SATUAN PROSES
Satuan proses adalah bagian dari ilmu dan teknik, maka ia sangat mendasarkan
diri pada ilmu pengetahuan dan pengalaman. Teori dan praktek harus digabungkan
disini untuk menghasilkan alat-alat yang dibuat, dirakit, di operasikan dan dipelihara,
maka teori dan peralatan akan dibahas secara bersama-sama.
Dalam pengolahan air bersih, satuan proses ditujukan pada proses kimia yang
meliputi: netralisasi, koagulasi, demineralisasi dan Softener.
Untuk dapat melakukan proses pengolahan air dengan baik, maka harus
diketahui terlebih dahulu mengenai sifat kimia air.
A. KIMIA AIR
Sumber air dari alam tidak pernah menghasilkan air yang murni. Didalamnya
selalu terkandung berbagai zat yang terlarut atau tersuspensi. Namun larutan zat-zat
dimaksud meskipun hanya dengan kadar 1 ppm (part per million) atau kurang dari
pada itu akan dapat berpengaruh sekali terhadap mutu airnya.
Maka mengingat akan hal tersebut diatas, istilah kimia air yang termaksud
diatas ialah pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sifat-sifat kimia dari
larutan (dalam air tersebut) karena :
26
keperluan rumah tangga atau industri, maupun setelah air tersebut menjadi air
limbah.
Mengingat beraneka-ragamnya jenis zat yang dapat berada dalam (larutan) air
tersebut, maka dalam Bab ini hanya akan dibahas secara terbatas tentang hal-hal dasar
yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas air.
a. Terlarut
b. Kolloidal
c. Endapan/Suspensi
Keadaan zat yang terlarut adalah dimana larutan yang terjadi benar-benar
homogen. Zat dalam keadaan ini biasanya mempunyai ukuran partikel 2 x 10 -1 m
sampai 1 m (millimikron). Pemisahan zat-zat yang terlarut tidak dapat dilakukan
dengan penyaringan.
Keadaan kolloidal mirip dengan keadaan terlarut, yaitu tidak dapat dipisahkan
dengan penyaringan biasa, tetapi dapat dipisahkan dengan cara ultra filtrasi atau secara
dialysis (penyaringan melalui pori-pori kulit binatang). Partikel kolloid tidak dapat
dilihat dengan mikroskop biasa, tetapi dapat tampak bila digunakan ultramikroskop
atau elektron mikroskop. Contoh dari suatu kolloid adalah molekul protein dan
molekul kanji (starch).
Kolloid tidak dapat mengendap, tetapi dapat dipaksa untuk mengendap bila
digunakan ultracentrifuge. Contoh lain dari bentuk kolloidal misalnya adalah
penyebab air yang menjadi berwarna coklat muda, yang disebabkan oleh kolloid besi
oksida yang terhidrasi ; warna putih-keruh, yang disebabkan oleh oksida-oksida dari
aluminium dan atau silikon.
27
Endapan (suspensi) mempunyai ukuran partikel yang lebih besar, yaitu antara
0.1 sampai 1 (1 = 10-3 mm) ; maka itu dapat disaring dengan kertas saring biasa.
Kelarutan zat, baik yang berupa zat padat, cair, ataupun gas dalam air
mempunyai batas tertentu. Pada umumnya kelarutan zat padat dan cair hanya sedikit
saja tergantung pada tekanan dan dalam prakteknya boleh dikatakan hanya tergantung
oleh suhu.
Kelarutan garam dalam air pada umumnya akan lebih besar bila suhunya lebih
tinggi, tetapi banyak senyawa-senyawa kalsium yang bahkan menurun kelarutannya
bila suhunya dinaikkan, misalnya adalah senyawa CaCO3, CaSO4 dan Ca (OH)2.
Larutnya zat dalam air dapat diakibatkan karena terdispersi oleh air sebagai
pelarutnya, misalnya oksigen, gula dan alkohol, sehingga berada dalam keadaan
molekul-molekul yang tersebar merata dalam larutannya. Sebab kedua larutnya zat
dalam air ialah karena terurai kedalam ion-ionnya (terionisasi).
1). Molaritas
Kadar atau konsentrasi zat yang terlarut dalam air biasanya dinyatakan
dengan molar, yaitu banyaknya mole zat yang terlarut dalam satu liter larutannya.
