Anda di halaman 1dari 33

BIOSINTESIS NANOPARTIKEL EMAS MENGGUNAKAN EKSTRAK

JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) UNTUK ANALISIS KROMIUM


SECARA KOLORIMETRI DENGAN CITRA DIGITAL

AHMAD MUKHLASUL AMRI


A1F017030

Pembimbing Utama : Prof. Dr. M. Lutfi Firdaus, M.T.


Pembimbing Pendamping : Dr. Rina Elvia, M.Si.
Penguji 1 : Dewi Handayani, S.Pd., M.Si. Penguji 2
: Drs. Hermansyah Amir, M.Pd.
LATAR BELAKANG
1

3 5

Perkembangan
industri Metode alternatif yaitu
(Limbah logam berat Kolorimetri (salah satunya Analisa kolorimetri secara
semakin banyak, NPE)
salah satunya Citra Digital
kromium)re .
4
2
Biosintesis

Alat analisis (ICP-MS & AAS) RUMIT &


MAHAL
BATASAN MASALAH

Buah jeruk nipis segar Image J

Ekstrak : HAuCl4
(1:50) Teknik SLR menggunakan
MS. Excel 2010

Cr(III) dan Cr(VI)

Sampel : air laut kawasan


Kamera sony PLTU batubara Teluk Sepang
dsc-h300
RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN
1) Bagaimanakah kondisi optimum NPE yang
disintesis dengan bioreduktor ekstrak buah jeruk 1) Untuk mendeskripsikan bahwa NPE hasil
nipis (Citrus aurantifolia) yang dapat biosintesis dapat digunakan sebagai indikator
digunakan sebagai indikator kolorimetri untuk kolorimetri untuk menganalisis Cr(III)
analisis Cr(III)?
2) Untuk mendeskripsikan bahwa NPE hasil
2) Bagaimanakah kondisi optimum NPE yang biosintesis dapat digunakan sebagai indikator
disintesis dengan bioreduktor ekstrak buah jeruk kolorimetri untuk menganalisis Cr(VI)
nipis (Citrus aurantifolia) yang dapat
digunakan sebagai indikator kolorimetri untuk 3) Untuk menghitung sensitivitas NPE hasil
analisis Cr(VI)? biosintesis sebagai indikator kolorimetri kromium

3) Berapakah sensitivitas NPE hasil biosintesis 4) Menentukan hasil deteksi kromium yang terdapat
sebagai indikator kolorimetri kromium? pada sampel air lingkungan secara citra digital
dengan menggunakan NPE hasil biosintesis
4) Berapakah hasil deteksi kromium yang terdapat sebagai indikator kolorimetrinya
pada sampel air lingkungan yang dianalisis
menggunakan NPE hasil biosintesis dengan
1 Biosintesis Nanopartikel Emas

10 mL HAuCl4 0,25 mM

• dimasukkan kedalam labu erlenmeyer


• diaduk dan dipanaskan menggunakan hot plate hingga suhu
mencapai 75°C
• ditambahkan ekstrak jeruk nipis dengan berbagai perbandingan
volume (1:5, 1:15, 1:25, 1:50, 1:75). dan diaduk kembali hingga
warna berubah menjadi merah anggur
• dihentikan pemanasan dan dibiarkan tetap mengaduk hingga
suhu ruang

NPE 300-700 nm
Penentuan pH, Suhu dan Waktu Inkubasi Optimum
2
Nanopartikel Emas
pH Suhu Waktu Inkubasi
0,5 mL NPE 0,5 mL NPE
0,5 mL NPE
pH optimum optimum +
kromium
Ditambahkan asam (HCl)
& basa (NaOH) 1. Suhu 15°C
(konsentrasi kecil) 2. Suhu 30°C 1. 1 menit
3. Suhu 45°C 2. 5 menit
(kemudian ditambahkan 3. 10 menit
kromium) 4. 15 menit

Variasi pH 2,3,5,7 dan 9


(kemudian ditambahkan
kromium)
Diukur absorbansi
pada 300-700 nm Diukur absorbansi
Diukur absorbansi
pada 300-700 nm
pada 300-700 nm
3 Penentuan Keselektifan terhadap Logam Berat

0,5 mL NPE

• Dimasukkan ke dalam kuvet


• Ditambahkan 0,5 mL larutan standar 10 ppm (yang
mengandung ion Ba2+, Hg2+, Fe2+, Zn2+, Mg2+, Ca2+,
Pb2+, Cr3+, Cr6+, Co2+, K+, Na+, Mn2+ dan Ni2+ Diamati
perubahan absorbansi

Selektif terhadap Cr(III)


dan Cr(VI) 300-700 nm
4 Penentuan Kesensitifan NPE terhadap Cr(III) dan Cr(VI)

0,5 mL NPE

• Dimasukkan kedalam kuvet


• Ditambahkan 0,5 mL larutan Cr(III) 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm,
6 ppm, 8 ppm, 10 ppm. Diamati perubahan absorbansinya
• Diulangi langkah tersebut
untuk Cr(VI)

