OLEH
A. DEFINISI
Tentu saja komunikasi lebih kompleks daripada itu. Ada banyak definisi
komunikasi yang disampaikan oleh para arti. Adanya perbedaan disiplin ilmu
yang menjadi latar belakang para scholar komunikasi menyebabkan beragam
pula definisi komunikasi. Penulis mengutip beberapa definisi sebagai berikut:
David K. Berlo
Instrumen interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi orang
lain, juga untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan
keseimbangan dengan masyarakat.
1
Definisi-definisi tersebut merupakan sebagian kecil dari definisi-definisi
komunikasi yang dapat ditemukan dalam buku-buku teks komunikasi.
Komunikasi dipahami tak ubahnya seperti kerja mesin cuci. Ada input
maupun output yang dihasilkan lewat sejumlah rentetan kejadian atau
pelaksanaan. Input bisa berupa pengirim pesan yang menyampaikan
gagasannya. Gagasan tersebut diterjemahkan lewat bahasa tertentu yang
disampaikan dengan cara atau sarana tertentu yang menghasilkan output berupa
respon dari penerima. Respon ini adalah efek dari penyampaian pesan.
2
Prinsip 2. Sebagai Sebuah Proses, Efisiensi dan Akurasi Menjadi Penting
Masih mengunakan logika mesin cuci di atas, bisa dipahami bahwa proses
mencuci baju dengan mesin cuci dilandasi atas tujuan tertentu, yaitu
membersihkan pakaian, dari kotor menjadi bersih. Jika proses mencuci tidak
menghasilkan pakaian yang bersih, hal itu menunjukkan bahwa proses mencuci
tidak berjalan sebagaimana mestinya atau mesin cuci tidak berfungsi dengan
baik. Akibatnya proses mencuci dikatakan gagal, karena menghasilkan output
tidak seperti yang diharapkan.
Untuk itu efisiensi dan akurasi menjadi penting. Seorang pengirim yang
menyampaikan pesan kepada penerima dengan tujuan membujuk penerima
untuk melakukan tindakan tertentu perlu memformulasikan gagasannya dalam
bentuk bahasa yang bisa dipahami dengan baik oleh penerima. Jika memerlukan
media tertentu, maka pilihan media termasuk kapan dan di mana pesan
disampaikan harus diperhatikan. Tujuannya agar pesan dapat diterima sesuai
dengan yang diinginkan oleh pengirim.
Sampai atau tidaknya sebuah pesan bisa dilihat dari efek yang dihasilkan.
Seperti telah dijelaskan di atas, yang dimaksud efek adalah respon atau umpan
balik dari penerima. Efek menjadi indikator keberhasilan proses komunikasi.
3
Prinsip 5. Pengirim Memegang Peranan Penting
FORMULA LASSWELL
4
Pertanyaan “Who says what in which channel to whom with what effect?”
jika diterjemahkan berarti: siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada
siapa dengan efek apa? Hal tersebut menjadi definisi komunikasi seperti yang
telah dijelaskan di bab I (Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari
pengirim kepada penerima melalui channel tertentu dengan efek tertentu).
Berdasarkan Formula Lasswell, setidaknya ada 5 hal penting yang disebutkan,
yaitu Pengirim (Who), Pesan (Says What), Saluran (In Which Channel), Penerima
(To Whom), Efek (With What Effect). Kelima hal itulah yang menjadi elemen-
elemen komunikasi yang akan dijelaskan sebagai berikut:
PENGIRIM
PESAN
SALURAN
PENERIMA
5
EFEK
Selain kelima elemen tersebut, ada beberapa eleman lain yang juga perlu
dibahas dalam buku ini mengingat elemen-elemen tersebut juga mempengaruhi
proses komunikasi. Elemen-elemen lain tersebut adalah:
TUJUAN
HAMBATAN
1. Internal Noise
Internal noise merupakan gangguan komunikasi yang berasal dari dalam diri
pengirim dan penerima. Ada dua bentuk internal noise, yaitu physiopogical
noise dan psychological noise. Physiological noise menurut West and Turner
6
(2009: 13) merupakan pengaruh biologis yang berpengaruh pada pesan
diterima. Misalnya problem artikulasi, problem pendengaran dan visual, juga
kesehatan fisik pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Sedangkan
psychological noise dijelaskan West and Turner (2009: 13) mengacu pada
bias komunikator, prasangka buruk, atau perasaan tertentu pada lawan
bicara; bahkan kepada pesan. Contohnya adalah ketika seseorang pernah
mendengar orang lain tersinggung akibat penggunaan kata-kata tertentu,
maka ketika ia mendengar kata-kata yang sama yang ditujukan pada dirinya
bisa jadi dia merasa tidak nyaman. Hal tersebut dapat berpengaruh pada
proses komunikasi yang berlangsung.
2. Semantic Noise
Gangguan ini merupakan gangguan bahasa. Gangguan ini terjadi ketika
pihak-pihak yang berkomunikasi memahami makna yang berbeda pada
pesan yang sama. Hal ini tentu saja memungkinkan terjadinya salah paham
(miss-understanding).
3. External Noise
Gangguan ini merupakan gangguan yang berasal dari lingkungan. West and
Turner (2009: 13) menyebutnya sebagai physical noise. Sesuai dengan
namanya, gangguan ini berupa rangsangan-rangsangan (stimuli) yang
berasal dari lingkungan atau di luar pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi. Misalnya suara-suara berisik yang mempengaruhi kejelasan
pesan, gangguan layar monitor presentasi, mikrofon yang tidak dapat
berfungsi, sinyal yang bermasalah dan lain sebagainya.
KONTEKS
7
C. ENCODING DAN DECODING DALAM PROSES KOMUNIKASI
BAB II
8
PANDANGAN TRANSMISI DALAM KOMUNIKASI
A. KONSEP TRANSMISI
Kedua definisi menjelaskan satu hal yang sama atas konsep transmisi.
Transmisi identik dengan transportasi. Transportasi atau pengangkutan sendiri
merupakan tindakan memindahkan seseorang atau sesuatu dari satu tempat ke
tempat lain.
