BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO (1975) Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis
penyakit, baik fisik, mental, dan sosial, dan saat ini arti sehat telah diperluas selain dari
tiga dimensi yang disebutkan di atas, maka telah ditambah lagi dengan sehat secara
ekonomi. Dari pengertian tersebut sudah nampak jelas bahwa manusia dikatakan sehat
apabila telah memenuhi ke empat dimensi tersebut. Selain itu, kesehatan juga
merupakan hak setiap individu, sehingga menjadi manjadi salah satu hak asasi manusia
yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun, dan setiap individu berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sama antara individu satu dengan individu lainnya, tanpa ada
batasan dari pangkat, golongan dan sebagainya. Akan tetapi saat ini kesehatan sering
yang terjadi antara penerima pelayanan kesehatan dan pemberi pelayanan kesehatan.
ekspresi pertiakaian antara individu dengan individu lainnya, atau antara kelompok satu
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat dan dialami oleh
(rumah sakit, puskesmas dan pelayanan kesehatan lainnya). Konflik yang terjadi di
lingkungan kesehatan sering terjadi akibat dari pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh
masyarakat kurang memuaskan, dan adanya komunikasi yang tidak efektif antara
yang dilakukan oleh petugas kesehatan adalah suatu tindakan malpraktik yang
1
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
masyarakat. Karena masyarakat lebih memilih untuk melakukan tuntutan ganti rugi atas
bahwa 77.64% pasien pada lima rumah sakit di Ujung Pandang lebih memilih melakukan
tuntutan ganti rugi atas kesalahan atau kelalaian. Dan penyelesaian dengan ganti rugi
melalui rumah sakit ini dirasakan lebih efektif, karena dilakukan melalui pendekatan
secara kekeluargaan (musyawarah). Dan apabila tidak bisa maka baru akan ditempuh
ini selain dapat diselesiakan penyelesainnya dengan mediasi tergantung dari kasus yang
dihadapi. Penyelesaian dengan mediasi ini dianggap lebih efektif karena proses yang
dilakukan dalam mediasi lebih mengutamakan komunikasi antara kedua belah pihak
hubungan antara kedua belah pihak tetap baik. Jadi, penyelesaian dengan mediasi ini
antara klien dengan pemberi pelayanan kesehatan, dan juga hubungan antara kedua
1.2. Tujuan
2
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
BAB II
TINJAUAN TEORI
hukum atau kebijakan (policy) di dalamnya tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak,
dituntut balik atau diingkari oleh pihak lain. Dalam pengertian sengketa tersebut
hukum tertentu. Dengan demikian tidak pernah terjadi sengketa dalam wilayah hukum
publik, yang melibatkan subyek yang tidak sederajat, kecuali untuk hal-hal tertentu oleh
sengketa tidak hanya meliputi sengketa yang terjadi dipengadilan, tetapi luas lagi
utama (causa prima)-nya. Berikut empat hal yang bisa digunakan sebagai dasar
identifikasi penyebab.
1. Permasalahan hubungan
Emosi yang kuat muncul pada klien, harus dihadapi oleh tenaga kesehatan
dengan sikap yang sabar dan terbuka dalam menghadapi klien agar tidak terjadi
empati kepada klien, perawat harus ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
klien tapi tidak ikut terbawa oleh emosi klien, sehingga perawat dapat mengerti
3
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
informasi yang disampaikan kepada klien dan keluarganya secara jelas dapat
kesehatan dengan klien dan keluarganya, yang dianggap penting juga adalah
dengan menyampaikan informasi yang baik dapat diartikan buruk oleh klien dan
keluarganya ketika cara berkomunikasi dan sikap yang digunakan tidak tepat.
Walaupun bagi perawat terkadang dapat terbawa emosi karena beban kerja yang
cukup berat dan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga penting bagi
konflik.
yang sombong, arogan dan congkak, karena sikap seperti ini dapat menimbulkan
konflik antara pihak pasien denga tenaga kesehatan. Sikap sopan dan santun
2. Permasalahan data
Menurut Indra Bastian dan Suryono (2011) Permasalahan data yang disimpan direkam
medik sering kali menjadi pemicu terjadinya konflik dalam pelayanan kesehatan.
Permasalahan data ini muncul karena adanya kurang akuratnya data yang disimpan di
dalam file rekam medik. Ini biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam memasukkan
4
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
data (laboratorium, data kesehatan klien). Permasalahan mendasar tentang data bisa
a. Kurangnya informasi
Kurangnya informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan kepada pihak klien
dan keluarganya sangat menentukan untuk tidak terjadi konflik. Cara memberikan
informasi kepada klien dan kelaurga yang memiliki latar belakang pendidikan yang
disampaikan sebaik mungkin, agar klien dan keluarganya bisa paham tentang
terlebih lagi pada saat fasilitas tersebut menyangkut masalah pembiayaan. Hal
seperti ini harus disampaikan dengan pemecahan masalah yang mungkin dapat
menggunakan fasilitas yang lain, mungkin lebih murah dalam pembiayaan tetapi
Penjelasan tentang interpretasi data harus dengan standar yang digunakan oleh
pihak rumah sakit, puskemas atau klinik. Bukan atas pemikiran secara subyektif
3. Permasalahan stuktural
a. Sumber daya
Kurangnya sumber daya manusia yang ada dipelayanan kesehatan, sering kali
5
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
b. Waktu
menunggu lebih lama dan sering kali terjadi antri yang cukup lama. Masalah
seperti ini sering membuat masyarakat tidak puas dengan pelayanan yang ada,
Andalas, 2012)
c. Faktor geografis
Fasilitas yang dimiliki oleh tempat pelayanan kesehatan yang ada di kota dan di
desa sangat berbeda. Fasilitas yang dimilki oleh pelayanan kesehatan yang ada
apabila terjadi kasus yang gawat darurat psien biasanya hanya dibantu dengan
fasilitas seadanya. Jadi, hal ini sering menjadi konflik baik dari masyarakat
d. Kekuatan/kewenangan
Birokrasi yang ada di Indonesia cukup rumit dan berbelit, sehingga terkadang
karena orang yang berwenang sering tidak ada di tempat sementara tidak ada
e. Pengambilan keputusan
6
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat terhadap klien (Masruroh hasyim,
dkk, 2012)
4. Perbedaan nilai
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien harus berdasarkan pada adat
istiadat, nilai, dan moral yang berlaku di masyarakat. Ini merupakan suatu etika profesi
yang harus di junjung tinggi oleh semua petugas kesehatan terhadap profesi yang di
norma kesusilaan dan adat istiadat antara masyarakat dan perawat bukan menjadi
masalah yang menyebabkan konflik, akan tetapi perawat dapat melihat hal ini sebagi
suatu yang harus dihormati dan dihargai. Karena perawat memandang manusia sebagia
suatu yang holistik secara bio,psiko, sosio, spiritual dan budaya (Kim, 2001).
Hubungan petugas kesehatan bak itu dokter/perawat/gizi dan sebagainya selain dari
hubungan yang berbentuk medis, tetapi juga hubungan sebagi ikatan hukum. Dimana
masing-masing hubungan ini akan diatur dan dikat sesuai dengan kaidah yang berlaku
Dalam melakukan tindakan medis, maka harus ada persetujuan tindakan medik
(informed consent) antara klien dan petugas kesehatan. Dimana klien dan keluarganya
berhak atas informed consent atau informasi yang jelas tentang keadaan klien dan
tindakan yang akan dilakukan, dan petugas kesehatan memiliki keawajiban untuk
menyampaikan informasi yang benar dan tepat kepada klien dan keluarganya tentang
tentang persetujuan medis, yang berisi tentang penjelasan kepada pasien dalam rangka
memperoleh izin dari klien maupun keluarga untuk melakukan tindakan medis, sebagai
pertimbangan untuk meperingan penderitaan klien dan tidak untuk memberikan informasi
7
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
yang menakut-nakuti kepada dari klien dan keluarga. Disini klien dan keluarga berhak
untuk menentukan keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan medik ataupun
pada keadaan gawat darurat tidak diperlukannya informed consent apabila keadaan
pasien buruk yang dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen apabila tidak
segera diberikan pertolongan, akan tetapi harus segera memberikan informasi kepada
klien dan keluarga apabila klien sudah sadar atau keluarga sudah datang atau dalam
keadaan tenang.
Menurut Robert Wheeler (2006) secara umum infomed consent yang harus
dengan tujuan yang ingin dicapai pada klien. penyampaian informasi tentang
perawatan dapat berbeda dari waktu ke waktu tergantung dari keadaan klien pada
saat itu.
2. Diagnosa penyakit
Keadaan penyakit dari klien harus diketahui oleh klien muapun keluarga terdekat.
Baik diminta maupun tidak diminta oleh pihak klien, petugas kesehatan harus
memberikan informasi ang tepat tentang keadaan penyakit klien (diagnosa penyakit),
3. Pilihan dari perawatan dan prognosis, termasuk pilihan untuk tidak dilakukan
perawatan.
yang dilakukan dan prognosis tentang perawatan tersebut. tetapi petugas kesehatan
8
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
juga harus menyampaikan akibat atau risiko yang bisa terjadi apabila perawatan
tersebut tidak dilakukan secara jujur dan tidak menakut-nakuti klien dan keluarganya.
Pilihan alternatif untuk perawatan yang lain juga harus disampaikan kepada klien dan
tersebut. Hal ini membantu klien dan keluarga untuk mengambil keputusan yang
Efek samping yang mungkin dapat terjadi dari perawatan juga harus disampaikan,
petugas kesehatan yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap proses kesehatan
klien
7. Petugas kesehatan harus mengingatkan tentang hak pasien bahwa pasien boleh
Klien dan keluarga berhak untuk berubah pikiran, setuju atau tidak setuju terhadap
tujuan organisasi. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang
harus dinilai untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (KARS, 2000). Sedangkan
9
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
prosedur tetap (protap) adalah tata cara atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu
prooses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang
sehingga suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes RI, 2005).
2.3.1 Tujuan
1. Menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau
unit.
2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
lainnya.
2.3.2 Fungsi
2. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan iptek
10
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya
4. Harus di dokumentasikan
1. SOP untuk aspek keilmuan atau profesi adalah SOP mengenai proses kerja untuk
keperawatan.
2. SOP untuk aspek manajerial atau administrasi adalah SOP mengenai proses
kerja yang menunjang SOP keilmuan dan pelayanan pasien nonkeilmuan yang
dan pelaporan.
Dilakukan oleh kedua belah pihak yang berkonflik, dan dilakukan dalam waktu
satu hari. Mediator dapat berasal dari pengadilan yang telah menyiapkan mediator, atau
mediator yang ditunjuk oleh kedua belah pihak di luar dari pengadilan. Apabila dlam
waktu satu hari kedua belah pihak belum menunjuk seorang mediator, maka pengadilan
berhak menunjuk sendiri mediator untuk pihak yang berkonflik (Nugroho dan Adi Susanti,
2009).
Menurut Nugroho dan Adi Susanti (2009) kedua belah pihak harus menyerahkan
dokumen, surat dan sebagainya, yang berisikan perkara yang menjadi konflik. Dokumen
tersebut diserahkan kepada mediator maksimal tujuh hari setelah menunjuk mediator
11
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
sengketa, dan tempat untuk melakukan mediasi ditentukan oleh para pihak dan mediator.