Dalam hal itu maka larutan 60 gram/liter urea, CO(NH 2)2 (yang mempunyai massa
molekul 60) dan 342 gram/liter gula pasir, C12H22O11 (yang mempunyai massa
molekul 342) akan mempunyai nilai molaritas yang sama, yaitu masing-masing 1
molar (1.0 M).
Hubungan antara molaritas dan massa dari zat yang terlarut adalah sebagai
berikut :
28
m
Molaritas = (banyaknya liter larutan ) x (massa molekul zat terlarut )
Keterangan : m = massa dalam gram dari zat terlarut.
2). Normalitas
29
misalnya 15.2 gram/liter FeSO4 akan dapat merupakan larutan 0.1 normal (0.1
N), tapi pada kasus yang lain dapat pula merupakan larutan 0.2 normal (0.2 N)
Contoh :
(1). Larutan Fe2+ dalam reaksi redoks.
Reaksi berlangsung sewaktu terjadinya oksidasi ion ferro menjadi ion ferri;
Fe2+ Fe3+ + 1 e
Dalam hal melibatkan sebuah elektron (yang lepas dari ion ferro), sehingga
15 . 2
mol . FeSO 4
banyaknya mole zat 152
Mol ekivalen = kapasitas reaksi = 1
Jadi dalam hal ini 0.1 molekul FeSO4/liter = 0.1 molekivalen/liter = 0.1
normal (0.1 N) FeSO4
Contoh Soal
30
Tentukan massa dari garam BaCl2.2H2O murni yang harus digunakan untuk
membuat :
Penyelesaian :
500 ml
1000 ml x 244 gr/mol x 0.150 mol/l = 18.3 gram BaCl2.2H2O,
Untuk 1 normal (1.0 N) diperlukan 122 gram/liter larutan. Jadi untuk 500 ml
larutan dengan normalitas 0.150 (=0.150 N), diperlukan :
31
dikalikan dengan banyaknya milliliter larutannya, maka akan diperoleh nilai
milliekivalen dari zat yang bersangkutan.
Kadar atau konsentrasi sesuatu zat dengan satuan me/liter dalam hal tertentu
diperlukan dan untuk itu dapat diperoleh dengan mengalikan nilai normalitas dari
larutan zat yang dimaksud dengan 1000. Volume dua macam larutan yang
mengandung dua macam zat yang berbeda tetapi mempunyai jumlah mol ekivalen
yang setara (secara stoichiometrik tepat sama), maka perbandingan volumenya
akan berbanding terbalik dengan normalitas kedua zat tersebut. Apabila volume
zat A adalah VA dan normalitasnya NA dan volume zat B adalah VB dan
normalitasnya NB, maka :
VA: VB = NB :NA
atau dapat dituliskan :
VANA = VB NB
Bila satuan molaritas akan diubah kedalam satuan milligram per liter, maka
dapat digunakan : mg/l = molaritas x massa molekul x 103
Mengingat bahwa dalam larutan encer, density larutan (dalam air) dapat
dianggap = 1, maka pengertian ppm (part per million) yang sebenarnya adalah:
mg per liter
density
Keterangan : satuan density dalam hal ini adalah gram/ml, maka dapat dianggap
bahwa 1 ppm = 1 mg per liter larutan
(Perhatikan juga bahwa : 1 ppm = 1 mg per liter =gr per m 3)
Catatan : Kadar logam Mg yang terlarut dalam satuan mg per liter sering disetarakan
dengan kadar CaCO3 (mg per liter), karena secara kebetulan massa molekul
CaCO3 = 100, sehingga bilangan yang akan timbul merupakan bilangan
yang mudah.
32
Contoh Soal :
32.50 ml larutan 0.0200 N HCl tepat dapat menetralisir 50.0 ml larutan kapur
sirih, Ca (OH)2. Tentukan kadar dari larutan Ca(OH)2 tersebut dalam satuan :
mMeq/l
Penyelesaian :
mMeq/l
32. 50ml 0 . 0200N
VA NA = VB NB NB = 50.0ml = 0.0130 N atau 13 mMeq/l
Hardness
13 mMeq/l 100mg/mMol
Hardness sebagai CaCO3 = 2mMeq/mMol = 650 mg/l atau 650
ppm
Asam, Basa dan Garam yang digolongkan sebagai elektrolit, dalam air akan
dapat mengurai menjadi ion-ionnya. [Hal tersebut disebabkan karena molekul-molekul
air mempunyai sepasang kutub, positip dan negatip (bi-polar)], misalnya :
NaCl Na+ + Cl
HNO3 H+ + NO3
FeSO4 Fe2+ + SO42
33
Adanya asam kuat dan basa kuat sebenarnya ialah karena asam dan basa
tersebut adalah yang tergolong elektrolit kuat, dan kebalikannya pun berlaku bagi
asam lemah dan basa lemah.
Garam-garam yang mudah larut dalam air adalah tergolong elektrolit kuat,
sedangkan yang sulit larut dalam air tergolong elektrolit lemah.
34
HZ ↔ H+ + Z- ( asam )
MOH ↔ M+ + OH- ( Basa )
MZ ↔ M+ + Z- ( garam )
Pada keadaan kesetimbangan tersebut akan berlaku :
+ −
[ H ][ Z ]
[HZ] = tetap = Ka (= konstanta ionisasi asam)
+ −
[ M ][ OH ]
[ MOH] = tetap = Kb (= konstanta ionisasi basa)
[ M + ][ Z− ]
[ MZ] = tetap = Ks (= konstanta ionisasi garam/salt)
Makin besar nilai Ka dan Kb, akan bersifat makin kuatlah asam dan basa yang
bersangkutan. Bila nilai Ks makin besar, maka sifat garam tersebut akan makin mudah
larut (dalam air) dan kebalikannya, bila nilai Ks kecil, maka menandakan bahwa garam
yang bersangkutan bersifat sukar larut.
( Keterangan : Tanda [ ] adalah menyatakan kadar atau konsentrasi ion yang bersangkutan
dalam satuan gramion/l atau grammolekul/l. Karena nilai gramion dapat
dikatakan/dianggap sama dengan nilai gramatom atau grammolekul, maka
satuan Ka dan Kb adalah dalam grammolekul / l atau gramion / l. )
35
Perhatikan bahwa dalam hal asam yang berbasa lebih dari satu, penguraian
kedalam ion-ionnya adalah bertingkat, sehingga bisa terdapat Ka1, Ka2 dan Ka3.
Perlu diketahui mengenai basa Ca(OH)2 khususnya, yang dapat
digolongkan basa agak kuat. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Penguraian ion-ion dari garam-garam lebih lanjut akan dibahas dalam sub
bab berikut.
36
Tabel 3-1: Konstanta Ionisasi Asam dan Basa* pada 25 0C
Jenis Asam/Basa Pengaruh atau hal yang berkaitan Reaksi Kesetimbangan Ka (grammol/l)
Asam Asetat (cuka) Pengolahan sludge 1.75 x 10-5
CH3 COOH H+ + CH3 COO
Asam Sianida Racun limbah 4.80 x 10-10
HCN H+ + CN
Asam hipochlorit Desinfektasi 2.85 x 10-8
HOCl H+ + OCl
Asam nitrit Nitrifikasi 5.10 x 10-4
Phenol Kontrol rasa HNO2 H+ + NO2
1.20 x 10-10
Asam Karbonat Korosi, koagulasi dan C6H5OH H+ + C6H5O 4.45 x 10-7 (Ka1)
kontrol pH H2CO3 atau (CO2 + H2O) H+ + HCO3 4.69 x 10-11 (Ka2)
Asam Sulfida Aerasi dan bau HCO3 H+ + CO32 6.30 x 10-8 (Ka1)
H2S H+ + HS 1.30 x 10-12 (Ka2)
Asam Fosfat Softening agent HS H+ + S2 5.90 x 10-3 (Ka1)
H3PO4 H+ + H2PO4 6.32 x 10-8 (Ka2)
4.80 x 10-13 (Ka3)
H2PO4 H+ + HPO42
Asam Sulfat Kontrol pH dan koagulasi besar sekali
HPO42- H+ + PO43
1.20 x 10-2 (Ka2)
H2SO4 H+ + HSO4
Asam Sulfit Dechlorinasi 1.72 x 10-2 (Ka1)
HSO4 H+ + SO42
6.30 x 10-8 (Ka2)
Asam Chlorida Analisa lab H2SO3 atau (SO2 + H2O) H+ + HSO3
besar sekali
Kalium hidroksida Analisa lab HSO3 H+ + SO32
besar sekali
Natrium hidroksida Analisa lab HCl H+ + Cl besar sekali
Ammonium hidroksida Desinfektasi, pengolahan sludge KOH K+ + OH 1.65 x 10-5 (Kb)
Morpholine Air ketel NaOH Na+ + OH 5.00 x 10-6 (Kb)
NH4OH atau (NH3 + H2O) NH4+ + OH
37
C4H8ONH2OH atau (C4H8ONH+H2O) C4H8ONH2++OH
* Untuk basa yang berasam lebih dari satu, kekuatannya akan dinyatakan dalam bentuk lain.
