Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

“KEHAMILAN EKTOPIK”

OLEH :
TROYCE SALAMOR
1490121115

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
1. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim
misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus (Dewi, 2016)
Terjadinya Kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi secara tiba-tiba pada
seluruh kasus kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu
kegawatdaruratan dalam obstetri yang perlu penanganan segera. Perlunya diagnosis
dini maupun observasi klinis sangat diperlukan mengingat pentingnya kelangsungan
hidup ibu maupun prognosis reproduksi selanjutnya (Dewi dan Risilwa, 2017)

2. Anatomi dan Fisiologi


Alat reproduksi wanita bagian dalam
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior
11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina
merupakan saluran muskulo membraneus yang menghubungkan rahim dengan
vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan
muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama
di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian
uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior,
fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi
utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di
antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus
uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi,
corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan
berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang,
dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya
berhubungan dengan kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus
disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan
yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahimc. Panjang tuba fallopi 12cm diameter
3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia
d. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus menstruasi.
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin dan
berwarna merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka
permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan
warnanya berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium berbentuk
ovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal
kurang lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung
pada posisi uterus karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Batasan parametrium :
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarium
 Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita
1. Genitalia eksternal
a. Glandula vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
b. Glandula vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan vestibulum vagina dan
labium pudendi.
2. Genitalia internal
a. Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah
menstruasi.
b. Tuba falopi
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan
spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
c. Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan
tempat normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan
sampai bayi lahir.
d. Ovarium
Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai organ
eksokrin karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan
disebut sebagai organ kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone
estrogen dan progesteron.

3. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Berdasarkan beberapa literatur, faktor risiko dari
kehamilan ektopik terganggu adalah :
a) Umur
Istilah umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam
satuan waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang
memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dorlan
2010 dalam Ekasari, 2015). Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi
diantaranya adalah usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai dengan 30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun
ternyata dua sampai lima kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi
pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah
usia 30 sampai 35 tahun (Prawirohardjo, 2012).
Hamil di usia kurang dari 20 tahun memiliki risiko tinggi terjadinya
komplikasi dalam kehamilan oleh karena organ reproduksi yang belum matang
dan masih dalam masa pertumbuhan (Komariah dan Nugroho, 2020).
Ketidakmatangan organ reproduksi mempermudah terjadinya infeksi menular
seksual sehingga menyebabkan rusaknya organ-organ reproduksi seperti
penyempitan saluran pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian kehamilan
ektopik terganggu (Dewi, 2016).
Hamil diusia lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi terjadinya
komplikasi oleh karena fungsi reproduksi wanita sudah terjadi penurunan
(Komariah dan Nugroho, 2020). Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi
risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu yang mengakibatkan penurunan
aktivitas mioelektrik tuba. Dalam hal ini gerakan peristaltik tuba menjadi lamban,
sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri (Asyima,
2018).
b) Gravida
Gravida adalah jumlah total kehamilan ibu, termasuk kehamilan intrauterine
normal, abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Jenis gravida
pada ibu antara lain (Prawirohardjo, 2012):
a. Primigravida: wanita yang hamil untuk pertama kalinya
b. Multigravida: wanita yang sudah pernah hamil lebih dari satu kali.
c. Grandemultigravida: wanita yang sudah pernah hamil lima kali atau lebih.

Semakin meningkatnya jumlah kehamilan akan meningkatkan risiko


terjadinya kehamilan ektopik terganggu, hal ini dikaitkan dengan riwayat
kehamilan terdahulu seperti riwayat abortus dan riwayat kehamilan ektopik
terdahulu yang merupakan faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu

c) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu.
Riwayat kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik
terganggu meliputi :
1. Riwayat infeksi menular seksual
Infeksi menular seksual oleh bakteri Chlamydia Trakomatis dapat
mengakibatkan kerusakan pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu (Aisyah dan Amanda, 2019). Penyakit menular
seksual seperti klamidia, gonorea dan sebagainya yang timbul karena infeksi
bakteri inilah, hasil konsepsi yang seharusnya menempel pada rahim gagal
mencapai rahim dan justru tumbuh dan berkembang ditempat lain ( Pratiwi,
2019: 144). Bila penyakit tersebut tidak diobati akan menimbulkan adhesi
perituba, oklusi tuba, fimbria phimosis atau hidrosalping (Aisyah dan
Amanda, 2019).
2. Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul juga akan sangat mempengaruhi perjalanan
hasil konsepsi sehingga tidak dapat mencapai rahim untuk berkembang
(Pratiwi, 2019:144). Penyakit radang panggul meliputi salpingitis,
endosalpingitis dan 20 endometritis menyebabkan aglutinasi silia lipatan
mukosa tuba dengan penyempitan saluran, pembentukan kantong-kantong
buntu, dan tertekuknya tuba. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii (Dewi,
2016: 46).
d) Riwayat Kebidanan Yang Lalu
Riwayat kebidanan yang lalu merupakan riwayat kehamilan, persalinan dan
masa nifas. Riwayat kebidanan yang lalu yang merupakan faktor risiko kehamilan
ektopik terganggu dari berbagai sumber meliputi :
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya dan riwayat operasi tuba
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya dan riwayat operasi tuba juga
dapat mengakibatkan hasil konsepsi menuju rahim terhambat (Pratiwi, 2019:
144). Hal ini berkaitan dengan kegagalan memperbaiki patensi tuba akibat
kegagalan operasi tuba sebelumnya (Dewi, 2016: 46)
2. Riwayat operasi caesar
Riwayat operasi caesar dapat mengakibatkan komplikasi untuk
kehamilan selanjutnya yaitu dapat membentuk jaringan parut sehingga
meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu (Suryawinata dkk.,
2019). Jaringan parut pada opersi Caesar menyebabkan hasil konsepsi
menempel diluar endometrium kavum uteri khususnya pada riwayat opersai
caesar berulang
3. Riwayat Abortus
Riwayat abortus juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan
ektopik karena terjadinya infeksi pada rahim yang tidak ditangani atau
kerusakan dinding rahim terutama pada abortus berulang (Dewi, 2016).
Infeksi yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan perlengketan
perituba yang dapat menyebabkan kinking pada tuba (sumbatan akibat saluran
tuba yang terbelit) dan menyempitkan lumen sehingga meningkatkan risiko
kehamilan ektopik (Prawirohardjo, 2018).
e) Riwayat Kontrasepsi
Salah satu faktor risiko kehamilan ektopik terganggu adalah kegagalan
penggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan metode untuk mencegah
kehamilan namun masih bisa terjadinya kegagalan dari penggunaannya. Beberapa
kegagalan alat kontrasepsi yang memiliki risiko kehamilan ektopik terganggu
adalah tubektomi (sterilisasi tuba), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR),
kontrasepsi darurat (EC) estrogen dosis tinggi, dan minipills yang hanya
mengandung progestin (Aling dkk., 2014). Kegagalan tubektomi menyebabkan
sperma dan sel telur masih dapat bertemu namun kerusakan pada tuba dapat
mengakibatkan terhambatnya hasil pembuahan untuk bernidasi pada endometrium
kavum uteri (Khairani, 2018). Kegagalan AKDR berkaitan dengan faktor mekanis
yaitu terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi kedalam kavum uteri.
Kegagalan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen tinggi atau hanya
progesteron berkaitan dengan faktor fungsional yaitu berubahnya motilitas tuba
karena perubahan hormon estrogen dan progesterone (Dewi, 2016).
f) Riwayat Merokok
Wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpajan asap rokok berisiko
lebih tinggi untuk mengalami komplikasi. Wanita hamil yang terpajan asap rokok
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik
(Dewi, 2016: 55).

4. Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi (zigot)
sebelum turun dalam rahim, tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari
perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam tuba. Saluran telur bukan
tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi. Disamping itu penghancuran
pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya
pembuluh darah. Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi
yang menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak
mempunyai kemampuan berkontraksi maka perdarahan tidak dapat dihentikan dan
tertimbun dalam ruang abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba
yang dapat mengalir terus ke rongga peritoneum dan akhirnya terjadi ruptur, nyeri
pelvis yang hebat dan akan menjalar ke bahu.
Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba yaitu darah mengalir antara 2 lapisan
dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum latum. Perubahan uterus dapat
ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat tertentu pada endometrium
terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan hiperskromatik, sitoplasma
menunjukkan vaskularisasi dan batas antara sel-sel kurang jelas. Perubahan ini
disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang berlebihan yang ditemukan dalam
endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah janin mati desidua mengalami
degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi sepotong. Pelepasan desidua ini disertai
dengan perdarahan dan kejadian ini menerangkan gejala perdarahan pervaginam pada
kehamilan ektopik terganggu (Dewi, 2016: 47-48)
Pathway

Tuba Hormonal Ovarium Pemakaian IUD Abnormalitas Zigot

Peradangan/Infeksi Konsumsi Pil Ovum di tangkap oleh Peradangan pada Zigot terlalu
pada Tuba KB tuba kontraleteral endometrium dan besar/tumbuh terlalu
endosalping cepat

Lumen Tuba Produksi progesterone


Menyempit meningkat
Zigot susah melalui tuba

Gerakan tuba melambat

Zigot tidak menempel di


endometrium

Defisiensi Pasien tidak paham Kehamilan Ektopik


Pengetahuan mengenai penyakitnya
Penembusan Vili Korialis ke dalam lapisan
muskularis menuju peritoneum

Ruptur tuba

Perdarahan per Merangsang reseptor


Perdarahan Hipovolemia vagina nyeri di area ruptur

Perdarahan pada
rongga abdomen Sensasi nyeri

Keadaan umum Nyeri Akut


menurun

Rencana
salpingektomi

Resiko Infeksi
5. Tanda dan Gejala
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita
maupun petugas medis biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan.
Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Amenorhoe
b. Nyeri perut bagian bawah
c. Gejala kehamilan muda
d. Level upture Human Chorionic Gonadotropin (HCG) rendah
e. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
f. Pada pemeriksaan pervagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan dan
kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.
g. Pucat
h. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung

Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarahan


banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga
sukar membuat diagnosisnya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik, abortus atau upture tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi
dan keadaan umum penderita sebelum hamil (Norma dan Mustika, 2018: 72).

6. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektopik terganggu mempertimbangkan beberapa hal
yaitu kondisi ibu, keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomis organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro
dokter, dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. Pada keadaan kondisi
ibu buruk yaitu dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani
dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari pembedahan. Kehamilan
ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan
adalah tata laksana yang disarankan (Dewi, 2016: 51)
7. Kemungkinan Data Focus
a. Wawancara
1. Identitas
Meliputi nama, tempat/tanggal lahir, umur, agama, alamat, tanggal masuk,
tanggal dikaji, no RM, diagnose)
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan Kesehatan. Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu hamil dengan
kehamilan ektopik terganggu adalah pasien mengalami nyeri perut bagian
bawah dan perdarahan pervaginam berwarna coklat (Romauli 2011).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit
yang diderita ibu pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa kehamilan
seperti radang panggul, PMS, dan lain-lain yang dapat menyebakan kehamilan
ektopik terganggu (Romauli 2011).
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit
akut atau kronis seperti DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi
pada masa hamil (Romauli 2011).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien seperti TBC, PMS, dan lain-lain
(Romauli 2011).
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang menurut Sulistyawati (2011), perlu dikaji untuk
mengetahui apakah ibu resti atau tidak, meliputi :
a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan
b) Hari Perkiraan Lahir (HPL)
Untuk mengetahui hari perkiraan lahir janin
c) Umur Kehamilan (UK) Untuk mengetahui umur kehamilan ibu
d) Keluhan-keluhan
Untuk mengetahui apakah ada keluhan keluhan pada trimester I, II, dan II
e) Ante Natal Care (ANC)
Mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC, dan saat usia
kehamilan berapa
f) Penggunaan obat-obatan dan jamu atau rokok
Merokok, minum alkohol, jamu dan mengkonsumsi obat-obatan tanpa
indikasi perlu untuk diketahui karena ada obat dan jamu tertentu yang
kadang bersifat kontra dengan kehamilan
7. Riwayat Menstruasi
Data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksi pasien. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat
menstruasi antara lain menarche, siklus menstruasi, teratur atau tidak, lamanya
menstruasi, banyaknya ganti pembalut dalam satu hari, sifat darah menstruasi,
dan nyeri saat menstruasi atau tidak (Romauli 2011).
8. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pernah atau belum pernah menjadi akseptor KB IUD, karena pemakaian
KB IUD merupakan salah satu penyebab kehamilan ektopik (Sukarni dan
Margareth, 2013).
9. Data Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Dikaji untuk mengetahui asupan gizi selama hamil mencukupi atau tidak,
dengan cara menyakan sehari makan dan minum berapa kali, menunya
apa, dan jumlah atau porsinya berapa, sehingga kita dapat memberikan
klarifikasi dalam pemberian pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil
(Sulistyawati, 2011).
b) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan BAB yang meliputi
frekuensi dan kosistensinya (Sulistyawati, 2011).
c) Pola Aktivitas
Untuk mengetahui aktifitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan
gambaran tentang seberapa berat aktifitas yang biasa dilakukan pasien di
rumah. Jika kegiatan pasien terlalu berat sampai dikhawatirkan dapat
menimbulkan penyulit masa hamil, maka kita dapat memberikan
pengringatan sedini mungkin kepada pasien untuk membatasi dahulu
kegiatannya sampai ibu sehat dan pulih kembali. Aktifitas yang terlalu
berat dapat menyebabkan abortus dan persalinan premature (Sulistyawati,
2011).
d) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam, dan berapa jam ibu
istirahat atau tidur siang. Ibu hamil diharapkan istirahat yang cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, tidur siang selama 1-2 jam dan tidur
malam selama 8 jam (Sulistyawati, 2011).
e) Personal Hygiene
Personal Hygiene Untuk mengetahui berapa kali pasien mandi, gosok gigi,
keramas, ganti pakaian. Pada ibu hamil diharapkan mandi 2 kali sehari,
gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali
sehari dan ganti pembalut setidaknya 2 kali sehari (Sulistyawati, 2011).
f) Pola Seksual
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seksual
dalam satu minggu serta ada atau tidaknya keluhan ketika melakukan
hubungan seksual (Sulistyawati, 2011).
g) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, misal wanita
mengalami banyak perubahan emosi/ psikologis selama masa hamil,
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Pada kasus ini ibu
mengatakan cemas dengan keadaan atau keadaan yang dialaminya
(Sulistyawati, 2011).
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1. Kepala dan Rambut
Meliputi warna, mudah rontok atau tidak, dan kebersihannya (Romauli, 2011).
2. Muka
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema. Pada ibu
hamil dengan kehamilan ektopik terganggu muka tampak pucat (Romauli,
2011).
3. Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan sklera warna
putih. Pada wanita dengan kehamilan ektopik tergangu konjungtiva pucat
(Romauli, 2011).
4. Hidung
Bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak (Romauli, 2011).
5. Telinga
Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak (Romauli, 2011).
6. Mulut
Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak (Romauli,
2011).
7. Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah
pembesaran kelenjar limfe (Romauli, 2011)
8. Dada dan axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau
tidak, ada nyeri atau tidak, hiperpigmentasi aerola atau tidak, putting susu
menonjol atau tidak (Romauli, 2011).
9. Ekstremitas atas dan bawah
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak
(Sulistyawati, 2011).
c. Pemeriksaan Diagnostik
Dilakukan untuk mendukung menegakkan diagnosa seperti pemeriksaan
laboratorium, rontgen utrasonografi dan lain-lain :
1) Pemeriksaan laboratorium
Kadar hemoglobin dan eritrosit menurun atau leukosit meningkat
menunjukkan adanya perdarahan. Hasil tes kehamilan biasanya positif. Hasil
tes kehamilan yang negatif tidak menyingkirkan kemungkinan KET
kuldosintesis tidak sering dilakukan, karena pemeriksaan ini sangat tidak
nyaman bagi penderita karena degenerasi trofoblas dapat menyebabkan
produksi βHCG menurun sehingga menyebabkan tes kehamilan menjadi
negative
2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Dijumpai kantong kehamilan di luar kavum uteri yang disertai atau tanpa
adanya genangan cairan (darah) di Cavum Douglas pada KET. Pada
pemeriksaan USG Trans-Vaginal dapat mendeteksi tubal ring (massa
berdiameter 1-3 cm dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang
hipoekhoik. Gambaran ini cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. Juga
menunjukkan evaluasi cavum pelvis dengan lebih baik, termasuk visualisasi
cairan di cavum Douglas dan massa pelvis. Pemeriksaan USG Trans-Vaginal
dilakukan untuk menetapkan letak kantong gestasi, besarnya kantong gestasi,
dan mencari janin dengan detak jantungnya
3) Pemeriksaan kuldosintesis
Pemeriksaan kuldosintesis dilakukan untuk mengetahui adanya cairan atau
darah dalam cavum douglas. Dengan adanya pemeriksaan USG dan
pemeriksaan kadar βHCG yang telah akurat, maka Pemeriksaan kuldosintesis
masih dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau bila pada pemeriksaan USG
kantung kehamilan tidak berhasil terdeteksi
4) Pemeriksaan yang ditegakkan secara bedah (Surgical Diagnosis):
Kuretase dapat dikerjakan untuk membedakan kehamilan ektopik dari abortus
insipiens atau abortus inkomplet. Kuretase biasanya dianjurkan pada
kasuskasus dimana timbul kesulitan membedakan abortus dari kehamilan
ektopik dan kehamilan uterine tidak terdeteksi dengan USG Trans-Vaginal
5) Pemeriksaan laparoskopi
Untuk melihat rongga pelvik melalui dinding perut terutama pada keadaan
yang meragukan, misalnya pada kehamilan tuba yang belum terganggu.
Pemeriksaan laparotomi dilakukan untuk mengangkat sumber perdaharan dan
dilakukan bila keadaan hemodinamik pasien tidak stabil. Indikasi operasi
laparotomi atau laparoskopi adalah besarnya kantong gestasi lebih dari 3,5 cm
dengan pemeriksaan vaginal USG, pasien menolak terapi medikamentosa,
ruptur kehamilan ektopik telah terjadi (sudah terjadi perdarahan
intraperitoneal), diagnosis belum jelas, bekas ligasi tuba fallopi, kontraindikasi
dengan pemeriksaan medikamentosa
8. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 Gejala dan tanda mayor Kehamilan Ektopik Nyeri Akut
Ds :
- Mengeluh nyeri Ruptur Tuba
Do :
- Tampak meringis Perdarahan Per vagina

- Bersikap protektis (mis.


Waspada, posisi menghindari Merangsang reseptor

nyeri ) nyeri di area rupture

- Gelisah
Sensasi Nyeri
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
Nyeri Akut
Gejala dan tanda minor
Ds : -
Do :
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri

2 Gejala dan Tanda Mayor Kehamilan Ektopik Hipovolemia


Ds : -
Do : Penembusan Vili Korialis
- Frekuensi nadi meningkat ke dalam lapisan
- Nadi teraba lemah muskularis menuju
- Tekanan darah menurun peritoneum
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun Ruptur Tuba
- Membran mukosa kering
- Volume urin meningkat Perdarahan
Gejala dan Tanda Minor
Ds : Hipovolemia

- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Do :
- Pengisian vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urine meningkat
- Berat badan turun tiba-tiba
3 Faktor resiko Kehamilan Ektopik Resiko Infeksi
1. Penyakit kronis (mis.
Diabetes militus) Penembusan Vili Korialis
2. Efek prosedur invasif ke dalam lapisan
3. Malnutrisi muskularis menuju
4. Peningkatan paparan peritoneum
organisme patogen
5. Ketidakadekuatan pertahanan Ruptur Tuba

tubuh primer:
a. Gangguan peristaltik Perdarahan

b. Kerusakan integritas kulit


Perdarahan pada rongga
c. Perubahan sekresi pH
abdomen
d. Penurunan kerja siliaris
e. Keruban pecah dini
Keadaan umum menurun
f. Ketuban pecah sebelum
waktunya
Rencana Salpingektomi
g. Merokok
h. Statis cairan tubuh
Resiko Infeksi
6. Ketidak adekuatan
pertahanan tubuh skeunder:
a. Penurunan hemoglobin
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinasi tidak adekuat.
4 Gejala dan tanda mayor Kehamilan Ektopik Defisit
Ds : Pengetahuan
- Menanyakan maslah yang Pasien tidak paham
dihadapi. tentang penyakitnya
Do :
- Menunjukan perilaku tidak Pasien bertanya mengenai

sesuai anjuran penyakitnya

- Menunjukan persepsi yang


keliru terhadap masalah. Defisit Pengetahuan

Gejala dan tanda minor


Ds : -
Do :
- Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
Menunjukan perilaku berlebihan
(mis.apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)