Menurut Nugroho dan Adi Susanti (2009) hal-hal yang perlu disiapkan mediator, yaitu :
b. Penilaian (penyimpulan)
selama mediasi
6. Surat kontrak.
12
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
BAB III
Tuan A, usia 70 tahun, tiba-tiba merasakan tubuhnya lemas pada saat bangun tidur dan
klien tidak bisa bangun tidur dari tempat tidur. Klien memiliki dua orang anak dan sudah
berkeluarga, untuk saat ini klien hanya tinggal berdua dengan istrinya. Istri klien lalu
menghubungi dokter untuk memriksa keadaan klien dirumah. Dari pemeriksaan klien di
dapatkan data : klien lemah, keluar keringat dingin, bicara pelo, ekstremitas sebelah
susp.stroke, dan disranakan untuk di rujuk ke rumah sakit yang memilki fasilitas lebih
lengkap. Karena klien dan istrinya tinggal di daerah pedesaan yang tidak mempunyai
rumah sakit dan pelayanan kesehatan dipusatkan pada puskesmas induk di daerah
tersebut, sehingga tidak memiliki fasilitas yang lengkap. Jarak antara daerah tersebut ke
perkotaan kurang lebih 3-4 jam perjalanan dengan menggunakan mobil. Klien dibawa
oleh keluarga ke rumah sakit di kota, dan masuk di ruang IGD. Pada saat di RS klien
mengalami gelisah dan mulai berbicara dengan bahasa yang kacau. Oleh petugas
kesehatan klien akan dilakukan pemeriksaan dan keluarga menunggu di luar. Pada saat
perawat mengambil peralatan tiba-tiba klien terjatuh dari tempat tidur dan menyebabkan
kondisi yang lebih buruk karena klien mengalami cedera berupa jejas (lebam) pada
beberapa area di tubuh klien, selain dari sakit yang dalami klien sebelumnya. Dan setelah
dilakukan perawatan 2 hari klien meninggal dunia. Dan kemudian pihak keluarga
menuntut pihak RS karena telah melakukan tindakan yang menyebabkan klien cedera
13
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
BAB IV
PEMBAHASAN
Yang menjadi sumber konflik dalam sengketa tersebut adalah adanya emosi yang
kuat dari keluarga yang tidak bisa menerima keadaan dari klien yang meninggal karena
selain dari keadaan klien yang buruk juga diperberat dengan cedera yang dialami oleh
klien. selain itu kurangnya informasi dan komunikasi yang buruk antara pihak petugas
kesehatan atau RS dengan pihak yang menyebabkan terjadinya mispersepsi pada pihak
klien yang tidak mau terima dengan keadaan tersebut. Dan yang paling penting adalah
kemungkinan adanya keterbatasan SDM yang ada di RS tersebut, sehingga tidak ada
keseimbangan antara pasien yang datang dengan jumlha petugas kesehatan yang ada
diruang IGD tersebut. sehingga petugas kesehatan mengalami beban kerja yang cukup
berat sehingga terjadi human error sehingga menyebabkan klien cedera (Indra Bastian
Menurut Husein Kerbala (1993) informed consent yang merupakan hubungan medis
dan hukum antara petugas kesehatan dengan klien. Dimana hak klien untuk memperoleh
informasi tentang penyampaian infored consent dan kewajiban petugas kesehatan untuk
tindakan life saving untuk menyelamatkan nyawa klien dan mencegah kecacatan
permanen tanpa meminta persetujuan tindakan kedokteran dari keluarga klien. dalam hal
ini tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan tanpa meminta persetujuan tindakan
kedoteran dari keluarga karena melihat keadaan klien yang semakin memburu setelah
perjalanan jauh, sementara pada klien dengan stroke tidak boleh dibiarkan tanpa
adanaya penanganan kurang dari 6 jam, karena akan dapat menyebabkan cedera otak.
