3 5
Perkembangan
industri Metode alternatif yaitu
(Limbah logam berat Kolorimetri (salah satunya Analisa kolorimetri secara
semakin banyak, NPE)
salah satunya Citra Digital
kromium)re .
4
2
Biosintesis
Ekstrak : HAuCl4
(1:50) Teknik SLR menggunakan
MS. Excel 2010
3) Berapakah sensitivitas NPE hasil biosintesis 4) Menentukan hasil deteksi kromium yang terdapat
sebagai indikator kolorimetri kromium? pada sampel air lingkungan secara citra digital
dengan menggunakan NPE hasil biosintesis
4) Berapakah hasil deteksi kromium yang terdapat sebagai indikator kolorimetrinya
pada sampel air lingkungan yang dianalisis
menggunakan NPE hasil biosintesis dengan
1 Biosintesis Nanopartikel Emas
10 mL HAuCl4 0,25 mM
NPE 300-700 nm
Penentuan pH, Suhu dan Waktu Inkubasi Optimum
2
Nanopartikel Emas
pH Suhu Waktu Inkubasi
0,5 mL NPE 0,5 mL NPE
0,5 mL NPE
pH optimum optimum +
kromium
Ditambahkan asam (HCl)
& basa (NaOH) 1. Suhu 15°C
(konsentrasi kecil) 2. Suhu 30°C 1. 1 menit
3. Suhu 45°C 2. 5 menit
(kemudian ditambahkan 3. 10 menit
kromium) 4. 15 menit
0,5 mL NPE
0,5 mL NPE
Kurva Kalibrasi
secara Spektrofotometri UV-Vis Kurva Kalibrasi
secara Citra Digital
6
Preparasi Sampel Air Lingkungan dan Penentuan
Kadar Cr(III) dan Cr(VI) pada Sampel
• Ditambah NaOH
Sampel : air laut di • Disaring menggunakan
kawasan PLTU Teluk kertas saring Whatmann
Sepang, Kota Bengkulu no.1
• Ditambah HCl
Ditambahkan larutan
Tanpa penambahan Cr(III) dan Cr(VI) Metode Adisi
Cr(III) dan Cr(VI) dengan konsentrasi Standar
(0 ppm) 8 ppm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biosintesis Nanopartikel Emas
530 nm
Keterangan :
A. Air (blanko)
B. HAuCl4
C. Ekstrak jeruk nipis
D. NPE biosintesis
Mekanisme Terbentuknya NPE
warna
kuning
Perbandingan optimum
volume ekstrak dan HAuCl4
yaitu 1:50. Karena, memiliki
puncak absorbansi yang
paling tinggi (1,69212).
Sedangkan untuk stabilitas
NPE yang terbentuk hanya
selama 1 hari.
Mekanisme deteksi kromium dengan menggunakan NPE
Hal ini sejalan dengan penelitian Hua Lo (2015) tentang pendeteksian Cr menggunakan AuNPS
dengan berbagai kondisi pH. Pada pH<5 capping agent akan terprotonasi, pada pH (5-9) memiliki
kondisi yang relatif sama dan stabil dan pada pH>9 akan terbentuk koloid Cr(OH)3
Penentuan Suhu Optimum
Suhu 30°C merupakan suhu optimum, karena laju reaksi gugus sitrat dan
ion Cr3+ paling besar (banyak partikel NPE yang teragregasi)
Pada suhu diatas dan dibawah 30°C, laju reaksi yang terjadi cenderung
lebih lambat (partikel NPE yang teragregasi sedikit)
Namun berbeda dengan Cr(VI), semakin tinggi kondisi suhu maka semakin
lambat reaksi yang terjadi antara gugus fungsi sitrat dengan ion Cr6+.
Sehingga suhu optimumnya yaitu 15°C.
Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
(Perlakuan Cr(III))
Pada waktu diatas 5 menit (10-15 menit) memiliki rasio absorbansi (640/530) yang
relatif sama dan tidak terjadi perubahan yang besar, sehingga guna mengefektifkan
penelitian yang dilakukan maka waktu inkubasi optimum yaitu selama 5 menit.
Sedangkan pada Cr(VI), Pada waktu diatas 10 menit memiliki absorbansi yang relatif
sama, sehingga waktu inkubasi yang dilakukan selanjutnya yaitu selama 10 menit
PENGUJIAN KESELEKTIFAN
Selain itu, terjadi kenaikan absorbansi NPE setelah ditambahkan Fe. Sehingga pada saat analisa
sampel, pengotor seperti Fe harus diendapkan.
Keselektifan NPE terhadap
Cr(IIII) dan Cr(VI)
Dari gambar dapat dilihat bahwa NPE selektif terhadap Cr(III) yang ditunjukkan dengan terjadinya
agregasi pada NPE ditandai perubahan warna dari merah menjadi abu-abu biru.
Namun, pada Cr(VI) juga dikatakan selektif walaupun tidak terjadi perubahan warna. Hal ini karena
perubahan tidak dapat dilihat secara langsung, melainkan dapat dianalisis secara Spektrofotometri
UV-Vis. Dilihat dari Spektrum UV-Vis sebelumnya, muncul puncak absorbansi baru di 344 nm .
Penentuan Kesensitifan Cr(VI)
Cr(III)
Kurva Kalibrasi Spektrofotometri UV-Vis dan Citra Digital
Spektrofotometri UV-Vis
Citra Digital
Persamaan linear yang digunakan untuk analisa sampel pada komponen yang berwarna
merah. Hal ini dikarenakan memiliki slope paling tinggi dan regresi yang paling baik
Selain itu, Penentuan komponen warna merah yang digunakan pada analisis secara
citra digital didasarkan atas komponen warna yang dipantulkan/direfleksikan oleh
kamera. NPE yang dihasilkan berwarna merah sehingga komponen warna yang
dipantulkan yaitu warna merah itu sendiri.
LOD dan LOQ
SD 0,10 0,04
LOD 0,29 0,11 Perhitungan LOD
LOQ 0,95 0,37
RSD 10,09 7,67 dan LOQ
diperolehberdasark
an 10 kali
Cr(VI) Spektrofotometri UV-Vis
pengulangan
pengukuran blanko
SD 0,10 (NPE+air)
LOD 0,29
LOQ 0,95
RSD 9,71
Perbandingan Keakuratan
Cr(III)
Pada analisa sampel Cr(III) digunakan sampel air laut di sekitar PLTU Teluk Sepang,
Kota Bengkulu. Namun, untuk analisa Cr(VI) tidak bisa digunakan sampel lingkungan,
dikarenakan konsentrasi sampel dimungkinkan dibawah batas deteksi. Sehingga
dilakukan adisi 8 ppm
Berdasarkan hasil yang diperoleh, konsentrasi Cr(III) di air laut tersebut melebihi
ambang batas yaitu 0,5 ppm. Hasil pada tabel merupakan hasil 25 kali pengenceran,
sehingga konsentrasi Cr(III) sebenarnya di sampel yaitu 29,25 ppm.
Berdasarkan penelitian Firman (2020), didalam limbah fly ash dan bottom ash
batubara, terkandung sebesar 43 ppm dan 26 ppm kromium didalamnya.
KESIMPULAN
1. Kondisi optimum NPE hasil biosintesis untuk mendeteksi Cr(III) : Volume ekstrak
dan HAuCl4 (1:50), kondisi pH 5, 30°C dan waktu inkubasi 5 menit.
2. Kondisi optimum NPE hasil biosintesis untuk mendeteksi Cr(VI) : Volume ekstrak
dan HAuCl4 (1:50), kondisi pH 5, 15°C dan waktu inkubasi 10 menit.
3. Kesensitifan NPE hasil biosintesis terhadap Cr(III) dan Cr(VI) secara berturut-turut
yaitu 0,11 ppm dan 0,29 ppm.
4. Hasil deteksi analisa sampel, diperoleh kadar Cr(III) di air laut kawasan PLTU Teluk
Sepang yaitu sebesar 29,25 ppm. Namun, Cr(VI) tidak dapat dideteksi secara
langsung melainkan dengan metode adisi. Hasil yang diperoleh sebesar 8,14 ppm.
SARAN
1. Pada proses biosintesis NPE sebaiknya ditambahkan agen penyetabil (stabilizing
agent) seperti, trisodium sitrat dihidrat, ligan sulfur (seperti tiolat), ligan fosfor,
polimer atau surfaktan agar NPE yang dihasilkan memiliki kestabilan yang lebih
lama.
2. Selain ditambahkan agen penyetabil, sebaiknya NPE dibuat dalam bentuk PAD
(Paper Analytical Device) agar dapat bertahan lebih lama.
3. Dalam penentuan suhu optimum sebaiknya dilakukan dengan variasi suhu yang
lebih banyak (seperti 5 variasi suhu), agar hasil yang diperoleh lebih reliabel dan
akurat.
BUKTI PUSTAKA