Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa pubertas dialami oleh setiap manusia, baik laki-laki atau perempuan.

Masa pubertas laki-laki ditandai dengan mulai adanya perubahan suara dan

tumbuhnya rambut pada area kemaluan. Sedangkan pada wanita ditandai dengan

tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan, perubahan bentuk payudara dan

mengalami menarche. Menarche adalah masa menstruasi pertama yang dialami

oleh perempuan. Menurut Irianto (2015) menarche adalah menstruasi pertama kali

yang merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang wanita,

dimana masa ini dimulai dengan menarche dan diakhiri dengan menaupause.

Apabila seorang perempuan sudah mengalami menarche menandai sudah

memasuki masa remaja. Menurut World Health Organization (WHO) (2014),

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19, dan masa remaja terbagi atas

masa remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa remaja tengah

(middle adolescence) berusia 14-16 tahun dan masa remaja akhir (late

adolescence) berusia 17-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10- 18 tahun

dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang

usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI, 2014).


2

Usia menarche normal terjadi pada saat usia 11-13 tahun. Apabila kurang

dari 11 tahun disebut menarche dini. Apabila lebih dari 13 tahun disebut delayed

menarche. Menurut Irianto (2015) menarche paling sering terjadi pada usia 11

tahun tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun atau 16 tahun dan rata-rata terjadi

pada usia 12,5 tahun. Fase menarche terjadi karena adanya pelepasan

endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah. Dalam penelitian

Suryanda (2017) yang dilakukan terhadap 64 responden ditemukan bahwa pada

usia 11 tahun sudah mengalami menarche sebanyak 17 orang, pada usia 12 tahun

mengalami menarche sebanyak 19 orang, pada usia 13 tahun mengalami

menarche sebanyak 28 orang. Penelitian tersebut menunjukkan responden

terbanyak mengalami menarche di rentang usia yang normal. Cepat atau

lambatnya seorang prempuan mengalami menarche dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya gaya hidup, aktivitas fisik dan status gizi. Hasil penelitian

Suryanda (2017) menunjukkan bahwa dari 64 responden, 11 orang mengalami

obesitas, 15 orang berat badan rendah dan 38 orang memiliki status gizi yang

normal. Anak perempuan yang obesitas mengalami menarche lebih cepat 10,9%

dibandingkan dengan anak perempuan dengan berat badan rendah. Sedangkan

anak yang memiliki status gizi yang normal paling banyak mengalami menarche

48,4% dibandingkan yang belum mengalami menarche 10,9%. Usia menarche

yang terlalu dini dapat menyebabkan kematangan seksual yang terlalu dini

sehingga besar kemungkinan seorang remaja putri lebih cepat bersentuhan dengan

kehidupan seksual yang dapat berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan.

Peningkatkan risiko penyakit di masa dewasa merupakan salah satu akibat dari
3

terjadinya usia menarche dini yaitu penyakit kardiovaskular, ca mammae dan

menarche terkait obesitas (Zalni et al, 2017).

Obesitas merupakan faktor resiko terbentuknya penyakit yang lain.

Obesitas terjadi akibat asupan makanan dan energi yang masuk ke dalam tubuh

tidak seimbang dengan energi yang digunakan. Ketidak seimbangan tersebut

disebabkan oleh peningkatan asupan makanan berenergi dengan kandungan lemak

yang tinggi dan penurunan aktivitas fisik karena meningkatnya pola hidup yang

menetap dari berbagai bentuk pekerjaan, perubahan mode transportasi, dan

peningkatan urbanisasi (WHO, 2015). Di Indonesia, prevalensi obesitas pada

dewasa yang berusia lebih dari 18 tahun meningkat dari tiga periode Riskesdas

yaitu tahun 2007 sebesar 10,5%, kemudian 2013 meningkat sebesar 14,8% dan

tahun 2018 meningkat menjadi 21,8% (Riskesdas, 2018). Seseorang dapat

dikatakan obesitas apabila memiliki Body Mass Index lebih dari 30. Apabila

seseorang sudah obesitas maka dapat diedukasi dengan cara memperbaiki pola

makan yang tepat. Pola makan yang baik terdiri dari sumber energi yang cukup

yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Sumber energi normal yang dibutuhkan

untuk anak perempuan berumur 10-12 tahun dengan berat badan 36 kg dan tinggi

badan 145 cm membutuhkan energi sebesar 2000 kkal dengan pembagian protein

60 g, lemak 67 g, karbohidrat 275 g. Anak perempuan berumur 13-15 tahun

dengan berat 46 kg dan tinggi badan 155 cm membutuhkan energi sebesar 2125

kkal dengan pembagian protein 69 g, lemak 71 g, karbohidrat 292 g. Anak

perempuan berumur 16-18 tahun dengan berat 50 kg dan tinggi badan 158 cm

membutuhkan energi sebesar 2125 kkal dengan pembagian protein 59 g, lemak 71


4

g, karbohidrat 292 g (Kemenkes RI, 2014). Anak perempuan dengan umur 10-18

tahun pada jenjang SMA sudah memasuki masa remaja yang mengalami pubertas.

Di SMA Khadijah Surabaya belum pernah dilakukan pengukuran Body Mass

Index pada siswa-siswi peserta didik terutama siswa perempuan yang sudah

mengalami pubertas. Padahal pengukuran Body Mass Index sangat penting untuk

mengetahui status gizi seseorang yaitu obesitas, kurus dan normal. Apabila siswa-

siswi sudah mengetahui status gizinya maka dapat mengatur asupan gizi yang

harus dicukupi oleh tubuhnya terutama siswi yang sudah pubertas dan mengalami

menarche. Status gizi obesitas bisa mengalami menarche lebih cepat

dibandingkan dengan status gizi kurus dan normal.

Obesitas dapat dipengaruhi oleh pola makan. Semakin baik pola makan

seseorang maka semakin baik pula status gizinya. Apabila seseorang memiliki

pola makan yang berlebih dapat menyebabkan obesitas. Dalam penelitian Evan

(2017) yang dilakukan terhadap 31 mahasiswa Universitas Tribhuwana

Tunggadewi Malang menunjukkan 24 mahasiswa memiliki pola makan tinggi dan

7 mahasiswa memiliki pola makan rendah. Kemudian 29 mahasiswa tergolong

dalam kategori obesitas I dan 2 mahasiswa tergolong dalam kategori obesitas II.

Responden mengalami obesitas terbanyak memiliki jenis kelamin perempuan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa obesitas dapat disebabkan karena pola makan yang

kurang baik sehingga asupan yang masuk ke dalam tubuh meningkat dan dapat

menyebabkan akumulasi lemak berlebih dalam tubuh.


5

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Obesitas dan Pola Makan dengan Kejadian

Menarche pada Remaja Putri Kelas 2 di SMA Khadijah Surabaya”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan

Obesitas dan Pola Makan Remaja dengan Kejadian Menarche pada Remaja Putri

Kelas 2 di SMA Khadijah Surabaya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan obesitas dan

pola makan dengan kejadian menarche yang lebih cepat pada remaja putri kelas 2

di SMA Khadijah Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Subyek

a. Dapat menambah pengetahuan mengenai hubungan obesitas dan

pola makan dengan usia menarche pada remaja putri.

b. Dapat meningkatkan kemampuan untuk mengukur status gizi

pada remaja putri.

1.4.2 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan kepada remaja

putri di SMA Khadijah Surabaya tentang hubungan status gizi

yang obesitas dan pola makan berlebih dengan usia menarche.


6

b. Penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk penelitian

selanjutnya yang akan meneliti hubungan obesitas dengan usia

menarche.

1.4.3 Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua,

guru, terutama untuk siswi di SMA Khadijah Surabaya

mengenai pola makan yang tepat agar tidak terjadi obesitas yang

dapat menyebabkan usia menarche yang lebih cepat.

b. Penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat

khususnya yang mempunyai anak perempuan untuk

memberikan asupan makan yang tepat agar mempunyai status

gizi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai