LAPORAN PRAKTIKUM
Kimia Dasar II
PERCOBAAN 3
KESETIMBANGAN ION DALAM LARUTAN
PENDAHULUAN
Konsep kimia dipahami pada tiga tingkatan representasi yaitu level makroskopik,
submikroskopik, dan simbolik. Pada level makroskopik, konsep kimia dipelajari melalui observasi
fenomena ilmiah menggunakan panca indra dan alat bantu. Level submikroskopik menyajikan konsep
kimia seperti atom, molekul, ion, dan elektron. Level submikroskopik bersifat nyata tetapi tidak dapat
diobservasi langsung menggunakan panca indra sehingga kebenarannya bergantung pada teori atom.
Level simbolik digunakan untuk mendeskripsikan atom, molekul, ion, elektron, dan fenomena kimia
menggunakan simbol, rumus, persamaan kimia, mekanisme reaksi, struktur Lewis, grafik, kurva, dan
persamaan aljabar(Rahmi dkk, 2020).
Ion adalah atom atau gabungan beberapa atom yang bermuatan listrik positif atau negatif. Ion
positif disebut kation, terbentuk jika atom melepaskan elektron yang dimilikinya. Sedangkan ion
negatif atau anion terbentuk jika atom menerima elektron dari luar(Astuti,2009).
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih,
Suatu larutan disebut suatu campuran karena susunannya dapat berubah – ubah. Larutan merupakan
bahan yang penting untuk dipelajari terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu
sendiri(Malau dan Asep, 2021)
Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.Untuk menyatakan
komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan
perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut(Putri,2017).
Larutan jenuh (saturated solution) adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan
jumlah maksimum. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang melarut dan
partikel yang tidak malarut. Larutan yang megandung zat terlarut dengan jumlah lebih sedikit
dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut larutan tidak jenuh (unsaturated solution),
sedangkan larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah lebih banyak dari kemampua
pelarutnya disebut larutan lewat jenuh (super saturated solution)(Sumardjo, 2009).
Ksp (Solubility Product Constant) adalah hasil kali kelarutan ion-iom terlarut dipangkatkan
koefiennya. Pengendapan zat elektrolit dalam larutan dapat diperkirakan dengan membandingkan
nilai Ksp dengan Q. Q adalah hasil kali konsentrasi molar awal dari ion-ion dalam larutan dengan
asumsi zat terionisasi sempurna(Rusmiati, 2015).
Titrasi pengendapan adalah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan selama proses
titrasi, karena reaksi antara titran dengan analit menghasilkan senyawa produk yang bersifat mudah
mengendap atau sukar larut. Perlu dipahami endapan terjadi umumnya disebabkan karena
penambahan zat tertentu secara terus menerus ke dalam suatu larutan sehingga melewati titik
jenuhnya. Dalam melakukan titrasi pengendapan, saat mulai terbentuk endapan, titrasi akan tetap
dilanjutkan sampai analit semuanya telah habis bereaksi membentuk produk. Kelebihan satu tetes
pertama titran yag bereaksi dengan indikator karena analit telah habis bereaksi dengan titran akan
memberikan perubahan warna pada indikator yang menandai proses titrasi telah selesai(Ethica, 2020).
Kalsium karbonat (CaCO3) adalah senyawa yang dominan yang terkandung dalam batu kapur.
Batu kapur mengandung sebagian besar mineral kalsium karbonat yaitu sekitar 95%. Kandungan
kalsium karbonat ini dapat diubah menjadi kalsium oksida dengan kalsinasi sehingga lebih mudah
dimurnikan untuk mendapatkan kalsiumnya. Dengan cara ini, batu kapur dapat dimanfaatkan dalam
sektor katalisis sehingga batu kapur dan produktanya telah banyak digunakan dalam berbagai industri.
Kalsium karbonat (CaCO3) dapat ditentukan dengan menggunakan metode titrasi karena batu kapur
merupakan batuan sedimen yang tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO 3) dalam bentuk mineral
kalsit, batu kapur kebanyakan merupakan batuan sedimen organik(Indrajaya, 2021).
