Anda di halaman 1dari 36

BAB III

SATUAN PROSES
Satuan proses adalah bagian dari ilmu dan teknik, maka ia sangat mendasarkan
diri pada ilmu pengetahuan dan pengalaman. Teori dan praktek harus digabungkan
disini untuk menghasilkan alat-alat yang dibuat, dirakit, di operasikan dan dipelihara,
maka teori dan peralatan akan dibahas secara bersama-sama.
Dalam pengolahan air bersih, satuan proses ditujukan pada proses kimia yang
meliputi: netralisasi, koagulasi, demineralisasi dan Softener.
Untuk dapat

melakukan proses pengolahan air dengan baik, maka harus

diketahui terlebih dahulu mengenai sifat kimia air.


A. KIMIA AIR
Sumber air dari alam tidak pernah menghasilkan air yang murni. Didalamnya
selalu terkandung berbagai zat yang terlarut atau tersuspensi. Namun larutan zat-zat
dimaksud meskipun hanya dengan kadar 1 ppm (part per million) atau kurang dari
pada itu akan dapat berpengaruh sekali terhadap mutu airnya.
Maka mengingat akan hal tersebut diatas, istilah kimia air yang termaksud
diatas ialah pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat kimia dari
larutan (dalam air tersebut) karena :

Memang telah ada sejak dari sumbernya, baik yang berbentuk impurities maupun
yang tidak.

Penambahan zat-zat kimia yang sengaja dilakukan selama treatment dilakukan.

Zat-zat yang terbawa oleh atau masuk kedalam aliran air tersebut sewaktu
pengaliran dalam pipa/penyaluran, yang akan digunakan untuk keperluan rumah
tangga atau industri, maupun setelah air tersebut menjadi air limbah.

26

Mengingat beraneka-ragamnya jenis zat yang dapat berada dalam (larutan) air
tersebut, maka dalam Bab ini hanya akan dibahas secara terbatas tentang hal-hal dasar
yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air.
1.

Larutan Dan Suspensi Impurities


Impurities dalam air pada umumnya dibagi atas keadaan berikut :

a. Terlarut
b. Kolloidal
c. Endapan/Suspensi
Keadaan zat yang terlarut adalah dimana larutan yang terjadi benar-benar
homogen. Zat dalam keadaan ini biasanya mempunyai ukuran partikel 2 x 10 -1 m
sampai 1 m (millimikron). Pemisahan zat-zat yang terlarut tidak dapat dilakukan
dengan penyaringan.
Keadaan kolloidal mirip dengan keadaan terlarut, yaitu tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan biasa, tetapi dapat dipisahkan dengan cara ultra filtrasi atau secara
dialysis (penyaringan melalui pori-pori kulit binatang). Partikel kolloid tidak dapat
dilihat dengan mikroskop biasa, tetapi dapat tampak bila digunakan ultramikroskop
atau elektron mikroskop. Contoh dari suatu kolloid adalah molekul protein dan
molekul kanji (starch).
Kolloid tidak dapat mengendap, tetapi dapat dipaksa untuk mengendap bila
digunakan ultracentrifuge. Contoh lain dari bentuk kolloidal misalnya adalah
penyebab air yang menjadi berwarna coklat muda, yang disebabkan oleh kolloid besi
oksida yang terhidrasi ; warna putih-keruh, yang disebabkan oleh oksida-oksida dari
aluminium dan atau silikon.
Endapan (suspensi) mempunyai ukuran partikel yang lebih besar, yaitu antara
0.1 sampai 1 (1 = 10-3 mm) ; maka itu dapat disaring dengan kertas saring biasa.

27

2.

Kelarutan Zat Dalam Air


Kelarutan zat, baik yang berupa zat padat, cair, ataupun gas dalam air

mempunyai batas tertentu. Pada umumnya kelarutan zat padat dan cair hanya sedikit
saja tergantung pada tekanan dan dalam prakteknya boleh dikatakan hanya tergantung
oleh suhu.
Kelarutan garam dalam air pada umumnya akan lebih besar bila suhunya lebih
tinggi, tetapi banyak senyawa-senyawa kalsium yang bahkan menurun kelarutannya
bila suhunya dinaikkan, misalnya adalah senyawa CaCO3, CaSO4 dan Ca (OH)2.
Larutnya zat dalam air dapat diakibatkan karena terdispersi oleh air sebagai
pelarutnya, misalnya oksigen, gula dan alkohol, sehingga berada dalam keadaan
molekul-molekul yang tersebar merata dalam larutannya. Sebab kedua larutnya zat
dalam air ialah karena terurai kedalam ion-ionnya (terionisasi).
a. Satuan Kimia Pada Larutan
1). Molaritas

Kadar atau konsentrasi zat yang terlarut dalam air biasanya dinyatakan
dengan molar, yaitu banyaknya mole zat yang terlarut dalam satu liter larutannya.
Dalam hal itu maka larutan 60 gram/liter urea, CO(NH2)2 (yang mempunyai massa
molekul 60) dan 342 gram/liter gula pasir, C12H22O11 (yang mempunyai massa
molekul 342) akan mempunyai nilai molaritas yang sama, yaitu masing-masing 1
molar (1.0 M).
Hubungan antara molaritas dan massa dari zat yang terlarut adalah sebagai
berikut :
Molaritas =

m
(banyaknya liter larutan) x (massa molekul zat terlarut)

Keterangan : m = massa dalam gram dari zat terlarut.

28

2). Normalitas

Selain kadar (konsentrasi) yang termaksud diatas (yaitu molaritas) terdapat


satuan lain yang juga lazim digunakan (khususnya dalam kimia analitik), yaitu
satuan normalitas.
Larutan 1 normal (1.0 N) adalah larutan yang mengandung 1 gram-ekivalen
zat terlarut per liter larutan. Dalam hal ini, perlu difahami benar tentang pengertian
gram ekivalen :
gram ekivalen =

banyaknya molekul zat


kapasitas reaksi per molekul zat

Sedangkan pengertian kapasitas reaksi secara ringkasnya adalah


sebagai berikut :
a). Banyaknya atom atau ion hidrogen per molekul yang berreaksi dalam reaksi

asam dan basa.


b). Banyaknya elektron yang terbentuk atau yang terikat untuk setiap molekul

zat yang berreaksi dalam reaksi oksidasi atau reduksi.


c). Besarnya valensi dari setiap molekul zat yang berreaksi dalam reaksi

pengendapan.
Mengingat pengertian kapasitas reaksi yang berbeda-beda sebagaimana
tersebut diatas, jelaslah bahwa jenis reaksi mana yang dimaksud perlu sekali
dinyatakan secara pasti. Sebab apabila tidak, bisa terkacau karenanya ;
misalnya 15.2 gram/liter FeSO4 akan dapat merupakan larutan 0.1 normal (0.1
N), tapi pada kasus yang lain dapat pula merupakan larutan 0.2 normal (0.2 N)

29

Contoh :
(1).Larutan Fe2+ dalam reaksi redoks.
Reaksi berlangsung sewaktu terjadinya oksidasi ion ferro menjadi ion ferri;
Fe2+ Fe3+ + 1 e
Dalam hal melibatkan sebuah elektron (yang lepas dari ion ferro), sehingga
15.2
mol . FeSO 4
banyaknya mole zat 152
Mol ekivalen =
=
kapasitas reaksi
1

Jadi dalam hal ini 0.1 molekul FeSO4/liter = 0.1 molekivalen/liter = 0.1
normal (0.1 N) FeSO4
(2).Larutan Fe2+ dalam reaksi pengendapan
Pada reaksi pengendapan berikut ini :
FeSO4 + BaCl2FeCl2 + BaSO4
Valensi Fe molekul FeSO4 yang berreaksi pada reaksi pengendapan adalah
2(dua), sehingga kapasitas reaksi per molekulnya adalah 2.
Jadi molekivalen/liter (larutan FeSO4) =

0.1 mole FeSO 4 /liter


2

atau : 0.1 molekul/liter larutan FeSO4 = (2 x 0.1) molekivalen/liter


=0.2 normal (0.2 N) FeSO4
Contoh Soal
Tentukan massa dari garam BaCl2.2H2O murni yang harus digunakan untuk
membuat :

500 ml larutan 0.150 M

500 ml larutan 0.150 N

30

Penyelesaian :
500 ml larutan 0,150 M
Untuk membuat 1 liter larutan 1.0 M diperlukan 1 molekul BaCl2.2H2O
Massa molekul BaCl2.2H2O adalah: [137 + (2x35.5) + (2x18)]gr = 244 gr
Jadi untuk membuat 500 ml larutan dari 0.150 M diperlukan :

500 ml
x 244 gr/mol x 0.150 mol/l = 18.3 gram BaCl2.2H2O,
1000 ml
500 ml larutan 0,150 N
Karena valensi Ba adalah 2, maka
1 mol ekivalen BaCl2.2H2O =

1 mol BaCl 2 .2H 2 O 244


=
gram BaCl2.2H2O
2
2

Untuk 1 normal (1.0 N) diperlukan 122 gram/liter larutan. Jadi untuk 500 ml
larutan dengan normalitas 0.150 (=0.150 N), diperlukan :
0.150 Meq/l x 0.5 l x 122 gram/Meq BaCl2.2H2O
= 9.15 gram BaCl2.2H2O
Disamping mol ekivalen sering pula digunakan satuan milliekivalen
(mMeq), yaitu sama dengan 1/1000 mol ekivalen. Bila normalitas suatu larutan
dikalikan dengan banyaknya milliliter larutannya, maka akan diperoleh nilai
milliekivalen dari zat yang bersangkutan.
Kadar atau konsentrasi sesuatu zat dengan satuan me/liter dalam hal tertentu
diperlukan dan untuk itu dapat diperoleh dengan mengalikan nilai normalitas dari
larutan zat yang dimaksud dengan 1000. Volume dua macam larutan yang
mengandung dua macam zat yang berbeda tetapi mempunyai jumlah mol ekivalen
yang setara (secara stoichiometrik tepat sama), maka perbandingan volumenya
akan berbanding terbalik dengan normalitas kedua zat tersebut. Apabila volume

31

zat A adalah VA dan normalitasnya NA dan volume zat B adalah VB dan


normalitasnya NB, maka :
VA: VB = NB :NA
atau dapat dituliskan :
VANA = VB NB
3). Partpermillon (ppm)

Bila satuan molaritas akan diubah kedalam satuan milligram per liter, maka
dapat digunakan : mg/l = molaritas x massa molekul x 103
Mengingat bahwa dalam larutan encer, density larutan (dalam air) dapat
dianggap = 1, maka pengertian ppm (part per million) yang sebenarnya adalah:

mg per liter
density
Keterangan : satuan density dalam hal ini adalah gram/ml, maka dapat dianggap
bahwa 1 ppm = 1 mg per liter larutan
(Perhatikan juga bahwa : 1 ppm = 1 mg per liter =gr per m3)
Catatan : Kadar logam Mg yang terlarut dalam satuan mg per liter sering disetarakan
dengan kadar CaCO3 (mg per liter), karena secara kebetulan massa molekul
CaCO3 = 100, sehingga bilangan yang akan timbul merupakan bilangan
yang mudah.

Contoh Soal :
32.50 ml larutan 0.0200 N HCl tepat dapat menetralisir 50.0 ml larutan kapur
sirih, Ca (OH)2. Tentukan kadar dari larutan Ca(OH)2 tersebut dalam satuan :

mMeq/l

mg/l (= sebagai hardness dari CaCO3 dalam larutan tersebut)

32

Penyelesaian :
mMeq/l
VA NA = VB NB NB =

32.50ml 0.0200N
50.0ml

= 0.0130 N atau 13 mMeq/l

Hardness
Hardness sebagai CaCO3 =

13 mMeq/l 100mg/mMol
= 650 mg/l atau 650 ppm
2mMeq/mMol

b. Ionisasi Zat Dalam Air Dan Reaksi Ion


Asam, Basa dan Garam yang digolongkan sebagai elektrolit, dalam air akan
dapat mengurai menjadi ion-ionnya. [Hal tersebut disebabkan karena molekul-molekul
air mempunyai sepasang kutub, positip dan negatip (bi-polar)], misalnya :
NaCl

Na+ + Cl

HNO3

H+ + NO3

FeSO4

Fe2+ + SO42

Tingkat penguraian menjadi ion-ion dari tiap-tiap elektrolit berbeda-beda. Bila


tingkat penguraiannya besar, maka elektrolitnya disebut elektrolit kuat sedangkan
yang kecil disebut elektrolit lemah.
Adanya asam kuat dan basa kuat sebenarnya ialah karena asam dan basa
tersebut adalah yang tergolong elektrolit kuat, dan kebalikannya pun berlaku bagi
asam lemah dan basa lemah.
Garam-garam yang mudah larut dalam air adalah tergolong elektrolit kuat,
sedangkan yang sulit larut dalam air tergolong elektrolit lemah.

33

Ionisasi dari asam dan basa adalah sebagai berikut :


HCl

H+ + Cl

H2SO4 H+ + HSO4
HSO4 H+ + SO42
KOH K+ + OH
Ba(OH)2 Ba2+ + 2OH dan lain sebagainya.
Reaksi antara asam dan basa bila dituliskan dalam ion-ionnya adalah sebagai
berikut :
K+ + OH + H+ + Cl H2O + K+ + Cl
KOH
HCl
Sehingga sebenarnya yang terjadi hanyalah :
OH + H+ H2O
dan inilah memang sebenarnya yang terjadi (-sedangkan ion-ion K+ dan Cl
tetap tidak berubah dan tetap masih berada seperti keadaannya semula !). Demikian
pula yang terjadi untuk reaksi asam + basa yang lain-lainnya.
3. Konstanta Ionisasi Asam, Basa Dan Garam
Penguraian asam, basa dan garam dalam air menjadi ion-ionnya sebenarnya
merupakan reaksi kesetimbangan.
HZ H + + Z- ( asam )
MOH M+ + OH- ( Basa )
MZ M + + Z- ( garam )
Pada keadaan kesetimbangan tersebut akan berlaku :
[H ] [Z ]
[HZ]

= tetap = Ka (= konstanta ionisasi asam)

[M ] [OH ]
[MOH]

= tetap = Kb (= konstanta ionisasi basa)

34

[M ] [Z ]
[MZ]

= tetap

= Ks (= konstanta ionisasi garam/salt)

Makin besar nilai Ka dan Kb, akan bersifat makin kuatlah asam dan basa yang
bersangkutan. Bila nilai Ks makin besar, maka sifat garam tersebut akan makin mudah
larut (dalam air) dan kebalikannya, bila nilai Ks kecil, maka menandakan bahwa
garam yang bersangkutan bersifat sukar larut.
( Keterangan : Tanda [

] adalah menyatakan kadar atau konsentrasi ion yang bersangkutan

dalam satuan gramion/l atau grammolekul/l. Karena nilai gramion dapat


dikatakan/dianggap sama dengan nilai gramatom atau grammolekul, maka
satuan Ka dan Kb adalah dalam grammolekul / l atau gramion / l. )

Secara umum dapat dituliskan bahwa untuk kesetimbangan :


aA + bB + cC +........

pP + qQ + rR + .........

maka akan berlaku :


q

[P] p [Q] [R] r ........


=K
[A]a [B] b [C] c .......

Dalam Tabel II-1 berikut ini tercantum nilai-nilai Ka dan Kb dari berbagai
jenis asam dan basa.
Perhatikan bahwa dalam hal asam yang berbasa lebih dari satu, penguraian
kedalam ion-ionnya adalah bertingkat, sehingga bisa terdapat Ka1, Ka2 dan Ka3.
Perlu diketahui mengenai basa Ca(OH)2 khususnya, yang dapat
digolongkan basa agak kuat. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Ca (OH)2 (CaOH)+ + OH
(CaOH)+ Ca2+ + OH
Untuk Kb1 =

[(CaOH) ] [OH ]
[Ca(OH) 2 ]

nilainya cukup besar

35

Sedangkan nilai : Kb2 =

[Ca 2 ] [OH ]
[(CaOH) ]

sedikit lebih kecil dari pada 3 x 103

grammol/l (hampir sepadan dengan besarnya nilai Ka2 dari asam sulfat), maka itu
larutan Ca (OH)2 dapat tergolong basa agak kuat. [Larutan Ca(OH)2 dimanfaatkan
pada pengolahan air, misalnya untuk proses softening.]
Penguraian ion-ion dari garam-garam lebih lanjut akan dibahas dalam sub
bab berikut.

36

Tabel 3-1: Konstanta Ionisasi Asam dan Basa* pada 25 0C


Pengaruh atau hal yang berkaitan

Jenis Asam/Basa
Asam Asetat (cuka)

Pengolahan sludge

Asam Sianida

Racun limbah

Asam hipochlorit

Desinfektasi

Asam nitrit

Nitrifikasi

Phenol

Kontrol rasa

Asam Karbonat

Korosi, koagulasi dan


kontrol pH

Asam Sulfida

Asam Fosfat

Asam Sulfat

Asam Sulfit

Aerasi dan bau

Softening agent

Kontrol pH dan koagulasi

Dechlorinasi

Asam Chlorida

Analisa lab

Kalium hidroksida

Analisa lab

Natrium hidroksida

Analisa lab

Ammonium hidroksida

Desinfektasi, pengolahan sludge

Morpholine

Air ketel

Reaksi Kesetimbangan
+

CH3 COOH
H + CH3 COO

H + CN
+

HOCl
H + OCl
+

HNO2
H + NO2
+

C6H5OH
H + C6H5O
+

H2CO3 atau (CO2 + H2O)


H + HCO3
+
2
HCO3
H + CO3
+

H2S
H + HS
+
2
HS
H +S
+

H3PO4
H + H2PO4
+
2
H2PO4
H + HPO4
+
3
HPO42-
H + PO4
+

H2SO4
H + HSO4
+
2
HSO4
H + SO4
+

H2SO3 atau (SO2 + H2O)


H + HSO3
+
2
HSO3
H + SO3
+

HCl
H + Cl
+

KOH
K + OH
+

NaOH
Na + OH
+

NH4OH atau (NH3 + H2O)


NH4 + OH
+

C4H8ONH2OH atau (C4H8ONH+H2O)


C4H8ONH2 +OH

HCN

Ka (grammol/l)
1.75 x 10-5
4.80 x 10-10
2.85 x 10-8
5.10 x 10-4
1.20 x 10-10
4.45 x 10-7 (Ka1)
4.69 x 10-11 (Ka2)
6.30 x 10-8 (Ka1)
1.30 x 10-12 (Ka2)
5.90 x 10-3 (Ka1)
6.32 x 10-8 (Ka2)
4.80 x 10-13 (Ka3)
besar sekali
1.20 x 10-2 (Ka2)
1.72 x 10-2 (Ka1)
6.30 x 10-8 (Ka2)
besar sekali
besar sekali
besar sekali
1.65 x 10-5 (Kb)
5.00 x 10-6 (Kb)

* Untuk basa yang berasam lebih dari satu, kekuatannya akan dinyatakan dalam bentuk lain.

37

4. Produk Kelarutan, Konstanta Kelarutan


Garam-garam yang sukar (atau relatip sukar) larut dalam air mempunyai
keistimewaan, yaitu bahwa kadarnya dapat dianggap tetap, karena yang mengurai
menjadi ion-ionnya hanya dalam jumlah kecil saja. Sebagai contoh misalnya
garam kalsium karbonat, CaCO3, yang dapat larut sedikit saja dalam air. Dari
sejumlah kecil yang dapat larut tersebut akan terjadi kesetimbangan :
CaCO3 Ca2+ + CO32
Dari kesetimbangan tersebut akan berlaku :
2

[Ca 2 ] [CO 3 ]
[CaCO 3 ]

= tetap = K

Karena jumlah CaCO3 yang mengurai menjadi ion-ion cukup kecil


nilainya, maka kadar CaCO3 dapat dianggap tetap (seperti keadaannya semula,
mengingat sukar larutannya garam CaCO3 tersebut).
Jadi [Ca2+] [CO32] = K [CaCO3] = tetap = Ks
Maka dapat dikatakan bahwa untuk garam-garam yang sukar larut dalam
air, nilai hasil perkalian dari kadar ion-ionnya akan mempunyai nilai yang tetap.
Hasil perkalian tersebut dinamakan produk kelarutan (= Solubility
Prouduct), di singkat dengan simbol Ks, atau disebutkan juga sebagai konstanta
kelarutan (= Solubility Constant).
Untuk garam Ca3(PO4)2 maka kesetimbangannya akan dapat dituliskan
sebagai :
Ca3 (PO4)2 Ca2+ + Ca2+ + Ca2+ + PO43 + PO43
Nilai kesetimbangannya adalah :
3

[Ca 2 ] [Ca 2 ] [Ca 2 ] [PO 4 ] [PO 4 ]


Ca 3 (PO 4 ) 2

=K

[Ca 2 ]3 [PO 4 ]2
=K
[Ca 3 (PO 4 ) 2 ]

Karena Ca3 [PO4]2 sukar larut, maka dapat dituliskan :

38

[Ca2+]3 [PO43]2 = K [Ca3 (PO4)] = Ks


Jadi untuk garam MpZq, nilai konstanta kelarutannya (Ks) dapat
dituliskan sebagai berikut :
[Mq+]p [Zp]q = Ks
Pada Tabel II-2 merupakan nilai-nilai Ks dari beberapa garam dan basa
yang ada kaitannya dengan pengolahan air dan air limbah.
Contoh :
Bila gas Chlor (Cl2) dialirkan kedalam air yang cukup banyak jumlahnya
sehingga terjadi reaksi : Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl dimana terbentuk kadar
[H+] sebesar 1 x 10-5 gram ion/l dan [ Cl ] = 3 x 10-3 gram ion/l dan nilai K untuk
kesetimbangan tersebut sebesar 4.5 x 10-4 (mol/l)2 pada suhu 25 0C, maka
ditanyakan keadaan gas chlor dalam air tersebut (= sebagian kecil atau hampir
seluruhnya akan terlarut)
Penyelesaian :
Persamaan :

[HOCl] [H ] [Cl ]
[Cl 2 ] [H 2 O]

=K

Dengan memasukkan harga-harga yang telah diketahui diatas dan harga


1 untuk [H2O], karena air dalam hal ini adalah pelarutnya, maka akan diperoleh :

[HOCl] (1 x 10 5 ) (3 x 10 3 )
[Cl 2 ] (1)

= 4.5 x 104

4.5 x 10 4
[HOCl)
=
[Cl 2 ]
(1 x 10 5 ) (3 x 10 3 )

= 1.5 x 104

Nilai [HOCl] yang cukup kecil, yaitu kira-kira adalah antara nilai [ H+
] sebesar 1 x 10

dan nilai [ Cl ] sebesar 3 x 10

, terhadap nilai [ Cl2 ]

ternyata adalah (1.5 x 104) kalinya. Berarti bahwa nilai [ Cl2 ] akan sangat
kecil adanya.
Hal ini dapat diartikan bahwa Cl2 yang dialirkan kedalam air pada
keadaan tersebut adalah hampir keseluruhnya larut.

39

Tabel 3-2 : Konstanta Kelarutan Pada 25 0C


Garam/Basa

Perkalian Ion

Nilai Ks

Aplikasi atau hal yang


berkaitan

Al (OH)3

[Al3+] [OH-]3

1.3 x 10-33

Koagulasi

CaCO3

[Ca2+] [CO32-]

4.8 x 10-9

Softening

Ca (OH)2

[Ca2+] [OH-]2

5.5 x 10-6

Softening

Ca3 (PO4)2

[Ca2+]3 [PO43-]2

1.0 x 10-26

Softening

CaSO4 . 2H2O

[Ca2+] [SO42-]

2.4 x 10-5

Hardness, kerak

Cu (OH)2

[Cu2+] [OH-]2

5.6 x 10-20

Pembasmi algae

Fe (OH)2

[Fe2+] [OH-]2

7.9 x 10-16

Korosi

FeS

[Fe2+] [S2-]

5.0 x 10-18

Korosi anaerobic

Fe (OH)3

[Fe3+] [OH-]3

9.1 x 10-39

Koagulasi

Mg CO3.3H2O

[Mg2+] [CO32-]

5.6 x 10-5

Hardness

Mg (OH)2

[Mg2+] [OH-]2

1.8 x 10-11

Softening

Zn (OH)2

[Zn2+] [OH-]2

7.1 x 10-18

Korosi

Contoh:
Berapa mg/l banyaknya Al3+ yang terbentuk bila Al(OH)3 dimasukkan
dalam air, bila diketahui (Ks)Al (OH)3 = 1.26 x 1033 dan massa atom Al = 27.
Penyelesaian :
Ionisasinya adalah : Al (OH)3 Al 3+ +3 OH
Misalnya banyaknya Al(OH)3 yang terurai menjadi ion-ionnya adalah
x mol/l ; dari sejumlah ini akan membentuk x mol/l Al3+ dan 3 x mol/l OH.
Menurut persamaan dapat dituliskan :
Al (OH)3Al 3++ (OH) + (OH) + (OH)

[Al3 ] [(OH) ]3
[Al(OH)3 ]

=K

[Al3+] [(OH)]3 = K [Al(OH)3] = Ks

40

Bila nilai-nilai diatas dimasukkan, maka akan diperoleh :


(x) (x)3 = 1.26 x 10 33
x 4 = 1.26 x 10-33
x = 4 1.26 x 10 33
x = 5.96 x 10 9
Jadi kadar [ Al 3+ ] = 5.96 x 10 9 mol/l
= (5.96 x 10 9) (27) (10 +3) mg/l = 1.61 x 10 4 mg/l
5. Ionisasi Air Dan pH
Dalam jumlah yang sangat kecil air juga dapat terurai menjadi ion-ionnya
sebagai berikut :
H2O H+ + OH
Pada temperatur kamar hanya kecil saja kadar ion-ion yang terbentuk,
masing-masing yaitu sebanyak 1 x 10 7 mol/l.

[H ] [OH ]
[H 2 O]

=tetap = K

[H+] [OH] = K [H2O]= Kw (Kwater)


Nilai Kw pada 25 0C adalah 1.01 x 10-14 (grammol/l)2. Dalam air murni
besarnya [ H+ ] tepat sama besar dengan besarnya [ OH ] = 1 x 107 mol/l (pada
25 0C). Untuk mempermudah dalam penulisannya lazim digunakan pengertian
pH, dimana :
pH =- log [ H+ ]
Pada 25 0C maka nilai :
pH = - log (1 x 107) = 7
Karena dengan naiknya suhu, nilai Kw juga akan bertambah besar, maka
dengan naiknya suhu nilai pH akan menurun.
Selain pH seringkali digunakan pula pOH dengan pengertian bahwa :
pH + pOH = log Kw = 14.00 (pada 25 0C)

41

Contoh :
1). Berapa besarnya kadar [ H+ ] dari larutan dengan pH = 7.35 ?
2). Berapa pH larutan yang mempunyai kadar [ H+ ] = 7.3 x 109 mol/l ?
3). Berapa kadar [OH] dalam larutan yang mempunyai pH = 6.35 pada 250C?
Penyelesaian :
1). pH =7.35 = log [ H+ ]
log [ H+ ] = 7.35
[ H+ ] = 4.47 x 108 mol/l
2). Bila [H+] = 7.3 x 109 gram ion/l, maka
pH = [log (7.3 x 109)] = [(log 7.3) + log (109)]
= (0.863 9.0) = (9.0 0.863) = 8.137
3). Bila pH = 6.35, maka pOH = 14.00 6.35 = 7.65
pOH = log [ OH ] = 7.65
log [ OH ] = 7.65
[ OH ] = 2.238 x 108 mol/l

B. KOAGULASI & FLOKULASI


Kebanyakan air baku mengandung partikel-partikel zat padat dalam
bentuk yang sangat halus (diameter sangat kecil). Partikel-partikel semacam itu
akan sulit sekali untuk diendapkan secara biasa. Disamping itu air tersebut juga
mengandung zat-zat yang larutannya bersifat kolloidal.
Partikel-partikel dan zat-zat tersebut diatas akan dapat diendapkan hanya
dengan bantuan zat kimia, dimana zat ini akan mengakibatkan partikel-partikel
halus serta zat-zat kolloidal tersebut menggumpal (= saling menggerombol,
sehingga ukurannya menjadi lebih besar) dan bersifat dapat diendapkan.
Koagulasi berarti peristiwa penggumpalan dari partikel-partikel halus
tersebut dan zat kimia yang perlu untuk proses tersebut dinamakan koagulan.

42

Zat koagulan tersebut lazimnya dilarutkan terlebih dahulu dalam suatu


bak sebelum dicampurkan terhadap air yang partikel-partikel halusnya akan
diendapkan.
1. Zat Koagulan
Zat koagulan yang sering digunakan antara lain adalah :

2.

a. aluminium sulfat

: Al2 (SO4)3.18 H2O

b. natrium aluminat

: Na2 Al2O4

c. ferri sulfat

: Fe2(SO4)3

d. ferri chlorida

: FeCl3

Mekanisme Penggumpalan
Terjadinya penggumpalan merupakan peristiwa yang cukup komplex.

Sebab mengapa partikel-partikel halus dan zat kolloidal tersebut sulit mengendap
menurut hasil penelitian tidak hanya disebabkan karena kecilnya ukuran partikelpartikel tersebut, tetapi juga karena partikel-partikel halus tersebut terselubungi
oleh suatu lapisan yang bermuatan listrik.
Muatan tersebut biasanya sama (positip atau negatip), sehingga satu
dengan yang lain akan saling tolak menolak, keadaan seperti inilah yang
mengakibatkan partikel-partikel tersebut dalam keadaan stabil (tidak mengendap).
Zat-zat koagulan tersebut bila dilarutkan dalam air akan membentuk
hydroksida logam yang bersifat tidak larut dalam air, disamping menghasilkan
sejumlah ion-ion. Ion-ion yang dihasilkan akan dapat menetralisir muatan
sejumlah lapisan ion dari partikel-partikel halus yang ada, yang kemudian dapat
lebih mudah mengendap (karena tidak ada gaya tolak-menolak antar bagian yang
bermuatan sama).
Disamping itu sifat hidroksida logam yang sukar larut dalam air
termaksud diatas, sewaktu akan mengendap akan menggaet partikel-partikel halus
yang tidak saling tolak-menolak tersebut menjadi sebuah kelompok partikelpartikel yang lebih besar, yang disebut gumpalan-gumpalan. Gumpalan-gumpalan

43

tersebut akan menjadi lebih besar, yaitu yang disebut FLOC dan akhirnya floc
yang kian membesar akan dapat mengendap.
3.

Reaksi
a. Aluminium sulfat :
Al2 (SO4)3 2 Al3+ + 3 SO42
2Al3+ + 6H2O 2Al (OH)3 + 6 H+
Untuk menjamin akan berlangsungnya reaksi tersebut diatas secara
baik, diperlukan alkalinitas [OH]- yang cukup. Alkalinitas berasal ion
hidroksil, ion karbonat dan ion bikarbonat
Reaksi pembentukan ion hidroksil adalah sbb:
1) OH2) CO3=+ H2O 2OH- + CO2
3) HCO3- OH- + CO2
b. Natrium aluminat :
Na2 (Al2O4) 2 Na+ + (Al2O4)2
(Al2O4)2 + 4 H2O 2 [Al (OH)]2+ + 6 OH
2 [Al (OH)]2+ 2 Al3+ + 2 OH
2Al3+ + 6 OH- 2 Al[OH]3
Na2[Al2O4] + 4 H2O 2 Na+ + 2 OH- + 2 Al [OH]3
Pembentukan Al(OH)3 dalam hal ini berlangsung sangat cepat, meskipun
misalnya tanpa penambahan zat pembantu. Namun harganya lebih mahal
dibandingkan dengan harga alum.
c. Ferri chlorida dan ferri sulfat
Seperti halnya pembentukan Al[OH]3 dari alum, pembentukan Fe[OH]3
pun akan melepaskan sejumlah ion H+, agar reaksi berjalan kekanan maka
perlu pengambilan ion H+ yang terbentuk

44

Reaksi :
1) Ferri Klorida.
FeCl3 Fe3+ + 3ClFe3+ + 3H-OH Fe[OH]3 + 3H*
H+ + OH- H2O
2) Ferri Sulfat.
Fe2[SO4]3 Fe3+ SO42Fe3+ + 3H-OH Fe[OH]3 + 3H*
H+ + OH- H2O
Koagulan jenis ini banyak digunakan untuk pengolahan yang air bakunya
mengandung H2S.
Reaksi :
2 Fe Cl3 + 3 H2S

Fe2 S3 + 6 HCl

Fe2 (SO4)3 + 3 H2S 2 Fe2S3 + 3 H2SO4


Karena ferri chlorida dan ferri sulfat harganya relatip mahal, maka
dapat digunakan ferro sulfat (Fe SO4.7 H2O) yang harganya lebih murah.
(Fe SO4 . 7 H2O Fe2+ + SO42- + 7 H2O) x 4
(Fe2+ + 2 H2O Fe (OH)2 + 2H+) x 4
4 Fe[OH]2 + 2 H2O + O2 4 Fe[OH]3
4FeSO4.7H2O + O2 4 Fe[OH]3 + 8 H+ + 4 SO4-2 + 18 H2O
Untuk proses ini juga diperlukan zat pembantu Ca (OH)2, dimana zat
tersebut akan mengikat H+ dan SO42- yang terbentuk.
(Ca (OH)2 Ca2+ + 2 OH) 4 x
8 OH + 8 H+ 8 H2O
Oksigen (O2) yang diperlukan berasal dari udara dan dari O2 yang terlarut
dalam air yang diproses.

45

Hidroksida yang terbentuk pada reaksi-reaksi tersebut diatas


selanjutnya akan berfungsi sebagai inti floc, sehingga koagulasi akan berjalan
dengan baik.
Berdasarkan pengalaman yang ada, kondisi untuk melangsungkan
proses koagulasi sebaiknya adalah sebagaimana yang tertera pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 : Kondisi Koagulan dari sifat Koagulan
Koagulan

pH untuk
koagulasi

Dosis
mg/liter

Sifat zat

Bahan konstruksi yang


sesuai

Al2(SO4)3.18 H2O

5.5 - 8.0

5.2 - 8.5

asam ; korosip

Karet, timbal, bronze tahan


asam

Na2 Al2 O4

5.0 - 5.8

3.4 - 34.0

non korosip

Karet atau besi

Fe Cl3 6H2O

5.5 - 11.0

8.5 - 51.0

asam ; korosip

Material tahan asam

Fe2 (SO4)3

5.5 - 11.0

8.5 - 51.0

asam ; korosip

Karet atau stainless steel

Fe SO4 . 7 H2O

8.5 - 11.0

5.1 - 51.0

asam ; korosip

Karet atau stainless steel

4. Keuntungan dan Kerugian Zat Koagulasi


Natrium aluminat adalah yang paling rendah tingkat kekorosipannya.
Garam besi mempunyai range pH (daerah kerja dengan pH) yang lebih besar, floc
yang dihasilkan lebih berat dibandingkan yang lainnya, sehingga lebih mudah
mengendap, dan dapat menghilangkan H2S.
Kerugian garam besi adalah dapat memacu pertumbuhan bakteri besi
yang akan sampai dapat menjadikan hambatan dalam pengaliran air yang
diproses.
[Catatan : Sesuai perkembangan teknologi yang ada, dewasa ini banyak digunakan
koagulan dari jenis polyelectrolyte. Dasar kerjanya sama dengan elektrolit biasa, bedanya
adalah bahwa kation atau anionnya berbentuk polymer].

46

Contoh polyelectrolytes adalah sebagai berikut :


1). Jenis polyelectrolyte anion
CH2

CH

CH2

COO -

CH

CH2

COO -

CH

CH2

COO -

(Polyacrylate)

2). Jenis Polyelectrolyte Kation


CH2

CH

CH2

RN+

CH

CH2

RN+

(Garam Polyvinyl pyridinium)


5. Faktor-Faktor Lain
Faktor-faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam praktek ialah antara
lain :

Tingkat kekeruhan air yang akan diproses

Warna air

Suhu air

Waktu berlangsungnya pembentukan floc


a. Tingkat Kekeruhan Air

Tingkat kekeruhan akan menentukan pilihan jenis koagulan yang


perlu digunakan serta dosisnya.
b.

Warna Air
Warna air seringkali disebabkan karena adanya kandungan garam-

garam tertentu (jadi warna air dalam hal ini bukan yang diakibatkan oleh

47

sesuatu zat warna dari zat organik). Sehubungan dengan hal tersebut maka hal
diatas juga akan dapat menentukan pilihan jenis koagulan yang setepatnya.
c.

Suhu Air
Pada umumnya suhu air yang lebih rendah akan memerlukan dosis

koagulan yang lebih tinggi, mengingat sesuatu reaksi akan berjalan lebih
lambat bila suhunya lebih rendah
d.

Waktu Berlangsungnya Pembentukan Floc


Untuk hal ini diperlukan test dengan beberapa macam dosis koagulan

hingga dapat diketahui dosis serta waktu yang kesemuanya akan mencapai
nilai yang seekonomis mungkin
Untuk kesemua hal tersebut diatas memerlukan test (di laboratorium)
untuk menentukan pilihan jenis koagulan serta waktu optimum yang
diperlukan untuk proses koagulasi tersebut.

C. PROSES SOFTENING DAN DEMINERALISASI


Air umpan boiler harus bebas dari senyawa penyebab kerak (scale), kerak
disebabkan oleh garam-garam bikarbonat, klorida dari logam Calsium, dan
Magnesium atau yang lebig dikenal sebagai penyebab kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Untuk menghilangkan kesadahan digunakan proses perlunakan
atau softening.
Untuk keperluan boiler yang bertekanan tinggi, tidak hanya bebas
kesadahan saja, namun semua mineral harus diminimasi, untuk minimasi mineral
digunakan proses pertukaran ion ( cation exchange and anion exchange ) atau
yang lebih dikenal sebagai proses demineralisasi.
1.

Softening.
Softening merupakan proses untuk minimasi kesadahan air. Kesadahan

air terdiri atas kesadahan sementara dan kesadahan tetap.

48

a. Secara Fisika
Proses perlunakan secara fisika (pemanasan) dapat untuk meminimasi
kesadahan sementara. kesadahan ini disebabkan oleh garam garam Calcium
bicarbonate [Ca (HCO3)2 ] dan Magnesium bikarbonat.[Mg (HCO3)2 ]
Reaksi.
Ca[HCO3]2 CaCO3+ H2O + CO2

Mg[HCO3]2 MgCO3 + H2O + CO2

b. Secara Kimia.
Minimasi kesadahan secara kimia dapat dilakukan dengan menambahkan
lime kedalamnya, sehingga mengubah garam bikarbonat yang larut dalam air
menjadi garam karbonat yang tidak larut dalam air.
Reaksi
Ca (HCO3)2 + Ca (OH)2 2 CaCO3 + 2 H2O
Mg (HCO3)2 + Ca (OH)2 Mg (OH)2+ CaCO3+ H2O + CO2
Setelah reaksi-reaksi tersebut berlangsung (pada suhu tinggi reaksi
akan berlangsung cukup cepat, i.e. hanya beberapa detik), seluruh cairannya
dimasukkan kedalam bak sedimentasi. Waktu tinggal yang diperlukan dalam
bak ini adalah sekitar 3 - 4 jam.
1) Keuntungan Pada Proses Soda Kapur
a) Sangat ekonomis.
b) Bila proses soda kapur akan dilanjutkan dengan proses koagulasi, maka
koagulan yang diperlukan akan menjadi lebih sedikit.
c) Korosi yang mungkin akan timbul pada perpipaan akan minimal karena
air yang ada mempunyai pH yang cukup tinggi [karena adanya OH
yang cukup banyak dari sisa Ca(OH)2 yang ditambahkan].

49

2) Kerugian Pada Proses Soda Kapur


a) Memerlukan pengawasan yang cukup ketat dan lebih cermat dalam
pengoperasiannya.
b) Timbul kerak pada dinding tanki pencampuran dan perpipaannya.
c) Memerlukan tempat pembuangan lumpur (-endapan).
3) Dasar-dasar Perhitungan Kimia Pada Proses Soda Kapur
Untuk memudahkan perhitungannya perlu digunakan pengertian mol
ekivalen (meq) dan Meq/M3

mol
bil Oksidasi/Valensi

Keterangan : Meq =

mol/M3
Meq/M =
bil Oksidasi/Valensi
3

g/M 3
Mol/M =
Mr
3

Contoh Soal 3.2.


Suatu contoh air yang akan dilunakkan dengan proses soda kapur
mempunyai data analisa laboratorium sebagai berikut :
Ca2+

= 62.80 ppm

HCO3 = 200.50 ppm


Mg2+

= 15.45 ppm

SO42

= 30.00 ppm

Cl

= 13.81 ppm

= 915 m3/hari

Tentukan kebutuhan soda kapur dengan kemurnian 87 % dan soda abu


dengan kemurnian 96 % yang harus digunakan setiap harinya, bila dikehendaki
bahwa soda abu yang ditambahkan perlu berlebihan sebanyak 17 ppm dalam air
lunak yang terbentuk.

50

Penyelesaian :
Untuk menyelesaikan memerlukan analisa (guna menentukan) jumlah
masing-masing soda kapur dan soda abu secara tepat termasuk adanya zat-zat
yang terbentuk yang memerlukan zat pengendap tambahan.
Analisa :
Ion

(g/M3)

Mr

Mol/M3

Meq/M3

Val

Kation
Ca

62,8

40

1,57

3,14

Mg

15,45

24

0,6437

1,2875

200,5

61

3,2869

3,2869

30

96

0,3125

0,625

13,81

35,5

0,3890

0,3890

Anion
HCO3
SO4
Cl
Senyawa:
Senyawa

Meq/M3

Mol/M3

MgSO4

0,625

0,3125

MgCl2

0,3890

0,1945

Mg[HCO3]2

0,2735

0,1367

Ca[HCO3]2

3,0134

1,5067

Reaksi :
1) Ca[HCO3]2 + Ca[OH]2 2CaCO3 + H2O
1,5067 mol/m3 Ca[HCO3]2 1,5067 mol/m3 Ca[OH]2
2) Mg[HCO3]2 + 2Ca[OH]2 Mg[OH]2 + 2CaCO3 + H2O
0,1367 mol/m3Mg[HCO3]2 0,2734 mol/m3Ca[OH]2
3) MgCl2 + Na2CO3 MgCO3 + 2NaCl
0,1945 mol/m3 MgCl2 0,1945 mol/m3 Na2CO3 0,1945 mol/m3MgCO3
4) MgCO3 + Ca[OH]2 Mg[OH]2 + CaCO
3
0,1945 mol/m3MgCO3 0,1945 mol/m3Ca[OH]2
5) MgSO4 + Ca[OH]2 Mg[OH]
2 + CaSO4
3
0,3125 mol/m MgSO4 0,3125 mol/m3 Ca[OH]2

Berdasarkan persamaan reaksi diatas didapat :

51

Pereaksi

Senyawa

Mol/m3

Ca[HCO3]2

1,5067

1,5067

Mg[HCO3]2

0,1367

0,2734

MgSO4

0,3125

0,3125

MgCl2

0,1945

MgCO3

0,1945

Ca[OH]2,Mol/m3

Na2CO3,Mol/M3

0,1945
0,1945

Total

2,2871

0,1945

Dari tabulasi diatas didapat bahwa kebutuhan Lime dan soda ash adalah sbb:
1) Ca[OH]2
a) Konsentrasi lime sebesar 2,2871 Mol/m3.
b) Debit = 915 m3/hari.
c) Kemurnian lime 87%
d) Kebutuhan lime = 2,2871 X 74 g/mol X 915 m3/hari X (100/87)
= 182187,69 g/hari (182,188 kg/hari)
2) Na2CO3
a) Konsentrasi Soda ash sebesar 0,1945 Mol/m3.
b) Kelebihan 17 g/m3 = 0,1604 Mol/m3
c) Total = 0,3549 Mol/m3
d) Debit = 915 m3/hari.
e) Kemurnian Soda ash : 96%
f) Kebutuhan soda ash = 0,3549Mol/m3 X 106 g/mol X 915 m3/hari
X(100/96) =35853,32 g/hari ( 35,853 kg/hati )
c. Secara Pertukaran Ion
Untuk

keperluan

proses

pelunakan,

umumnya

menggunakan

pertukaran kation yaitu ion Natrium (Na ) yang bahan penukar ionnya dikenal
orang dengan nama SODIUM ZEOLITE atau RESINE. Zeolite atau resine
adalah suatu senyawa radikal dari bahan penukar ion yang masing-masing

52

disingkat dengan huruf Z dan R sehingga sebutan lengkap dari bahan penukar
ion tersebut dapat ditulis Na2Z (sodium zeolite) dan Na2R (sodium resine).
Sodium Zeolite merupakan bahan penukar ion yang pertama kali
digunakan ditemukan sebagai bahan mineral yang merupakan senyawa
komplek dengan rumus kimia Na2 (Al2Si2O8). Karena bahan ini sulit
diproduksi secara besar-besaran, maka sekarang ini banyak diproduksi dari
bahan sintetis hidrokarbon untuk diproduksi secara besar-besaran yang
sekarang dikenal orang dengan sebutan RESINE.
Sodium resine setelah digunakan dalam periode tertentu akan
digantikan oleh ion-ion Ca+ dan Mg+ dari garam-garam sadah. Jika air yang
telah dilunakkan cukup jumlahnya maka ion kalsium dan magnesium
menggantikan ion sodium yang ada didalam resine, dan bila keaktifannya
sudah menurun maka harus segera diregenerasi dengan mereaksikannya
dengan larutan garam dapur (NaCl), yang umumnya konsentrasinya dibuat 10
% dalam larutan. Setelah regenerasi perlu dilakukan pembilasan dengan air
lunak agar supaya sisa larutan garam dan endapan yang tertinggal didalam
tumpukan

resine

dapat

dibuang

keluar.

Untuk

mempercepat

dan

menyempurnakan reaksi regenerasi biasanya dibantu dengan melakukan


pengadukan.
Besarnya laju alir dalam proses pelunakan sekitar 7,5 - 19,5 m3/jamm2 luas permukaan tumpukan resine didalam softener. Pada saat dilakukan
regenerasi, pengadukan maupun pembilasan, volume tumpukan resine akan
mengembang, dan pengembangannya akan mencapai 50 - 75 %. Lapisan
kerikil penyangga ketebalannya tidak boleh kurang dari 60 cm.
Keuntungan dan kerugian pelunakan air dengan metoda pertukaran
ion ini adalah :
1) Keuntungan :
a) Peralatannya kompak dan efisien, serta pemeliharaannya mudah.
b) Tidak ada endapan lumpur seperti halnya pada proses soda kapur,
sehingga tidak ada persoalan pembuangan lumpur.

53

c) Proses ini juga dapat menurunkan kandungan besi dan mangan.


d) Dapat melunakkan air dengan berbagai macam derajat kesadahan.
2) Kerugiannya :
a) Natrium bikarbonat yang dihasilkan dari reaksi pelunakan dapat
menimbulkan priming dan foaming didalam ketel.
b) Air yang mempunyai kekeruhan tinggi tidak dapat dilunakkan
dengan cara ini.
Didalam melakukan perhitungan-perhitungan pelunakan dengan metoda
pertukaran ion dijumpai berbagai macam istilah yang digunakan, misalnya :
Exchange capacity : Yaitu menunjukkan kapasitas atau kemampuan
resine untuk mengikat garam-garam sadah untuk setiap satuan volume resine,
yang satuannya dinyatakan dalam :

Kg CaCO3
Kgrain CaCO3
atau
3
ft resine
m 3 resine
Konversi : 1 Kgrain = 0,0648 kg.
1

Kgrain
kg
= 2,29 3
3
ft
m

Regeneration level : Yaitu menunjukkan kebutuhan regenerant per satuan volume


resine, yang satuannya dapat dinyatakan dalam :

lb NaCl
ft 3 resine

atau

Kg NaCl
m 3 resine

Regeneration efficiency:Yaitu menunjukkan kebutuhan regenerant per satuan


berat garam-garam sadah yang dihilangkan, yang
satuannya dapat dinyatakan dalam :
lb
Kgrain CaCO 3

Konversi : 1

atau

Kg NaCl
Kg CaCO 3

lb
Kg
7
Kgrain
Kg

Berbagai jenis resine yang banyak digunakan untuk keperluan proses


pelunakan diuraikan dalam Tabel 3.4.

54

Contoh Soal 3.3.


Tentukan ukuran (diameter dan tinggi) softener yang menggunakan
metoda pertukaran ion yang akan digunakan untuk melunakkan air 20 m3/jam
dengan periode operasi (time of cycle) 24 jam. Air yang akan dilunakkan
mempunyai kesadahan 90 ppm CaCO3.
Jenis bahan penukar ion yang akan digunakan adalah sodium resine
amberlite IR-120 dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Exchange capacity = 41,22

Kg CaCO3
m 3 resine

2) Regeneration level = 80,00

Kg NaCl
m 3 resine

3) Regeneration efficiency = 1,94

Kg NaCl
Kg CaCO 3

4) Kapasitas aliran air menembus lapisan resine

= 15 m3/jam-m2

5) Ketebalan lapisan kerikil penyangga = 60 cm


6) Pengembangan volume resine saat regenerasi = 75 %
Tentukan pula jumlah regenerant yang diperlukan.
Penyelesaian :
1) Jumlah air yang dilunakkan selama satu periode = 20 x 24 = 480 m3
2) Garam-garam sadah yang harus dihilangkan dalam satu periode = 480 x
90/1000 = 43,2 KgCaCO3
3) Volume resine yang diperlukan = (43,2) (41,22) =1,05 m3
4) Luas permukaan resine didalam bejana = 20 /15 = 1,33 m2
5) Diameter bejana pelunak = [ (4/) (1,33) ]0,5= 1,3 m
6) Tinggi tumpukan resine = (1,05) / (1,33) = 0.79 m
7) Tinggi bejana pelunak = 0,79 x 1,75 + 0,6 = 1,98 m
8) Jumlah regenerant yang dibutuhkan = 80 x 1,05 =84 Kg NaCl.

55

Tabel 3.4 : Karakteristik sodium resine


No.
Group
1

2.

Nama bahan/perdagangan

Exchange. Cap

Reg.Lvl.

Reg. Eff

Kg CaCO3

Kg NaCl

Kg NaCl

Kg CaCO 3

m res.

m res.

6,40
6,40

20,00
20,00

3,13
3,13

Synthetic gel zeolite


- Decalso
- Super Nalcolite
- Aridzone

18,32
20,61
22,90

51,20
64,00
80,00

2,79
3,11
3,49

Sulfonated Coal
- Zao-Karb
- Coehranex CCA
- Catex-55 (Na)

27,48
32,06
27,48

64,00
80,00
64,00

2,33
2,50
2,33

Styrene, medium cap.


- Amberlite IR-122,
- Chempro C-25,
- Nalcite MCR

34,35
38,93
16,03

96,00
144,00
50,40

2,79
3,70
3,14

Styrene, high cap.


- Amberlite IR-120,
- Chempro C-20,
- Nalcite HCR
- Permutite Q

57,25
61,83
68,70
54,96

160,00
216,00
240,00
96,00

2,79
3,49
3,49
1,75

Natural Zeolit
- Zeo-Dur
- Inversand

Demineralisasi
Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-garam

mineral yang ada didalam air, sehingga air yang dihasilkan mempunyai
kemurnian yang tinggi.
Pada dasarnya proses ini seperti apa yang dilakukan didalam pelunakan
air secara pertukaran ion. Bahan pertukaran ion yang digunakan terdiri dari
penukar kation dan penukar anion. Penukar kation dikenal orang dengan sebutan
resine asam karena penukar ionnya adalah ion hidrogen (H+), sedangkan penukar
anion dikenal dengan sebutan resine basa karena penukar ionnya adalah ion
hidroksida (OH+).
Resine asam secara umum ditulis dengan simbol H2R dan resine basa
dengan simbol R(OH)2. Kedua macam resine ini dapat ditempatkan secara
terpisah pada dua buah bejana ataupun dalam satu buah bejana. Susunannya harus