9
Sumber: Merriam-Webster Online
10
Sumber: Cambridge Dictionary Online
11
pada tahun 1989 dan direvisi kembali pada tahun 2009 sebagai bentuk tribute
untuk James Carey yang wafat pada bulan Mei 2006.
12
menggunakan moda-moda transportasi, seperti kuda, perahu, atau kereta.
Penemuan telegraph menjadi solusi atas persoalan jarak. Samuel Morse pada
tanggal 24 Mei 1844 pesan elektronik “What hath God wrought?” dari
Washington ke Baltimore.
Pesan pertama yang dikirimkan oleh Morse, yaitu “What hath God
wrought?” atau “Apa yang Tuhan Lakukan?” adalah hal yang terkait religiusitas.
Hal ini relevan dengan argument Carey (2009: 13) bahwa akar pandangan
transmisi adalah berasal dari tradisi religi.
Menurut Carey, motif utama dari adanya perpindahan manusia dari satu
wilayah menuju wilayah lain dilatarbelakangi oleh alasan-alasan religi. Hasrat
untuk melepaskan diri dari batas-batas wilayah Eropa, membangun kehidupan
baru, menemukan komunitas baru, membuat wilayah-wilayah kehidupan baru di
Amerika adalah motif utama di balik gerakan peradaban Eropa putih yang belum
pernah terjadi sebelumnya di hampir seluruh dunia. Komunitas-komunitas
agama di Eropa terus menjalin kontak dengan komunitas-komunitas di tanah
baru (Amerika, misalnya) yang tak beragama lewat sarana transportasi.
Hadirnya telegraph dalam kehidupan mereka mempermudah upaya tersebut.
Telegraph banyak dimanfaatkan untuk mengirimkan pesan-pesan dakwah.
13
tujuan untuk mengontrol ruang dan orang-orang (Communication was viewed as
a process and a technology that would, sometimes for religious purposes, spread,
transmit, and disseminate knowledge, ideas, and information farther and faster
with the goal of controlling space and people) (Carey, 2009:14).
14
karena makna sifatnya adalah relatif. Yang disebut mutual understanding adalah
kesamaan dalam memahami isi pesan (bukan makna).
Realitas berasal dari bahasa Inggris reality yang berarti kenyataan. Reality
dalam The Oxford English Dictionary didefinisikan: (1) The state of things as they
actually exist, as opposed to an idealistic or notional idea of them, (2) The state or
quality of having existence or substance. Singkatnya realitas adalah sesuatu yang
memang sudah ada dan nyata.
15
BAB III
MODEL KOMUNIKASI TRANSMISI
16
Ada ratusan model komunikasi. Buku ini hanya membahas tiga model
secara komprehensif. Ketiga model ini menjadi model yang cukup populer dalam
buku-buku teks komunikasi. Ketiga model tersebut adalah sebagai berikut:
Model komunikasi pertama yang dibahas adalah model yang dibuat oleh
Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver. Model keduanya terdapat dalam
buku klasik karya mereka yang berjudul Mathematical Model Of Communication
(1949). Gagasan keduanya diterima sebagai sumbangan gemilang saat kajian
komunikasi sedang tumbuh dan berkembang. Model komunikasi karya mereka
menjelaskan komunikasi sebagai transmisi pesan.
Teori tersebut mementingkan faktor saluran dan kapasitas. Hal ini tentu
saja relevan dengan latar belakang kelimuan keduanya, yaitu matematika dan
teknik. Meski demikian, keduanya menyatakan bahwa teori mereka bisa
menjawab problem-problem yang terjadi dalam komunikasi antar manusia.
17
Model tersebut menggambarkan adanya lima elemen yang menjelaskan
proses komunikasi. Kelima elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Information source, atau sumber informasi, yaitu pihak yang
memproduksi pesan
2. Transmitter, yang menyandikan (encode) pesan menjadi sinyal-sinyal.
3. Channel, di mana sinyal-sinyal ditransmisikan.
4. Receiver, yang menyandi balik (decode) sinyal-sinyal menjadi pesan.
5. Destination, di mana pesan yang dikirimkan telah diterima.
Ada satu elemen tambahan, yaitu noise sebagai dysfunctional factor atau faktor
yang membuat proses komunikasi tidak dapat berfungsi. Noise adalah setiap
gangguan terhadap pesan yang bergerak sepanjang saluran yang bisa
mengakibatkan sinyal yang diterima berbeda dengan yang sinyal yang
dikirimkan.
18
adalah bahwa ketiga level problem dalam komunikasi berkaitan dengan
persoalan akurasi dan efisiensi.
Model Shannon dan Weaver disebut juga sebagai model komunikasi yang
linear. Artinya, model ini memisahkan komunikator dan komunikan.
Komunikator adalah pihak yang menjadi pengambil keputusan yang
menentukan makna dari pesan, sementara komunikan atau destination menjadi
pihak yang pasif. Komunikan hanya menjadi pihak yang menyerap informasi.
19
Mengulang yang telah dijelaskan dalam poin 2, Shannon dan Weaver
justru menganggap masalah gangguan semantik bisa diatasi jika masalah teknis
sudah berhasil diatasi. Hal itu dijelaskan sebagai berikut:
But a larger part of the significance comes from the fact that the analysis of
Level A discloses that this level overlaps the other levels more than one could
possibly naively suspect. Thus the theory of Level A is, at least to a significant
degree, also a theory of levels B and C. (1949:4-6]
Untuk itu, model ini kerap dikritik sebagai model yang menyesatkan
dalam komunikasi antar manusia. Komunikasi antar manusia dianalogikan
dengan konsep matematika, interaksi antar manusia seolah-olah serupa dengan
model hitung-hitungan matematis.
Dengan latar belakang teknis dan matematika, maka bisa dipahami jika
model komunikasi yang dibuat oleh Shannon dan Weaver menjadi bersifat
matematis, di mana efektivitas komunikasi dapat diketahui lewat hitung-
hitungan matematis. Lewat angka-angka hasil perhitungan tersebut, maka
proses komunikasi bisa diprediksi.
20
Berlo melihat cara orang berkomunikasi satu sama lain, yaitu hubungan
antara orang yang bercakap-cakap dan orang yang mendengarkannya. Tujuan
model ini mencoba untuk membantu mempelajari cara yang lebih efektif untuk
memahami saat berkomunikasi (Berlo, 1960). Berlo melihat komunikasi sebagai
proses yang terkoordinasi dan tersinkronisasi dan terkait dengan lingkungan.
Dia percaya bahwa komunikasi adalah pertukaran gagasan yang berpengaruh
pada budaya seseorang. Pengaruh komunikasi bergantung pada efektivitas
pengirim dan penerima informasi dan kemampuan untuk mengatasi gangguan
atau penghalang pesan yang disampaikan.
1. SOURCE (SUMBER/KOMUNIKATOR)
21
b. Attitude (Sikap)
Sikap komunikator dan komunikan akan menghasilkan efek terhadap pesan.
Sikap seseorang atas dirinya, penerima dan lingkungan berpengaruh
terhadap makna dan efek dari pesan.
c. Knowledge (Pengetahuan)
Seorang komunikator yang menguasai materi berkaitan dengan pesan yang
disampaikan bisa menghasilkan efek seperti yang diharapkan. Pengetahuan
komunikator berpengaruh pada pengiriman pesan secara efektif.
e. Culture (Budaya)
Perbedaan budaya membuat pesan memiliki efek yang berbeda. Seseorang
dari budaya tertentu bisa jadi merasa tersinggung atas suatu pesan,
sementara orang lain dari budaya yang berbeda akan merasa biasa saja.
2. MESSAGE (PESAN)
a. Content (Isi)
Isi pesan merupakan keseluruhan pesan dari awal hingga akhir.
b. Elements
Yang dimaksud elemen-elemen adalah hal-hal yang bersifat non verbal yang
mengikuti isi pesan, seperti gesture atau isyarat, tanda-tanda, bahasa dan
sebagainya.
c. Treatment (Perlakuan)
Perlakuan yang dimaksud adalah cara bagaimana pesan disampaikan kepada
penerima.
d. Structure (Struktur)
Struktur pesan atau pengaturan pesan berpengaruh pada efektivitas
komunikasi
e. Code (Kode)
Kode dalam hal ini adalah bentuk-bentuk pengiriman pesan. Contohnya
pesan yang dikirimkan lewat bahasa tertentu, tulisan, video dan sebagainya.
22
3. CHANNEL (SALURAN)
4. RECEIVER (PENERIMA/KOMUNIKAN)
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari
model komunikasi SMCR, yaitu:
23
Sumber: Schramm (1954)
Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver, namun
dia merombaknya. Perhatikan anak panahnya. Jika model Shannon dan Weaver
menjelaskan komunikasi satu arah, model pertama Schramm justru
menggambarkan sebaliknya.
24
Sumber: Schramm (1954)
Meskipun demikian, model ini juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
25
1. Model ini mereduksi proses komunikasi, yang seolah-olah hanya
melibatkan dua orang saja. Akibatnya model ini tidak dapat menjelaskan
proses komunikasi yang lebih kompleks.
2. Sama seperti kedua model yang dibahas sebelumnya, model ini
menyederhanakan proses komunikasi dengan mengabaikan adanya
interpretasi yang berbeda.
26
BAB IV
FUNGSI KOMUNIKASI
27
Menjalin hubungan dengan sesama manusia menjadi kebutuhan hidup
yang mendasar. Dalam menjalin hubungan itulah, komunikasi memainkan
peranan pentingnya. Hubungan yang dimaksud adalah setiap koneksi,
keterlibatan ataupun pergaulan antara dua orang atau lebih (Wilson, Hantz, dan
Hanna dalam Steinberg, 2006: 25). Hubungan yang terjalin tidak terbatas pada
hubungan saudara, atau rekan kerja, teman sekolah, tetangga; namun juga
mencakup pada hubungan yang lebih luas.
Pada saat kita bertemu teman kita sedang makan siang di kantin, kita
menyapanya, “Hai, sedang makan ya? Enak sekali pasti”. Pertanyaan itu diajukan
bukan karena kita sedang memastikan apakan ia sedang makan atau tidak, dan
apakah makanan itu enak atau tidak. Pertanyan itu hanya basa–basi untuk
menyapa teman kita yang sedang makan. Itulah phatic communication.
28
hanya bisa diakui lewat komunikasi. Dalam sebuah diskusi, seseorang yang tidak
terlibat dalam pembicaraan tidak akan diperhatikan oleh teman-temannya.
2. FUNGSI INFORMATIF
Manusia tidak akan merasa nyaman dalam kondisi serba tidak pasti.
Misalnya saja saat ia merasakan gejala-gejala tidak lazim dalam tubuhnya: perut
sakit, kepala pusing, dan tidak nafsu makan. Ia akan merasa gelisah karena tidak
tahu apa yang terjadi di dalam tubuhnya. Ia perlu informasi untuk memastikan
penyebab dari gangguan tersebut. Ia pergi ke dokter untuk mendapat kepastian
apa yang terjadi. Setelah diperoleh informasi dari dokter bahwa ia terkena
gangguan pencernaan, dan juga informasi tentang penyembuhannya, maka ia
menjadi lebih tenang.
29
menimbulkan kebingungan, informasi mana yang layak dipercaya, mana yang
hoax atau kebohongan semata.
3. FUNGSI EKSPRESIF
4. FUNGSI PERSUASIF
30
5. FUNGSI RITUAL
31
B. MEMAHAMI FUNGSI KOMUNIKASI: TUJUAN DAN EFEK
Kata “fungsi” adalah terjemahan dari kata function dalam bahasa Inggris.
Dalam Cambridge Dictionary, function bisa berarti (1) the natural purpose of
something (tujuan alamiah dari sesuatu); (2) something that results from
something else, or is the way it is because of something else (hasil dari
sesuatu/akibat dari suatu hal). Berdasarkan dua definisi tersebut, fungsi dapat
dipahami sebagai sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.
32
Model AIDA, DAGMAR, DOI dan Lavidge & Steiner menjelaskan hirarki
efek-efek komunikasi yang merupakan variasi dari efek kognitif-afektif-
konatif/behavioral. Model AIDA adalah singkatan dari Attention-Interest-Desire-
Action. Istilah AIDA diperkenalkan oleh seorang praktisi iklan dan pemasaran
Amerika, E. St. Elmo Lewis. Model ini banyak digunakan di bidang pemasaran
dan iklan untuk mendeskripsikan tahap-tahap yang dialami oleh konsumen pada
saat pertama kali mengenal merek atau produk tertentu hingga akhirnya
konsumen memutuskan untuk membelinya. Tahap-tahap tersebut adalah
perhatian (attention), tertarik (menyukai), berhasrat (desire) dan bertindak
(action).
33
membeli sabun X. Inilah akhir tahap efek komunikasi, yaitu action, di mana
konsumen akhirnya membeli produk.
Model lain yang juga kerap digunakan untuk pemasaran adalah model
Lavidge & Steiner (1961) dalam tulisannya yang berjudul A Model of Predictive
Measurements of Advertising Effectiveness, menjelaskan enam tahap efektivitas
kampanye periklanan. Yang pertama adalah tahap Awareness, yaitu tahap ketika
calon konsumen yang menjadi target sasaran iklan menyadari keberadaan
produk lewat iklan. Pada tahap Knowledge, calon konsumen mendapat
pengetahuan tentang produk lewat internet, brosur atau kemasan produk. Tahap
Liking merupakan tahap ketika calon konsumen mulai menyukai produk. Calon
konsumen selanjutnya lebih menyukai produk dibandingkan produk lain yang
sejenis di tahap Preference. Untuk tahap Conviction, calon konsumen mulai
berhasrat untuk membeli produk tersebut, hingga akhirnya memutuskan
membelinya di tahap Purchase.
Dalam buku itu Rogers menjelaskan bahwa difusi adalah suatu proses di
mana inovasi atau sesuatu yang baru dikomunikasikan dalam jangka waktu
tertentu kepada partisipan atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu
sistem sosial. Intinya adalah proses difusi merupakan suatu proses di mana
sebuah agagsan atau teknologi baru diperkenalkan dan diadopsi oleh pihak-
pihak tertentu. Proses difusi melalui lima tahap pengambilan keputusan. Kelima
tahap tersebut adalah: Knowledge, Persuassion, Decision, Implementation dan
Confirmation.
34
bermanfaat untuknya. Kondisi ini terjadi di tahap Implementation. Sedangkan
tahap Confirmation merupakan tahap di mana individu akhirnya benar-benar
mengadopsi inovasi.
35
BAB V
KONTEKS-KONTEKS KOMUNIKASI
A. KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Perut yang lapar menjadi stimulus pada seseorang untuk berbicara pada
dirinya sendiri untuk memutuskan apakah dia harus makan atau melanjutkan
bekerja. Ketika dia memutuskan untuk makan dan menghentikan pekerjaannya
atau sebaliknya, merupakan respon atau hasil dari proses komunikasi
intrapersonal. Keputusan yang diambil tersebut terkait dengan self awareness.
36
Jika ia memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya dulu sebelum makan,
bisa jadi terkait dengan pemahaman dan pengalamannya bahwa urusan yang
berkaitan dengan kepentingan orang banyak (pekerjaan) harus didahulukan
daripada urusan pribadi (makan). Jika dia memutuskan untuk mendahulukan
kebutuhan perutnya baru bekerja, didasari oleh pemahamannya atas pentingnya
kesehatan. Menunda makan akan bermasalah bagi kesehatan, sehingga bisa
mengganggu pekerjaan.
B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
37
lain dikenal dengan istilah komunikasi interpersonal. Ada beberapa definisi
komunikasi interpersonal, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. The Production and processing of verbal and nonverbal messages between two
or a few persons (Produksi dan pemrosesan pesan-pesan verbal dan nonverbal
antara dua atau beberapa orang) (Braithwaite dan Schdrodt, 2015).
2. A distinctive, transactional form of human communication involving mutual
influence, usually for the purpose of managing relationships (Bentuk
komunikasi antar manusia yang khas dan bersifat transaksional, yang
melibatkan upaya saling mempengaruhi, biasanya untuk tujuan-tujuan
membina hubungan (Beebe, Beebe, dan Redmond, 2008).
3. The process of message transaction between people to create and sustain
sharing meaning (Proses transaksi pesan di antara orang-orang untuk
menciptakan dan berbagi makna) (West dan Turner, 2011: 10).
Berdasarkan tiga definisi tersebut ada beberapa hal yang menjadi prinsip dalam
komunikasi interpersonal, yaitu:
38
3. Komunikasi interpersonal melibatkan dua atau beberapa orang.
39
saja berbeda dengan delayed feedback. Jika komunikasi via email misalnya tidak
memberikan pesan balasan langsung pada pengirim pesan, bukan berarti
delayed feedback. Secara teknis, direct feedback tetap saja bisa dilakukan, namun
penerima pesan bisa memberikan feedback kapan saja dia bersedia.
Asynchronous menawarkan peran berdaya (empower) penerima atau
komunikan, sedangkan delayed feedback justru menjadikan penerima atau
komunikan sebagai pihak yang pasif.
C. KOMUNIKASI KELOMPOK
40
Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok bisa mempengaruhi
komunikasi yang terjadi (Ellis dan Fisher, 1994: 66-74). Semakin banyak peserta
yang terlibat menyebabkan topik yang akan dibahas semakin terencana dan
terkoordinasi. Materi diskusi harus sudah dipersiapkan sebelum komunikasi
berlangsung. Jumlah peserta juga mempengaruhi aliran pesan yang disampaikan
dalam diskusi. Semakin banyak peserta tentu saja menyebabkan tidak semua
peserta akan dapat menyampaikan gagasan-gagasannya karena terbatasnya
waktu. Umpan balik tidak dapat dilakukan oleh semua partisipan.
Hal lain yang membedakan kelompok dan organisasi adalah soal struktur.
Dalam kelompok yang tidak terstruktur menyebabkan tidak ada pemimpin dalam
kelompok. Yang ada adalah pemimpin diskusi atau pemimpin dalam komunikasi.
Pemimpin diskusi atau pemimpin dalam komunikasi biasanya adalah orang yang
lebih dominan dalam menyampaikan informasi atau seseorang yang dianggap
memiliki wawasan lebih luas dibanding partisipan lainnya dalam hal topik yang
dibahas. Orang inilah yang juga akan bertindak sebagai pembuat keputusan
dalam diskusi (Ellis dan Fisher, 1994: 74).
41
komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal. Keduanya memungkinkan
partisipan untuk memberikan umpan balik secara langsung. Jika dalam
komunikasi interpersonal, posisi komunikator dan komunikan tidak jelas karena
partisipan dapat bertukar peran; maka dalam komunikasi kelompok posisi siapa
komunikator dan komunikannya menjadi jelas.
D. KOMUNIKASI ORGANISASI
42
Pemahaman organisasi dan kelompok dalam konteks komunikasi menjadi
sangat berbeda. Jika kelompok tidak dibentuk oleh ikatan-ikatan formal dan
struktur tertentu sehingga bersifat temporer, maka organisasi adalah
kebalikannya. Organisasi mengikat anggota-anggotannya secara formal dan
bersifat permanen.
Sumber: Struktur Organisasi Direktorat Riset dan Inovasi Institut Pertanian Bogor
43
Agenda Riset dan Publikasi dengan Koordinator Akselerasi Inovasi; atau antara
Koordinator Agenda Riset dan Publikasi kepada Kasubdit Akselerasi Inovasi.
D. KOMUNIKASI PUBLIK
44
Sebagai sebuah komunikasi yang melibatkan kelompok besar sudah
barang tentu tidak memungkinkan adanya suatu umpan balik yang bersifat
langsung. Komunikasi berlangsung satu arah. Hal ini tentu berbeda dengan
komunikasi kelompik kecil yang masih memungkinkan adanya umpan balik
secara langsung.
Kehadiran sejumlah besar orang dalam ruang atau lokasi yang sama
menyebabkan konteks komunikasi ini tidak memerlukan media untuk
menyampaikan pesan. Berkumpulnya publik dalam lokasi yang sama
memudahkan pengirim pesan menyampaikan pesannya kepada mereka.
F. KOMUNIKASI MASSA
1. Istilah ‘Massa’
Sama seperti komunikasi publik, komunikasi massa juga melibatkan
sejumlah orang yang disebut sebagai massa. Istilah massa dijelaskan oleh
Blummer (dalam McQuail, 2010: 54) sebagai sekumpulan orang dalam
jumlah yang sangat besar yang tersebar luas. Massa memiliki anggota yang
tidak saling mengenal satu sama lain, kurang memiliki kesadaran diri dan
kurang memperhatikan identitas dirinya. Mereka juga tidak mampu
bergerak secara serentak. Komposisi massa selalu berubah-ubah dan berada
dalam batas wilayah yang juga selalu berubah. Massa tidak bertindak dengan
sendirinya, namun digerakkan atau dikendalikan. Anggota massa bersifat
heterogen, artinya berasal dari berbagai lapisan sosial. Namun demikian
mereka memiliki perhatian dan sikap yang cenderung homogen, sehingga
kerap menjadi obyek manipulasi.
45
2. Penggunaan Media Massa
Komunikasi massa bisa dijelaskan sebagai bentuk komunikasi yang
melibatkan sekelompok orang yang memiliki karakteristik massa seperti
yang dijabarkan di atas. Untuk itu, untuk berkomunikasi dengan massa,
maka diperlukan media yang disebut sebagai media massa. Media-media
yang mampu menjangkau massa dan menyampaikan pesan secara serentak
ada bermacam-macam, mulai dari media cetak, seperti majalah, surat kabar,
dan buku; dan media elektronik, misalnya radio, televisi, dan film.
3. Komunikator Terlembaga
Media massa memang dibuat untuk menjangkau banyak orang yang tersebar
luas. Sebagai komunikasi yang ditujukan untuk banyak orang, maka pesan
yang ditransmisikan sudah pasti harus direncanakan dengan baik. Untuk itu
produksi pesan melibatkan sejumlah pihak. Bertindak sebagai komunikator
atau pengirim pesan adalah sekelompok individu yang terorganisasi. Surat
kabar yang menyajikan beragam berita-berita yang dalam produksinya
melibatkan banyak pihak, mulai dari pemilik surat kabar, pemimpin redaksi,
wartawan, editor, hingga lay-outer. Sebuah film dihasilkan oleh tim produksi,
seperti produser, sutradara, kameramen, penulis skenario, termasuk editor,
penata kostum, make up artist, penata musik, aktor dan banyak pihak
lainnya. Begitu juga dengan media-media lainnya. Untuk itulah, komunikasi
massa dikatakan sebagai komunikasi yang berbiaya besar karena
memerlukan perencanaan yang matang dan melibatkan banyak pihak.
Besarnya biaya juga diakibatnya oleh penggunaan perangkat teknologi yang
canggih.
5. Standarisasi Pesan
Pesan-pesan yang disalurkan oleh media massa, sebagai pesan yang sudah
terencana dengan matang, juga bersifat umum, disampaikan secara serentak,
cepat dan selintas (berlaku untuk media elektronik, media cetak
terdokumentasi) (Mulyana, 2012: 84). McQuail (2010: 53) menyebutkan ciri
lain dari pesan yang ditujukan untuk massa ini adalah standarisasi. Artinya,
pesan yang didistribusikan lewat media massa adalah pesan yang diulang
46
dengan cara-cara yang identik, atau kurang lebih sama. Akibat repetisi
tersebut, pesan telah kehilangan keunikan dan originalitasnya.
6. Filtered Communication
Pesan yang ditransmisikan kepada khalayak merupakan pesan yang telah
diseleksi (filtered communication). Proses seleksi ini dikenal dengan istilah
gatekeeping. Sebuah berita yang dimuat di surat kabar atau disiarkan di
saluran televisi telah melewati proses seleksi oleh beberapa pihak, mulai
dari reporter atau jurnalis, sub-editor, news editor hingga editor.
47
Konteks-konteks komunikasi yang telah tertata tersebut mendapatkan
tantangan seiring perkembangan teknologi komunikasi dan informasi berbasis
internet dan komputer semakin masif. Teknologi komunikasi dan informasi
berbasis internet dan komputer telah menciptakan berbagai platform media
baru, seperti media sosial (Facebook, Youtube, Twitter, Instagram dst.), situs-
situs online, blog, dan sejenisnya. Media-media tersebut mampu menjangkau
khalayak secara global dengan seketika, namun mampu memberikan umpan
balik secara langsung. Dengan demikian segitiga tatanan komunikasi menjadi
tidak lagi relevan bagi media-media baru berbasis internet dan komputer.
48
Media baru oleh Lister et. al. (2009:30-58) didefinisikan sebagai media
yang berbeda dengan media-media lama atau konvensional. Kebaruannya
tersebut tersebut terletak pada karakteristik berikut:
1. Digitallity
Media baru sering mengacu pada media digital atau media baru digital.
Dalam proses digital, seluruh data harus diubah dalam bentuk angka-angka
numerik. Data-data berupa teks, diagram, gambar, grafik diproses dan
disimpan secara numerik dan outputnya dapat disimpan dalam bentuk-
bentuk seperti digital disk atau memory drive (disebut dengan hard copy).
Dalam media yang menggunakan proses digital data input berupa perangkat-
perangkat fisik , gelombang cahaya dan suara tidak dikonversikan ke dalam
obyek lain, namun ke dalam angka-angka numerik.
2. Interactivity
3. Hypertext
49
Bentuk teks seperti ini jelas berbeda dengan teks yang kita temukan di
media lama yang menggunakan bentuk yang linear. Bentuk hypertext atau
non-linear ini memungkinkan pengguna dapat membaca teks tanpa harus
berurutan. Ia dapat memulai teks dari mana saja yang ia inginkan.
4. Dispersal
Satu kunci lain yang membedakan media baru dengan media-media di era
sebelumnya adalah sistem media yang terpisah. Dalam media baru, baik
produksi maupun konsumsi menjadi terdesentralisasi (tak terpusat), sangat
individu dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Konsumsi
Pada periode tahun 1980-2000an, bermunculannya berbagai media yang
menawarkan beragam teks telah menyebabkan khalayak menjadi terpecah-
pecah (fragmented). Hal inilah yang membedakan media baru dengan media
massa konvensional. Media massa konvensional memiliki mass audience.
Dalam media baru tak lagi berlaku logika media konvensional di mana
pesan hanya dikirimkan secara terbatas pada mass audience yang homogen.
Beragamnya pesan dan sumber yang dimiliki oleh media baru menyebabkan
pengguna menjadi lebih selektif. Yang terjadi adalah pengguna yang semakin
tersegmentasi, dan adanya hubungan yang bersifat personal antara pengirim
dan penerima.
Produksi
Semakin fleksibel dan informalnya interaksi konsumen dengan produser
teks, merubah pola produksi media yang selama ini terpusat
(tersentralisasi). Konsekuensi dari perubahan ini, seorang produser teks,
harus menguasai teknologi baru tersebut, atau seseorang yang menguasai
teknologi tersebut sangatlah mampu untuk menjadi seorang produser.
Untuk itu, produser atau pengirim pesan tak hanya terpusat di satu tempat,
namun tersebar, ada di mana-mana. Konsekuensi kedua adalah persoalan
proximity (kedekatan). Adanya peralatan-peralatan yang canggih,
memungkinkan kita mendokumentasikan kejadian-kejadian di sekitar kita
dan menunjukkannya kepada seluruh audiens yang menginginkannya.
Semua itu dimungkinkan dengan adanya ‘home page’. Home Page adalah
sebuah contoh yang pas untuk menggambarkan bahwa batas atau perbedaan
antara produser dan konsumen teks telah runtuh. Liester menyebut home
page sebagai everyday identity in global networks.
5. Virtuality
Beberapa tahun belakangan, istilah virtual reality (VR) menjadi sangat
populer. Liester menjadi VR sebagai berikut : “…the immersive, interactive
experience provided by new forms of image and simulation technology, and the
metaphorical ‘places’ and ‘spaces’ created by or within communications
networks.” Dalam hal ini istilah VR digunakan untuk menjelaskan dua hal.
Pertama, untuk mendeskripsikan pengalaman dalam sebuah lingkungan
50
yang dikonstruksi oleh grafis komputer dan video digital di mana pengguna
berinteraksi. Kedua, adalah sebuah ruang di mana partisipan yang berada
dalam komunikasi online merasakan dirinya menjadi yang diinginkan.
51
BAB VI
JENIS JENIS KOMUNIKASI
A. KOMUNIKASI VERBAL
Relasi antara simbol atau tanda dengan obyek yang diwakilinya bersifat
arbitrer. Simbol atau tanda yang mewakili obyek tersebut kita kenal dengan
kata-kata. Sebagai contoh kata ‘anjing’ mewakili obyek binatang berkaki empat
yang berbulu dan menggonggong; kata ‘meja’ mewakili obyek benda yang
berfungsi untuk meletakkan sesuatu. Hubungan antara kata ‘anjing’ dan ‘meja’
dengan obyek yang diwakili adalah hubungan yang bersifat arbitrer atau
semena-mena, maksudnya tidak ada hubungan tertentu antara kata dan obyek.
Tidak ada alasan tertentu mengapa binatang berkaki empat yang berbulu dan
menggonggong diwakili dengan istilah ‘anjing’; atau benda yang berfungsi untuk
meletakkan sesuatu dinamakan ‘meja’. Para pengguna kata ‘anjing’ dan ‘meja’
juga kata-kata lainnya menerima dan menggunakannya dalam berkomunikasi
sehari-hari (taken for granted).
52
Makna merupakan pemahaman atau kesan atas sesuatu yang sifatnya
sangat personal dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman kultural seseorang.
Kata ‘anjing’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai binatang
yang biasa dipelihara untuk menjaga rumah, berburu, dan sebagainya. Itu
adalah arti kata ‘anjing’. Namun kata ‘anjing’ yang dipahami seseorang adalah
sangat personal. Kesan atas kata ‘anjing’ tiap-tiap orang bisa jadi berbeda-beda.
Seseorang yang pernah memiliki pengalaman digigit anjing akan memiliki
kesan atau konsep tentang anjing yang berbeda dengan seseorang yang sejak
kecil menganggap anjing adalah bagian dari keluarganya. Itulah makna dari
kata ‘anjing’. Jika seseorang berkata pada temannya, “Sebelum saya bertemu
kamu, motor saya hampir saja menabrak anjing.” Bagaimana kedua orang
tersebut memaknai kata ‘anjing’ yang diucapkan bisa jadi sangat berbeda.