Sensitif terhadap Cr(III) & Cr(VI)


300-700 nm
Penentuan Akurasi Metode Citra Digital terhadap
5
Spektrofotometri UV-Vis

ditambahkan 0,5 mL larutan


Cr(III) dan Cr(VI) 0 ppm, 2
0,5 mL NPE ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm,
10 ppm

Kurva Kalibrasi
secara Spektrofotometri UV-Vis Kurva Kalibrasi
secara Citra Digital
6
Preparasi Sampel Air Lingkungan dan Penentuan
Kadar Cr(III) dan Cr(VI) pada Sampel
• Ditambah NaOH
Sampel : air laut di • Disaring menggunakan
kawasan PLTU Teluk kertas saring Whatmann
Sepang, Kota Bengkulu no.1
• Ditambah HCl

Ditambahkan larutan
Tanpa penambahan Cr(III) dan Cr(VI) Metode Adisi
Cr(III) dan Cr(VI) dengan konsentrasi Standar
(0 ppm) 8 ppm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biosintesis Nanopartikel Emas
530 nm

Keterangan :
A. Air (blanko)
B. HAuCl4
C. Ekstrak jeruk nipis
D. NPE biosintesis
Mekanisme Terbentuknya NPE

Dilakukan Pemanasan hingga


suhu 75°C

warna
kuning

zat penyetabil (mengontrol


pertumbuhan cluster)
Perbandingan Volume Ekstrak dan HAuCl4

Perbandingan optimum
volume ekstrak dan HAuCl4
yaitu 1:50. Karena, memiliki
puncak absorbansi yang
paling tinggi (1,69212).
Sedangkan untuk stabilitas
NPE yang terbentuk hanya
selama 1 hari.
Mekanisme deteksi kromium dengan menggunakan NPE

disertai transfer muatan


intramolekul (ikatan ion)

Adanya interaksi antara gugus


Terjadi perubahan warna
fungsi sitrat dengan ion Cr3+
dari merah menjadi
dapat menyebabkan agregasi
abu-abu biru
NPE (Amourizi,2019)
Spektrum UV-Vis NPE + Kromium
NPE (530 nm)
NPE + Cr(VI) (344 nm)
NPE + Cr(III) (640 nm)
Penentuan Kondisi Optimum NPE
Penentuan Kondisi pH pH yang diambil untuk percobaan selanjutnya yaitu pH 5

Pada pH<5 protonasi pada gugus fungsi sitrat (NPE teragregasi)


Pada pH>5 kemampuan NPE dalam mendeteksi Cr tetap bisa namun, absorbansinya lebih
rendah dibandingkan pada pH 5

Hal ini sejalan dengan penelitian Hua Lo (2015) tentang pendeteksian Cr menggunakan AuNPS
dengan berbagai kondisi pH. Pada pH<5 capping agent akan terprotonasi, pada pH (5-9) memiliki
kondisi yang relatif sama dan stabil dan pada pH>9 akan terbentuk koloid Cr(OH)3
Penentuan Suhu Optimum

Suhu 30°C merupakan suhu optimum, karena laju reaksi gugus sitrat dan
ion Cr3+ paling besar (banyak partikel NPE yang teragregasi)
Pada suhu diatas dan dibawah 30°C, laju reaksi yang terjadi cenderung
lebih lambat (partikel NPE yang teragregasi sedikit)

Namun berbeda dengan Cr(VI), semakin tinggi kondisi suhu maka semakin
lambat reaksi yang terjadi antara gugus fungsi sitrat dengan ion Cr6+.
Sehingga suhu optimumnya yaitu 15°C.
Penentuan Waktu Inkubasi Optimum

(Perlakuan Cr(III))
Pada waktu diatas 5 menit (10-15 menit) memiliki rasio absorbansi (640/530) yang
relatif sama dan tidak terjadi perubahan yang besar, sehingga guna mengefektifkan
penelitian yang dilakukan maka waktu inkubasi optimum yaitu selama 5 menit.
Sedangkan pada Cr(VI), Pada waktu diatas 10 menit memiliki absorbansi yang relatif
sama, sehingga waktu inkubasi yang dilakukan selanjutnya yaitu selama 10 menit
PENGUJIAN KESELEKTIFAN

Selektif terhadap Cr(III), terjadi


penurunan puncak absorbansi
pada 530 nm dan terbentuk
puncak absorbansi baru di 640
nm(bergeser ke daerah visible)

Sedangkan pada Cr(VI),


terbentuk puncak baru di 344
nm yang menunjukkan terjadi
pergeseran ke arah kiri(daerah
UV/Ultraviolet)

Selain itu, terjadi kenaikan absorbansi NPE setelah ditambahkan Fe. Sehingga pada saat analisa
sampel, pengotor seperti Fe harus diendapkan.
Keselektifan NPE terhadap
Cr(IIII) dan Cr(VI)

Dari gambar dapat dilihat bahwa NPE selektif terhadap Cr(III) yang ditunjukkan dengan terjadinya
agregasi pada NPE ditandai perubahan warna dari merah menjadi abu-abu biru.

Namun, pada Cr(VI) juga dikatakan selektif walaupun tidak terjadi perubahan warna. Hal ini karena
perubahan tidak dapat dilihat secara langsung, melainkan dapat dianalisis secara Spektrofotometri
UV-Vis. Dilihat dari Spektrum UV-Vis sebelumnya, muncul puncak absorbansi baru di 344 nm .
Penentuan Kesensitifan Cr(VI)
Cr(III)
Kurva Kalibrasi Spektrofotometri UV-Vis dan Citra Digital

Spektrofotometri UV-Vis
Citra Digital

Persamaan linear yang digunakan untuk analisa sampel pada komponen yang berwarna
merah. Hal ini dikarenakan memiliki slope paling tinggi dan regresi yang paling baik

Selain itu, Penentuan komponen warna merah yang digunakan pada analisis secara
citra digital didasarkan atas komponen warna yang dipantulkan/direfleksikan oleh
kamera. NPE yang dihasilkan berwarna merah sehingga komponen warna yang
dipantulkan yaitu warna merah itu sendiri.
LOD dan LOQ

Cr(III) Spektofotometri UV-Vis Citra Digital

SD 0,10 0,04
LOD 0,29 0,11 Perhitungan LOD
LOQ 0,95 0,37
RSD 10,09 7,67 dan LOQ
diperolehberdasark
an 10 kali
Cr(VI) Spektrofotometri UV-Vis
pengulangan
pengukuran blanko
SD 0,10 (NPE+air)
LOD 0,29
LOQ 0,95
RSD 9,71
Perbandingan Keakuratan
Cr(III)

Setelah dilakukan perbandingan keakuratan, diperoleh akurasi


dari kedua metode yaitu 97,49%
Analisa Sampel
Ditambah Ditemukan Recovery RSD
Sampel
(ppm) (ppm) % %
Tanpa adisi Cr(III) 0 1,17 - 2,69
Adisi Cr(III) 8 8,62 102,82 1,30

Adisi Cr(VI) 8 8,14 101,75 0,91

Pada analisa sampel Cr(III) digunakan sampel air laut di sekitar PLTU Teluk Sepang,
Kota Bengkulu. Namun, untuk analisa Cr(VI) tidak bisa digunakan sampel lingkungan,
dikarenakan konsentrasi sampel dimungkinkan dibawah batas deteksi. Sehingga
dilakukan adisi 8 ppm

Berdasarkan hasil yang diperoleh, konsentrasi Cr(III) di air laut tersebut melebihi
ambang batas yaitu 0,5 ppm. Hasil pada tabel merupakan hasil 25 kali pengenceran,
sehingga konsentrasi Cr(III) sebenarnya di sampel yaitu 29,25 ppm.
Berdasarkan penelitian Firman (2020), didalam limbah fly ash dan bottom ash
batubara, terkandung sebesar 43 ppm dan 26 ppm kromium didalamnya.
KESIMPULAN
1. Kondisi optimum NPE hasil biosintesis untuk mendeteksi Cr(III) : Volume ekstrak
dan HAuCl4 (1:50), kondisi pH 5, 30°C dan waktu inkubasi 5 menit.

2. Kondisi optimum NPE hasil biosintesis untuk mendeteksi Cr(VI) : Volume ekstrak
dan HAuCl4 (1:50), kondisi pH 5, 15°C dan waktu inkubasi 10 menit.

3. Kesensitifan NPE hasil biosintesis terhadap Cr(III) dan Cr(VI) secara berturut-turut
yaitu 0,11 ppm dan 0,29 ppm.

4. Hasil deteksi analisa sampel, diperoleh kadar Cr(III) di air laut kawasan PLTU Teluk
Sepang yaitu sebesar 29,25 ppm. Namun, Cr(VI) tidak dapat dideteksi secara
langsung melainkan dengan metode adisi. Hasil yang diperoleh sebesar 8,14 ppm.
SARAN
1. Pada proses biosintesis NPE sebaiknya ditambahkan agen penyetabil (stabilizing
agent) seperti, trisodium sitrat dihidrat, ligan sulfur (seperti tiolat), ligan fosfor,
polimer atau surfaktan agar NPE yang dihasilkan memiliki kestabilan yang lebih
lama.

2. Selain ditambahkan agen penyetabil, sebaiknya NPE dibuat dalam bentuk PAD
(Paper Analytical Device) agar dapat bertahan lebih lama.

3. Dalam penentuan suhu optimum sebaiknya dilakukan dengan variasi suhu yang
lebih banyak (seperti 5 variasi suhu), agar hasil yang diperoleh lebih reliabel dan
akurat.
BUKTI PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai