya membangunkan atau menyuruh berdiri seseorang dari majelis tempat duduknya
kemudian ia duduk di tempat temannya tersebut.
Hukum makruh dalam hal ini kemungkinannya ada 2, makruh yang memang makruh atau makruh yang
haram. Untuk amannya kita gunakan makruh saja. Bisa saja hukumnya haram, ataukah sangat dibenci.
Dari ibnu Umar, “ Tidaklah boleh seseorang menyuruh orang lain untuk berdiri lalu ia mengambil tempat
duduknya, ”
Kalau kita mau maka kita minta dilapangkan. Kecuali jika seseorang memberikan kita kesempatan
sebelumnya kepada kita tanpa kita menyuruh dia.
7. Anjuran untuk berkumpul di dalam sebuah majelis dan tidak berpencar pada saat bermajelis.
Hadits Riwayat Imam Muslim ”Ketika nabi Shallallahu ’alaihi wasallam melihat halaqah yang
banyak,Nabi berkata:
”Mengapa kalian berpencar pada saat bermajelis?”
Hal ini kadang terjadi pada saat majelisnya agak luang.
Ada riwayat yang insya Allah shahih yang menceritakan tentang sahabat mengatakan bahwa, karena
rapatnya sebuah majelis jika sekiranya ada daun jatuh maka daunnya tidak akan jatuh menyentuh tanah.
Berarti tidak adanya tempat yang kosong dalam majelisnya.
Tadi dikatakan bahwa mencari majelis yang lapang, yang bisa memuat sebanyak-banyak hadirin.
Maksudnya bahwa masing-masing lapang dalam mengisi ujung majelis. Ada kebiasaan yang tidak baik,
yaitu masing-masing mencari tiang. Seakan tiang untuk para senior, dan bagian depan diisi oleh yang
muda. Ini adalah kebiaaan yang tidak perlu untuk dilestarikan.
Hal ini memberikan kesan menandakan eratnya ukhuwah, terutama rapatnya dalam shaf ketika shalat.
Ketika berjauhan sepeertnya ada masalah antara kita dengan saudara kita.
9. Bolehnya ke depan bagi yang melihat di depannya ada tempat yang lowong tanpa menyakiti orang lain.
Dari hadits riwayat Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam HR Imam Bukhari tentang kisah tiga orang
pemuda yang datang melewati majelis Rasulullah tersebut. Tiga orang tersebut adalah:
- Melihat tempat/majelis Rasulullah langsung bergabung dan melihat yang kosong maka ia langsung ke
depan.
- Bergabung juga di tempat lowong tapi ia agak malu-malu, maka ia menyelinap di majelis dengan agak
malu-malu.
- Yang tidak peduli dengan majelis ilmu, dia melihat majelis Rasulullah tapi ia tidak mempunyai keinginan
dan minat dengan majelis tersebut.
Nabi ketika menjelasakn ketiga orang tersebut mengatakan:
Orang pertama adalah orang yang berlindung kepada Allah, maka Allah melindunginya, orang yang kedua
bergabung dalam majelis tapi malu-malu, maka Allah juga malu terhadapnya, sedangkan orang yang
ketiga ia berpaling maka Allah juga bepaling darinya.
Imam Bukhari ketika menjelaskan hadits ini memberikan judul bolehnya ke depan jika melihat ada lowong
di depan, tetapi sekali lagi jangan sampai menyakiti orang lain sebagaimana ketika Nabi melihat adanya
orang yang mau ke depan, beliau berkata: ”Duduk saja, kamu telah menyakiti banyak orang”.