Orang pertama bisa jadi memaknai anjing sebagai binatang yang menjijikkan,
namun orang kedua bisa saja memiliki kesan atau pemahaman tentang anjing
sebagai binatang yang menggemaskan.
53
pembahasan ini, fungsi pertama, yaitu penamaan menjadi fungsi yang penting.
Mengapa bahasa menjadi kebutuhan penting bagi manusia? Bahasa diperlukan
untuk menjelaskan obyek, pikiran, perasaan atau kejadian sehari-hari. Mulailah
obyek, gagasan dan segala sesuatu yang ada di sekitar manusia diberi nama.
Penamaan sendiri merupakan upaya untuk mengidentifikasi obyek sehingga
dapat membedakannya dengan satu obyek dengan obyek yang lainnya. Begitu
pula dengan tindakan, gagasan, perasaan atau peristiwa.
Sumber: https://batikbarangantik.wordpress.com/
Untuk itu, perlu digarisbawahi bahwa makna bukan terletak pada kata-kata yang
disampaikan dalam proses komunikasi, namun pada orang menggunakan kata-
kata tersebut.
Semakin lama, jumlah obyek yang perlu dijelaskan semakin banyak. Maka
kemudian kita temukan kata-kata baru. Jumlah halaman sebuah kamus akan
semakin tebal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 2017, ditemukan
banyak kosa kata baru, seperti ‘derau’, ‘pelantang’, ‘peladen’, ‘pranala’ dan
sebagainya. ‘Derau’ berarti rebut atau suara-suara pengganggu (noise dalam
bahasa Inggris). Kata ‘pelantang’ menjelaskan obyek yang dalam bahasa Inggris
diistilahkan sebagai microphone. Kata ‘peladen’ menggantikan istilah server yang
merupakan bahasa Inggris yang selama ini sering dipakai. Sedangkan kata
‘pranala’ berarti hyperlink atau istilah dalam dunia Teknologi Informasi yang
54
menjelaskan suatu kata dalam format digital yang bisa menghubungkan ke kata-
kata dalam halaman digital lainnya.
Kata-kata baru tersebut terasa aneh dan janggal, karena tidak ada
hubungan apapun dengan obyek yang diwakilinya. Hingga nanti kita mulai
terbiasa menggunakan kata-kata tersebut dalam percapakan sehari-hari, maka
kita akan merasakan adanya hubungan antara kata dan obyeknya. Yang terjadi
sebenarnya adalah kitalah yang membuat hubungan tersebut akibat kita terbiasa
dengan istilah-istilah baru tersebut.
Bahasa bersifat arbitrer dan berlaku secara sosial atau disepakati secara
sosial. Inilah yang disebut sebagai konvensi atau kesepakatan sosial. Bahasa
tidak disepakati secara formal lewat forum-forum tertentu. Namun demikian,
para pengguna bahasa akan tunduk pada konvensi tersebut tanpa disadari.
Sebagai contoh, di kalangan remaja beberapa waktu yang lalu muncul istilah
‘baper’ yang merupakan singkatan dari ‘terbawa perasaan’. Kata-kata ini
kemudian menjadi populer dan tidak hanya digunakan di kalangan remaja saja.
Inilah yang dimaksud bahwa pengguna bahasa akan tunduk pada kesepakatan
sosial tentang bahasa tanpa disadari.
Meskipun kosa kata baru terus diciptakan, kata-kata yang tersedia tidak
akan pernah cukup untuk menjelaskan semua realitas yang perlu dijelaskan.
Inilah yang menjadi keterbatasan bahasa yang pertama.
Kata-kata memiliki sifat yang ambigu atau bermakna jamak. Sebuah kata
memiliki pengertian yang tidak tunggal. Kata ‘panas’, misalnya, berikut adalah
beberapa definisi dari kata ‘panas’:
55
Sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia
‘Panas’ bisa berarti hal-hal yang berkaitan dengan suhu atau temperatur yang
tinggi; atau hal-hal yang negatif.
Untuk membuat makna dari kata ‘panas’ menjadi lebih pasti, maka
diperlukan konteks. Yang dimaksud konteks bisa frase, kalimat, atau paragraph;
bisa juga dengan melihat siapa yang berbicara, kapan dan di mana pembicaraan
berlangsung. Perhatikan kalimat-kalimat berikut:
(b) Musim panas tahun ini menyebabkan mata air menjadi kering.
(e) Ia baru saja mendengar bahwa koleganya menerima uang panas dari
kliennya.
Kata ‘panas’ dalam lima kalimat tersebut memiliki pengertian yang berbeda.
Kalimat-kalimat tersebut membuat kepastian atas makna dari kata ‘panas’. Kata
‘panas’ di kalimat (a) mengacu pada kondisi bersuhu udara tinggi. Pengertian
yang berbeda terdapat pada kalimat (b) di mana ‘panas’ berarti musim yang
ditandai oleh kurangnya curah hujan. Pada kalimat (c) kata ‘panas’ bisa berarti
rasa marah; sedangkan kalimat (d) adegan ‘panas’ adalah adegan yang
menimbulkan hawa nafsu; sementara kalimat (e) yang dimaksud uang ‘panas’
adalah uang yang tidak diterima secara halal atau sah.
Banyak contoh kata-kata lain yang memiliki makna yang tidak tunggal.
Hal ini disebabkan karena kata-kata mewakili apa yang menjadi persepsi dan
interpretasi para penggunanya. Sementara masing-masing individu pengguna
bahasa memiliki latar belakang pengalaman sosial dan kultural yang berbeda.
Makna dari sebuah kata menjadi berkembang.
56
Untuk itu, dalam berkomunikasi, untuk meminimalisir kesalahpahaman,
hal-hal yang menjadi konteks dalam komunikasi perlu menjadi perhatian, baik
untuk komunikator maupun komunikan. Bagi komunikator, hindarilah berbicara
tanpa kalimat yang menjelaskan secara jelas maksud dari kata-kata yang akan
diucapkan.
Tiap orang memiliki perbedaan jenis kelamin, usia, ras, etnis, agama, dan
sebagainya. Perbedaan identitas tersebut berimplikasi pada bias makna dalam
berbahasa. Antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan memahami
makna ‘perhatian’. Dalam konteks hubungan suami istri, seorang suami merasa
sudah memberikan perhatian pada istrinya jika ia sudah memenuhi
kewajibannya kepada istri, misalnya menafkahi. Namun bisa jadi bagi istri itu
belum cukup, karena perhatian berarti peduli pada hal-hal remeh temeh, seperti
menanyakan sudah makan atau belum, mengingatkan untuk selalu berhati-hati
dan sebagainya.
57
menyampaikan realitas apa adanya sesuai yang dia saksikan. Tugas sebagai
wartawan atau menjadi saksi suatu peristiwa mengharuskan seseorang
menjelaskan apa yang dia saksikan sesuai dengan apa adanya. Bagaimana
menjelaskannya? Tentu saja lewat bahasa. Padahal seperti yang sudah
dipaparkan di atas bahwa bahasa memiliki banyak keterbatasan. Dengan
demikian, apakah seorang saksi mata suatu peristiwa bisa menjelaskan apa itu
fakta?
58
Justru pesan nonverbal yang bisa melakukannya. Jika anda mencintai seseorang,
ungkapan “aku cinta padamu” tidak cukup menjelaskan apa yang anda rasakan.
Namun tatapan mata, sentuhan, atau senyuman mampu mengungkapkan itu
dengan lebih baik. Jika anda membenci seseorang, anda mungkin tidak
mengatakan kebencian anda lewat kata-kata. Namun intonasi suara ketika
berbicara, pandangan mata hingga ekspresi wajah cukup menjelaskan kebencian
anda pada orang tersebut.
Karakteristik kedua adalah sifat pesan nonverbal yang spontan dan sulit
untuk dikontrol. Saat anda merasa bosan, ekspresi wajah anda secara langsung
mengungkapkan hal itu, yang bisa jadi tidak anda sadari. Saat anda berbohong
pada orang tua anda, terkadang bahasa tubuh anda tidak mendukung dan justru
mengatakan hal yang sebaliknya tanpa anda mampu mengontrolnya. Hal inilah
yang menyebabkan seseorang justru lebih mempercayai pesan-pesan nonverbal
dibandingkan kata-kata ketika dalam komunikasi keduanya tidak konsisten. Saat
dosen anda menanyakan apakah anda sudah paham dengan materi yang telah
dijelaskan, dan anda mengatakan sudah jelas, namun dengan intonasi yang tidak
jelas atau kening anda berkerut, maka dosen anda akan menyimpulkan bahwa
sesungguhnya anda tidak paham materi tersebut.
Selain itu, pesan nonverbal juga memiliki bias budaya. Pesan nonverbal
yang sama bisa memiliki pemahaman yang berbeda bagi orang-orang yang
memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda. Kontak mata yang dilakukan
oleh anak muda kepada orang yang lebih tua, bagi generasi yang lebih tua bisa
berarti tindakan yang tidak sopan. Namun bagi generasi yang lebih muda, itu
bisa berarti sebuah kekaguman.
59
anggukan kepala, ‘tidak’ dengan gelengan kepala, kata ‘bagus’ dengan
mengacungkan ibu jari dan sebagainya. Kinesik juga bisa mengekspresikan
perasaan, seperti ekspresi wajah dengan bibir cemberut menunjukkan
kekesalan, mata berbinar-binar sebagai ekspresi kebahagiaan dan
sebagainya. Kinesik juga kerap digunakan untuk mengendalikan percakapan,
lewat gerakan tangan misalnya.
3. Atribut Personal
Yang termasuk dalam atribut personal adalah penampilan fisik, isyarat vokal
dan sentuhan.
a. Penampilan fisik meliputi segala elemen yang digunakan oleh
komunikator untuk menunjang penampilannya, misalnya gaya
berpakaian, barang-barang yang dimiliki (gawai, mobil, perhiasan dan
sebagainya), gaya rambut, parfum yang digunakan dan sebagainya.
b. Isyarat vokal meliputi intonasi dalam berbicara atau dikenal dengan
istilah parabahasa (paralanguage). Nada suara yang keras atau lemah,
pengucapan yang cepat atau lambat dengan jeda, dan kualitas suara
menjadi bagian dari pesan nonverbal.
c. Sentuhan atau haptik bisa berupa jabat tangan, genggaman tangan,
tepukan di bahu atau punggung, ciuman, belaian rambut dan sebagainya.
Sentuhan mampu menyampaikan perasaan dari pelaku, dan bisa
mengakibatkan perasaan tertentu bagi penerima.
DAFTAR PUSTAKA
60
Bastos, Marco T. (2010). “Transmission, Communion, Communication”.
MATRIZes, 3(2), pp 243-248
Beebe, Steven A., Susan J., Beebe, dan Mark V., Redmond. (2008). Interpersonal
Communication: Relating to Others, USA: Pearson
Couldry, Nick. (2003). Media Rituals: A Critical Approach. London dan New York:
Routledge.
Ellis, Donald G. dan Fisher, Aubrey. (1994). Small Group Decision Making:
Communication and the Group. USA: McGraw-Hill
61
Gebner, George. (1967). “Mass Media and Human Communication”. Dalam Dance,
Frank E.X., Human Communication Theory: Original Essays. New York: Holt,
Rinehart and Winston, pp. 40-60
Lister, M., Dovey J., Giddings S., Grant I., Kelly K. (2009). New Media: A Critical
Introduction, London dan New York: Routledge.
McQuail, Dennis dan Windahl, Swen. (1993). Communication Models for The
Study of Mass Communication. New York: Routledge.
Mulyana, Dedy. (2012). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Reddy, Michael. (1979). “The Conduit Methapor - A Case of Frame Conflict In Our
Language About Language”. Dalam Ortony, Andrew, Methapor And Thought.
Cambridge: Cambridge University Press
Robbins, SP. dan Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
62
Rogers, Everett M. dan Kincaid, D. Lawrence. (1981). Communication Network:
Toward A New Paradigm For Research. New York: Free Press
Schramm, Wilbur. (1954). The Process and Effect of Mass Communication. Illinois:
Urbana University of Illinois Press.
63