9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisiologis (D.0007)
2. Hipovolemia berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif (D.0003)
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan Inflamasi (0142)
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui kehamilan ektopik
(0111)
10. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri Akut berhubungan Tupan: Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Mengetahui skala nyeri dan
dengan Agen Pencedera Setelah dilakukan
durasi, frekuensi, kualitas dan keadaan nyeri secara holistic
fisiologis (D.0007) tindakan keperawatan intensitas nyeri dan skala nyeri
selama 3x24 jam 2. Identifikasi faktor yang 2. Mengetahui tindakan yang
memperberat dan memperingan tepat untuk penurunan nyeri
diharapkan nyeri menurun.
nyeri Terapeutik
Tupen :
3. Lingkungan yang nyaman
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik: dapat sedikit mengubah
3. Kontrol lingkungan yang
keperawatan selama 1x24 memperberat rasa nyeri persepsi nyeri yang dirasa
jam diharapkan nyeri pasien
4. Istirahat tidur dapat
berkurang atau hilang. membuat tubuh lebih rileks
Kriteria Hasil : 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Nyeri berkurang atau 5. Pasien dan keluarga
hilang Edukasi: mengetahui tentang
5. Jelaskan penyebab, periode, dan penyakitnya.
- Tanda-tanda vital pemicu nyeri.
dalam rentang normal. 6. Dengan teknik relaksasi
- Mampu mengontrol 6. Ajarkan teknik nonfarmakologis dapat mengurangi rasa nyeri
nyeri dengan tekhnik relaksasi, latihan
- Menyatakan rasa gerakan kepala secara hati-hati Kolaborasi
7. Membantu menghilangkan
nyaman setelah nyeri Kolaborasi
berkurnag 7. Pemberian obat analgesik rasa nyeri
- Mobilitas fisik kembali
normal.
2 Hipovolemia berhubungan Tupan: Observasi :
dengan Kehilangan Cairan Setelah dilakukan 1.Periksa tanda dan gejala 1. Mengetahui apa saja tanda
Aktif (D.0003) tindakan keperawatan hipovolemia (mis frekuensi nadi dan gejala yang muncul
selama 3x24 jam meningkat, nadi teraba lemah, akibat kekurangan cairan
diharapkan Status cairan tekanan darah menurun, tekanan
membaik nadi menyempit, turgor kulit
Tupen : menurun, membran mukosa kering,
Setelah dilakukan tindakan lemah)
keperawatan selama 1x24 Teraupetik :
2. Kebutuhan cairan harus
jam diharapkan status 2. Hitung kebutuhan cairan
terpenuhi untuk
cairab membaik
menyeimbangkan cairan di
Kriteria Hasil :
dalam tubuh
- Kekuatan nadi
meningkat 3. Berikan Posisi modified 3. Trendelenburg merupakan
Trendelenburg posisi yang menempatkan
- Turgor kulit meningkat
pasien di tempat tidur
- Dispnea menurun
dengan bagian kepala lebih
- Kadar Hb membaik
rendah dari bagian kaki.
- Kadar Ht membaik
Trebdelenburg digunakan
untuk pasien yang syok
Kolaborasi :
4. Kolaborasi pemberian cairan IV 4. Memenuhi kebutuhan cairan
isotonis (mis, NaCl,RL)
5. Mengembalikan darah yang
5. Kolaborasi pemberian produk
hilang dari tubuh
darah
3 Resiko Infeksi berhubungan Tupan : Observasi: Observasi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dengan Inflamasi (0142) Setelah dilakukan tindakan 1. Menilai kerentangan
lokal dan sistemik
keperawatan 3x24 jam individu terhadap infeksi.
diharapkan tingkat infeksi
Terapeutik: Teraupetik
menurun.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 2. Meminimalkan penyebaran
Tupen :
kontak dengan pasien dan bakteri dari tangan
Setelah dilakukan
lingkungan pasien
intervensi keperawatan
3. Pertahankan teknik aseptik pada 3. Menjaga tubuh klien dari
1x24 jam diharapkan
pasien berisiko tinggi. paparan bakteri
tingkat infeksi menurun
dengan Edukasi:
Edukasi :
kriteria hasil : 4. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Tanda dan gejala mis suhu
- Pengetahuan tentang tubuh meningkat
adanya resiko infeksi.
Meningkat
- Mampu memonitor
faktor resiko dari
lingkungan.
4 Defisit Pengetahuan Tupan : Observasi Observasi
berhubungan dengan tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Kesediaan dari pasien dalam
mengetahui kehamilan keperawatan 3x24 jam kemampuan menerima informasi. kesiapan menerima
ektopik (0111) diharapkan tingkat informasi yang diberikan
pengetahuan meningkat sangat diperlukan agar
Tupen : informasi yang diberikan
Setelah dilakukan dapat berjalan dengan baik.
2. Identifikasi faktor-faktor yang
intervensi keperawatan 2. Agar dapat meningkatkan
dapat meningkatkan dan
1x24 jam diharapkan pengetahuan pasien tentang
menurunkan motivasi perilaku
tingkat pengetahuan perilaku hidup berssih dan
hidup bersih dan sehat.
meningkat sehat
kriteria hasil : Edukasi
- Perilaku sesuai anjuran 3. Jelaskan faktor resiko yang dapat
3. Untuk menambah
meningkat. mempengaruhi kesehatan. pengetahuan dan informasi
- Kemampuan
kepada pasien terkait faktor
menjelaskan
4. Ajarkan perilaku hidup bersih dan yang dapat mempengaruhi
pengetahuan tentang
sehat. kesehatan
suatu topik meningkat
4. Untuk meningkatkan
- Kemampuan
menggambarkan perilaku hidup bersih dan
pengalaman 5. Ajarkan strategi yang dapat sehat.
sebelumnya yang digunakan untuk meningkatkan
sesuai dengan topik perilaku hidup bersih dan sehat Untuk membantu pasien dalam
meningkat. melakukan upaya peningkatan
- Perilaku sesuai dnegan perilaku hidup bersih dan sehat.
pengetahuan
meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. dan Amanda, S.S. 2019. Infeksi Chlamydia Trachomatis pada Saluran
Genital, Tuba Fallopi, dan Serviks. J. Teknosains, 13(2): 145-148.
Aling, D.M.R., Kaeng, J.J dan Wantania, J. 2014. Hubungan Penggunaan Kontrasepsi
dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu di BLU RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Manado Periode 2009-2013. Jurnal EClinic, 2(3).
Asyima. 2018. Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia, 2(2):87-92.
Dewi, N.A.T., 2016. Patologi dan Patofisiologi Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Dewi, T.P. dan Risilwa, M. 2017. Kehamilan Ektopik Terganggu: Sebuah Tinjauan
Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1): 26-32.
Ekasari, W.U. 2015. Pengaruh Umur ibu, Paritas, Usia Kehamilan, dan Berat Lahir
Bayi Terhadap Asfiksia Bayi pada Ibu Preeklampsia Berat. UNSPasca Sarjana.
Khairani,Y. 2018. Epidemiologi Kehamilan Ektopik.
https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-danginekologi/kehamilan-
ektopik/epidemiologi. diakses tanggal 1 Februari 2021.
Komariah, S. dan Nugroho, H. 2020. Hubungan Pengetahuan, Usia Dan Paritas
Dengan Kejadian Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Rumah
Sakit Ibu Dan Anak Aisyiyah Samarinda. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Uwigama, 5(2): 83-93.
Norma, N dan Dwi, M., 2018. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus
Dilengkapi Contoh Askeb. Edisi 3. Nuha Medika. Yogyakarta.
Pratiwi, A.M., 2019. Patologi Kehamilan: Memahami Berbagai Penyakit dan
Komplikasi Kehamilan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
Prawirohardjo, S., 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S., 2018. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sukarni, Margareth. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jogjakarta: Nuha
Medika.
Suryawinata, A. dan Islamy, N. 2019. Komplikasi pada Kehamilan dengan Riwayat
Caesarian Section. Jurnal Agromedicine , 6(2): 364–369.

Anda mungkin juga menyukai