38
4. Produk Kelarutan, Konstanta Kelarutan
Garam-garam yang sukar (atau relatip sukar) larut dalam air mempunyai
keistimewaan, yaitu bahwa kadarnya dapat dianggap tetap, karena yang mengurai
menjadi ion-ionnya hanya dalam jumlah kecil saja. Sebagai contoh misalnya
garam kalsium karbonat, CaCO3, yang dapat larut sedikit saja dalam air. Dari
sejumlah kecil yang dapat larut tersebut akan terjadi kesetimbangan :
Maka dapat dikatakan bahwa untuk garam-garam yang sukar larut dalam
air, nilai hasil perkalian dari kadar ion-ionnya akan mempunyai nilai yang tetap.
39
Karena Ca3 [PO4]2 sukar larut, maka dapat dituliskan :
[Ca2+]3 [PO43]2 = K [Ca3 (PO4)] = Ks
[Mq+]p [Zp]q = Ks
Pada Tabel II-2 merupakan nilai-nilai Ks dari beberapa garam dan basa
yang ada kaitannya dengan pengolahan air dan air limbah.
Contoh :
Bila gas Chlor (Cl2) dialirkan kedalam air yang cukup banyak jumlahnya
sehingga terjadi reaksi : Cl2 + H2O ↔ HOCl + H+ + Cl dimana terbentuk kadar
[H+] sebesar 1 x 10-5 gram ion/l dan [ Cl ] = 3 x 10-3 gram ion/l dan nilai K untuk
kesetimbangan tersebut sebesar 4.5 x 10-4 (mol/l)2 pada suhu 25 0C, maka
ditanyakan keadaan gas chlor dalam air tersebut (= sebagian kecil atau hampir
seluruhnya akan terlarut)
Penyelesaian :
+ −
[ HOCl ][ H ][Cl ]
Persamaan :
[ Cl 2 ][ H 2 O ] =K
Dengan memasukkan harga-harga yang telah diketahui diatas dan harga
1 untuk [H2O], karena air dalam hal ini adalah pelarutnya, maka akan diperoleh :
−5 −3
[ HOCl ](1 x 10 )(3 x 10 )
[Cl 2 ](1 ) = 4.5 x 104
−4
[ HOCl) 4. 5 x10
=
[ Cl2 ] (1 x10−5 )(3 x10−3 ) = 1.5 x 104
Nilai [HOCl] yang cukup kecil, yaitu kira-kira adalah antara nilai [ H+ ]
5
sebesar 1 x 10 dan nilai [ Cl ] sebesar 3 x 10 3
, terhadap nilai [ Cl2 ]
ternyata adalah (1.5 x 104) kalinya. Berarti bahwa nilai [ Cl2 ] akan sangat
kecil adanya.
40
Hal ini dapat diartikan bahwa Cl2 yang dialirkan kedalam air pada
keadaan tersebut adalah hampir keseluruhnya larut.
Tabel 3-2 : Konstanta Kelarutan Pada 25 0C
Aplikasi atau hal yang
Garam/Basa Perkalian Ion Nilai Ks
berkaitan
Al (OH)3 [Al3+] [OH-]3 1.3 x 10-33 Koagulasi
Penyelesaian :
Ionisasinya adalah : Al (OH)3 ↔ Al 3+ +3 OH
Misalnya banyaknya Al(OH)3 yang terurai menjadi ion-ionnya adalah
x mol/l ; dari sejumlah ini akan membentuk x mol/l Al3+ dan 3 x mol/l OH.
Menurut persamaan dapat dituliskan :
Al (OH)3↔Al 3++ (OH) + (OH) + (OH)
[ Al3+ ][(OH )− ]3
[ Al (OH )3 ] =K
[Al3+] [(OH)]3 = K [Al(OH)3] = Ks
41
Bila nilai-nilai diatas dimasukkan, maka akan diperoleh :
(x) (x)3 = 1.26 x 10 33
x 4 = 1.26 x 10-33
4
x= √ 1.26 x10−33
x = 5.96 x 10 9
Jadi kadar [ Al 3+ ] = 5.96 x 10 9 mol/l
= (5.96 x 10 9) (27) (10 +3) mg/l = 1.61 x 10 4 mg/l
Karena dengan naiknya suhu, nilai Kw juga akan bertambah besar, maka
dengan naiknya suhu nilai pH akan menurun.
42
pH + pOH = log Kw = 14.00 (pada 25 0C)
Contoh :
1). Berapa besarnya kadar [ H+ ] dari larutan dengan pH = 7.35 ?
2). Berapa pH larutan yang mempunyai kadar [ H+ ] = 7.3 x 109 mol/l ?
3). Berapa kadar [OH] dalam larutan yang mempunyai pH = 6.35 pada 250C?
Penyelesaian :
43
Koagulasi berarti peristiwa penggumpalan dari partikel-partikel halus
tersebut dan zat kimia yang perlu untuk proses tersebut dinamakan koagulan.
1. Zat Koagulan
2. Mekanisme Penggumpalan
Disamping itu sifat hidroksida logam yang sukar larut dalam air
termaksud diatas, sewaktu akan mengendap akan menggaet partikel-partikel halus
44
yang tidak saling tolak-menolak tersebut menjadi sebuah kelompok partikel-
partikel yang lebih besar, yang disebut gumpalan-gumpalan. Gumpalan-gumpalan
tersebut akan menjadi lebih besar, yaitu yang disebut FLOC dan akhirnya floc
yang kian membesar akan dapat mengendap.
3. Reaksi
a. Aluminium sulfat :
b. Natrium aluminat :
Na2 (Al2O4) 2 Na+ + (Al2O4)2
(Al2O4)2 + 4 H2O 2 [Al (OH)]2+ + 6 OH
2 [Al (OH)]2+ 2 Al3+ + 2 OH
2Al3+ + 6 OH- 2 Al[OH]3
Na2[Al2O4] + 4 H2O 2 Na+ + 2 OH- + 2 Al [OH]3
45
Seperti halnya pembentukan Al[OH]3 dari alum, pembentukan Fe[OH]3
pun akan melepaskan sejumlah ion H+, agar reaksi berjalan kekanan maka
perlu pengambilan ion H+ yang terbentuk
Reaksi :
1) Ferri Klorida.
FeCl3 Fe3+ + 3Cl-
Fe3+ + 3H-OH Fe[OH]3 + 3H*
H+ + OH- H2O
2) Ferri Sulfat.
Koagulan jenis ini banyak digunakan untuk pengolahan yang air bakunya
mengandung H2S.
Reaksi :
Karena ferri chlorida dan ferri sulfat harganya relatip mahal, maka
dapat digunakan ferro sulfat (Fe SO4.7 H2O) yang harganya lebih murah.
Untuk proses ini juga diperlukan zat pembantu Ca (OH)2, dimana zat
tersebut akan mengikat H+ dan SO42- yang terbentuk.
46
8 OH + 8 H+ 8 H2O
Oksigen (O2) yang diperlukan berasal dari udara dan dari O 2 yang terlarut
dalam air yang diproses.
Na2 Al2 O4 5.0 - 5.8 3.4 - 34.0 non korosip Karet atau besi
Fe Cl3 6H2O 5.5 - 11.0 8.5 - 51.0 asam ; korosip Material tahan asam
Fe2 (SO4)3 5.5 - 11.0 8.5 - 51.0 asam ; korosip Karet atau stainless steel
Fe SO4 . 7 H2O 8.5 - 11.0 5.1 - 51.0 asam ; korosip Karet atau stainless steel
[Catatan : Sesuai perkembangan teknologi yang ada, dewasa ini banyak digunakan
koagulan dari jenis polyelectrolyte. Dasar kerjanya sama dengan elektrolit biasa, bedanya
adalah bahwa kation atau anionnya berbentuk polymer].
47
Contoh polyelectrolytes adalah sebagai berikut :
(Polyacrylate)
RN+ RN+
5. Faktor-Faktor Lain
Faktor-faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam praktek ialah antara
lain :
48
b. Warna Air
c. Suhu Air
Pada umumnya suhu air yang lebih rendah akan memerlukan dosis
koagulan yang lebih tinggi, mengingat sesuatu reaksi akan berjalan lebih
lambat bila suhunya lebih rendah
d. Waktu Berlangsungnya
Pembentukan Floc
Untuk hal ini diperlukan test dengan beberapa macam dosis koagulan
hingga dapat diketahui dosis serta waktu yang kesemuanya akan mencapai
nilai yang seekonomis mungkin
Air umpan boiler harus bebas dari senyawa penyebab kerak (scale), kerak
disebabkan oleh garam-garam bikarbonat, klorida dari logam Calsium, dan
Magnesium atau yang lebig dikenal sebagai penyebab kesadahan sementara dan
kesadahan tetap. Untuk menghilangkan kesadahan digunakan proses perlunakan
atau softening.
1. Softening.
49
Softening merupakan proses untuk minimasi kesadahan air. Kesadahan
air terdiri atas kesadahan sementara dan kesadahan tetap.
a. Secara Fisika
Reaksi.
Ca[HCO3]2 CaCO3↓+ H2O + CO2 ↑
↑
Mg[HCO3]2 MgCO3 + H2O + CO2
↑
↑
b. Secara Kimia.
Reaksi
50
c) Korosi yang mungkin akan timbul pada perpipaan akan minimal karena
air yang ada mempunyai pH yang cukup tinggi [karena adanya OH
yang cukup banyak dari sisa Ca(OH)2 yang ditambahkan].
g/M3
Mol/M3 = Mr
Contoh Soal 3.2.
Suatu contoh air yang akan dilunakkan dengan proses soda kapur
mempunyai data analisa laboratorium sebagai berikut :
Ca2+ = 62.80 ppm
HCO3 = 200.50 ppm
Mg2+ = 15.45 ppm
SO42 = 30.00 ppm
Cl = 13.81 ppm
Q = 915 m3/hari
Tentukan kebutuhan lime (Ca[OH]2) dengan kemurnian 87 % dan soda
abu (Na2CO2) dengan kemurnian 96 % yang harus digunakan setiap harinya, bila
51
dikehendaki bahwa soda abu yang ditambahkan perlu berlebihan sebanyak 17
ppm dalam air lunak yang terbentuk.
Penyelesaian :
Untuk menyelesaikan memerlukan analisa (guna menentukan) jumlah
masing-masing soda kapur dan soda abu secara tepat termasuk adanya zat-zat
yang terbentuk yang memerlukan zat pengendap tambahan.
Analisa :
Kation
Ca 62,8 40 1,57 2 3,14
Mg 15,45 24 0,6437 2 1,2875
Anion
HCO3 200,5 61 3,2869 1 3,2869
SO4 30 96 0,3125 2 0,625
Cl 13,81 35,5 0,3890 1 0,3890
Senyawa:
52
3) MgCl2 + Na2CO3 MgCO3 + 2NaCl
0,1945 mol/m3 MgCl2 ≈ 0,1945 mol/m3 Na2CO3 ≈ 0,1945 mol/m3MgCO3
4) MgCO3 + Ca[OH]2 Mg[OH]2 +↓CaCO
↓ 3
0,1945 mol/m3MgCO3 ≈ 0,1945 mol/m3Ca[OH]2
5) MgSO4 + Ca[OH]2 Mg[OH] ↓ 2 +↓ CaSO4 ↓
0,3125 mol/m3 MgSO4 ≈ 0,3125 mol/m3 Ca[OH]2
Berdasarkan persamaan reaksi diatas didapat :
Pereaksi
Senyawa Mol/m3
Ca[OH]2,Mol/m3 Na2CO3,Mol/M3
Ca[HCO3]2 1,5067 1,5067
Mg[HCO3]2 0,1367 0,2734
MgSO4 0,3125 0,3125
MgCl2 0,1945 0,1945
MgCO3 0,1945 0,1945
Total 2,2871 0,1945
Dari tabulasi diatas didapat bahwa kebutuhan Lime dan soda ash adalah sbb:
1) Ca[OH]2
a) Konsentrasi lime sebesar 2,2871 Mol/m3.
b) Debit = 915 m3/hari.
c) Kemurnian lime 87%
d) Kebutuhan lime = 2,2871 X 74 g/mol X 915 m 3/hari X (100/87)
= 182187,69 g/hari (182,188 kg/hari)
2) Na2CO3
a) Konsentrasi Soda ash sebesar 0,1945 Mol/m3.
b) Kelebihan 17 g/m3 = 0,1604 Mol/m3
c) Total = 0,3549 Mol/m3
d) Debit = 915 m3/hari.
e) Kemurnian Soda ash : 96%
f) Kebutuhan soda ash = 0,3549Mol/m3 X 106 g/mol X 915 m3/hari
X(100/96) =35853,32 g/hari ( 35,853 kg/hati )
53
c. Secara Pertukaran Ion
Besarnya laju alir dalam proses pelunakan sekitar 7,5 - 19,5 m 3/jam-
m2 luas permukaan tumpukan resine didalam softener. Pada saat dilakukan
regenerasi, pengadukan maupun pembilasan, volume tumpukan resine akan
mengembang, dan pengembangannya akan mencapai 50 - 75 %. Lapisan
kerikil penyangga ketebalannya tidak boleh kurang dari 60 cm.
54
Keuntungan dan kerugian pelunakan air dengan metoda pertukaran
ion ini adalah :
1) Keuntungan :
a) Peralatannya kompak dan efisien, serta pemeliharaannya mudah.
b) Tidak ada endapan lumpur seperti halnya pada proses soda kapur,
sehingga tidak ada persoalan pembuangan lumpur.
c) Proses ini juga dapat menurunkan kandungan besi dan mangan.
d) Dapat melunakkan air dengan berbagai macam derajat kesadahan.
2) Kerugiannya :
a) Natrium bikarbonat yang dihasilkan dari reaksi pelunakan dapat
menimbulkan priming dan foaming didalam ketel.
b) Air yang mempunyai kekeruhan tinggi tidak dapat dilunakkan
dengan cara ini.
Didalam melakukan perhitungan-perhitungan pelunakan dengan metoda
pertukaran ion dijumpai berbagai macam istilah yang digunakan, misalnya :
Exchange capacity : Yaitu menunjukkan kapasitas atau kemampuan
resine untuk mengikat garam-garam sadah untuk setiap satuan volume resine,
yang satuannya dinyatakan dalam :
55
lb Kg NaCl
atau
Kgrain CaCO3 Kg CaCO3
lb Kg
=7
Konversi : 1 Kgrain Kg
Berbagai jenis resine yang banyak digunakan untuk keperluan proses
pelunakan diuraikan dalam Tabel 3.4.
Kg NaCl
3
2) Regeneration level = 80,00 m resine
Kg NaCl
3) Regeneration efficiency = 1,94 Kg CaCO 3
4) Kapasitas aliran air menembus lapisan resine = 15 m3/jam-m2
5) Ketebalan lapisan kerikil penyangga = 60 cm
6) Pengembangan volume resine saat regenerasi = 75 %
Penyelesaian :
56
6) Tinggi tumpukan resine = (1,05) / (1,33) = 0.79 m
7) Tinggi bejana pelunak = 0,79 x 1,75 + 0,6 = 1,98 m
8) Jumlah regenerant yang dibutuhkan = 80 x 1,05 =84 Kg NaCl.
1 Natural Zeolit
- Zeo-Dur 6,40 20,00 3,13
- Inversand 6,40 20,00 3,13
2 Synthetic gel zeolite
- Decalso 18,32 51,20 2,79
- Super Nalcolite 20,61 64,00 3,11
- Aridzone 22,90 80,00 3,49
3 Sulfonated Coal
- Zao-Karb 27,48 64,00 2,33
- Coehranex CCA 32,06 80,00 2,50
- Catex-55 (Na) 27,48 64,00 2,33
4 Styrene, medium cap.
- Amberlite IR-122, 34,35 96,00 2,79
- Chempro C-25, 38,93 144,00 3,70
- Nalcite MCR 16,03 50,40 3,14
5 Styrene, high cap.
- Amberlite IR-120, 57,25 160,00 2,79
- Chempro C-20, 61,83 216,00 3,49
- Nalcite HCR 68,70 240,00 3,49
- Permutite Q 54,96 96,00 1,75
2. Demineralisasi
Pada dasarnya proses ini seperti apa yang dilakukan didalam pelunakan
air secara pertukaran ion. Bahan pertukaran ion yang digunakan terdiri dari
penukar kation dan penukar anion. Penukar kation dikenal orang dengan sebutan
57
resine asam karena penukar ionnya adalah ion hidrogen (H+), sedangkan penukar
anion dikenal dengan sebutan resine basa karena penukar ionnya adalah ion
hidroksida (OH+).
Resine asam secara umum ditulis dengan simbol H2R dan resine basa
dengan simbol R(OH)2. Kedua macam resine ini dapat ditempatkan secara
terpisah pada dua buah bejana ataupun dalam satu buah bejana. Susunannya harus
berurutan (seri) dimana yang pertama adalah resine asam dan yang berikutnya
adalah resine basa.
Air pertama kali memasuki bejana pertama yang berisi resine asam dan
kemudian memasuki bejana kedua yang berisi resine basa. Air keluar dari bejana
kedua mempunyai kemurnian yang sangat tinggi. Pada masing-masing bejana
dilengkapi dengan tangki regenerant untuk keperluan regenerasi.
Bejana untuk keperluan ini harus dilapisi dengan bahan yang tahan
terhadap asam maupun basa agar tidak terjadi korosi pada peralatan tersebut. Oleh
karena itu investasinya cukup mahal.
Berbagai macam resine asam dan resine basa yang banyak digunakan
untuk keperluan proses demineralisasi adalah sebagaimana yang tertera dalam
Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut.
58
berdasarkan pada konsentrasi basa, yaitu 100 % NaOH, 100 % Na 2CO3, dan 100
% NH4OH.
1 Sulfonated coal
- Zao-Karb H2SO4 18,32 32,00 1,75
- Cochranex CCA H2SO4 18,32 32,00 1,75
- Catex-12 (H) H2SO4 18,32 32,00 1,75
2 Phenolic resine
- Duolite C-3 H2SO4 18,78 64,00 3,41
22,90 96,00 4,19
25,42 128,00 5,04
27,48 160,00 5,82
59
30,92 120,00 3,88
34,35 128,00 3,73
57,25 160,00 2,79
60
32,06 72,00 2,25
Kg CaCO 3
Exchange capacity = 34,35 m 3 resine
Kg asam
3
Regeneration level = 128,0 m resine
Kg asam
Regeneration efficiency = 3,73 Kg CaCO 3
(b) Resine basa Amberlite IRA-410
Kg CaCO3
Exchange capacity = 37,10 m3 resine
Kg basa
3
Regeneration level = 96,00 m resine
Kg basa
Regeneration efficiency = 2,59
Kg CaCO3
Kecepatan aliran air menembus lapisan resine = 15m3/jam-m2
Ketebalan lapisan kerikil penyangga = 60 cm
Pengembangan volume resine saat regenerasi = 75 %
Air yang akan dimurnikan mempunyai data analisa seperti dalam tabel berikut.
61
Ca++ 98 Cl 27
Mg++ 31 SO4 35
Na+ 33 HCO3 101
K+ 1
163 163
Tentukan pula jumlah regenerant (H2SO4 66 0Be dan NaOH 100 %).
Penyelesaian :
1. Jumlah air yang dimurnikan selama satu periode = 20 x 24 = 480 m3
2. Jumlah kation ataupun anion yang harus dihilangkan selama satu periode :
163 g/m3X 480m3X(1000 g/kg)-1 = 78.24 kg
3. Luas permukaan resine asam maupun resine basa didalam bejana :
= 20 m3/jamX(15 m3/m2jam)-1 = 1,33 m2
4. Diameter bejana demineraliser = [4/ x 1,33] 0,5 = 1,3 m
5. Resin Asam :
a. V = 78,24kg/34,35 kg/m3resin = 2,28 m3resine
b. Tinggi tumpukan resine = 2,28m3 /1,33m2 = 1,71 m
c. Tinggi bejana untuk resine = 1,71m x 1,75 + 0,6m = 3,6 m
Kg asam
0
d. Kebutuhan H2SO4 66 Be = 128,00 m3 resin . x 2,28m3resine = 292 Kg
6. Resine basa:
a. V = 78,24kg/37,10 kg/m3resin = 2,11 m3Resine
b. Tinggi tumpukan resine = 2,11m3/1,33m2 = 1,59 m.
c. Tinggi bejana untuk resine = 1,59 x 1,75 + 0,6 = 3,4 m.
Kg basa
3
d. Kebutuhan NaOH 100 % = 96,00 m resin. x 2,11m3resine =203 Kg
62
63