56

berurutan (seri) dimana yang pertama adalah resine asam dan yang berikutnya
adalah resine basa.
Resine asam berfungsi untuk merubah garam-garam mineral menjadi
asam, dan resine basa berfungsi untuk merubah (menetralkan) asam yang
dihasilkan dari reaksi pertama menjadi air murni.
Resine yang telah digunakan pada periode tertentu akan menurun
keaktifannya, oleh karena itu perlu segera di regenerasi jika sudah mencapai batas
ketidakaktifannya. Untuk keperluan regenerasi digunakan bahan regeneran yang
berupa larutan asam pada resine asam dan dengan larutan basa pada resine basa.
Bahan REGENERAN yang digunakan berupa HCl atau H2SO4 untuk resine asam
dan NaOH atau NH4OH untuk resine basa.
Air pertama kali memasuki bejana pertama yang berisi resine asam dan
kemudian memasuki bejana kedua yang berisi resine basa. Air keluar dari bejana
kedua mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Pada masing-masing bejana
dilengkapi dengan tangki regenerant untuk keperluan regenerasi.
Bejana untuk keperluan ini harus dilapisi dengan bahan yang tahan
terhadap asam maupun basa agar tidak terjadi korosi pada peralatan tersebut. Oleh
karena itu investasinya cukup mahal.
Berbagai macam resine asam dan resine basa yang banyak digunakan
untuk keperluan proses demineralisasi adalah sebagaimana yang tertera dalam
Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut.
Untuk resine asam, regeneration level berdasarkan pada konsentrasi
asam, yaitu 66 0Be H2SO4 dan 30 % HCl. Untuk resine basa, regeneration level
berdasarkan pada konsentrasi basa, yaitu 100 % NaOH, 100 % Na2CO3, dan 100
% NH4OH.
(Catatan : 66 0Be H2SO4 = 100 % H2SO4 ; 0Be = 0Baume)

57

Tabel 3.5 : Karakteristik resine asam.


No.
Group
1

Nama bahan/
perdagangan

Exchg. Cap
Regeneran

Kg asam

m3 res.

m3res.

Kg CaCO 3

- Zao-Karb

H2SO4

18,32

32,00

1,75

- Cochranex CCA

H2SO4

18,32

32,00

1,75

- Catex-12 (H)

H2SO4

18,32

32,00

1,75

H2SO4

18,78

64,00

3,41

22,90

96,00

4,19

25,42

128,00

5,04

27,48

160,00

5,82

24,05

72,00

2,99

28,63

128,00

4,47

33,21

200,00

6,02

36,64

272,00

7,42

21,76

40,00

1,84

Chempro C-25,

27,02

64,00

2,37

Nalcite MCR

30,92

80,00

2,59

32,52

96,00

2,95

37,10

128,00

3,45

20,61

40,00

1,94

Chempro C-20,

24,05

64,00

2,66

Nalcite HCR

25,19

80,00

3,18

Permu-tite Q.

27,48

96,00

3,49

30,92

120,00

3,88

34,35

128,00

3,73

57,25

160,00

2,79

43,51

160,00

3,68

49,46

240,00

4,85

57,25

320,00

5,59

Phenolic resine

HCl

Styr. med. Cap


Amberlite IR-112,

4.

Reg.Eff.

Kg asam

Sulfonated coal

- Duolite C-3

3.

Reg. Lvl.

Kg CaCO 3

H2SO4

Styr. high cap.


Amberlite IR-120,

H2SO4

HCl

58

Tabel 3.6 : Karakteristik Resine Basa.


No.
Group
1.

Exchg. Cap

Reg. Lvl.

Reg.Eff.

Regeneran

Kg CaCO 3
m 3 res.

Kg basa
m res.

Kg basa
Kg CaCO 3

Na2 CO3

53,51

67,20

1,54

- Duolite A-2

NaOH

57,25

51,20

0,89

- Duolite A-7

Na2 CO3

38,93

67,20

1,73

NH4OH

50,38

56,00

0,98

NaOH

57,25

56,00

0.98

Na2 CO3

61,83

96,00

1,55

NH4OH

57,25

48,00

0,84

NaOH

25,19

56,00

2,22

26,91

80,00

2,97

Nama bahan/
perdagangan
Styr. Polyvinyl phenolic
(basa lemah).
- Deacidite

- Amberlite IR 25

2.

Styr. divinyl benzene


(basa kuat, type 1)
- Nalcite SBR

3.

- Permutite S-1

NaOH

25,19

72,00

2,86

- Amberlite IRA 400

NaOH

22,90

96,00

4,19

- Duolite A-42

NaOH

24,96

128,00

5,13

20,61

64,00

3,11

22,90

96,00

4,19

28,63

64,00

2,24

80,00

2,59

Styr. divinyl benzene


(basa kuat type-2)
- Nalcite SAR

NaOH

- Permutite S-2

NaOH

30,92

- Amberlite IRA-410

NaOH

33,21

- Duolite A-40

NaOH

120,00

3,61

32,06

72,00

2,25

37,10

96,00

2,59

38,70

128,00

3,31

34,35

64,00

1,86

36,64

96,00

2,62

38,93

128,00

3,29

59

Contoh Soal 3.4.


Tentukan ukuran (diameter dan tinggi) demineraliser yang akan
digunakan untuk memurnikan air 20 m3/jam dengan periode operasi (time of
cycle) 24 jam. Jenis bahan penukar ion yang akan digunakan adalah resine asam
Amberlite IR-120 dan resine basa Amberlite IRA-410 dengan karakteristik
sebagai berikut :
(a) Resine asam Amberlite IR-120 :
Exchange capacity

= 34,35

Kg CaCO3
m 3 resine

Regeneration level

= 128,0

Kg asam
m 3 resine

Regeneration efficiency

= 3,73

Kg asam
Kg CaCO 3

(b) Resine basa Amberlite IRA-410


Exchange capacity

= 37,10

Regeneration level

= 96,00

Regeneration efficiency

= 2,59

Kg CaCO 3
m 3 resine
Kg basa
m 3 resine
Kg basa

Kg CaCO 3
Kecepatan aliran air menembus lapisan resine
= 15m3/jam-m2

Ketebalan lapisan kerikil penyangga

= 60 cm

Pengembangan volume resine saat regenerasi

= 75 %

Air yang akan dimurnikan mempunyai data analisa seperti dalam tabel berikut.
Cation
++

ppm CaCO3

Anion

ppm CaCO3

Ca

98

Cl

Mg++

31

SO4

35

Na+

33

HCO3

101

27

1
163

163

Tentukan pula jumlah regenerant (H2SO4 66 0Be dan NaOH 100 %).
60

Penyelesaian :
1. Jumlah air yang dimurnikan selama satu periode

= 20 x 24 = 480 m3

2. Jumlah kation ataupun anion yang harus dihilangkan selama satu periode :
163 g/m3X 480m3X(1000 g/kg)-1 = 78.24 kg
3. Luas permukaan resine asam maupun resine basa didalam bejana :
= 20 m3/jamX(15 m3/m2jam)-1 = 1,33 m2
4. Diameter bejana demineraliser = [4/ x 1,33] 0,5 = 1,3 m
5. Resin Asam :
a. V = 78,24kg/34,35 kg/m3resin = 2,28 m3resine
b. Tinggi tumpukan resine = 2,28m3 /1,33m2 = 1,71 m
c. Tinggi bejana untuk resine = 1,71m x 1,75 + 0,6m = 3,6 m
d. Kebutuhan H2SO4 66 0Be = 128,00 Kg

asam

x 2,28m3resine = 292 Kg

m resin.

6.

Resine basa:
a. V = 78,24kg/37,10 kg/m3resin = 2,11 m3Resine
b. Tinggi tumpukan resine = 2,11m3/1,33m2 = 1,59 m.
c. Tinggi bejana untuk resine = 1,59 x 1,75 + 0,6 = 3,4 m.
d. Kebutuhan NaOH 100 % = 96,00 Kg basa x 2,11m3resine =203 Kg
m 3 resin.

61

Anda mungkin juga menyukai