Anda di halaman 1dari 38

Roma 8

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Roma 8

Surat Roma 8:12-22 pada fragmen terbesar dari dua potongan yang


membentuk naskah Papirus 27 (27), sisi depan (recto), dari abad ke-3 M.
Yang terlestarikan seluruhnya hanya memuat Roma 8:12-22;24-27;
8:33-9:3,5-9. .

Kitab Surat Roma

Kategori Surat-surat Paulus

Bagian Alkitab Kristen Perjanjian Baru

Urutan dalam 6

Kitab Kristen

← pasal 7

pasal 9 →

Roma 8 (disingkat Rom 8) adalah pasal kedelapan Surat Paulus kepada Jemaat di


Roma dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Pengarangnya adalah Rasul Paulus,
tetapi dituliskan oleh Tertius, seorang Kristen yang saat itu mendampingi Paulus.[1][2]

Daftar isi

 1Teks
 2Struktur
 3Ayat 1
 4Ayat 2
 5Ayat 28
 6Ayat 31
 7Ayat 36
 8Ayat 38-39
 9Lihat pula
 10Referensi
 11Pranala luar

Teks[sunting | sunting sumber]
 Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
 Sejumlah naskah tertua dalam bahasa Yunani yang memuat salinan pasal ini
antara lain adalah
o Papirus 27 (abad ke-3; terlestarikan: ayat 12-22, 24-27).
o Codex Vaticanus (~325-350 M)
o Codex Sinaiticus (~330-360 M)
o Codex Alexandrinus (~400-440 M)
o Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; lengkap)
 Pasal ini dibagi atas 39 ayat.
 Berisi dasar-dasar pengajaran Kristen dari Paulus.

Struktur[sunting | sunting sumber]
Pembagian isi pasal:

 Roma 8:1-17 = Hidup oleh Roh


 Roma 8:18-30 = Pengharapan anak-anak Allah
 Roma 8:31-39 = Keyakinan iman

Ayat 1[sunting | sunting sumber]


Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di
dalam Kristus Yesus. (TB)[3]

 Beberapa naskah kuno mengakhiri ayat ini dengan kata "Kristus Yesus",
tetapi mayoritas naskah kuno mencatat lanjutannya "mereka yang tidak hidup
menurut daging, tetapi menurut Roh". Ada orang yang sudah percaya kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang masih mengalami apa yang
digambarkan dalam Surat Roma pasal 7, karena mereka masih hidup
menurut daging. Mereka tidak menuju ke neraka, karena dosa mereka sudah
diampuni secara kekal, tetapi "secara operasionil", dari segi pengalaman
sehari-hari mereka masih berada di dalam siklus dosa/murka yang diuraikan
oleh Paulus dalam Surat Roma pasal 1. Jemaat Korintus merupakan contoh
yang tepat. Dalam 1 Korintus 3:1 dan 1 Korintus 3:3 Paulus berkata mereka
tidak rohani, tetapi mereka bersifat daging. Dengan kata lain, untuk
memperoleh pelepasan yang dirindukan dalam Roma 7:24, disyukuri
dalam 7:25a, dan diuraikan dalam pasal 8, kita harus hidup menurut Roh.
Roh Allah adalah kunci hidup yang berkemenangan bagi kita.[4]
 "Mereka yang ada di dalam Kristus": Paulus baru saja menunjukkan bahwa
hidup tanpa kasih karunia Kristus adalah kekalahan, kesedihan, dan
perbudakan kepada dosa. Kini dalam pasal Rom 8:1-39 Paulus
memberitahukan kita bahwa kehidupan rohani, kebebasan dari hukuman,
kemenangan atas dosa, dan persekutuan dengan Allah dapat terjadi melalui
persatuan dengan Kristus oleh Roh Kudus yang mendiami kita. Dengan
menerima dan mengikuti pimpinan Roh, kita dibebaskan dari kuasa dosa dan
dituntun kepada pemuliaan terakhir dalam Kristus. Inilah kehidupan Kristen
yang normal di bawah persediaan sepenuhnya dari Injil.[5]

Ayat 2[sunting | sunting sumber]


Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari
hukum dosa dan hukum maut. (TB)[6]

 "(Hukum) Roh": (Dalam versi Inggris NIV bukan "Roh" tetapi "Hukum
Roh"). "Roh yang memberi hidup" ini ialah kuasa dan hidup yang
mengatur dan menggiatkan dari Roh Kudus yang bekerja dalam hati
orang percaya. Roh Kudus memasuki kehidupan orang berdosa dan
membebaskan mereka dari kuasa dosa (bandingkan Roma 7:23). Hukum
Roh kini bekerja secara leluasa pada saat orang percaya menyerahkan
diri untuk menaati Roh (Roma 8:4-5,13-14). Mereka mendapati kekuatan
baru yang bekerja di dalam dirinya, suatu kuasa yang memungkinkan
mereka mengatasi dosa. "Hukum dosa dan hukum maut" adalah kuasa
dosa yang mengikat, sehingga memperbudak orang (Roma 7:14) dan
membawa mereka kepada keadaan yang menyedihkan (Roma 7:24).[5]

Ayat 28[sunting | sunting sumber]


Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka
yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (TB)[7]
Suatu kenyataan yang jarang disebut adalah bahwa janji yang indah ini
dikhususkan bagi orang-orang yang mengasihi Allah. Ini bukan
merupakan sebuah janji yang umum, yang berlaku untuk semua orang
percaya. Janji ini berlaku untuk orang percaya yang mengasihi Allah.
Sebenarnya ini tidak menjadi kejutan, karena sejak ayat 8:17b Paulus
menguraikan keadaan rohani orang percaya yang "menderita dengan
Dia", yaitu orang percaya yang bukan hanya "ahli waris Allah", tetapi juga
"ahli waris dengan Kristus". Orang percaya yang mengasihi Allah juga
menantikan kedatangan Kristus, karena saat itu status mereka sebagai
anak Allah yang dewasa akan dinyatakan di hadapan umum (8:19).
Sekarang mereka hanya mempunyai "buah sulung Roh" (8:23). Sekarang
mereka merintih dan menderita, sehingga mereka dapat menjadi bingung,
tetapi mereka diberi janji bahwa dalam pengalaman mereka segala
sesuatu turut menghasilkan kebaikan.[4]

Ayat 31[sunting | sunting sumber]


Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di
pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (TB)[8]
Pertanyaan retoris ini tidak menantikan jawaban, karena orang Kristen
mengerti bahwa tersirat dalam pertanyaan ada jawaban, "Tidak ada
yang dapat melawan kita!" Yang dimaksudkan dengan istilah
"semuanya" ini adalah terutama pasal 8:28-30, tetapi sebenarnya
istilah ini menjangkau seluruh Surat Roma sampai titik ini.[4]

Ayat 36[sunting | sunting sumber]


Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut
sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan." (TB)[9]
Dikutip dari Mazmur 44:23.[10]

Ayat 38-39[sunting | sunting sumber]


Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah,
ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih
Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.[11]
Rupanya maut menjadi urutan yang pertama bukan hanya
karena Roma 8:36 saja, tetapi juga karena sejak dahulu kala
maut adalah yang memisahkan kekasih dari kekasih. Dalam
Perjanjian Lama maut memisahkan orang dari persekutuan
dengan Allah, tetapi dalam Perjanjian Baru "mati adalah
keuntungan". Pernyataan ini dapat dikaitkan dengan ayat
terakhir dari Surat Roma pasal 5, di mana Paulus berkata,
"supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut,
demikian juga kasih karunia berkuasa melalui kebenaran ke
dalam hidup kekal oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." Bagi kita
yang percaya, kuasa maut tidak berarti dibandingkan dengan
kuasa kasih Allah. Orang yang dibenarkan karena iman akan
sungguh hidup. Mereka dapat sungguh hidup tanpa ditakuti
kuasa Maut (ataupun teman-teman sekutunya, yaitu Murka,
Dosa, dan Hukum Taurat), karena kalau Roh Allah
menghidupkan mereka, maka Maut serta segala penderitaan
dapat diterima sebagai alat Allah untuk menjadikan kita serupa
dengan Raja kita yang akan datang.[4]
Kehidupan Baru dalam Roh dan Masalah
Penderitaan, Roma 8:1-39

Pendahuluan

Dalam Roma pasal 7:7-25 Paulus menggambarkan keadaan yang telah dinyatakan


dalam Roma 7:5. Kini, dalam Roma pasal 8, khususnya Roma 8: 1-17, diterangkannya apa
yang telah dikatakannya dalam Roma 7:6. Karena itu, dalam pasal ini yang dipertentangkan
bukan daging/dosa dan hukum, melainkan Roh dan hukum. Perikop ini berkaitan juga
dengan Roma 6:1-14, yang seakan-akan merupakan dasarnya.

I. HIDUP OLEH ROH, Roma 8:1-17

* Roma 8:1-17
8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus
Yesus.
8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa
dan hukum maut.
8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging,
telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang
serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas
dosa di dalam daging,
8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut
daging, tetapi menurut Roh.
8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging;
mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai
sejahtera.
8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk
kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah
diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi
roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di
dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati,
akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging,
supaya hidup menurut daging.
8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu
mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi,
tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita
berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang
yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan
Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan
bersama-sama dengan Dia.

Pendahuluan :

Kita dapat membagi ayat 1-17 sebagai berikut. Ayat 1-4 menjabarkan isi Roma 7:6 dengan
jalan memperlihatkan hubungan antara kehidupan baru dalam Roh dengan karya Kristus.
Ayat 5-8 mempertentangkan kedua cara hidup, yaitu menurut daging dan menurut Roh.
Dalam ayat 9-11 Paulus rnenyatakan keyakinannya bahwa orang percaya (di Roma) hidup
menurut Roh. Lalu ayat 12-13 mengubah keyakinan itu rnenjadi nasihat. Ayat 14-17,
khususnya ayat 13b, menunjukkan jangkauan nasihat itu.

Penjelasan :

8:1 LAI TB, Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam
Kristus Yesus.
KJV, There is therefore now no condemnation to them which are in Christ Jesus, who walk
not after the flesh, but after the Spirit.
TR, ουδεν αρα νυν κατακριμα τοις εν χριστω ιησου μη κατα σαρκα περιπατουσιν αλλα κατα
πνευμα
Translit interlinear, ouden {tidak seorangpun} ara {maka} nun {sekarang} katakrima
{hukuman} tois {bagi orang-orang yang} en {didalam} khristô {Kristus} iêsou {Yesus} mê
{tidak} kata {menurut} sarka {daging} peripatousin {yang berjalan} alla {tetapi} kata {yang
menurut} pneuma {roh}

Kalimat Yunani padat, tidak memakai kata kerja. Ouden, 'tidak sesuatu apa pun'
berada di depan, sehingga mendapat tekanan: sama sekali tidak ada ...

Roma 8:1 ini menyambung Roma 7:6, sekaligus, secara negatif, 5:16 dan 18.
Maka demikianlah menandakan kesimpulan bukan dari Roma 7:25 (apalagi dari Roma 7:7-
25), melainkan dari Roma 6:1-7:6. Di situ Paulus telah berkata bahwa 'kita dibebaskan dari
hukum Taurat, telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani
dalam keadaan baru menurut Roh.' Dalam Roma 7:6 Roh pertama kali disebut; kini karya
Roh Kudus digambarkan dengan panjang lebar. Berhubung dengan isi pasal 6 kita dapat
berkata bahwa sekarang tidaklah menunjukkan saat Paulus menulis atau penerima suratnya
membaca surat itu, tetapi zaman sesudah kematian dan kebangkitan Kristus, yang
merupakan zaman baru dalam sejarah keselamatan. 'Sekarang' itu telah kita temukan pula
dalam Roma 7:6, dan juga dalam Roma 3:21. Artinya tentu lain dari dalarn Roma
7:17 (yang karena itu oleh LAI diterjemahkan dengan 'Kalau demikian').

Perkataan penghukuman telah muncul dalam Roma 5:16 dan 18. Meskipun manusia


menjadi hamba dosa, perhambaan itu menimpa dia karena kesalahannya sendiri (Roma
5:12), sehingga ia harus menjalani hukuman Allah karenanya. Dalam Roma 7:7-25 telah
digambarkan bahwa manusia selaku hamba dosa menghadapi hukum Allah sebagai kuasa
yang memusuhi dia; keadaan itu tidak bisa tidak berakhir dengan penghukuman dalam
hukuman terakhir. Tetapi bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus tidak ada lagi
penghukuman itu. Di sini hal tersebut dinyatakan saja; dalam ayat 2 dan 3
dijelaskan mengapa bagi mereka tidak ada lagi penghukuman. Arti kata-kata 'di dalam
Kristus Yesus' telah kita lihat dalam tafsiran Roma 6:11. Yaitu tercakup di dalam kematian-
Nya, tercakup di dalam kebangkitan-Nya, dan akhirnya tercakup juga di dalam kemuliaan-
Nya. Tercakup dalam kematian-Nya, yang artinya Allah memandang kematian Dia sebagai
kematian kita (2 Korintus 5:14), sehingga kita juga memperoleh bagian dalam hasil
kematian itu, yaitu pembenaran, pelepasan dari kuasa dosa. Tercakup dalam kebangkitan-
Nya, yang artinya mereka menempuh kehidupan baru, dan kelak akan menerima tubuh baru
yang tidak takluk lagi kepada kuasa maut. Isi Roma 6:11 itu akan diungkapkan pula dalam
ayat 2 dan 3.

8:2 LAI TB, Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum
dosa dan hukum maut.
KJV, For the law of the Spirit of life in Christ Jesus hath made me free from the law of sin
and death.
TR, ο γαρ νομος του πνευματος της ζωης εν χριστω ιησου ηλευθερωσεν με απο του νομου
της αμαρτιας και του θανατου
Translit interlinear, ho gar {karena} nomos {hukum} tou pneumatos {dari Roh} tês zôês {yg
memberi hidup} en {di dalam} khristô {Kristus} iêsou {Yesus} êleutherôsen {telah
memerdekakan} me {aku} apo {dari} tou nomou {hukum} tês hamartias {dosa} kai {dan}
tou thanatou {maut}

Terjemahan LAI ini serba bebas. Ketiga kata pertama dalam kalimat Yunani tidak
ikut diterjemahkan, yaitu ho gar nomos ('sebab hukum') .. LAI 'yang memberi'
merupakan terjemahan bentuk genitif '(dari) kehidupan'. 'Kristus', seharusnya
'Kristus Yesus'. me, 'aku', (LAI dengan naskah dari UBS menulis "kamu"). Sebaliknya,
dua kali 'hukum' dalam 2b dalam naskah Yunani hanya sekali saja. Maka terjemahan
harfiah kalimat Yunani berbunyi, 'Sebab hukum dari Roh kehidupan di dalam Kristus
Yesus telah memerdekakan aku dari hukum dosa dan maut '. Dengan demikian
jelaslah pemakaian 'hukum', yang mau tidak mau harus diperhatikan dalam
penafsiran nas ini; begitu pula kesejajaran antara 'hukum Roh kehidupan' dan
'hukum dosa dan maut'. Sulit untuk memutuskan apakah' di dalam Kristus Yesus'
harus dihubungkan dengan 'hukum Roh (yang memberi) kehidupan' atau dengan
'memerdekakan'.

Ayat ini pun mengandung rumus yang sangat padat. Dalam bagian kedua Paulus
meringkaskan isi Roma 7:13-23 pada umumnya dan Roma 7:22-23 pada khususnya; dalam
bagian pertama ia mengikhtisarkan isi ayat-ayat berikutnya. Dalam penafsiran ayat ini kita
sekali lagi (bandingkan Roma 7:21-23) menghadapi kesulitan berhubung dengan arti
'hukum' yang di sini dipakai dua kali (lihat di atas) dalam hubungan yang berbeda. Juga,
keempat terjemahan Indonesia berbeda dalam hal penempatan 'di dalam Yesus Kristus'.
Mengenai persoalan terakhir, kami beranggapan bahwa kelan .. jutan ayat ini dalam ayat 3
menguntungkan penghubungannya dengan 'memerdekakan', sehingga dalam tafsiran kami
mengikuti terjemahan LAI.

Yang jelas, kata-kata hukum dosa dan [hukum] maut mengikhtisarkan isi Roma 7:13-23.
Maka di sini kata 'hukum' dipakai dengan arti 'hukum Taurat'. Hukum Taurat itu memang
bukan dosa (Roma 7:7), tetapi 'merangsang dosa' (Roma 7:5) dalam diri manusia yang
telah membiarkan dosa itu masuk ke dalam kehidupannya (Roma 5:12). KIta telah memakai
kiasan oksigen (zat asam) yang menyebabkan api (yang telah ada sebelumnya tetapi baru
membara) menyala-nyala. Dengan demikian api itu memusnahkan segala sesuatu yang
ditemukannya. Bagi manusia hal itu berarti maut dengan dua cara, sebab dosa itu merusak
hidupnya dan akhirnya menyebabkan ia harus menjalani hukuman Allah. Dilihat dan sudut
itulah, hukum Taurat danat disebut sebagai 'hukum dosa dan maut.

Yang jelas juga, 'di dalam Kristus Yesus manusia ('aku' dan pasal 7) dimerdekakan dari
hukum yang rnenjadi alat dosa dan yang mendatangkan maut itu. Ia dimerdekakan darinya
oleh Roh Kudus, yang memberinya kekuatan menempuh kehidupan baru yang akhirnya
mendatangkan kehidupan kekal. Tetapi bagaimana kuasa yang memerdekakan itu masih
dapat disebut 'hukum Roh'? Bukankah dalam Roma 7:6 Roh dipertentangkan dengan 'huruf,
yang memang huruf hukum Taurat! Agaknya pertimbangan Itulah yang menyebabkan LAI
mencoret kata 'hukum' itu (yang kemudian dipulihkan dalam terjemahan Kabar Baik untuk
Masa Kini).

Dalam penjelasan Roma 7:21-23 kami telah mempertahankan bahwa di SItu 'hukum' tetap


mengandung arti 'hukum Allah' (hukum Taurat), meskipun. fungsinya berbeda-beda. Di sini
pun, pada hemat kami, 'hukum tetap berarti 'hukum Allah'. Kita dapat memahami artmya di
sini kalau kita sekali lagi memperhatikan Roma 7:10. Di situ dinyatakan dengan gamolang
bahwa hukum Allah 'seharusnya membawa kepada hidup', tapi bagi 'aku' yang telah
dimasuki dosa, membawa kemanan. Nah, yang kita dapati di sini ialah pengembalian hukum
Taurat ke fungsi semula. Hukum. yang karena kuasa dosa dalam daging tadinya menjadi
ajat cosa dan tidak bisa tidak membawa kematian ,kim' , yaitu 'dalam Kristus Yesus, menjadi
alat Roh Kudus dan mendatangkan kehidupan. Menga pa? Karena di dalam mereka yang
telah menjadi satu dengan Kristus (pasal 6), yang herada 'di dalam Kristus' (Roma 8:1),
kuasa dosa telah di patahkan (Roma 6:11). Dengan demikian, dilihat dan sudut dosa, dosa
tidak sanggup lagi memperalat hukum Taurat. Atau, dilihat dari sudut kita sendiri, kita
menjadi sanggup memenuhi tuntutan hukum Taurat (Roma 8:4). Dengan demikian, makna
semula hukum Taurat, yaitu 'membawa kepada hidup' (Roma 7:10), dipulihkan. Tafsiran ini
didukung pula oleh Roma 7:14, yang menyebut hukum Taurat 'rohani', jadi langsung
menghubungkan hukum itu dengan Roh.

Berhubung dengan tafsiran ini kita perlu mencatat beberapa kesimpulan. Pertama, Roh
Kudus tidak bekerja terlepas dari Yesus Kristus. Pembaruan hidup oleh Roh itu diperoleh
hanya oleh mereka yang 'di dalam Kristus' . Pengulangan rumus dari Roma 8:1 itu dalam
8:2 menegaskan kenyataan itu. Kedua, kehidupan baru, yang suci, yang merupakan hasil
pekerjaan Roh Kudus, merupakan sisi balik 'kematian bersama Kristus'. Atau, dengan rumus
dogmatis, pengudusan tidak pernah berlangsung terlepas dari pembenaran (dan
sebaliknya). Dalam praktik, hal itu berarti bahwa tidak mungkin kehidupan baru, hidup
dalam Roh, membawa pada kesombongan, kesombongan rohani pun tidak. Tidak mungkin
kehidupan baru itu membuat orang berupaya menonjolkan diri, mempertahankan
kepentingan dan kedudukan sendiri di hadapan Tuhan atau terhadap sesama namusia dan
sesama orang Kristen (sikap eksklusif). Sebab mereka yang 'telah mati bersama Kristus'
menyadari bahwa mereka tidak memiliki dan tetap tidak memiliki apa pun yang membuat
mereka layak menerima rahmat Tuhan dan karunia Roh Kudus selain melalui Kristus.
'Kematian bersama Kristus itu' meliputi hal menyangkal diri, tidak memegahkan diri, tidak
melayani kepentingan sendiri. Maka tidak kebetulan kalau sikap seperti itulah sering
dianjurkan dalam surat-surat Paulus. Kita dapat juga menjadikan hal ini sebagai patokan bila
menilai kehidupan dan perbuatan kita sendiri serta sesama orang Kristen. Dengan demikian
kita akan mencegah sikap sombong atau acuh-tak-acuh dalam diri kita sendiri, dan kita tidak
mudah akan tergiur oleh gejala-gejala 'rohani' yang hebat yang dipamerkan di sekitar kita.

Tinggal memberi catatan mengenai pemakaian 'engkau' (Yunani naskah UBS: se, LAI
'kamu') dalam ayat ini. Pemakaian 'engkau' itu di sini agak mengherankan; tetapi
justru karena itu kita tidak usah menerima bahwa se disisipkan belakangan oleh
seorangjurutulis. Sejumlah naskah kuno misalnya Textus Receptus
memakai me ('aku'). Tetapi agaknya lebih mudah untuk membayangkan
bahwa se yang asli menjadi me daripada yang sebaliknya, sebab yang pertama
dapat dijelaskan sebagai penyesuaian dengan 'aku' dalam pasal terdahulu. Kita dapat
menafsirkan pemakaian bentuk tunggal' engkau' di sini sebagai jawaban terhadap
seruan 'aku' dalam Roma 7:24. Selanjutnya Paulus kembali ke pemakaian bentuk
jamak, 'kita' dan 'kalian'.

8:3 LAI TB, Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh
daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging,
yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan
hukuman atas dosa di dalam daging,
KJV, For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God sending his
own Son in the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh:
TR, το γαρ αδυνατον του νομου εν ω ησθενει δια της σαρκος ο θεος τον εαυτου υιον
πεμψας εν ομοιωματι σαρκος αμαρτιας και περι αμαρτιας κατεκρινεν την αμαρτιαν εν τη
σαρκι
Translit interlinear, to gar {karena} adunaton {(apa) yg tidak mungkin} tou nomou
{(menurut) hukum taurat} en hô {dalam keadaan} êsthenei {ia tidak berdaya/ lemah} dia
{karena} tês sarkos {tubuh (yg dikuasai dosa)} ho theos {Allah} ton heautou {-Nya sendiri}
huion {Anak} pempsas {telah mengutus} en {dalam (tubuh)} homoiômati {yang serupa
dengan} sarkos {daging/ tubuh} hamartias {(yg dikuasai) dosa} kai {dan} peri {untuk
(menghapus)} hamartias {dosa} katekrinen {Ia menjatuhkan penghakiman/ vonis
hukuman} tên hamartian {atas dosa} en {di dalam} tê {itu} sarki {tubuh (manusia)}

Dalam bahasa Yunani kalimat tidak jalan; LAI melicinkannya dengan menyisipkan
'telah dilakukan oleh' dan dengan memotong kalimat Yunani menjadi dua kalimat.
Kalimat aslinya kira-kira berbunyi, 'Sebab ketidakmungkinan hukum Taurat - Allah
dengan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging ... telah menjatuhkan hukuman
atas dosa di dalam daging'. Jadi, yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat ialah
menjatuhkan hukuman atas dosa (lihat tafsiran). Terjemahan 'karena kita manusia
lemah' agaknya kurang tepat, karena menurut susunan kalimat
Yunani êsthenei ('adalah lemah', bentuk kala lampau), harus dihubungkan dengan
'hukum Taurat', bukan dengan' daging'. (Dan kalaupun dihubungkan dengan
'daging/manusia' haruslah diperhatikan bahwa menurut pasal 7 manusia tidak lemah
saja, tetapi dikuasai oleh dosa.)
Bagian tengah ayat ini ('dalam daging ... dosa') dalam LAI kacau, antara lain karena
mengabaikan kai = dan. Terjemahan harfiah dari bahasa Yunani berbunyi, 'dalam
kesamaan daging dosa dan demi dosa'. Homoiômati oleh LAI diterjemahkan 'serupa/
menyerupai'. Terjemahan 'menjatuhkan hukuman' memang sesuai dengan arti dasar
kata kerja katekrinen

Ayat 3-4 menerangkan arti kata-kata 'memerdekakan kamu dalam Kristus Yesus' (ayat 2),
dengan menjelaskan cara pemerdekaan itu berlangsung, yakni melalui kematian Kristus
yang telah menjadi jalan pendamaian (bandingkan Roma.3:25).

Bagian pertama ayat 3 merupakan 'anakolut' , kalimat yang tidak diselesaikan tapi langsung
beralih ke kalimat lain. Agaknya Paulus hendak berkata: 'Apa yang tidak mungkin dilakukan
hukum Taurat, dapat dilakukan oleh Allah...' tetapi sesudah koma langsung
diucapkannya apa yang dapat dilakukan Allah. Yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat
itu sendiri ialah mematahkan kuasa dosa, sehingga manusia tidak mati, tetapi memperoleh
kehidupan (lihat penjelasan ayat 2).

Paulus lelap menulis di. bawah bayangan tuduhan yang dilontarkan kenadanva seakan-akan
ia menyatakan bahwa hukum Taurat adalah dosa (Roma 7:7, bandingkan Roma 6:1; 3:31),
Karena itu ditambahkannya karena tak berdaya oleh daging. Dalam hukum Taurat tidak ada
kekurangan apa pun, hukum itu 'rohani' (Roma 7:14). Tetapi 'daging artinya keadaan
manusia yang dikuasai dosa, menyebabkan hukum laura: itu tidak bisa tidah mengucapkan
hukuman atas manusia dan malah merangsang dosa (kiasan oksigen. bnd. tafsiran Roma
7:13) Maka tatan lewat hukum Taurat merupakan Jalan buntu. Karena itu, bukan kebetulan
kalau bagian kalimat yang mcara mengenai jalan hukum Taurat ini pun kalimat buntu. Sama
seperti kalimatnya harus dimulai lagi (telah dilakukan oleh Allah), begin Dula Allah
menempuh cara baru untuk mengaruniakan hidup kepada manusia.

Oleh karena hukum Taurat tak berdaya, Allah berkenan mengurus wakil-Nya. Ia 'mengutus
Anak-Nya', Ditambahkan tiga penjelasan tentang pengutusan itu.
(a) Anak itu diutus dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa  (KB:
dalam keadaan yang sama dengan manusia yang berdosa);
(b) ia diutus karena dosa (untuk menghapuskan dosa):
(c) tujuan pengutusan itu ialah menjatuhkan hukuman mas dosa di dalam
daging (mengalahkan kuasa dosa)

Ketiga bagian kalimat akan kita tafsirkan satu demi satu.

(a) Penjelasan pertama yang diberikan ialah dalam daging, yang serupa dengan daging
yang dikuasai dosa. 'Dalam keadaan yang sama dengan daging yang dikuasai dosa'.

Sebagaimana telah kita lihat dalam Roma 6:5, homoiômati berarti 'kesamaan'


tapi kesamaan yang mengandung pula ketidaksamaan, Khususnya berhubung
dengan ayat ini, perlu kita perhatikan bahwa, menurut kamus, 'kesamaan' itu
memang ke-sama-an (keadaan sama), bukan 'kemiripan atau 'keadaan
serupa'. Yang terakhir itulah yang dianut oleh Marcion (160 M) dan kaum
gnostik abad kedua.

Kalaupun demikian halnya, kita tidak usah menafsirkan nas ini seakan-akan Kristus
menjadi seorang manusia berdosa. Dalam Roma 6-8 ini persoalan apakah Kristus
pernah berbuat dosa sama sekali tidak disinggung. Yang menjadi pokok pembicaraan
dalarn Roma 6-8 ialah pertarungan antara dua kuasa, yang masing-masing memiliki
lingkungan kekuasaannya. Lingkungan kekuasaan dosa, yang menentang Allah, ialah
daging. Maka yang hendak dikatakan dalam ayal 3b ini ialah Allah telah menyerang
dosa itu dalam pusat kekuatannya. Ia tidak membiarkan daging, materi, dunia, tetap
dikuasai dosa. Sehah Tuhan hendak menyelamatkan 'daging', materi, dunia itu.
Karena itu, Kristus diutus-Nya ke dalam daging. Kristus masuk ke dalam hidup
manusia yang dirusak oleh kuasa dosa. Karena itu la, seperti halnya setiap manusia.
harus mengalami hukuman atas dosa itu, bahkan ketaklukan pada maut. Di pihak
lain, kuasa dosa nyata Juga dalam kebencian yang dialami-Nya dari pihak musuh-
musuh-Nya. dalam salah paham yang terdapat pada murid-murid-Nya sendiri, dalam
tanda-tanda kuasa dosa berupa penyakit dan maut yang ditemukan-Nya di mana-
mana. Maka penderitaan-Nya tidak mulai dalam bagian terakhir hidup- Nya, tetapi
langsung dari saat kelahiran-Nya .

Akan tetapi - dan itulah unsur ketidaksamaan -- yang diutus masuk ke dalam
lingkungan kuasa dosa itu adalah Anak Allah sendiri. Sebagaimana pernah ditulis
salah seorang penafsir, 'Rupa yang diterima Anak Allah tidak berbeda dengan rupa
manusia, tetapi mereka yang memakai rupa itulah (yaitu Dia dan kita) yang harus
dibedakan. Dalam kalimat Yunani dan juga dalam terjemahan lndonesia, kata-kata'
Allah mengutus Anak-Nya sendiri' itu didahulukan, dan dengan demikian mendapat
tekanan. Sementara berada 'dalam daging dosa', Ia tetap adalah Anak Allah.
Kata-kata dalam daging menerangkan pula perbedaan antara Inkarnasi dan
penjelmaan tokoh-tokoh mitos menjadi manusia. Kisah tokoh dari dunia atas yang
menjelma menjadi manusia kita temukan dalam mitos Mesir kuno mengenai Isis dan
Osiris, dan dalam berbagai aliran keagamaan sekarang. Perbedaannya, tokoh mitos
menjelma menjadi manusia yang luhur. Sedangkan Kristus masuk ke dalam keadaan
manusia sebagaimana adanya, ke dalam keadaan kita, yang dirusak oleh dosa,
dikuasai oleh maut, kena kutuk hukum Allah, sehingga bahkan dapat dikatakan
bahwa dia 'dibuat menjadi dosa' (2 Korintus 5:21) dan 'menjadi kutuk' (Galatia 3:
13). Seandainya Kristus menjelma menjadi manusia yang luhur, yang tidak
kekurangan apa pun, bagi kita tinggal bertanya kenapa kita tidak bisa menjadi
seperti Dia. Inkarnasi seperti itu tidak dapat menyelamatkan kita. Karena itu,
lnkarnasi harus memuncak (lebih tepat: mencapai titik terdalam) dalam kematian
pada salib. Salib itu menghancurkan wawasan idealistis mengenai manusia dan
mengenai jalan manusia menuju keselamatan.

(b) Makna besar kenyataan lnkamasi yang digambarkan tadi diungkapkan dalam kata-kata
karena dosa (untuk menghapuskan dosa). Ungkapan itu begitu singkat, sehingga artinya
tidak langsung jelas.

Kita memperoleh kejelasan kalau kita meninjau pemakaian ungkapan


Yunani peri hamartias, 'demi dosa' dalarn PL berbahasa Yunani (LXX). Di
situ peri hamartias merupakan terjemahan lazim istilah Ibrani  ‫לְחַָּט את‬ -
LEKHATAT , 'korban penghapus dosa', harfiah 'demi/karena dosa' (Imamat
4:3 dll.). Dalam PB kata-kata peri hamartias, 'korban penghapus dosa', dan
apa yang dikatakan dalam PL mengenai penyelenggaraan korban itu
(bandingkan Imamat 9:2; 16:27) berkali-kali dihubungkan dengan tokoh
Kristus dan karya-Nya. Begitulah dalam Ibrani 13:11 dyb., 1 Petrus 3:18; 1
Yohanes 2:2.

Dari situlah kita dapat artikan kata-kata 'dan karena dosa'. Allah telah mengutus
Anak-Nya dalam kesamaan daging dosa, supaya Ia menanggung akibat-akibat dosa
itu sebagai ganti manusia, dan dengan demikian memerdekakan manusia dari
akibat-akibat itu. Bandingkan 2 Korintus 5:21; Galatia 3: 13; 4:4-5. Maka hukuman
yang oleh hukum Taurat dikenakan kepada tiap orang berdosa, ditanggung oleh
Kristus. Atau lebih tepat, menurut bunyi nas kita, Allah mengutus Dia supaya
hukuman itu ditanggung-Nya. Hanya Dia yang diutus oleh Allah yang dapat
melakukan 'apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat'.

Arti kata-kata dan karena dosa bertambah jelas kalau kita perhatikan bahwa
dalam Kitab Imamat dan Bilangan korban penghapus dosa dipersembahkan
untuk dosa yang dilakukan dengan tidak disengaja (Imamat 4:2; 5: 17 dyb.,
Bilangan 15:28). Dalam Roma 7:13-26 justru itulah yang dinyatakan
mengenai dosa 'aku'. 'Aku' itu 'perbuat apa yang tidak aku kehendaki'. 'Aku'
itu 'suka pada hukum Allah' (Roma 7:22), namun tidak bisa tidak berdosa
terhadap hukum itu. Karena itu sebutan Kristus sebagai 'korban penghapus
dosa' di sini memang cocok dengan konteks nas ini.

(c) Dari situ juga dapat kita artikan kata-kata terakhir: Ia telah menjatuhkan hukuman atas
dosa di dalam daging (mengalahkan dosa di dalam tabiat manusia). Kata-kata ini pun begitu
singkat, sehingga sulit untuk menemukan tafsirannya yang tepat.

Kami mendahulukan dua catatan. Pertama, menurut tata kalimat Yunani 'di
dalam daging' harus dihubungkan dengan 'menjatuhkan hukuman', bukan
dengan 'dosa'. Kedua, kata-kata ini mengingatkan kita pada Roma 7:6, 13,
dan 23. Dalam tafsiran ayat-ayat itu telah dikatakan bahwa hukum Taurat
mengucapkan hukuman atas dosa yang berkuasa dalam diri kita. Namun,
tidak mungkin di sini 'menjatuhkan hukuman atas dosa' sama saja artinya,
sebab Kristus justru melakukan 'apa yang tidak mungkin dilakukan hukum
Taurat' (Roma 8:3a). Bahasa Yunani memang memakai katekrinen , yang
artinya tidak lain ialah 'menjatuhkan hukuman/ vonis'.

Agaknya kita dapat mengartikan kata-kata ini begini. Menurut kenyataan yang
digambarkan dalam Roma pasal 7, yang kena hukuman yang diucapkan hukum
Taurat ialah orang berdosa. Tetapi Kristus menanggung hukuman itu sebagai ganti
mereka. Maka kini dosa, penguasa yang lalim itu sendirilah yang langsung kena
hukuman itu. Dengan demikian dosa itu kehilangan haknya atas manusia dan
kehilangan kuasanya, yang artinya tidak berkuasa lagi atas kita. Yang terakhir itu
diuraikan lebih lanjut dalam ayat -ayat yang menyusul. Hanya, janganlah terlupa
oleh kita bahwa kemenangan atas dosa hanya dapat diperoleh karena Anak Allah
menyamakan diri dengan orang berdosa dan menanggung nasib yang seharusnya
rnenjadi nasib mereka. yaitu maut. Inkarnasi, penjelmaan menjadi manusia. tidaklah
mencukupi; diperlukan salib untuk memperoleh kemenangan sebesar itu. Kita
teringat di sini akan apa yang telah dikatakan pada butir (a).

Bagian terakhir ayat 3 ini akan bersifat agak umum. jauh dari kenyataan sehari-hari kita,
seandainya tidak ada tambahan 'di dalam daging'. Telah berkali-kali kita lihat bahwa 'daging'
itu keadaan kita, kehidupan kita sebagaimana adanya dalam dunia ini Maka ketika dosa
dijatuhi hukuman di dalam daging Kristus, Dia mewakili kita Dosa yang dihukum ialah dosa
kita dalam kehidupan kita sehari-hari..Dengan demikian perkataan Paulus dalam 3b ini
berubah menjadi sangat konkret Sebab perkataan itu menjadi dasar semua anjuran supaya
dosa (daging) itu kita matikan, kita jauhi, kita salibkan. Dilihat dari sudut ini, mengatakan
'dosa dihukum dalam daging (Kristus)' membawa pada kesimpulan kamu telah mati bagi
dosa' (Roma 6:1) Sama seperti dalam pasal 6 ayat 11. menjadi titik tolak sejumlah anjuran
agar orang percaya menempuh kehidupan baru, begitu juga halnya ayat Roma 8:3 ini.
Anjuran itu langsung mulai diberikan dalam ayat yang menyusui, ayat 4

Wawasan ini ini tidak kita temukan dalam Filipi 2:6 dyb., sebab di situ pengakuan
tentang inkarnasi dikutip dalam rangka lain, yaitu dalam rangka nasihat supaya
orang Kristen rendah hati. Sebaliknya, pikiran yang sama seperti dalam Roma 8:3
kira temukan pula dalam Galatia 4:4-5, 'Ia diutus untuk menebus mereka, yang
takluk kepada hukum Taurat' supaya mereka diterima ,nenjadi anak Allah dan
menerima Roh

8:4 LAI TB, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup
menurut daging, tetapi menurut Roh.
KJV, That the righteousness of the law might be fulfilled in us, who walk not after the flesh,
but after the Spirit.
TR, ινα το δικαιωμα του νομου πληρωθη εν ημιν τοις μη κατα σαρκα περιπατουσιν αλλα
κατα πνευμα
Translit interlinear, hina {supaya} to dikaiôma {tuntutan} tou nomou {dari hukum} plêrôthê
{dipenuhi} en {di dalam} hêmin {kita} tois {(orang2) yang} mê {tidak} kata {menurut}
sarka {daging/ tubuh (yg dikuasai dosa)} peripatousin {hidup} alla {tetapi} kata {menurut}
pneuma {Roh}

Dikaiôma (bentuk tunggal!) di sini dipakai dengan arti yang sama seperti dalam
Roma1:32. En hêmin (di dalam kita), lebih baik diterjemahkan, 'dalam lingkungan
kita (= jemaat)' atau (en instrumental) 'oleh kita', sebab tidak merupakan perbuatan
batin semata-mata. 'Hidup' merupakan terjemahan peripatousin (bermakna
'menjalani hidup' atau 'cara hidup/ pola hidup'

Tuntutan hukum digenapi di dalam kita ... bandingkan dengan nanti penjelasan Rasul Paulus
di Roma 13:10, yang menyatakan perbuatan kasih adalah jalan memenuhi hukum Taurat :

* Roma 13:10
LAI TB, Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah
kegenapan hukum Taurat.
KJV, Love worketh no ill to his neighbour: therefore love is the fulfilling of the law.
TR, η αγαπη τω πλησιον κακον ουκ εργαζεται πληρωμα ουν νομου η αγαπη
Translit interlinear, hê agapê {kasih} tô plêsion {kepada sesama} kakon {yang jahat/ yang
salah} ouk {tidak} ergazetai {melakukan} plêrôma {pemenuhan (perbuatan memenuhi/
melakukan)} oun nomou {hukum taurat} hê agapê {kasih (adalah)}

Dalam surat2 Paulus plêrôma biasanya bermakna 'kegenapan'. Namun kata


kerja plêroô berarti memenuhi dalam arti melakukan. Dari situ plêrôma bermakna
'perbuatan memenuhi (melakukan)'

Roma 13:10 merujuk jelas di zaman Kasih-karunia ini kita tidak berada dibawah Hukum
Taurat, tetapi dibawah hukum kasih. Kasih adalah Undang-undang Dasar Kerajaan Allah.
Kata-kata "Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia" Adalah suatu petunjuk
supaya orang Kristen terhindar dari perbuatan jahat bila mereka memelihara kasih.
Apa tuntutan (dalam bentuk tunggal) yang digenapi dalam orang percaya? Jawabnya adalah
Kasih! Secara mendasar, yang dituntut oleh Hukum Taurat adalah Kasih kepada Allah dan
Kasih kepada sesama manusia (Ulangan 6:5, Imamat 19:18, Matius 22:37 dyb. Bandingkan
dengan Roma 13:8-10). Tuntutan kasih itulah yang kini dapat dipenuhi, berkat kehadiran
Roh Kudus dalam diri kita.

Perkataan 'kita' diterangkan lebih lanjut dalam bagian kedua ayat 4: yang tidak hidup
menurut daging, tetapi menurut Roh. Kata-kata itu menyatakan tiga hal sekaligus. Pertama,
di dalamnya kita temukan kekuatan yang membuat kita sanggup menggenapi (melakukan)
hukum Tama! Meskipun kita telah dimerdekakan dari kuasa dosa (ayat 2), kita tidak
sanggup berjuang melawan dosa dan melakukan kehendak Allah hanya atas kekuatan
sendiri. Sekiranya kita mencoba berbuat begitu, pasti kita akan dikalahkan. lalu kembali
menjadi hamba dosa. Kita memerlukan kekuatan dari luar, dari Allah, agar dapat
memperoleh kemenangan. Kekuatan itu ialah Roh Kudus, yang datang dan diam dalam diri
kita. Roh Kudus itu kita terima. dalam baptisan. Hal itu dikatakan tidak langsung dalam
Roma 6:4, dan langsung dalam 1 Korintus 6:1; 12:13.

Hal yang kedua terkandung dalam perkataan 'hidup'. Dalam bahasa Yunani dipakai kata
kerja peripatousin, harfiah 'berjalan keliling' (KJV, walking) "Berjalan" sering dipakai dengan
arti 'pola hidup orang'. Misalnya Mazmur 1:1 dan 6; Mazmur 25:4; Kisah Para Rasul 9:2.
Jadi, melalui perkataan peripatousin itu sekali lagi jelas bahwa kehidupan baru dalam Roh
bukanlah sikap batin 'di dalam' kita, melainkan kehidupan kita sehari-hari, perbuatan kita
yang nyata. Menjadi orang Kristen bukanlah (bukan hanya) mengikuti kebaktian hari Minggu
dengan dipenuhi perasaan yang saleh, melainkan bertindak sesuai dengan hukum Allah
dalam segala hal, mulai hari Minggu sampai dengan hari Sabtu.

Yang ketiga, dengan mempertentangkan dua cara hidup, 'menurut daging' dan 'menurut
Roh', kita dibuat sadar akan pilihan yang kim hadapi. Kita dimerdekakan (ayat 2). Maka
seorang merdeka dapat memilih. Roh itu berkenan tinggal dalam diri kita. Tetapi Dia tidak
memaksa kita; 'di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan' (2 Korintus 3: 17; bnd.
ayat 15). Kita dapat menolak bimbingan-Nya, 'mendukakan Roh Kudus' (Efesus 4:30).
Karena itu, surat-surat Paulus penuh dengan anjuran supaya bimbingan Roh kita ikuti
(Galatia 5:25), kehendak Tuhan kita penuhi, kasih karunia jangan kita sia-siakan (2 Korintus
6: 1).

Akhirnya kita mencatat bahwa ayat 4 ini diawali kata supaya, yang juga dapat
diterjemahkan 'sehingga'. Kehidupan jemaat menurut Roh merupakan tujuan sekaligus hasil
seluruh karya keselamatan Allah yang digambarkan dalam ayat 2 dan 3. Kita teringat akan
nas Yohanes 3:16, 'Begitu besar kasih Allah akan dunia ini ... '. Tetapi juga akan ketiga
permohonan pertama dalam Doa Bapa Kami. Sebab kalau tuntutan hukum Taurat digenapi,
kehendak Allah terjadi, dan dengan demikian nama-Nya dikuduskan dan kerajaan-Nya
datang.

8:5 LAI TB, Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
KJV, For they that are after the flesh do mind the things of the flesh; but they that are after
the Spirit the things of the Spirit.
TR, οι γαρ κατα σαρκα οντες τα της σαρκος φρονουσιν οι δε κατα πνευμα τα του πνευματος
Translit interlinear, hoi {(orang2) yang} gar {tetapi} kata {menurut} sarka {daging} ontes
{hidup} ta {hal2 yg} tês sarkos {dari daging/ tubuh} phronousin {memikirkan} hoi {orang2
yg} de {tetapi} kata {menurut} pneuma {Roh} ta {hal2 yg} tou pneumatos {dari Roh}

Berbeda dengan ayat 4, di sini (dan dalam ayat 8) 'hidup' = ontes, 'yang adalah'. LAI
'memikir-mikirkan' merupakan terjemahan phronousin, yang artinya sering
'mengikhtiarkan', 'memihak pada' atau 'mengejar'.

Dalam ayat 5-8 Paulus menggambarkan dan mempertentangkan kedua cara hidup yang
disebut dalam ayat 4. Tegasnya, ia menerangkan asal mula masing-masing. Bagaimana
sehingga orang 'berjalan menurut daging', dan bagaimana orang sampai dapat 'berjalan
menurut Roh'? Jawabnya di sini: sebab mereka 'ada' (LAI: 'hidup') menurut daging, atau
menurut Roh. Artinya, pola kehidupan mereka menurut daging, atau menurut Roh;
kehidupan mereka berkiblat pada daging ataupun kepada Roh. Kita dapat menjelaskan ayat
ini dengan memakai kiasan serbuk besi. Kalau sebuah magnet didekatkan pada serbuk itu,
susunan serbuk akan berubah menjadi pola tertentu. Kalau kita mendekatkan magnet lain
dari sebelah lain, pola itu akan berubah.

Pola hidup itulah yang selanjutnya menghasilkan perbuatan tertentu.


Yang 'hidup menurut daging', yang berkiblat pada daging, tidak bisa tidak memikirkan hal-
hal yang dari daging. Terjemahan 'memikirkan' bisa menyesatkan kalau dianggap
menggambarkan kegiatan batin saja, bandingkan tafsiran 'hidup' dalam ayat 4. Yang
dimaksud ialah sikap konkret, sehingga kita dapat memakai terjemahan 'mengikhtiarkan',
'mengejar'. Seluruh perhatian diarahkan pada yang jahat. Kita teringat akan perkataan
Mazmur 14, yang dikutip dalam Roma 3:10-18; katakata itulah yang sungguh-sungguh
menggambarkan apa itu 'memikirkan hal-hal yang dari daging'. Dengan lebih singkat 'hal-hal
yang dari daging' disebutkan juga dalam Galatia 5: 19-21.

Sebaliknya, memikirkan hal-hal yang dari Roh ialah mengikhtiarkan, mengejar, apa yang
dikehendaki oleh Roh, oleh Allah sendiri. Gambarannya kita temukan dalam sekian banyak
nas dalam surat-surat Paulus, bahkan dalam seluruh Alkitab. Dalam Surat Roma saja, kita
menemukannya dalam Roma 12-15; Galatia 5: 22 menyebutnya dengan lebih singkat.

Di sini juga kita dapat memakai kiasan. Kalau kita sungguh-sungguh mencintai seseorang,
seluruh perhatian kita akan diarahkan pada cara-cara kita dapat menyenangkan orang itu.
Misalnya, kalau kita bekerja di bawah seorang atasan yang kita hormati dan kita kasihi kita
akan terus-menerus berikhtiar melakukan apa yang dikehendaki oleh atasan itu, biar tanpa
diperintahkan sekalipun.

8:6 LAI TB, Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan
damai sejahtera.
KJV, For to be carnally minded is death; but to be spiritually minded is life and peace.
TR, το γαρ φρονημα της σαρκος θανατος το δε φρονημα του πνευματος ζωη και ειρηνη
Translit interlinear, to gar {karena} phronêma {pikiran} tês sarkos {dari daging} thanatos
{(memberi)} to de {tetapi} phronêma {pikiran} tou pneumatos {dari Roh} zôê {(memberi)
hidup} kai {dan} eirênê {damai sejahtera}

Terjemahan 'keinginan' kali) tidak menampakkan bahwa perkataan Yunani


yang dipakai di sini, yaitu phronêma serumpun dengan phronousin (memikirkan)
dalam ayat 5. Phronêma bukan kegiatan phronousin (mengikhtiarkan) sebagaimana
ayat 5, melainkan pokoknya: apa yang diikhtiarkan. phronêma tês sarkos/ tou
pneumatos dapat diartikan dengan dua cara, yaitu apa yang diikhtiarkan oleh
(genitivus subyektivus), atau hal-hal daging/Roh yang diikntiarkan manusia
(genitivus obyektivus). Tafsiran kami bertolak dan arti pertarna, sama terjemahan
LAI. Makna gar di sini tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat antara ayat ini
dengan yang terdahulu.

Yang menjadi pokok perhatian dalam ayat ini ialah pertentangan antara kedua asas hidup,
yaitu daging dan Roh. Yang diikhtiarkan daging, yaitu manusia-lama, manusia-dalam-Adam
(pasal 5), ialah maut. Sudah tentu bukan itu yang dicita-citakan manusia yang hidup dalam
permusuhan dengan Allah. Ia malah membayangkan akan memperoleh hidup (Kejadian
3:4). Namun, ajal semua pikiran dan upayanya ialah maut. Sebaliknya, Roh (dan manusia
yang dibimbing oleh-Nya) mengikhtiarkan hidup dan damai sejahtera. Artinya, segala
sesuatu yang dipikirkan dan diupayakan oleh Roh menuju ke situ, Maka jelaslah bagi
manusia lebih baik mengikuti bimbingan Roh, yang membawa dia pada hidup, ketimbang
daging, yang membawa dia pada kematian.

8:7 LAI TB, Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak
takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.
KJV, Because the carnal mind is enmity against God: for it is not subject to the law of God,
neither indeed can be.
TR, διοτι το φρονημα της σαρκος εχθρα εις θεον τω γαρ νομω του θεου ουχ υποτασσεται
ουδε γαρ δυναται
Translit interlinear, dioti {karena itu} to phronêma {pikiran} tês sarkos {dari daging}
ekhthra {adalah perseteruan} eis {di dalam} theon {Allah} tô gar {karena} nomô {kepada
hukum} tou theou {Allah} oukh {tidak} hupotassetai {ia tunduk} oude {juga tidak} gar
{karena/ memang} dunatai {ia dapat}

8:8 LAI TB, Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
KJV, So then they that are in the flesh cannot please God.
TR, οι δε εν σαρκι οντες θεω αρεσαι ου δυνανται
Translit interlinear, hoi {orang2 yg} de {lalu} en {di dalam} sarki {daging} ontes {hidup}
theô {Allah} aresai {menyenangkan} ou {tidak} dunantai {dapat}

Di sini juga 'keinginan daging' merupakan terjemahan phronêma tês sarkos (lihat


ayat 6). Ekhthra (perseteruan) adalah kata sifat 'memusuhi'. 'Mereka yang hidup
dalam daging' merupakan variasi ayat 5;
'hidup' di sini juga merupakan terjemahan ontes. De pada awal ayat 8 dapat
diterjemahkan 'dan'.

Ayat 7 dan 8 menjelaskau apa yang dikatakan tadi, yaitu bahwa apa yang diikhtiarkan
daging ialah maut (ayat 6), Maut itu ajalnya, karena keinginan/ikhtiar daging adalah
memusuhi Allah Di sini juga hal itu tidak berarti bahwa setiap orang di luar lingkungan
jemaat Kristen selalu berikhtiar menentang Tuhan. Sebaliknya, banyak orang berupaya
hidup baik, dan tidak melakukan kejahatan nyata, Namun, di sini semua dilibatkan dalam
penilaian negatif: memusuhi Allah Karena keinginan itu, ikhtiar itu tidak takluk pada hukum
Allah, malah tidak dapat takluk padanya, sebab dikuasai oleh kuasa yang bermusuhan
dengan Allah, yaitu dosa. Di sini Juga ternyata manusia yang dikuasai dosa tidak lagi bebas
[en]color=gr'Bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci,
itulah yang aku perbuat'[/color] (Roma 7:15).

Maka 'dalam daging' di sini lain artinya dari dalam Galatia 2:20 atau 1 Korintus 10:3 Dalam
kedua ayat itu, yang dimaksud ialah tabiat manusia yang memang lemah dan fana, masih
terlepas dan berkuasa-tidaknya dosa, Sebaliknya, apa yang dikatakan dalam ayat ti ini,
sama sepert) dalam 7 5, menyangkut 'daging yang dikuasai dosa' (bandingkan, ayat 3).
Bahwa kita tidak dapat berkenan kepada Allah bukanlah nasib, yang rnerumpa kita lantaran
kita bersifat bendawi dan mengenakan tabiat manusia yang lemah. Karena itu juga,
terjemahan 'daging' dengan 'tabiat manusia' dalarn KB dapat menyesatkan, 'Daging" adalah
tabiat manusia sebagaimana jadinya akibat dosa.

Kata-kata terakhir, tidak mungkin berkenan kepada Allah sebaiknya ditafsirkan dengan


memperhatikan Roma 15:1-3. Di situ 'mencari kesenangan sendiri' adalah lawan
'menyangkal diri', jadi, yang dimaksud ialah kelakuan orang. Begitu juga dalam 1 Tesalonika
2:4 dan Galatia 1:10, sebab di sana'mencan kesukaan manusia' adalah [awan 'rnenjadi
hamba Kristus , Maka 'berkenan kepada Allah' adaiah bertmdak sesuai dengan kehendak
Allah. melayani Tuhan.

8:9 LAI TB, Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh
Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik
Kristus.
KJV, But ye are not in the flesh, but in the Spirit, if so be that the Spirit of God dwell in you.
Now if any man have not the Spirit of Christ, he is none of his.
TR, υμεις δε ουκ εστε εν σαρκι αλλ εν πνευματι ειπερ πνευμα θεου οικει εν υμιν ει δε τις
πνευμα χριστου ουκ εχει ουτος ουκ εστιν αυτου
Translit interlinear, humeis {kamu} de {tetapi} ouk {tidak} este {hidup} en {di dalam} sarki
{daging} all {tetapi} en {di dalam} pneumati {Roh} eiper {jika memang} pneuma {Roh}
theou {Allah} oikei {diam} en {di dalam} humin {kalian} ei {jika} de {tetapi} tis {ada
orang} pneuma {Roh} khristou {Kristus} ouk {tidak} ekhei {mempunyai} houtos {(orang)
ini} ouk {tidak} estin {adalah} autou {dari-Nya}

'Diam' dalam artian 'bermukin/ tingga;' = oikei, bandingkan Roma 7:17 dan 20. Kita
dapat menerjemahkan: 'mengingat Roh Allah diam di dalam kamu'.

Dalam ayat 9-11 Paulus kembali langsung menyapa pembaca suratnya sambil mengenakan
isi ayat 5-8 kepada mereka. Mereka tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh. Arti
'hidup' di sini telah dijelaskan dalam tafsiran ayat 5. Hanya, di sini dikatakan 'dalam daging/
Roh', sebagai ganti 'menurut daging/Roh'. 'Daging' di sini sama artinya seperti dalam ayat 8,
yaitu tabiat manusia sebagaimana jadinya akibat dosa. Maka 'hidup/berada dalam daging'
berarti: berada dalam lingkungan pengaruh daging itu. Kalau kita berada dalam lingkungan
yang penuh racun, kesehatan badan kita mesti rusak karenanya. Meski kita berobat ke
dokter, kita tidak akan sembuh kalau kita tetap hidup dalam lingkungan yang sama. Kita
perlu dicabut dari lingkungan yang merusak itu dan dipindahkan ke lingkungan lain, baru
kesehatan kita akan pulih. Itulah yang dikatakan dalam ayat 9a ini: dalam baptisan kamu
dicabut dari lingkungan' daging' , lingkungan penuh racun rohani itu, dan kamu dipindahkan
ke lingkungan Roh, lingkungan yang menyehatkan secara rohani.

Kata-kata yang menyusul, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu  tidak ditulis dengan
maksud meragukan kenyataan bahwa jemaat Roma 'hidup dalam Roh'. Kita tidak diajak
olehnya untuk mencari-cari bukti dalam diri kita, dalam suasana hati kita, bahwa Roh
memang tinggal di dalam kita. Sama seperti dalam Roma 3:30, dan dalam ayat 17 di depan,
perkataan Yunani eiper tidak menunjukkan syarat, tetapi hubungan sebab-
akibat. Karena (mengingat) Roh diam di dalam kamu, kamu tidak tinggal lagi di dalam
daging dst. Kehadiran Roh di dalam orang percaya menjamin mereka telah keluar dari
lingkungan pengaruh merusak.

Dengan demikian jelaslah sudah gabungan dua ungkapan yang mungkin mengganggu, yaitu
kamu hidup dalam Roh - Roh diam di dalam kamu. Menurut bahasa Indonesia sehari-hari
tidak mungkin kita tinggal di dalam sesuatu sekaligus itu tinggal di dalam kita. Tetapi telah
kita lihat bahwa 'dalam' yang pertama berarti 'dalam lingkungan pengaruh', sedangkan
'dalam' yang kedua menunjukaan tempat. Kita dapat memakai kiasan kewarganegaraan:
kita berada di Indonesia (yaitu di wilayahnya, dalam lingkungan kedaulatannya), sekaligus
Indonesia (yaitu wawasan tanah air) tinggal dalam hati kita dan turut menentukan kelakuan
kita. (Tentu kiasan ini timpang, seperti halnya semua kiasan, sebab Roh bukan sekadar
wawasan, melainkan pribadi yang nyata.)

Dalam Roma 7:17 dan 20 telah kita bicarakan arti diam di dalam. Perkataan Yunani yang
dipakai di sini termasuk rumpun oikos, 'rumah'. Maka kita dapat berkata bahwa kehadiran
Roh di dalam kita tidak berlangsung sebentar-sebentar, disertai gejala-gejala hebat. Roh
tinggal dalam diri kita sebagaimana kita mendiami rumah: tetap, terus-menerus.
Sebagaimana kita mengatur dan mengubah rumah kita. sampai sesuai dengan kebutuhan
serta selera kita, demikian juga halnya tmdakan Roh dalam kehidupan kita. Itulah yang
dikatakan dengan gamblang dalam 1 Korintus 6:19; bandingkan 1 Korintus 3:16 dyb.

Tadi kami mengutip Roma 7:17 dan 20. Di situ dikatakan, 'dosa diam di dalam aku'. Jelaslah
bahwa kata-kata 'Roh Allah diam di dalam kamu' langsung bertentangan dengan yang
pertama itu. Dosa tinggal di dalam rumah hidup kita sebagai penyerobot, yang membuat
rumah itu, kehidupan kita, porak-poranda. Sebaliknya, Roh mendiami rumah kehidupan kita
selaku pemilik, yang merawat rumah itu baik-baik. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa
keadaan manusia yang didiami Roh sama sekali lain dari keadaan manusia yang didiami
dosa. Keadaan itu tidak digambarkan di sini, tetapi kita menemukan gambarannya dalam
ayat 12-17, yang merupakan padanan Roma 7:14-23.

Dalam hubungan ini perlu diperhatikan hal lain lagi. Dalam tafsiran Roma 7:14-23 telah
ditegaskan bahwa, meskipun dosa 'diam di dalam manusia' menguasai manusia,. manusia
tetap bertanggungjawab atas perbuatannya. Hal serupa dapat dikatakan berhubung dengan
diamnya Roh di dalam kita. Cara Roh tinggal di dalam kita bukanlah seperti cara roh-roh
yang merasuki orang dalam pelbagai agama syamanistis atau dalam aliran priritismee.
Orang yang kerasukan itu bukan dia lagi, dan setelah sadar ia ndak Juga ingat akan
perbuatan atau perkataannya. Sebaliknya orang percaya yang dibimbing oleh Roh tetap
sadar, tetaplah dia itu, ia bukan pasif, malahan sangat aktif. Dan tetap ia sendirilah yang
bertanggung jawab atas tindakannya. Karena itu juga kita diajak berjalan (menempuh
kehidupan) menurut Roh (bandingkan ayat 4b).

Bagian kedua ayat 9 berbunyi: Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus. la bukan milik
Kristus. Kehadiran Roh merupakan patokan untuk menentukan apakah seseorang adalah
seorang Kristen. Hal itu dengan setepatnya mendapat tekanan di kalangan gereja-gereja
Pentakosta. Han.ya. kita perlu mengingat apa yang dikatakan tadi mengenai cara kehadiran
Roh dalam diri kita. Lagi pula, kalimat ini tidak ditambahkan supaya kita masih juga
meragukan kehadiran Roh dalam diri kita dan mencari bukti-buktinya dalam keadaan kita,
dalam suasana hati kita, dalam perbuatan kita. Sebab kita telah menerima Roh, yaitu dalam
baptisan (bandingkan Roma 7:6), Tetapi Paulus menambahkan kata-kata ini sebagai
peringatan. Sebab orang Kristen pun dapat menolak Roh Kudus, mereka dapat membiarkan
penghuni lama rumah kehidupan mereka masuk kembali (bandingkan Matius 12:43-45),
Mereka harus diberi tahu bahwa dalam hal itu mereka bukan milik Kristus lagi.

Kita mencatat dua hal lagi mengenai ungkapan 'Roh Kristus", Pertama, ungkapan itu
menjelaskan bahwa Roh tidak membawa sesuatu yang baru di luar karya Kristus. Sebab Roh
itu keluar juga dari Kristus (bandingkan: Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel, tahun 381),
dan Dia menjabarkan karya Kristus di dalam hati orang percaya. Kedua, ayat nu tidak
membedakan 'Roh Allah' dan 'Roh Kristus'. Kedua rumus itu berbicara mengenai Roh yang
sama. Mudahnya Paulus beralih dari yang satu ke yang lain menampakkan keyakinannya
tentang kesatuan Kristus dengan Anah.

8:10 LAI TB, Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa,
tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
KJV, And if Christ be in you, the body is dead because of sin; but the Spirit is life because of
righteousness.
TR, ει δε χριστος εν υμιν το μεν σωμα νεκρον δι αμαρτιαν το δε πνευμα ζωη δια δικαιοσυνην
Translit interlinear, ei {jika} de {tetapi} khristos {Kristus} en {di dalam} humin {kalian} to
men {memang} sôma {tubuh} nekron {mati} di {karena} hamartian {dosa} to de {tetapi}
pneuma {Roh} zôê {(yg memberi) hidup} dia {karena} dikaiosunên {pembenaran}

Bagian pertama ayat ini tidak memakai kata kerja. LAI menyisipkan 'ada' '; sesuai
dengan pola bahasa Indonesia; mungkin lebih tepat kalau sesuai dcngan ayat 9a kita
menyisipkan oikei, 'diam'. Yang menjadi masalah dalam nas ini. ialah arti 'tubuh =
sama dan 'roh (Roh)' = pneuma.

Apa yang dalam ayat 9 dikatakan mengenai Roh kini dikatakan mengena; Kristus sendiri,
Memang Roh adalah Roh Kristus (ayat 9) dan menyelenggarakan karya Kristus di dalam
orang percaya. Begitu juga dalam 1 Korintus dikatakan bahwa kita adalah 'anggota Kristus'
(Roma 6:15; bndingkan Roma 12:12) sekaligus bahwa Roh tinggal di dalam kita (Roma
6:19). Maka ayat 10 ini menggambarkan hasil, atau dampak, diamnya Kristus di dalam kita
bagi diri kita. Hanya, nas ini begitu padat, sehingga tidak mudah untuk memahaminya.
Kesulitan itu berpusat pada pengertian 'tubuh' dan 'roh'. Kita mencatat tiga cara
menafsirkannya.

(a) Cara pertama kita dapati dalam terjemahan Firman Allah yang Hidup: 'tubuh saudara
akan mati karena dosa, tetapi roh saudara akan hidup karena Kristus telah
mengampuninya'. Perlu ditanyakan: apakah dalam surat-surat Paulus kita menemukan
keyakinan bahwa 'roh' orang Kristen tidak akan mati karena telah mendapat
pengampunan':' Tafsiran ini lebih mirip dengan antropologi Yunani, yang membedakan
tubuh yang inferior dan fana dengan jiwa atau roh yang superior, berasal dari dunia ilahi,
sehingga tidak dapat mati.

(b) Cara kedua kita temukan dalam terjemahan Kabar Baik untuk Masa Kini. 'Tubuh'
memang disamakan dengan badan manusia. Orang percaya harus mengalami maut
jasmani, karena (sebagai akibat) dosa. Tetapi mereka memiliki Roh Allah (bukan: roh), yang
akan memberi mereka hidup karena mereka telah menerima pembenaran.

(c) Kami cenderung menerima tafsiran ketiga, yang mengaitkan kata-kata 'tubuh memang
mati karena dosa' dengan Roma 7:24 dan Roma 6:1-11. Hubungan antara maut dan dosa
dalam kehidupan orang Kristen telah ditetapkan dalam pasal 6. Bukan dalam ayat 21-23,
sebab yang dikatakan di situ berlaku bagi orang tidak percaya. Sebaliknya, hubungan antara
kematian dan dosa dalam kehidupan orang Kristen dinyatakan dalam 6: 11, dan dalam
bagian pertama pasal 6 pada umumnya. Tetapi di situ ternyata kematian itu merupakan
peristiwa masa lampau dan masa kini, bukan masa depan! Maka dalam Roma 8:10 ini kata-
kata tubuh memang mati karena dosa tidaklah mengenai tubuh kita yang jasmani, yang
harus mati kelak. 'Tubuh' di sini dapat diartikan sama seperti dalam Roma 7:24: keadaan
manusia yang dikuasai dosa, , daging'. Sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Roma 6:1-
11, kesatuan dengan Kristus - yang di sini diungkapkan melalui perkataan 'Kristus ada di
dalam kamu' - yang menye¬babkan dan meliputi kematian itu.

Maka, menurut tafsiran yang ketiga ini, 'tubuh memang mati' berarti: keadaan kita yang
lama, manusia lama, disalibkan bersama Kristus. Karena dosa, sebab Kristus memang
disalibkan karena dosa kita, dan tabiat kita yang lama kena hukuman mati bersama Dia.
Dengan demikian kita 'telah mati bagi dosa, tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus'.
Tidak ada hubungan dengan 'tubuh' dalam arti badan kita yang pada suatu waktu akan
mengalami kematian.

Harus diakui bahwa tafsiran itu menghadapi dua kesulitan. Pertama, dalam Roma
6:11 dan Roma 7:6 dikatakan bahwa orang percaya mati bagi dosa, sedangkan di
sini karena dosa. Kedua, dalam ayat berikutnya 'tubuhmu yang fana' jelas mengenai
kebangkitan jasmani. Namun, terhadap yang pertama dapat dikemukakan bahwa
'karena dosa' di sini tidak berarti 'karena dosa yang kita lakukan', tetapi 'karena dosa
yang dihukum di dalam kematian Kristus' (Roma 8:3b). Karena dosa itulah Kristus
mati, dan kita mati bersama Dia.
Kaitan dengan ayat 11 b diimbangi kenyataan bahwa dalam ayat 10 tubuh disebut
'mati' (sekarang), dan memakai bentuk tunggal, sedangkan dalam 11b tubuh disebut
'fana' (dapat/akan mati), dan memakai bentuk jamak, 'tubuh-tubuh' (yang konkret,
nyata).

Kita dapat menerangkan pemakaian 'tubuh' di sini juga dari sudut antropologi
Alkitab. Dalam Alkitab kehidupan manusia tidak dapat dibayangkan terlepas dari
badan; kehidupan terlepas dari badan tidak layak disebut kehidupan (Mazmur
115:17). Karena itu juga apa yang dalam 1 Petrus 1:9 disebut 'keselamatan jiwa'
hanya dapat dibayangkan dan digambarkan sebagai kehidupan dalam tubuh, meski
tubuh itu tubuh baru (bandingkan ayat 11 dan 1 Korintus 15:35-37; 2 Korintus 5:1-
10). Maka 'tubuh' adalah diri kita sendiri, bukan (sesuai dengan cara berpikir Yunani)
sebagian dari kita. Bandingkan Juga istilah 'anggota-anggota tubuh' dalam Roma
6:13, 19.

Bagian kedua ayat 10 dapat ditafsirkan menurut garis yang sama. Terjemahan LAI,
mengartlkan 'roh' sebagai roh manusia, sehingga tertulis dengan huruf kecil. Namun, timbul
pertanyaan yang telah dirumuskan tadi: apakah dalam surat-surat Paulus kita menemukan
keyakinan bahwa 'roh' orang Knsten tidak akan mati karena telah mendapat pengampunan?
Juga: apakah tentang roh manusia dapat dikatakan bahwa ia adalah kehidupan, atau
membawa kehidupan? Lebih mudah dikatakan bahwa roh itu hidup, atau diberi kehidupan.
Tentang Roh itu memang dapat dikatakan bahwa Dia adalah kehidupan. Hanya, perlu
diperhatikan bahwa, sesuai dengan ayat 5 dan 9, Roh itu memang kuasa yang menentukan
pola hidup dan tingkah laku kita, asas dan titik tolak seluruh kehidupan kita.

Pandangan bahwa pneuma di sini adalah Roh Kudus mempengaruhi pula tafsiran perkataan
bahwa Roh itu adalah kehidupan oleh karena kebenaran. 'Adalah' (yang dalam kalimat
Yunam tidak ada) sebaiknya diartikan sebagai 'membawa', 'menganugerahkan'. 'Kehidupan'
dalam arti yang sebenarnya adalah kehidupan dekat dengan Allah, bersama Allah.
Kehidupan seperti itu baru akan kita nikmati sepenuhnya setelah kita bangkit dan
memperoleh rupa yang baru (1 Korintus 15). Tetapi sekarang juga orang percaya pada
asasnya menikmati kehidupan bersama Allah itu, berkat kehadiran Roh dalam diri mereka,
yang membuat mereka dapat 'berkenan kepada Allah' (bandingkan ayat 8, 14). Itulah yang
dimaksud di sini. Kehidupan itu mereka terima 'karena kebenaran', artinya karena
kebenaran yang telah diperoleh Kristus. Hubungan antara kebenaran yang telah mereka
peroleh itu dengan kehidupan baru atau perbuatan benar itu pernah diungkapkan oleh
Luther sebagai berikut, 'Perbuatan yang baik bukannya menjadikan orang baik, tetapi orang
baik mengerjakan perbuatan yang baik' (dari Kebebasan Seorang Kristen).

-- bersambung

BP
RITA WAHYU (Founder SPB)

Posts: 14905

Joined: Fri Jun 09, 2006 5:20 pm

Re: Kehidupan Baru dalam Roh dan Masalah Penderitaan, Rom 8:


 by BP » Wed Feb 13, 2013 3:10 pm

8:11 LAI TB, Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati,
diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang
mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam
kamu.
KJV, But if the Spirit of him that raised up Jesus from the dead dwell in you, he that raised
up Christ from the dead shall also quicken your mortal bodies by his Spirit that dwelleth in
you.
TR, ει δε το πνευμα του εγειραντος ιησουν εκ νεκρων οικει εν υμιν ο εγειρας τον χριστον εκ
νεκρων ζωοποιησει και τα θνητα σωματα υμων δια το ενοικουν αυτου πνευμα εν υμιν
Translit interlinear, ei {jika} de {tetapi} to pneuma {roh} tou {dari Dia} egeirantos {yang
telah membangkitkan} iêsoun {Yesus} ek {dari} nekrôn {orang2 mati} oikei {diam} en {di
dalam} humin {kalian} ho {(Ia) yang} egeiras {membangkitkan} ton khriston {Kristus} ek
{dari} nekrôn {orang2 mati} zôopoiêsei {akan menghidupkan} kai {juga} ta thnêta {yg
fana} sômata {tubuh2} humôn {kalian} dia {melalui} to enoikoun {yang diam di} autou {-
Nya} pneuma {Roh} en {di dalam} humin {kalian}

'Diam' = οἰκέω – oikeô, bandingkan ayat 9 dan 7:17, 20. 'Tubuh' dalam naskah
Yunani memakai bentuk jamak: σωματα - sômata.

Oleh kuasa Roh Kudus, Yesus dibangkitkan dari kubur dan dengan demikian dibenarkan
sebagai Mesias dan Putra Allah yang benar. Dalam Roma 1:3-4 kita membaca bahwa melalui
Roh kekudusan (yaitu, Roh Kudus) Yesus "dinyatakan ... Anak Allah yang berkuasa," dan
dalam Roma 8:11 bahwa "Roh ... telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang
mati." Sebagaimana Yesus bergantung pada Roh Kudus untuk kebangkitan-Nya,
demikianlah orang percaya bergantung pada Roh untuk hidup rohani sekarang dan
kebangkitan fisik di masa depan (Roma 8:10-11).

Dalam ayat 11 ini Roh tidak lagi disebut 'yang diam di dalam kamu' (ayat 9), tetapi 'yang
membangkitkan Yesus'. Sebab yang hendak ditegaskan di sini ialah kaitan erat antara
kebangkitan Kristus Yesus dengan kebangkitan kita. Kebangkitan Kristus dikerjakan oleh
Roh. Maka kehadiran Roh dalam diri kita merupakan jaminan bahwa kita pun akan
dibangkitkan oleh-Nya. Kaitan antara kebangkitan Yesus dengan kita ditegaskan oleh
pemakaian juga (kai).

Maka ayat 11 tidak mengulang atau menjelaskan ayat 10, tetapi menyebut karunia lain lagi.
Dalam ayat 10 dikatakan bahwa Roh Kudus memberi kehidupan baru kepada kita yang
sejauh menyangkut tabiat kita yang lama telah mati. Di sini ditambahkan bahwa kehadiran
Roh di dalam kita merupakan jaminan bahwa, selain kehidupan baru yang berlaku mulai
sekarang, kita akan dikaruniai pula kehidupan kekal. Jadi, ayat 10 berbicara mengenai
kehidupan baru dalam arti 'etis', sedangkan ayat 11 menjanjikan kehidupan 'eskatologis'.

8:12 LAI TB, Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada
daging, supaya hidup menurut daging.
KJV, Therefore, brethren, we are debtors, not to the flesh, to live after the flesh.
TR, αρα ουν αδελφοι οφειλεται εσμεν ου τη σαρκι του κατα σαρκα ζην
Translit interlinear, ara oun {karena itu} adelphoi {hai saudara2} opheiletai {orang2 yang
berhutang} esmen {kita adalah} ou {bukan} tê sarki {kepada daging} tou kata {menurut}
sarka {daging} zên {supaya hidup}
Ayat ini diawali "αρα ουν - ara oun", yang menunjukkan kesimpulan. Susunan
kalimat (tempat ou) membuat pembaca mengira bahwa nanti akan menyusul
'melainkan kepada Roh dst.' LAI 'orang berhutang' , pada umumnya dipakai dalam
PB dengan arti tersebut, harfiah atau kiasan (Matius 18:24 dan 6:12). Namun, dalam
surat-surat Paulus kata ὀφειλέτης - opheiletês mengandung arti lebih
umum: berkewajiban (berhutang budi) terbadap seseorang atau sesuatu . Demikian
juga dalam 1:14; 15:27 (LAI 'wajiblah') dan Galatia 5:3.

Ayat 12 dan 13 mengandung kesimpulan praktis (jadi) yang harus diambil dari bagian
pertama pasal 8. Tetapi hanya bagian pertama kesimpulan itu yang kita temukan; dalam
ayat 13 dan 14 Paulus tidak menambahkan (misalnya) 'melainkan kepada Roh, untuk hidup
menurut Roh', tapi memberi peringatan serta janji. Orang berhutang di sini bersifat kiasan,
sehingga sebaiknya diartikan sebagai: berkewajiban terhadap (bandingkan. 1:14; 15:27).
Karena 'daging', yaitu kuasa dosa dalam diri kita, telah mengalami penghukuman dalam
kematian Kristus, 'daging' itu tidak dapat lagi menuntut apa-apa dari kita. Sebagaimana
dikatakan dalam Roma 6:15-7:6, kita bukan hambanya Jagi, sebab kita telah menjadi
hamba Allah. Malca kita tidak usab lagi hidup menuna daging. Tafsiran 'hidup menurut
daging' telah disajikan berhubung dengan ayat 4. Hanya, di sini naskah Yunani memakai
perkataan lebih umum (zên), yang memang harus diterjemahkan 'hidup'.

Ayat ini tidak merupakan kalimat umum, yang mengungkapkan fakta semata-mata.
Pemakaian 'saudara-saudara' pada awalnya menampakkan emosi. Paulus mendesak mereka
supaya tidak mengabdi pada 'daging'. Desakan seperti itu sering kita temukan dalam surat-
suratnya. Gembala begitu banyak jemaat baru itu memang sadar bahwa orangorang Kristen
mengalami banyak pencobaan, dan sewaktu-waktu dapat jatuh.

8:13 LAI TB, Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh
kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
KJV, For if ye live after the flesh, ye shall die: but if ye through the Spirit do mortify the
deeds of the body, ye shall live.
TR, ει γαρ κατα σαρκα ζητε μελλετε αποθνησκειν ει δε πνευματι τας πραξεις του σωματος
θανατουτε ζησεσθε
Translit interlinear, ei {jka} gar {sebab} kata {menurut} sarka {daging} zête {kamu hidup}
mellete {kamu akan/ harus} apothnêskein {mati} ei {jika} de {tetapi} pneumati {dengan
Roh} tas praxeis {perbuatan2} tou sômatos {tubuh} thanatoute {kamu mematikan}
zêsesthe {kamu akan hidup}

Dalam naskah Yunani 'akan mati' dan 'akan hidup' memakai bentuk yang berbeda.
Dalam mellete apothnêskein ('akan mati'), mellei mengungkapkan putusan (dalam
hal ini: hukuman) ilahi, bandingkan Matius 17:22; Kisah Para Rasul 20:38; 1
Tesalonika 3:4 ('akan' = harus). Dalam 'perbuatan tubuh", 'perbuatan' = praxeis,
yang serumpun dengan prassein dalam Roma 7:16,19.

Dalam ayat 13 Paulus mengbadapkan pilihan kepada 'saudara-saudara'nya di Roma, sama


seperti yang telah dilakukan Musa kepada bangsa Israel menurut Ulangan 30:15;
bandingkan 11:26 dyb. Jika kamu hidup menurut daging (lihat ayat 4), kamu akan
mati 'Akan' itu bukan hanya dugaan, atau kesimpulan legis. Di dalamnya terkandung
hukuman ilahi atas dosa, yang telah diucapkan dalam Kejadian 2:17; 3:19. Lagi pula, 'mati'
itu bukan banya kemarian tubuh, yang harus dialami semua orang, melainkan kematian
tanpa harapan akan kehidupan baru dekat dengan Tuhan. Yang 'hidup menurut daging' itu
akan tetap jauh dari Tuhan dan segala kebalkan-Nya. Keadaan itu bertentangan dengan
'hidup' (bandingkan tafsiran ayat 11).

Akan tetapi, ada pilihan lain. Tetapi jika kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu,
kamu akan hidup; Tidak dikatakan 'jika kamu hidup menurut Roh', seperti dalam ayat 4;
dipakai cara yang lebih konkret: 'jika kamu mematikan perbuatan tubuh'. 'Perbuatan'
mengingatkan kita pada 'perbuat' dalam Roma 7:16 dan 19. Maka jelaslah yang dimaksud
bukan kegiatan alamiah badan kita, seperti tidur, makan, jalan-jalan, dengan berbagai cara
mengadakan hubungan dengan orang lain. 'Tubuh' di sini menyandang arti yang sama
seperti dalam ayat 10 (lihat tafsirannya) dan 7:23 serta 24, yaitu 'kehidupan manusia yang
dikuasai dosa', 'daging'. Maka 'mematikan perbuatan tubuh' bukanlah berupaya mengurangi
makan, tidur, kemungkinan bergerak, komunikasi dengan orang lain, seperti yang
dipraktikkan banyak orang saleh dalam sejarah gereja Kristen dan dalam lingkungan mistik
di luar agama Kristen. Mereka telah berhasil mencatat prestasi-prestasi yang hebat, masing-
masing di bidangnya yang khusus. Tetapi bukan itulah yang dimaksud di sini. 'Mematikan
perbuatan tubuh' adalah memberantas dan semakin mendesak mundur kecenderungan kita
melakukan apa yang bertentangan dengan kehendak Allah (bnd. Kolose 3:5). Halnya seperti
sisa-sisa api yang masih membara dan mulai menyala lagi di sana sini setelah kebakaran
yang besar dipadamkan. Kalau kita ingin mengetahui apa yang perlu diberantas, cukuplah
kita membaca kesepuluh perintah, yang boleh dilengkapkan oleb sekian banyak anjuran
dalam surat-surat Paulus. Dengan demikian jelaslah 'mematikan' itu bukan perbuatan sekali
saja, melainkan pergumulan sepanjang hidup. 8andingkan juga Galatia 5: 16- 24.

Namun, 'mematikan' itu justru mendatangkan kehidupan (lihat tafsiran ayat 10). Maka
perkataan ini mengandung paradoks (pertentangan semu), yang membuat kita ingat akan
perkataan Yesus dalam Matius 16:25 par., bandingkan Yohanes 12:25, 'tetapi barang siapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya' , bandingkan juga apa yang
dikatakan dalam Matius 16:24 mengenai keharusan 'menyangkal diri dan memikul salib'.
Maka tidak mengherankan kalau dalam nas yang sejajar dengan Roma 8:13, yaitu Galatia
5:24, Paulus memakai istilah 'menyalibkan daging'.

Yang terakhir ini mengingatkan kita pada Rcma 6. Bukankah di situ dikatakan bahwa
manusia-lama (artinya sama dengan 'tubuh' di sini) telah disalibkan (6:6), dan bahwa kita
telah mati bersama Kristus? Memang benar, 'tubuh dosa' telah dihancurkan oleh kematian
Kristus, dan Roh kehidupan diam di dalam orang Kristen (ayat 10). Tetapi 'tubuh dosa' itu
masih juga mau bangkit lagi, orang percaya menghadapi pencobaan, dan 'oleh Roh' mereka
harus berjuang agar kuasa dosa dalam diri mereka tetap ditaklukkan.

8:14 LAI TB, Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
KJV, For as many as are led by the Spirit of God, they are the sons of God.
TR, οσοι γαρ πνευματι θεου αγονται ουτοι εισιν υιοι θεου
Translit interlinear, hosoi {semua (orang) yang} gar {karena} pneumati {oleh Roh} theou
{Allah} agontai {dipimpin} houtoi {(orang2) ini} eisin {adalah} huioi {anak2} theou {Allah}

'Semua orang', Yunani hosoi, sebanyak yang. Namun, yang diutamakan di sini bukan
segi negatif ('hanya mereka yang'), melainkan yang posirif sehingga terjemahan
'semua' tepat. 'Anak', Yunani huios, 'putera' (bad. ayat 16, lekna). Da1am hubungan
dengan tafsiran 'dipimpin' (agontai) di depan, perlu dicatat bahwa bentuk pasif kata
kerja Yunani dapat menyandang fungsi 'medial' (refleksif), artinya sebagai perbuatan
terhadap diri sendiri. Jadi, 'dipimpin' dapatjuga berarti: 'membiarkan diri dipimpin'
(bnd. 1 Korintus 11:6; Galatia 5:12. yang dalam LAI dll. diterjemahkan aktif atau
pasif, tetapi sebaiknya diartikan sebagai bentuk medial).

Ayat 14-17 menggambarkan peranan Roh, yang telah disebut dalam 13b. Roh itu
'memimpin' orang Kristen. Hal yang sarna dikatakanjuga dalam Galatia 5:18. Di sana
'dipimpin oleb Rob' sejajar dengan 'hidup (menempuh kebidupan, bnd. 6:4; 8:4) oleh
(dalam) Roh'. Maka yang diutamakan di sini bukan karunia-karunia istimewa yang sesaat,
melainkan bimbingan Rob dalam kehidupan sehari-hari. Agar kita dapat 'mematikan
perbuatan-perbuatan tubuh', kita memerlukan pimpinan, bimbingan, dorongan, nasihat Roh.
Roh itulah yang merupakan pusat kegiatan dalam diri kita. Namun, kitalah yang, menurut
bunyi ayat 12-13, 'berhutang' (wajib) melakukannya. Kegiatan Roh tidak meniadakan atau
menggantikan kegiatan manusia, tetapi mencetuskan dan mendorong kegiatan kita. Dalam
hubungan ini dapat dicatat bahwa 'dipimpin oleh' dapat juga diterjemahkan dengan
'membiarkan diri dipimpin oleh' (lihat keterangan di atas).

Pimpinan Rohi tumembuat kita menjadi 'anak-anak Allah'. Tentu ungkapan ini tidak periu
diartikan secara biologis, seakan yang dimaksud di sini ialah hubungan darah. Dalam Alkitab
hakikat hubungan anak-ayah ialah bahwa sifat dan tabiat sang anak ditentukan, dibentuk
oleh sifat dan tabiat ayahnya. Menjadi anak seseorang berarti: menjadi serupa, memakai
ciri-ciri yang sama. Dari situ juga arti kiasan, yang terdapat misalnya dalam Lukas 20:34
(menurut terjemahan harfiah): 'anak-anak zaman (dunia) ini', yaitu orang yang sikap
hidupnya ditentukan oleh dunia ini; atau dalam Lukas 20:36 (terjemahan harfiah): 'anak-
anak kebangkitan', yaitu orang yang kodratnya ditentukan oleh kesempurnaan yang
menyertai kebangkitan.

Selain itu, antara anak dengan bapaknya terdapat hubungan yang sangat akrab. Mereka
sehati-sepikir, seia-sekata. Dalam Yohanes 5: 17- 27 Yesus menggambarkan hubungan
antara anak dan ayah dalam hubungan dengan diri-Nya sendiri. Anak itu bekerja sama
dengan bapaknya; kehendak bapak merupakan pedoman bagi kegiatannya. Ada dorongan
batin yang menyebabkan ia tidak bisa tidak bertindak sesuai dengan kemauan ayah. Di
pihak lain, bapak mengasihi anaknya, membuka pikiran dan rencananya kepada anak itu,
berupaya memenuhi keinginan wajar anaknya, dan menjadikan anak itu sebagai ahli waris.

Yesus telab mengajar kita berdoa, 'Bapa Kami': Dengan demikian Dia memberi kita hak
memandang Allah sebagai Bapa kita dan diri kita sebagai anak-anak Allah. Dia berkenan
memberi kita apa yang kita perlukan, malah keinginan kita, dan karena itu diberikan-Nya
Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya (Lukas 11:13). Kehadiran Roh itu
dalam diri kita menjamin bahwa kita pun tetap hidup dalam hubungan erat dengan Bapa,
mengenal kehendak Bapa, dan berbuat sesuai dengan kehendak Bapa. Itulah yang hendak
diungkapkan dalam nas ini. Dengan demikian makna kata sebab yang mengawalinya
menjadi jelas. Kita, yang mematikan perbuatan 'tubuh' oleh Roh, akan hidup (13b) sebab
semua orang yang (membiarkan diri) dipimpin oleh Roh adalah anak Allah. Artinya,
kedudukan mereka sebagai 'anak Allah' menyebabkan mereka hidup dekat dengan Allah,
sesuai dengan kehendak-Nya, bersama Dia 'dalam rumah Bapa' (bnd. Yohanes 14:2). Dari
situ sekali lagi (bnd. ayat 10) jelas bahwa 'hidup' dalam ayat 13b jauh lebih luas cakupannya
daripada sekadar 'tidak mati', 'masuk surga'.

8: 15a LAI TB, Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi
takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
KJV, For ye have not received the spirit of bondage again to fear; but ye have received the
Spirit of adoption
TR, ου γαρ ελαβετε πνευμα δουλειας παλιν εις φοβον αλλ ελαβετε πνευμα υιοθεσιας
Translit interlinear, ou {tidak} gar {sebab} elabete {kamu menerima} pneuma {roh}
douleias {perbudakan} palin {lagi} eis {di dalam} phobon {ketakutan} all {melainkan}
elabete {kamu menerima} pneuma {roh} huiothesias {pengangkatan sebagai anak}
'Menerima' dan 'telah menerima' sama-sama memakai bentuk aorist elabete. LAI
'Roh yang menjadikan kamu anak Allah' merupakan terjemahan bebas; terjemahan
harfiah berbunyi, 'Roh pengangkatan menjadi anak' (Adopsi).
Lihat artikel terkait : adopsi-mengangkat-anak-vt202.html#p391

Ayat 15 menjelaskan ayat terdahulu. Di situ dinyatakan bahwa kehadiran Roh dalam diri kita
menjamin bahwa kita anak Allah. Di sini dikatakan: halnya demikian sebab Roh itu bukanlah
Roh perbudakan, melainkan Roh 'pengangkatan menjadi 'anak' (terjemahan harfiah).

Perbedaan terjemahan pneuma (dua kali) dalam berbagai terjemahan Indonesia


berdasarkan tafsiran yang berlainan.
(a) Ada yang menerjemahkan kedua pneuma dengan: sikap atau kelakuan
manusia.
(b) Ada yang memandang 'pneuma perbudakan' sebagai acuan pada sikap
manusia ('roh'), sedangkan pneuma kedua dianggap mengacu kepada Roh
Kudus (LAI).
(c) Akhirnya ada yang beranggapan bahwa dua kali pneuma itu tetap
mengacu kepada Roh Kudus.

Tafsiran kami bertolak dari (c). Terlepas dari perbedaan pendapat tadi, masih ada
juga perbedaan antara (a) yang menafsirkan 'perbudakan' sebagai 'perhambaan
kepada hukum Taurat', dan (b) yang memberinya arti umum. Kami memilih (b),
berdasarkan pertimbangan bahwa 'Roh' dan 'hukum Taurat' tidak bertentangan;
yang bertentangan ialah 'Roh' dan 'huruf" (bnd. tafsiran 7:6).

Pertama, kita memperhatikan kara-kata kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu
anak Allah. Menurut keyakinan dan pengaiaman orang Kristen pada zaman Perjanjian Baru,
penerimaan Roh terjadi bersamaan dengan perimaan baptisan (bnd. Kisah 10:47; 19:2;
bnd. 1 Korintus 6: 11; 12: 13; 2 Korintus 1:22; 1 Petrus 1:2). Orang Israel (Yahudi) adalah
anak Allah karena kelahirannya (9:4; bnd. Hosea 11:1); orang Kristen adalah anak Allah
berdasarkan pembaptisan dan mulai saat mereka dibaptis. Dalam baptisan mereka
menerima kedudukan seorang anak, sekaligus menerima Roh yang membuat mereka
sanggup hidup sesuai dengan kedudukan itu.

Roh yang menjadikan kita anak Allah itu bukan 'Roh perhambaan'.

Pemakaian 'Roh' (huruf besar) dan 'perhambaan' douleia serumpun dengan doulos, yang


dalam Roma 6:15-23 diterjemahkan 'hamba". Karena itu, di'sinijuga sebaiknya kita memakai
'perhambaan' saja.

Roma 6:19 dan 22 kita melihat bahwa perhambaan kepada Allah sama sekali lain sifatnya
dari perhambaan kepada dosa. Karena itu, di sini dapat dikatakan bahwa Roh bukan 'roh
perbudakan', meskipun dalam Roma 6:22 orang percaya disebut 'hamba Allah'. Sebab Roh
tidak menjadikan hubungan kita dengan Allah seperti hubungan seorang budak dengan
tuannya. Hubungan budak-tuan itu ditandai sikap takut di pihak budak, sedangkan orang
percaya tidak usah bersikap takut seperti itu terhadap Tuhan. Sebab Tuhan bukan seorang
tuan yang kejam, yang membuat manusia berlelah-payah karena ancaman hukuman yang
kekal. (Tentu 'takut' di sini lain artinya dari misalnya dalam Amsal 1:7; 9:10, meskipundi situ
pun terjemahan Yunani PL memakai perkataan phobos, 'takut', lihat artikel takut-akan-
tuhan-vt930.html#p2603 ) Dikatakan 'yang membuat kamu takut lagi'. Sebelum menerima
Roh pengangkatan menjadi anak, manusia (entah ia Yahudi, entah ia kafir) memang
mempunyai alasan merasa takut kepada Allah (bandingkan Kejadian 3:10), sebab telah
membangkang terhadap Tuhannya itu.

8:15b LAI TB, Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"
KJV, whereby we cry, Abba, Father.
TR, εν ω κραζομεν αββα ο πατηρ
Translit interlinear, en hô {di dalam-Nya} krazomen {kita berseru} abba {ya Abba} ho patêr
{ya Bapa}

Dalam naskah Yunani 15a dan 15b satu kalimat saja. Bagian kedua dihubungkan
dengan yang pertama oleh en hô, yang dapat berarti: 'yang di dalam-Nya' (oleh-Nya,
LAI: oleh Roh), tetapi juga: 'karena' dan 'apabila'. krazomen (kita berseru) sering
dipakai dalam Kitab Mazmur menurut terjemahan LXX untuk menunjukkan doa yang
khusyuk. 'Abba' adalah perkataan bahasa Arami (bahasa pergaulan orang Yahudi
termasuk Yesus sendiri pada zaman PB). Ho pater merupakan bentuk nominatif
dengan kata sandang yang menggantikan vokatif.

Ada beberapa naskah dan sejumlah terjemahan yang menempatkan titik di belakang
15a dan menghubungkan 15b dengan 16. Dengan demikian seruan 'Bapa!' bukan
lagi seruan Roh, melainkan seruan manusia sendiri; dalam hal ini en hô harus
dipahami sebagai 'karena' atau 'apabila'. Dalam hal itu kesaksian Roh dalam 16
dicetuskan oleh seruan kita itu. Tafsiran itu meragukan, sebab menurut tafsiran
tersebut, kesaksian Roh dalam ayat 16 tergantung pada seruan kita. Padahal, tidak
dengan sembarangan seorang manusia, siapa pun dia, dapat menyebut Allah Bapa-
nya. Untuk itu memang diperlukan dorongan Roh sendiri, yang membuat kita berani.
Maka agaknya lebih cocok dengan pemikiran Paulus di sini kalau seruan itu sendiri
dipandang sebagai karunia Roh. Karena itu kami bertolak dari penempatan tanda
baca dan terjemahan yang terdapat dalam LAI (dengan pengertian bahwa titik yang
oleh LAI ditempatkan antara 15a dan 15b hanya bertujuan memotong kalimat demi
kejelasan dan tidak mempengaruhi tafsiran).

Kita berseru (krazomen, dari kata dasar κράζω – krazô) telah diartikan dengan berbagai
cara. Kita sering menemukan perkataan itu dalam Kitab Mazmur, dengan arti 'berdoa
khusyuk' . Jika memang itulah artinya, yang dimaksud Paulus di sini ialah suasana doa,
khususnya Doa Bapa Kami. Dalarn Lukas 11:2 Doa Bapa Kami memang diawali Pater saja,
yang dalam bahasa asli, yaitu bahasa Arami, berbunyi Abba. Kalau dugaan ini benar,
perkataan Abba dalam Roma 8:15 ini merupakan sisa versi asli Doa Bapa Kami dalam
bahasa Arami.

Akan tetapi, dalam PB kata krazô dipakai juga dengan arti lain. Orang yang kerasukan
'berseru', entah mereka kerasukan rohjahat, bandingkan Markus 3: 11; Kisah Para Rasul16:
17, entah mereka dijiwai roh kenabian (Markus 11:9; Yohanes 1:15; Roma 9:27).Sebagian
penafsir berto1ak dari kata krazô ini, sehingga mereka memandang 'ya Abba, ya Bapa!'
sebagai seruan ekstatis (emosional) dalam ibadah Kristen, sama seperti 'Amin', 'Haleluyah",
'Maranatha' (1 Korintus 16:22). Dewasa ini seruan-seruan seperti itu juga lazim dijemaat
Pentakosta. Melihat bahwa Paulus dalam pasal 8:12-17 ini sama sekali tidak menyinggung
isi Doa Bapa Kami, mungkin pandangan kedua ini yang benar.

Bagaimanapun juga, pandangan kedua ini tidak bertentangan mutlak dengan yang pertama
tadi. Seruan ekstatis 'ya Abba!' dapat saja dianggap diambil orang dari Doa Bapa Kami.
Tambahan 'ya Bapa!' sesudah 'ya Abba!' , dalam bahasa Yunani, mungkin ditambahkan
sebagai penjelasan. Namun, kita dapat menduga semua anggota jemaat sudah tabu artinya,
sehingga tambahan itu harus dianggap memberi tekanan lebih besar.

Dalam bahasa Arami abba mula-mula merupakan sapaan anak-anak kecil terhadap


bapaknya. Tetapi pada zaman Yesus abba telah mendapat arti lebih umum: 'bapak',
dan 'bapakku'. Hanya, asalnya dari suasana akrab yang berlaku antara seorang anak
kecil dengan bapaknya tidak dilupakan, sehingga orang Yahudi pada zaman itu tidak
pernah memakainya untuk memanggil Tuhan, dan jarang sekali memakainya sebagai
sebutan Tuhan. Maka pemakaiannya oleh Yesus menyingkapkan kesadaran Yesus
akan hubungan-Nya yang unik dengan Allah. Karena itu, kita tidak bisa tidak merasa
heran bila Dia mengizinkan orang percaya memakainya dalam hubungan mereka
dengan Tuhan. Memang wajarlah kalau kita disebut 'saudara-saudara Kristus' (bnd.
Roma 8:29).
Dalam kata-kata 'ya Abba, ya Bapa!' seluruh karya Roh memuncak. Segala sesuatu yang
telah dikatakan dalam ayat-ayat terdahulu mengenai kehidupan seorang Kristen: hidup
dalam Roh. mematikan perbuatan tubuh oleh Roh, membiarkan diri dipimpio oleh Roh -
semua itu memuncak dalam seruan 'ya Bapa!' Seruan itu bukan suatu keharusan, melainkan
fakta: itulah yang memang dilakukan orang Kristen. Paling-paling di dalamnya tersirat
harapan agar mereka akan terus melakukannya, dengan kesungguhan yang semakin besar.
Hanya itulah yang 'dituntut' dari mereka. Itulah inti pokok hukum Allah: mengasihi Tuhan
sebagaimana seorang anak mengasihi bapaknya, dan menyatakan kasih itu dengan
perkataan yang sama seperti yang dipakai seorang anak kecil terhadap bapaknya. Sudah
tentu sikap itu meliputi upaya dengan segenap hati menjadi seperti Dia, berpikir seperti Dia,
berbicara dan berbuat seperti Dia, berbuat apa yang berkenan kepada Dia, sambil
mencegah segala sesuatu yang tidak berkenan kepada-Nya. Dengan demikian orang
percaya 'menggenapi tuntutan hukum Taurat' (ayat 4).

8:16 LAI TB, Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak
Allah.
KJV, The Spirit itself beareth witness with our spirit, that we are the children of God:
TR, αυτο το πνευμα συμμαρτυρει τω πνευματι ημων οτι εσμεν τεκνα θεου
Translit interlinear, auto {sendiri} to {itu} pneuma {Roh} summarturei {memberikan
kesaksian mendukung} tô pneumati {dengan roh-roh} hêmôn {kita} hoti {bahwa} esmen
{kita adalah} tekna {anak-anak} theou {Allah}

Dalam naskah Yunani 'Roh itu' diperkuat lagi oleh tambahan auto, 'sendiri'. Dalam
hal summarturei semua terjemahan Indonesia menyajikan terjemahan 'bersaksi
bersama-sama'. Tetapi imbuhan sum sering tidak memainkan peranan lagi,
sehingga summarturei dapat diterjemahkan 'bersaksi' saja. Maka Vulgata
(terjemahan Latin tahun 400 M.) dan sebagian ahli modem menerjemahkan 'bersaksi
kepada roh kita'.

Dalam ayat 15 telah dinyatakan bahwa keyakinan tentang pengangkatan kita menjadi anak
Allah, dan seruan yang sesuai dengan keyakinan iru, merupakan hasil bimbingan Roh. Di
sini dijelaskan lebih lanjut bahwa keyakinan itu tidakdianut dan seruan itu tidak diucapkan
(bahkan tidak boleh diucapkan) dengan sembarangan, tetapi didahului oleh kesaksian Roh,
bahkan merupakan penguraraan kesaksian itu. Bagaimana kita dapat berkata mengenai diri
kite sendiri bahwa kita anak Allah? Kita tidak berhak berbuat begitu, sama seperti seorang
penduduk Yogya tidak boleh begitu saja menyatakan bahwa ia diangkat menjadi anak
sultan, kalau sultan tidak menyatakan bahwa orang itu memang telah diangkat menjadi
putera kraton.

Menurut tafsiran yang lazim, Roh bersaksi bersama-sama dengan roh kita. Tetapi kita dapat
bertanya: apakah seruan tadi adalah kesaksian roh kita sendiri? Menurut bunyi ayat 15, kita
berseru 'oleh Roh'. Arti kata kerjanya dalam bahasa Yunani memungkinkan terjemahan lain:
'Roh bersaksi kepada roh kita' . Berdasarkan catatan-catatan tadi, kami memilih terjemahan
yang kedua ini. Roh yang mengilhami kite sehingga kita berseru 'ya Abba!' Dalam ilharn dari
Roh itu tercakup kepercayaan kepada Yesus Kristus, keyakinan bahwa oleh kematian dan
kebangkitan-Nya Dia telah menghapuskan dosa kita dan mendamaikan leita dengan Allah
sehingga kita boleh menyebut Dia adalah Bapa kita.

8:17 LAI TB, Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-
orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama
dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
KJV, And if children, then heirs; heirs of God, and joint-heirs with Christ; if so be that we
suffer with him, that we may be also glorified together.
TR, ει δε τεκνα και κληρονομοι κληρονομοι μεν θεου συγκληρονομοι δε χριστου ειπερ
συμπασχομεν ινα και συνδοξασθωμεν
Translit interlinear, ei {jika} de {dan} tekna {anak2} kai {juga} klêronomoi {orang2 yg
berhak menerima} klêronomoi {orang2 yg berhak menerima} men {di satu pihak} theou
{dari Allah} sugklêronomoi {yg mewarisi bersama} de {di lain pihak} khristou {kristus} eiper
{jika memang} sumpaskhomen {kita menderita bersama dengan} hina {supaya} kai {juga}
sundoxasthômen {kita dimuliakan (bersama Dia)}

'Terjernahan LAI sangat bebas. Menurut terjemahan harfiah, bagian kalimat


'maksudnya ... Kristus' berbunyi: 'ahli waris Allah, sewaris dengan Kristus'Dengan
Dia' (dua kali) tidak ada dalam naskah Yunani, tapi tambahan ini perlu untuk
mencegah salah paham.
Kata eiper di sini mengandung arti 'jika memang', 'karena/ mengingat', sama seperti
dalam ayat 9. Sumpaskhomen (kita menderita bersama-sama dengan) memakai
bentuk kala kini.

Ayat ini beralih dari kedudukan orang percaya sebagai anak Allah (16) ke kedudukan
mereka sebagai ahli waris Allah. Dengan demikian, ayat 17 menandakan peralihan ke uraian
mengenai pengharapan (18-30). Maka ada penafsir yang memulai perikop baru itu dari ayat
17.

Di tiga tempat dalam surat-surat Paulus orang percaya disebut ahli waris, yaitu selain di sini
dalam Roma 4:13-18 dan Galatia 3:29; 4:7. Dalam Roma 4 kedudukan sebagai ahli waris
dikaitkan dengan tokoh Abraham; begitu pula dalam Galatia 3-4. Selain itu, dalam Roma
9:4-5a isi warisan Abraham itu dirinci. Di situ kita menemukan dua hal yang munculjuga
dalam Roma 8:15-17 ini, yaitu 'pengangkatan sebagai anak'
([url=http://www.sarapanpagi.org/adopsi-mengangkat-anak-vt202.html#p391]adopsi/
huiothesia[/color]) dan 'kemuliaan'. Dalam Roma 8:17 ini kedudukan sebagai ahli waris tidak
didasari hubungan orang Kristen dengan Abraham. Paulus berani Jangsung mengatakan
'ahli waris Allah'. Maka isi 'janjijanji Allah' tidak usah pula dibatasi sesuai dengan janji
kepada Abraham. Menjadi 'ahli waris Allah' membuka cakrawala luas tak terbayangkan.
Sudah barang tentu, ungkapan 'ahli waris Allah' adalah perumpamaan, yang tidak bisa tidak
pincang (bnd. Roma 6:19). Sebab Allah bukan bagaikan ayah yang harus mati baru anak-
anaknya menerima warisan. Namun, perumpamaan ini jelas menunjukkan bahwa orang
Kristen boleh mengandung pengharapan yang sangat tinggi karena mereka adalah anak-
anak Allah. Pengharapan itu tidak hanya meliputi berbagai berkat. Sebagaimana seorang
ayah mewariskan seluruh miliknya kepada putra-putrinya. begitu pula Allah mewariskan
milik-Nya sendiri, yaitu kemuliaan-Nya, kepada anak-anak-Nya.

Kata-kata sewaris dengan Kristus tidak ditambahkan dengan sembarangan. Sebab di


dalamnya terletak baik dasar maupun kepastian pengharapan itu. Kita diterima Allah
menjadi anak dan ahli waris karena karya Kristus. Dan kita pasti akan menerimanya
bersarna Dia, karena kita telah menjadi satu dengan Dia (pasal6).

Sama seperti dalam ayat 9, yaitu jika tidak menunjukkan syarat, tetapi alasan. Kita dapat
menerjemahkannya dengan 'melihat', 'mengingat'. Dengan perkataan lain, 17b ini
mengandung bukti bahwa pengbarapan yang dinyatakan dalam bagian pertama ayat ini
memang tidak kosong. Bukti itu ialah penderitaan kita bersama-sama dengan Kristus. Di sini
muncul kembali awalan sun (bersama dengan). Di sini 'kebersamaan' dengan Kristus
diterangkan dari sudut yang lain sedikit. Di situ, yang dipertentangkan ialah kernatian
bersama Kristus dan kehidupan baru. Di sini, penderitaan bersama Kristus dan kemuliaan
bersama Kristus. Kita dapat berkata bahwa penderitaan dan kemuliaan itu sama-sama
termasuk kenyataan kehidupan baru yang disebut dalam Roma 6:4 itu.

Apa yang di sini tercakup dalarn ketiga huruf s-u-n dalam menderita bersama-sama dengan
Dia itu? Kita dapat menjelaskannya dengan menunjuk pada Matius 19:29 dan 24:9,
'(menderita) oleh karena namaKu', bandingkan juga Lukas 6:22; Kisah 5:41. Kenyataannya
kita lihat dalam kehidupan Paulus sebagaimana digambarkan dalam 2 Korintus 11:23-28;
bandingkan Kisah Para Rasul 9:16; Kisah Para Rasul 14, khususnya 14:19; Kisah Para Rasul
16. Tetapi ada penderitaan 'oleh karena Nama' yang tidak begitu mencolok mata namun
cukup berat untuk ditanggung: olok-olokan dari rekan-rekan yang beragama lain atau (yang
lebih parah lagi) dari pihak sesama Kristen; tekanan-tekanan dan kerugian ekonornis karena
kita tidak bersedia ikut dalam perbuatan tidak jujur, dst.

Ada hubungan erat antara penderitaan bersama Kristus dan kemuliaan surgawi.yang akan
kita peroleh bersama Dia. Hubungan itu diungkapkan melalui kata penghubung supaya.
Terjemahan 'supaya' memberi kesan seakan-akan penderitaan itu dicari, ditempuh, dengan
maksud agar orang memperoleh kemuliaan. Tetapi hal itu melanggar hakikat hubungan
orang Kristen dengan Allah dan dengan Kristus. Apakah seorang anak mengasihi ayahnya
dan melakukan kehendak ayabnya agar memperoleh warisan? Apakah seorang Kristen
bergabung erat dengan Kristus dan rela menjadi senasib dengan Kristus dengan maksud
supaya nanti ia ikut dimuliakan bersama Kristus? Kalau halnya demikian kita kembali ke
keadaan seorang hamba, yang bekerja demi upah, sehingga kita bukan anak lagi.
Sebaliknya, 'supaya' di sini dapat dianikan dengan cara yang sarna seperti dalam Roma
3:19,5:20, dan 7:13, yaitu berhubung dengan maksud ilahi. Allah-lab yang telah
menentukan bahwa jalan menuju kemuliaan ialah jalan penderitaan. ltulah jalan yang telah
dilalui Kristus sendiri (bnd. Filipi 2), dan itulah jalan yang tidak bisa tidak harus dilalui oleh
pengikut-pengikut-Nya. Hal ini merupakan salah satu garis merah dalam Perjanjian Baru,
bandingkan Matius 10:38; 16:24; Yohanes 12:24; Kisah Para RasuI14:22.

Kesimpulan Roma 8:1-17

Roma 8: 1-17 mengandung jawaban Paulus terhadap tuduhan yang telah dilontarkan dalam
Roma 6:15. Tuduhan itu berbunyi: kalau orang percaya dinyatakan bebas dan hukum
Taurat, mereka kehilangan pegangan yang memungkinkan mereka menempuh hidup sud.
Dengan perkataan lain, teologi Paulus menghapuskan perbedaan antara dosa dan
kebenaran. Dalam pasal 7 tuduhan itu dijawab dari sudut keadaan manusia di luar Kristus.
Dalam keadaan itu hukum Taurat tak mungkin menjadi pegangan untuk hidup suci. Sebab
dalam diri manusia hukum Taurat menemukan daging, yang menyebabkan huk:um Taurat
tidak sanggup mencapai tujuannya. Sebaliknya, daging itu menyebabkan hukum Taurat
justru merangsang untuk berdosa sehingga membawa kepada kematian (Roma 7:5,10).
Tetapi, demikianlah amanat dalam Roma 8:1-17, lain halnya 'mereka yang ada di dalam
Kristus'. Sebab mereka dikaruniai Roh kehidupan. Dengan demikian hukum Taurat, yang
adalah rohani (7:14), menemukan dalam diri manusia bukan lagi daging, melainkan Roh.
Kehadiran Roh itulah yang memungkinkan hukum Taurat menjadi pegangan orang percaya
dalam upaya melawan dosa dan menempuh hidup suci. Selain itu, dalam Roma 8:14-17 Roh
ternyata menunaikan jabatan lain iagi, yaitu mernbuat orang percaya menjadi sadar akan
kedudukan mereka selaku anak-anak Allah.

Dalam diri orang percaya hukum Taurat menemukan Roh. Kenyataan lui mengandung unsur
lain lagi, yang dalam pasal 8 ini tidak tersurat, tetapi hanya tersirat. Yaitu bahwa ketaatan
orang percaya pada hukum Taurat pun bersifat rohani. Ketaatan orang Kristen pada hukum
Taurat (pada hukum-hukum yang terdapat dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian
Baru) bersifat lain dari ketaatan orang Yahudi pada hukum Taurat ataupun ketaatan orang
Islam pada syariat. Sebab orang Kristen boleh, bahkan harus, mengamalkan hukum Taurat
dengan cara rohani. Artinya, mereka tidak mengikuti segala peraturan yang terdapat dalam
PL dan dalam PL menurut huruf, tetapi mereka mencari makna rohani peraturan-peraturan
itu lalu menaatinya sesuai dengan makna itu. Pada pasal itu orang Kristen tidak (wajib)
memelihara hari Sabat, dan tidak (wajib) menyunati anaknya, dan tidak (wajib) menghindari
makanan yang menurut hukum Taurat haram adanya. Dalam Ro,a 3:31. Paulus tidak
menguraikan hal itu secara sistematis. Ia bahkan jarang menyatakan bahwa orang percaya
tidak wajib mengikuti peraturan ini atau itu. Hanya kalau orang mau memaksakannya
kepadanya, paksaan itu ditolaknya (bnd. Galatia 2:3 dyb.). Tetapi pandangannya itu tersirat
dalam ucapannya mengenai kebebasan orang percaya (2 Korintus 3:17; Galatia 5:1, 13),
dalam perkataannya mengenai pertentangan antara huruf dan Roh (Roma 2:29; 2 Korintus
3:6), dalam keyakinannya bahwa hukum Taurat bersifat rohani (Roma 7:14), bahkan dalam
pemakaian bentuk tunggal 'tuntutan' dalam Roma 8:4 (lihat tafsiran). Dalam pada itu, kita
mencatat bahwa kebebasan orang Kristen berhadapan dengan peraturan-peraturan tertulis
mudah disalahgunakan, baik untuk di berbagai bidang mengikuti hawa nafsu sendiri,
maupun untuk menjadikan tafsiran sendiri sebagai alasan untuk berpisah dengan orang
Kristen lain lalu mendirikan golongan sendiri. Kenyataan sejarah Gereja malah membawa
kita pada kesimpulan: makin suatu aliran menekankan peranan Roh dalam kehidupan orang
percaya dan kebebasan orang percaya dari segala macam peraturan, makin peka aliran itu
terhadap keretakan dan perpecahan.

Anda mungkin juga menyukai