Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOMEDIK ll

“patofisiologi pada sistem skeletal dan sistem saraf”


Dosen pengampu :
Nany Harmani ,SKM.,M.kes

Disusun oleh

Kelompok 1 :

Afria vinanda putri ( 2105015054)


Andhika ranchman ( 2105015038)
Aulia dwi rahmasari( 2105015046)
Ifi amalia putri (2105015177)
Rifa fathina rohyadi(2105015137)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT . Allhamdulilahi
rabbil alamiiin, atas limpahan rahmat dan karunia –Nya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini . Shalawat dan salam dengan ucapan Allahumma sholli ‘ala
muhammmad wa ‘ ala ali Muhammad kami sampaikan untuk junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW.
Makalah “ PATOFISIOLOGI PADA SISTEM SKELETAL DAN SISTEM SARAF “
ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat Universitas
Muhammadiyah Prof.Dr. HAMKA dalam menempuh mata kuliah pendidikan biomedik
ll .

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tentu punya banyak kekurangan.
Untuk itu kami dengan berlapang dada menerima masukan dan kritikan konstruktif dari
berbagai pihak demi kesempurnaan di masa yang akan datang . Akhirnya kepada Allah
jugalah penulis bermohon semoga semua ini menjadi amal saleh bagi kami selaku penulis
dan bermanfaaat bagi pembaca.

Jakarta, 30 March 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………. I
KATA PENGANTAR……………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………..iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………………………………..
1.2 Rumusan masalah ………………………………….....
1.3 Tujuan penulisan ……………………………………..

BAB ll PEMBAHASAN
1.1 Pengertian patofisiologi pada sistem skeletal dan sistem saraf ………….
1.2 Etiologi penyakit …………….
1.3 Tanda dan gejala …………………………
1.4 Patogenesis penyakit …………………….
1.5 Pencegahan atau pengobatan ……………..

BAB lll PENUTUP

3.1 kesimpulan …………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
Bab 1
Pendahuluan
Bab ll
Pembahasan

2.1 pengertian sistem skeletal dan sistem saraf


Sistem rangka/ skeletal
Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat
pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak dan menunjang
tubuh. [ANOa011].

Rangka (skeletal) merupakan bagian tubuh yang termasuk tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago)
sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Rangka tulang adalah jaringan ikat yang keras dan kaku (jaringan penyokong), banyak mengandung
mineral, zat perekat dan zat kapur.Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka
penopang tulang bahu , rangka penopang tulang pinggul , tulang anggota badan atas dan bawah

Tulang merupakan alat gerak pasif karena digerakkan oleh otot. Otot merupakan gerak aktif
karena mempunyai kemampuan berkontraksi sehingga mampu menggerakan tulang. Gerakan tubuh
terjadi karena adanya kerjasama antara tulang dan otot. Otot dapat berkontraksi karena adanya
kontraksi. (Ike Sabariah, 1999) nopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota
badan atas dan bawah.

Sistem saraf
Sistem saraf merupakan suatu struktur yang terdiri dari komponen-komponen sel saraf
(neuron). Sistem saraf bersama-sama dengan sistem hormon memelihara fungsi tubuh. Pada
umumnya sistem saraf berfungsi mengatur, misalnya kontraksi otot, perubahan alat-alat tubuh
bagian dalam yang berlangsung dengan cepat, dengan kecepatan sekresi beberapa kelenjar
endokrin.

Sistem saraf pada manusia memiliki sifat mengatur yang sangat kompleks dan khusus.
Sistem syaraf menerima berjuta-juta rangsangan yang berasal dari berbagai organ. Semua
rangsangan tersebut akan bersatu untuk dapat menentukan respon apa yang akan diberikan oleh
tubuh. Sistem saraf  sendiri terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ-organ sensorik, dan
semua saraf yang menghubungkan organ-organ ini dengan seluruh tubuh.

