Anda di halaman 1dari 5

Artikel Komunikasi Massa

Sosial Media Sebagai Tren Kontemporer


Muhammad Fahmi Tri Kurniawan
Universitas Muhammadiyah Cirebon
200211046 / Semester 3

Pictures by Unplash

Pengaruh Media Sosial Dalam Aspek Sikologis Komunikasi

Berdasarkan data internetworldstats, pengguna internet Indonesia mencapai 212,35 juta


jiwa pada Maret 2021. Dengan jumlah tersebut Indonesia berada di urutan ketiga dengan
pengguna internet terbanyak di Asia. Dengan banyaknya jumlah pengguna internet menunjukan
penggunaan media sosial semakin banyak dan semakin masif. Seiring berjalannya waktu
penggunaan media sosial diera globalisasi menjadi sebuah tren bagi semua kalangan dari mulai
anak kecil hingga orang dewasa.
Adanya media sosial menjadi wadah komunikasi khusus dalam membangun interaksi
yang tidak terbatas oleh waktu tempat situasi dan kondisi. Hal ini menjadi sorotan khusus pada
pembahasan kali ini mengenai media sosial yang menjadi tren kontemporer atau tren di era
sekarang. Kemajuan teknologi menjadikan kita harus bisa menyesuaikan situasi serta kondisi
dalam berkomunikasi di era sekarang terlebih dalam berinteraksi, kehadiran media sosial turut
serta dalam membangun kemajuan dalam berkomunikasi terlebih dengan banyaknya manfaat
yang bisa kita dapatkan.

Algoritma dalam media sosial telah menciptakan terobosan terbaru dalam membangun
informasi sesuai kebutuhan pengguna internet ataupun media sosial, setiap apa yang dipilih oleh
user atau pengguna internet telah tersedia didalamnya. Pilihan-pilihan itulah yang membuat
pengguna internet atau media sosial betah untuk berlama-lama menikmati setiap berita dan
informasi yang berupa gambar, teks, suara hingga video. Terlebih kini hampir semua media
sosial memiliki sistem algoritma yang sama seperti halnya tiktok yang sering memunculkan
video-video baru. Gaya tiktok tersebut diadopsi oleh banyak platform media sosial seperti
youtube dengan video shortsnya, Instagram dengan reelsnya, dan Facebook dengan video-video
panjangnya.
Kemunculan hal tersebut menjadi sebab bagaimana setiap pengguna dapat berlama-lama
terdistraksi oleh media sosial karena yang sering dimunculkan adalah video-video yang baru
dimana konten-konten tersebut dikonsumsi secara berlebihan dan dapat merusak berbagai hal
dalam aspek kehidupan sosialnya. Dalam hal ini membuat pengguna internet menjadi kecanduan
untuk terus berselancar didunia maya.
Mengutip halaman Medical Daily, kecanduan media sosial sendiri bisa diparalelkan
menggunakan kecanduan narkoba sebab keserupaannya: ketergantungan terhadap sebuah asal
kesenangan eksklusif, begitu parah hingga kita merasa 'sakit' Bila tidak mendapatkannya. Para
psikolog sudah mencatat bagaimana video dan konten terbaru pada akun jejaring sosial mampu
memicu riliskan hormon dopamin, seperti saat kita mengonsumsi opioid.
Stimulus dalam sisi ini ialah unggahan video konten terbaru yang diperkirakan akan lebih
dibuat semenarik mungkin lagi untuk mengundang perhatian serta meningkatkan jumlah like.
Tetapi ketika jumlah like bertambah, tidak lama dia menjadi kurang puas dan terus ingin
menaikkan jumlah like tersebut dengan aneka macam cara yg akhirnya sebagai ketagihan. Rasa
puas terkait dengan organ di otak tengah, yakni ventral tegmental area (VTA) yg mengeluarkan
hormon dopamin, senyawa yg menghantarkan frekuwensi rangsangan antarsel saraf. Dopamin
yang ditangkap oleh nucleus accumbens pada otak depan akan menyampaikan sensasi puas.
Tetapi sensasi puas tersebut seiring berjalannya saat akan mengikuti keadaan dan jadi terasa
biasa saja, sebagai akibatnya diharapkan penggantian stimulus lain yang lebih menaikkan
kepuasan. Begitu seterusnya, kepuasan menghasilkan ketagihan, media umum krusial untuk
berkomunikasi, namun Jika mengakibatkan ketagihan sehingga fungsi komunikasinya hilang,
maka hasilnya sebagai negatif, serta wajib dikendalikan.
Dampak buruk dari perkembangan ini terbukti nyata dimana hampir semua pengguna
internet terkena imbasnnya diantaranya mengalami gangguan pada saat berinteraksi atau pada
saat berkomunikasi. Biasanya gejala yang paling sering muncul bagi pengguna internet yang
sudah kecanduan adalah sulit untuk bersosialisasi,sulit untuk berbicara didepan umum,dan sulit
untuk membaur dengan orang-orang sekitar. Hal ini sudah sangat serius dan mengkhawatirkan
artinya akan ada banyak hal yang terhambat dan tertunda akibat kecanduan ini selain pekerjaan
pada umunya, pada proses belajar bagi kalangan para pelajar menjadi terganggu dan sangat
riskan sekali dalam perkembangan otak serta dalam proses pengenalan jatidirinya.
Selanjutnya, media sosial pula membentuk persoalan psikologis berupa adanya obsesi,
ambisi, sampai menipu diri sendiri. banyak orang yg pada akhirnya memiliki obsesi melakukan
atau menerima sesuatu hanya karena melihat orang lain mendapatkannya pada media umum.
Obsesi ini mampu sebagai dilema akbar Jika akhirnya pengguna ponsel menentukan buat
memakai segala cara agar keinginannya tercapai. Syarat-syarat yg digambarkan di atas menjadi
dampak jelek berasal media sosial dan pada islam ialah bagian asal akhlak tercela. Orang yg
memiliki akhlak tercela pada dirinya ialah orang-orang yg mengalami gangguan kejiwaan dan
diistilahkan menggunakan psikopatologi.
Otak manusia sejatinya dapat terbagi menjadi 2 otak kanan dan otak kiri namun secara
umum dapat dibagi lagi menjadi 3 bagian otak diantaranya ada bagian luar otak yaitu neocortex
atau otak yang berfungsi sebagai pengambilan keputusan atau sebagai ceo atau pengatur,
kemudian didalamnya terdapat limbik sistem yang didalamnya ada amygdala dan hipocampus
dimana didalamnya terdapat penghasil hormon-hormon yang bisa kita rasakan seperti hormon
dopamine,kortisol,adrenaline dan hormon-hormon yang lain, dan dibagian terakhir ada bagian
otak reptil otak yang berfungsi menggerakan organ dalam tubuh secara otomatis seperti
bernafas,berkedip,bahkan hingga detak jantung.
Otak manusia secara alami menghasilkan berbagai hormon yang menjadi neotransmitter
atau stimulan manusia dalam melakukan sesuatu. Seperti halnya perasaan atau mood dalam diri
manusia itu semua disebabkan oleh reaksi kimia yang berada didalam otak. Hormon dopamine
salah satunya merupakan hormon pemicu atau stimulan neotransmitter yang membuat manusia
merasa ketagihan melakukan sesuatu. Pada dasarnya kelebihan hormon juga tidak baik bagi otak
manusia karena akan menghambat stimulan-stimulan yang lain untuk berkembang. Hal inilah
yang menjadi sebab kenapa orang dengan tingkat kecanduan terhadap media sosial yang tinggi
akan terdampak dengan gangguan secara sikologis terutama pada saat berinteraksi dengan orang
lain.
dalam aspek sikologis kecanduan tadi bahkan mampu memicu stress atau kecemasan yg
akan berkelanjutan serta di puncaknya akan menghasilkan pengguna internet tidak bisa
bersosialsasi. Penelitian memberikan bahwa media sosial menghasilkan malas sosialisasi Studi
telah membagikan, bahwa orang-orang yg menghabiskan poly ketika di media umum, setidaknya
dua kali mengecek media umum dalam sehari, lebih mungkin merasa terisolasi secara sosial.
Selain itu, penggunaan media sosial zaman sekarang semakin disalahartikan, misalnya
mereka mengganggap media umum mampu mengganti pengalaman sosial yg lebih konkret. sang
karena semakin banyak saat yang dihabiskan seseorang di global maya, semakin sedikit saat pula
yg mereka lakukan buat interaksi global nyata. Shannon Poppito, seseorang psikolog pada
Baylor Medical University di Dallas menyatakan, saat seseorang menghabiskan lebih poly waktu
pada media umum, mereka menetapkan hubungan dari kehidupan konkret dan akhirnya malah
merasa kurang terhubung dengan diri mereka sendiri.
Terkadang, pengaruh media umum ini identik menggunakan dampak negatif, tapi tidak
jua demikian. media sosial jua menunjukkan banyak laba serta manfaat yang memungkinkan kita
buat permanen terhubung menggunakan orang yang kita cintai, buat bekerjasama pulang dengan
teman lama, dan bahkan buat menemukan kesamaan menggunakan orang-orang di dunia sekitar
kita. kan tetapi jangan lupa, segala yang berlebih pada global ini memang tidak selalu baik. Kita
tetap harus membatasi dan membentuk ekuilibrium antara dunia maya serta nyata. dengan
permanen seimbang, kesehatan mental maupun fisik kita pun akan baik-baik saja tidak
terganggu.

DAFTAR PUTSAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Achmad Mubarok. 2003. Sunnatullah Dalam Jiwa Manusia (Sebuah Pendekatan Psikologi
Islam). Jakarta: IIIT.

Anda mungkin juga menyukai