PROSEDUR PERCOBAAN
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu Gelas Kimia 100 mL, Erlenmeyer 250 mL ,
Pipet tetes,Statif, Buret dan Corong.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah CaCO3, HCl 1 M, Kertas saring dan
Indikator Bromotimol Blue.
CaCO3
Residu Filtrat
Diambil sebanyak 25 mL
Dituangkankedalam Erlenmeyer 250 mL
Ditambahkan 20 mL aquades
Ditambahkan 2 tetes indicator Bromothymol
Blue
Dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 M
hingga perubahan warna menjadikuning
Hitung konsentrasi filtrat dan tentukan nilai
Ksp
Nilai Ksp
Gambar 3. Hasil titrasi larutan HCl dengan filtrat CaCO3 25 mL dan aquades 20 mL
yang ditambahkan indikator bromothmol blue sebanyak 2 tetes kedalam erlenmeyer
Larutan CaCO3
Volume sampel 25
Volume awal buret 8
Volume akhir buret 9
Volume HCl 1
Mol Cl- 0,0001
Molaritas Ca2+ 0,0022
Molaritas CO3 2-
0,0022
Ksp 4,84 x 10-6
Mol = M . V
= 0,1 M . 1 mL
= 0,1 mmol
= 0,0001 mol atau 1 x 10-4
2. Menentukan molaritas Ca2+ + CO32-
Konsentrasi Ma.Va.a = Mb.Vb.b
Ma .Va
Mb =
Vb
0,1 x 1
Mb =
45
= 0,0022
3. Menentukan Ksp
CaCO3 Ca2+ + CO32-
0,0022 0,0022 0,0022
Ksp = s2
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32- ]
= [0,0022] [0,0022]
Ksp = s2
Ksp = [0,0022]2
Ksp = 484 x 10-8 atau 4,84 x 10-6
Pada percobaan kali ini yaitu kesetimbangan ion dalam larutan yang bertujuan untuk dapat
menentukan konstanta kesetimbangan larutan suatu produk serta membedakan nilai Ksp dari
kelarutannya. Dalam eksperimen ini kita dapat menggunakan pendekatan alternatif, sebab salah satu
ion garam tak terlarut bersifat basa dengan demikian kita dapat melakukan titrasi asam basa untuk
menentukan sejumlah ion dan menghasilkan Ksp dari cara tersebut. Untuk pelarutan padatan ionik
dalam larutan berair salah satu kondisi berikut dapat terjadi yaitu larutan tak jenuh, larutan jenuh dan
larutan lewat jenuh.
Larutan tak jenuh adalah larutan yang masih memungkinkan zat pelarut untuk melarutkan zat
terlarut, larutan jenuh adalah larutan yag zat pelarutnya tidak memungkinkan lagi untuk malarutkan
zat terlarut. Dan larutan lewat jenuh adalah larutan dimana kelarutan zat terlarutnya sudah maksimum.
Dalam percobaan ini dibuat perlakuan larutan jenuh yaitu Kalsium Karbonat (CaCO 3).
Kelarutan zat terlarut dapat diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan
dalam mol zat terlarut per liter larutan jenuh. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan zat terlarut yang dapat larut dan tidak dapat larut itu
dinamakan larutan jenuh. Seperti yang telah diketahui CaCO 3 merupakan larutan jenuh yang tepat
mengendap apabila ditambahkan lagi padatan CaCO 3, padatan tersebut tidak akan larut dan
membentuk endapan kembali.
Pada percobaan ini digunakan untuk mereaksikan kalsium karbonat yang merupakan senyawa
ionik yang terbentuk dari ion yaitu Ca2+ dan CO32- yang bersifat basa dan larutan HCl 0,1 M sebagai
titrannya merupakan asam kuat. Adapun Indikator yang digunakan yaitu bromotimol blue.
Brimotimol blue bertindak sebagai asam lemah dalam larutan. Dengan demikian dapat membentuk
terprotonasi atau terdepprotonasi, masing-masing tampak kuning atau biru. Hasil dari percobaan ini
diperoleh larutan CaCO3 tepat jenuh yang dicampurkan dengan 100 mL aquades terbentuk endapan.
pada saat sebelum titrasi yaitu filtrat masih berwarna bening. Setelah penambahan bromotimol blue
dilakukan titrasi secara teknis dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit larutan HCL melalui
buret kedalam erlenmeyer sampai keduanya bereaksi yang ditandai perubahan warna yang terjadi dari
bening menjadi kuning akibat larutan CaCO 3 tepat habis dengan HCl, tepat saat warna indikator
berubah menjadi warna kuning, penambahan dihentikan dan Ksp nya di catat dan didapat volume
akhir titrasi yaitu 1 mL. Perubahan warna terjadi disebabkan adanya penambahan zat indikator basa-
asam ke dalam larutan yang dititrasi yang bisa berubah warnanya jika berada dalam lingkungan asam
atau basa.
Selanjutanya percobaan yang dilakukan dengan menghitung konsentrasi masing-masing ion
dan menentukan nilai Kspnya dari perlakuan larutan CaCO 3 tepat jenuh, diperoleh volume sampel
yaitu 25 mL,volume awal buret 8 mL, volume akhir buret 9 mL,dan akhirnya volume buret yaitu
pengurangan volume akhir dan volume awal yaitu 1 mL. Dari data hasil yang diperoleh dapat
diketahui dan ditentukan dengan menggunakan analisis data diperoleh mol Cl - yaitu 0,0001 dengan
menggunakan rumus molaritas dimana (Massa/Volume), molaritas Ca 2+ yaitu 0,0022, molaritas CO32-
yaitu 0,0022,dan nilai Ksp yaitu 4,84 x 10-6.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa tetapan kesetimbangan merupakan
perbandingan hasil kali molaritas produk dengan hasil kali molaritas reaktan yang masing-masing
dipangkatkan dengan koefisiennya.
Larutan jenuh CaCO3 tepat membentuk endapan. Dengan menghitung kelarutan pada larutan
jenuh CaCO3 kita dapat menentukan ion-ion yang terdapat dalam larutan tersebut Ca 2+ dan CO32-,
sehingga dapat ditentukan hasil kali kelarutannya dengan mengalikan konsentrasi ion-ion dan
memangkatkan konsentrasinya dengan koefisien masing-masing ion. molaritas Ca2+ yaitu 0,0022,
molaritas CO32- yaitu 0,0022,dan nilai Ksp yaitu 4,84 x 10-6.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dian W. (2009). Cepat Tuntas Kuasai Kimia untuk SMP. Jakarta: Penerbit Indonesia Cerdas.
Ethica, Stalis N. (2020). Buku Ajar Teori Kimia Analitik Teknologi Laboratorium Medis. Yogjakarta:
Deepublish.
Indrajaya,I Nyoman R., Astria Nur I., dan Harris P. (2021). Titrator Otomatis untuk Mengukur Kadar
Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Batu Kapur. Jurnal Teknik ITS, 10(2), 108.
Malau, Nur A., dan Asep Wahyu N. (2021). Study Of Energy And Structur On Intermolecular In
Organic Solvents Using Computational Chemistry Method. Indonesian Journal of Chemical
Science and Technology, 4(2), 79.
Putri, L. M., Trapsilo P.,dan Bambang S. (2017). Pengaruh Konsentrasi Larutan terhadap Laju
Kenaikan Suhu Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(2), 147.
Rahmi, Chusnur, Wiji, dan Sri Mulyani. (2020). Model Mental Miskonsepsi Pada Konsep
Kesetimbangan Kelarutan. Jurnal Lantanidal, 8(1), 1.
Rusmiati, Iis. (2015). Top Pocket Master Book Kimia SMA/MA. Jakarta: Bintang Wahyu.
Sumardjo, Damin. (2009). Pengantar Kimia Buku Pandua Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata I Fakult Bioeksakta. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.