Sistem saraf akan mengoordinasikan setiap tindakan bagian tubuh dengan mengirimkan
sinyal ke dan dari berbagai bagian tubuhnya. Bersama-sama, setiap organ ini bertanggung jawab
untuk mengendalikan tubuh dan komunikasi di antara bagian-bagiannya. Contoh, saraf memberi
tahu jantung untuk berdetak atau memberi tahu paru-paru untuk bernapas tanpa kita sadari.
2.2etiologi penyakit
 Etiologi pada osteoporosis
Secara garis besar, osteoporosis diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok yaitu
osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi karena
proses idiopatik, sedangkan osteoporosis sekunder terjadi karena adanya penyakit atau
kelainan tertentu yang mendasari.
Osteoporosis primer kemudian diklasifikasikan ke dalam 2 kelompok yaitu
osteoporosis primer tipe 1 (osteoporosis pascamenopause) dan tipe 2 (osteoporosis
senilis). Pada tipe 1, osteoporosis terjadi karena fase menopause yang mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar estrogen sehingga terjadi pengeroposan tulang. Kadar
estrogen mulai menurun sekitar 2-3 tahun sebelum menopause dan terus menurun
sampai 3-4 tahun setelah menopause. Pada masa awal terjadinya osteoporosis primer
tipe 1, penderita akan kehilangan 1-3% massa tulang dan terus mengalami penurunan
sampai kehilangan 35-50% massa tulangnya. Sedangkan pada tipe 2, osteoporosis
terjadi baik pada pria maupun wanita yang berusia sekitar 70 tahun. Terjadinya
osteoporosis primer tipe 2 diinduksi oleh menurunnya kadar kalsium dan sel-sel
pembentuk vitamin D.
Osteoporosis sekunder terjadi karena sebab yang jelas diketahui seperti
penyakit kronik dan konsumsi zat atau obat-obatan yang mempercepat proses
pengeroposan tulang. Pemberian obat-obatan seperti steroid, antikejang, obat
hormonal antiseks, heparin, litium, metroteksat, obat sitotoksik lain, vitamin D, tiroksin,
dan konsumsi alkohol atau tembakau dapat mengakibatkan terjadinya osteoporosis.
Penyakit kronik yang menyebabkan pembatasan gerak tubuh seperti artritis reumatoid
dan penyakit kronik yang menyebabkan menurunnya kadar 14 kalsium tubuh seperti
gagal ginjal, intoleransi terhadap susu, dan beberapa penyakit traktus digestivus lainnya
juga dapat memunculkan penyakit osteoporosis.

 Etiologi pada penyakit stroke


Stroke dibagi menjadi dua tipe yaitu iskemik dengan angka kejadian sebesar 87% dan
hemoragik sebesar 13% (American Stroke Association, 2016). Klasifikasi penyakit stroke terdiri
dari beberapa kategori, diantaranya adalah berdasarkan kelainan patologis, secara garis besar
stroke dibagi dalam dua tipe yaitu, stroke iskemik disebut juga infark atau non-hemorragic
disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak yang sebelumnya
sudah mengalami aterosklerosis. Stroke iskemik terdiri dari tiga macam yaitu stroke emboli
(1/3), stroke thrombosis (2/3) dan hipoperfusi stroke. Tipe kedua adalah stroke hemoragik
terjadi karena kerusakan atau pecahnya pembuluh darah di otak, perdarahan dapat
disebabkan karena hipertensi yang terjadi sangat lama dan anuerisma otak. Ada dua macam
stroke hemoragik yaitu subarachnoid hemorrhage dan intracerebral hemorrhage (Arifianto,
2014).
1. Etiologi stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena adanya obstruksi pada pembuluh yang mensuplai darah ke
otak. Hal yang mendasari terjadinya obstruksi adalah peningkatan deposit lemak yang melapisi
pembuluh darah atau biasa disebut sebagai ateroskelrosis. Kondisi ini kemudian menyebabkan
dua obstruksi yaitu trombosis serebral dan emboli serebral. Trombosis serebral mengacu pada
trombus (bekuan darah) yang berkembang di bagian pembuluh darah yang tersumbat. Emboli
serebral mengacu pada bekuan darah yang umumnya terbentuk pada lokasi lain pada sistem
peredaran darah, biasanya jantung dan arteri besar di dada bagian atas dan leher. Sebagian dari
pecahan bekuan darah lepas, memasuki aliran darah dan berjalan melalui pembuluh darah otak
hingga mencapai pada pembuluh darah yang lebih kecil untuk dimasuki oleh plak tersebut.
Penyebab penting kedua terjadinya emboli adalah denyut jantung yang tidak teratur, yang
dikenal sebagai fibrilasi atrium. Ini menyebabkan kondisi dimana bekuan darah terbentuk di
jantung kemudian lepas dan berjalan ke otak (American Stroke Assosiation, 2016).

2. Etiologi stroke hemoragik

Stroke Hemoragik merupakan akibat dari pembuluh darah yang


melemah kemudian pecah dan menyebabkan pendarahan di sekitar otak. Darah
yang keluar kemudian terakumulasi dan menekan jaringan sekitar otak. Hal ini
disebabkan karena dua hal, yaitu anuerisma dan arteriovenous malformation.
Anuerisma merupakan pembuluh darah lemah yang membentuk balon yang jika
dibiarkan akan menyebabkan ruptur dan berdarah hingga ke otak. Sedangkan
arteriovenous malformation merupakan sekelompok pembuluh darah yang
terbentuk secara abnormal dan salah satu satu dari pembuluh darah itu dapat
mengalami ruptur dan meyebabkan darah masuk ke otak, biasanya terjadi
karena hipertensi, aterosklerosis, kebiasaan merokok dan faktor usia. Ada dua
tipe stroke hemoragik, yaitu intracerebral hemmorhage dan subarachnoid
hemorrhage (American Stroke Asociation, 2016; Becske et al., 2016).
Intracerebral hemorrhage (ICH) biasanya disebabkan hipertensi yang
meyebabkan kerusakan pada dinding pembuluh darah, disfungsi autoregulatori
dengan aliran otak yang berlebihan, arteriopati, aneurism intracranial (biasanya
juga terjadi pada pendarahan subarachnoid), arteriovenous malformation
( penyebab pada 60% kasus), trombosis vena sinus serebral dan infark vena,
tumor otak (<5% kasus ICH ) dan tumor SSP primer , dan penyalahan
penggunaan obat ( misalnya, kokain dan amfetamin ) ( de oliveira manoel et al .,
2016; liebeskind et al., 2016 ) . subarachnoid hemorrhage 80 % disebabkan
karena aneurisma intracranial , kemudian diikuti oleh arteriovenous
malformation sebagai sebab kedua presantease 10% , sisanya disebabkan
karena angioma , tumor , dan thrombosis kortikal ( becskke et al ., 2016 )

2.3 Tanda dan Gejala penyakit


 Tanda dan gejala osteoporosis
Bila tidak disertai dengan penyakit pemberat lain (komplikasi), penderita osteoporosis
bisa saja tidak merasakan gejala apapun(5). Keluhanyang mungkintimbul hanyaberuparasa
sakit dan tidak enak dibagianpunggung atau daerah tulang yang mengalami osteoporosis.
Namun perlu diwaspadai, bahwa patah tulang bisa terjadi hanya karena sedikit goncangan
atau benturan yang sering pada tulang yang manahan bebantubuh. Rasa nyeribisa hilang
sendiri setelah beberapa hari atau beberapa minggu, dan kemudian timbul lagi bila proses
osteoporosis terjadi lagi di tempat lain.Pemadatanruas tulang punggungyang luas (multiple
compression) bisa memperlihatkan gejala membungkuk padatulang belakang, yang terjadi
perlahan dan menahun dengan keluhan nyeri tumpul. Gejalanya, penderita nampak
bongkok sebagai akibat kekakuanpada otot punggung.

 Tanda dan gejala stroke

Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda, sehingga gejala stroke
tergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Gejala atau tanda stroke
bervariasi pada setiap orang, tetapi umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada tiga gejala utama
stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu:

 Face(wajah)
Wajah akan terlihat menurun pada satu sisi dan tidak mampu tersenyum karena mulut
atau mata terkulai.
 Arms(lengan)
Orang dengan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu lengannya karena terasa
lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu sisi dengan lengan tersebut
juga mengalami kelemahan.
 Speech(carabicara)
Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meskipun
penderita terlihat sadar.

Selain ketiga gejala di atas, stroke juga dapat menimbulkan gejala atau tanda seperti berikut:

 Mual dan muntah


 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo)
 Penurunan kesadaran
 Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak
 Gangguan pada keseimbangan dan kendali gerak tubuh
 Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda

2.4 Patogenesis pada penyakit


 Pathogenesis pada osteoporosis
Patofisiologi osteoporosis berkaitan dengan perubahan kepadatan dan kekuatan
tulang akibat ketidakseimbangan pembentukan dan resorpsi tulang. Kepadatan dan
kekuatan tulang ini ditentukan oleh aktivitas osteoblas untuk membentuk tulang dan
aktivitas osteoklas untuk resorpsi tulang. Ketidakseimbangan proses berupa
peningkatan resorpsi hingga melebihi pembentukan tulang dalam jangka panjang
akan menyebabkan terjadinya osteoporosis.

Puncak massa tulang biasanya tercapai pada sekitar usia 30 tahun. Setelah itu perlahan massa
tulang menurun menjadi semakin berporos, tulang trabekula menipis.

Puncak massa tulang yang inadekuat, mengakibatkan densitas massa tulang rendah. Berbagai
faktor risiko seperti penuaan, hipogonadisme maupun kondisi menopause, laju turnover tulang
yang tinggi akan meningkatkan kehilangan massa tulang sehingga menurunkan kualitas tulang.
Penurunan massa dan kualitas tulang akan meningkatkan kerapuhan tulang. Tulang menjadi
rentan fraktur

 Patogenesis pada penyakit stroke

Patofisiologi stroke berbeda berdasarkan jenis stroke, iskemik dan hemorrhagik.

 Stroke Iskemik
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral Blood Flow (CBF)
yang menyebabkan suplai oksigen ke otak akan berkurang. Nilai kritis CBF adalah 23
ml/100 gram per menit, dengan nilai normal 50 ml/100 gram per menit. Penurunan CBF
di bawah nilai normal dapat menyebabkan infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa
nilai CBF pada pasien dengan infark adalah 4,8-8,4ml/100 gram per menit.

Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian: vaskular dan metabolisme.
Iskemia terjadi disebabkan oleh oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan
iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia
menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang terjadi
menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan
lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada pada otak akan mati dalam hitungan menit dari awal
terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tiba-tiba.

Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan pompa natrium-
kalium yang meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke
dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik. Selain pompa natrium-
kalium, pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan ini menyebabkan influks
kalsium yang melepaskan berbagai neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang memperparah
iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan sawar darah otak juga terjadi,
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses di atas, yang menyebabkan masuknya air
ke dalam rongga ekstraselular yang berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga tiga
sampai 5 hari dan sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin terbentuk
dan terjadi inflamasi.
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan berperan dalam
perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa darah otak tinggi sehingga
terjadi peningkatan glikolisis dalam keadaan iskemia.

Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorrhagik. Perdarahan yang


terjadi tidak selalu menyebabkan defisit neurologis. Defisit neurologis terjadi apabila
perdarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya sawar darah otak,
sehingga sel darah merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.

 Stroke Hemorrhagik
Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan perdarahan
subaraknoid.

Perdarahan Intraserebral

Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam parenkim otak akibat


pecahnya arteri penetrans yang merupakan cabang dari pembuluh darah superficial
dan berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian distalnya berupa
anyaman kapiler. Hal ini dapat disebabkan oleh diathesis perdarahan dan penggunaan
antikoagulan seperti heparin, hipertensi kronis, serta aneurisma.

Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan terjadinya penekanan


pada berbagai bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah
mendorong struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam
ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang akan bercampur dengan cairan
serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri kepala hebat, papil
edema, dan muntah proyektil.[4]

Perdarahan Subaraknoid
 Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah ganglia basalis, pons, serebelum
dan thalamus. Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas hingga mengenai
kapsula interna dan kadang-kadang ruptur ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar
melalui sistem ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid. Adanya perluasan
intraventrikuler sering berakibat fatal.

2.5 Pencegahan atau pengobatan


 Pencegahan dan pengobatan pada osteoporosis
Pencegahan dapat dilakukan dengan kebiasaan sederhana. Selain memenuhi
kalsium dan vitamin D serta mineral untuk proses penguatan massa tulang.
Istirahat yang cukup juga mempengaruhi proses pengeroposan tulang sehingga
mengakibatkan osteoporosis.
1. Melakukan Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik dapat dilakukan di halaman rumah seperti lari pagi. Aktivitas fisik
yang bermanfaat lainnya seperti membersihkan lingkungan rumah. Membuka
kebun di belakang rumah atau bercocok tanam.

2. Hindari Konsumsi, Rokok, Kafein dan Alkohol

Kafein dan alkohol merupakan minuman yang tidak baik untuk organ tubuh. Tidak hanya
merusak gigi dan pernapasan tetapi juga dapat mengurangi massa atau kekuatan pada tulang.
Orang yang mengonsumsi alkohol terlalu banyak dapat mempercepat pengeroposan pada tulang.

Selain hal diatas, Anda juga dapat mengkonsumsi suplemen tulang seperti Bonviva FC
Tab 150MG - Obat Mencegah dan Mengobati Osteoporosis (Rp 602.600). Lakukan cara
pencegahan tersebut agar tulang kuat dan terhindar dari osteoporosis.

Pengobatan

Pengobatan untuk penderita osteoporosis dengan cara memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin
D untuk tulang. Kebutuhan vitamin D harus dapat diperoleh dengan mengkonsumsi buah dan
sayur serta melakukan olahraga dan mendapatkan paparan sinar matahari untuk proses
pembentukan sel-sel tulang. Hindari mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempercepat proses
pengeroposan.

1. Osteoporosis dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia. Tua muda dapat terjangkit
penyakit osteoporosis bila kebutuhan kalsium tidak terpenuhi. Adapun kebutuhan
kalsium berdasarkan usia terdiri atas. 0-6 bulan kebutuhan kalsium yang dibutuhkan
sebanyak 210 mg per hari
2. 7-12 bulan kebutuhan kalsium yang dibutuhkan sebanyak 270 mg per hari
3. 1-3 tahun kebutuhan kalsium yang dibutuhkan sebanyak 500 mg per hari
4. 4-8 tahun kebutuhan kalsium yang dibutuhkan sebanyak 880 mg per hari
5. 19-50 tahun kebutuhan kalsium yang dibutuhkan sebanyak 1000 mg per hari
6. > 50 tahun kebutuhan kalsium yang dibutuhkan sebanyak 1200 mg per hari

 Pencegahan dan pengobatan stroke


Penanganan stroke tergantung pada kondisi penderita secara menyeluruh. Ada 2 proses
penyembuhan utama yang harus dijalani penderita. Pertama adalah penyembuhan
dengan obat-obatan di rumah sakit, kontrol secara ketat konsumsi makanan yang dapat
memicu terjadinya serangan stroke. Proses penyembuhan kedua adalah fisiotherapy yaitu
latihan otot-otot untuk mengembalikan fungsi otot dan fungsi komunikasi agar mendekati
kondisi semula, yang dilakukan bersama instruktur fisiotherapy dan pasien harus taat
pada latihan yang dilakukan agar tidak terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh
yang pernah mengalami kelumpuhan.

Cara mencegah stroke yang utama adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Selain
itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter.
“Jangan takut berkonsultasi ke dokter jika mengalami gejala stroke di masa pandemi. Karena
stroke adalah penyakit gawat darurat yang perlu penanganan segara, mau ringan, sedang ataupun
berat gejalanya,” tutur dr. Imam.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/admin/Favorites/Desktop/Downloads/jiptummpp-gdl-alishaaziz-49202-3-
babii.pdf

Yatim, F, 2000. Osteoporosis Penyakit KerapuhanTulang PadaLansia. DepkesRI,Jakarta.

Nuhonni,SA,2000. Osteoporosis dan Pencegahannya.FKUI,Jakarta

FKM UI, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.DepartemenGizi


danKesehatanMasyarakatFKMUI, Jakarta

Sozen T, Ozisik L, Basaran NC. An overview and management of osteoporosis. Eur J Rheum.
2016:1-11. Doi: 10.5152/eurjrheum.2016.048

Drake MT, Lewiecki M. The Pathophysiology and Treatment of Osteoporosis. Clin Thera.
2015:1-14

Cipolla MJ. The cerebral circulation. Integrated systems physiology: From molecule to function.
2009 Jan 1;1(1):1-59.

https://lifepack.id/osteoporosis/

Anda mungkin juga menyukai