14
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
Jadi dalam hal ini pihak petugas kesehatan sudah melakukan tindakan yang benar sesuai
memperoleh informasi tidak dipenuhi oleh petugas kesehata, padahal kewajiban dari
Dalam melakukan tindakan tersebut, petugas kesehatan sudah melakukan sesuai SOP.
karena fungsi dari SOP ini adalah menjadi dasar hukum apabila terjadi penyimpangan.
Selain itu tujuan dari SOP ini adalah untuk memperjelas tugas, wewenang dan tanggung
jawab pada petugas yang terkait sehingga mudah untuk diselesaikan. SOP yang
digunakan oleh petugas kesehatan dalam melakukan pertolongan pada klien Tn A sudah
benar akan tetapi komunikasi antara petugas kesehatan dengan keluarga yang kurang
Menurut Nugroho dan Adi Susanti (2009) dalam mencapai solusi ini diperlukan mediasi
untuk mencapai solusi yang tepat antara kedua belah pihak. Ada beberapa tindakan yang
dilakukan pada pertemuan awal dalam melakukan mediasi untuk musyawarah mencapai
memberikan pertolongan pada kasus gawat darurat untuk mencegah kematian dan
cacat permanen. Dan pihak dari keluarga klien biasanya yang paling banyak adalah
meminta ganti rugi atas masalah yang ditimbulkan yang menyebabkan klien
meninggal.
2. Penilaian (penyimpulan)
15
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
Dialog dilakukan kembali untuk apabila belum ada titik terang antara pihak petugas
Nilai dan harapan kedua belah pihak adalah pencapaian mufakat untuk berdamai, dan
pihak keluarga tidak mencemarkan nama baik RS dan petugas kesehatan (RS) tidak
Kemungkinan persolan sengketa ini diselesiakn dengan mediasi sangat besar karena
Kedua belah pihak termotivasi untuk menyelesaikan maslah ini dengan kekeluargaan
dan damai. Agar tidak ada tuntutan di kedua belah pihak maka mediator menyiapkan
surat kontrak yang isinya tentang kesepakatan bersama yang terkait denga teknis
16
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
diperlukan komunikasi dan penyampaian informsi yang tepat, serta tindakan yang
perlindungan hukum dari kedua belah pihak. Karena apabila tetap adanya tuntutan
dari pihak klien pada tindakan yang dilakukan, padahal semua sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku maka penyelsaian masalah yang paling baik dilakukan adalah
5.2 Saran
melakukan komunikasi terapeutik dan bekerja sesuai SOP dan peraturan perundang-
17
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
DAFTAR PUSTAKA
Aziyati ami nur. 2013. Analisis terhadap substansi perjanjian Persetujuan tindakan
medik. Fakultas hukum universitas brawijaya. Malang
Budi tantri ananta. 2010. Upaya bantuan hukum dokter gigi dalam Menghadapi
sengketa medis. Jurnal PDGI vol 59 (1). ISSN 0024-9548. Departemen Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi - Universitas Airlangga
Hanafiah, M Jusuf dan Amir Amri. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta. EGC
Hariyono W, Suryani Dyah, Wulandari yanuk. 2009. Hubungan antara beban kerja,
stres kerja Dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja Perawat di rumah sakit islam
yogyakarta pdhi Kota yogyakarta. Jurnal kesmas UAD vol 3 (3). Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Husein Kerbala, 1993. Segi-Segi Etis dan Yuridis Informed Consent, hal 11. Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta,
Mufidi faiz dan Prasetyowati sri. Tanpa tahun. Penyelesaian sengketa medik di
pelayanan kesehatan. Wacana paramarta.
Nasser M. Tanpa tahun. Pidana dalam kasus sengketa medik. Ketua masyarakat
hukum kesehatan indonesia.
18
Penyelesian Sengketa Kesehatan dalam Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit 2013
Wheeler, Robert, ThomasL Hartshorne, dan Mark Tebeau. 2006. The social fabric.
Volume 2. Prantice Hall
19