PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Gagal nafas adalah suatu kondisi dimana sistem respirasi gagal untuk melakukan
fungsi pertukaran gas, pemasukan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Ketidakmampuan itu dapat dilihat dari kemampuan jaringan untuk memasukkan oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida. Kriteria kadar gas darah arteri untuk gagal napas tidak
mutlak bisa ditentukan dengan mengetahui PO2 kurang dari 60 mmHg dan PCO2 diatas
45 mmHg (Alwi et al, 2019, Setyohadi et al, 2015, Grippi et al, 2015).
2. Etiologi
Penyebab gagal napas dapat dikelompokkan berdasarkan kelainan primer dan
komponen individu dari sistem pernafasan (misalnya sistem saraf pusat, sistem saraf tepi,
otot pemafasan, dinding dada. saluran udara, dan alveoli) (Murat Kaynar and Sharma,
2020). Gagal napas paling sering disebabkan oleh ganggguan ventilasi dan gangguan
difusi:
A. Gangguan Ventilasi:
1) Neuromuskular
Gangguan sistem saraf pusat karena depresi dari dorongan saraf untuk
bernafas seperti dalam kasus overdosis narkotika dan obat penenang. Berbagai
gangguan farmakologis, struktural, dan metabolik SSP ditandai oleh depresi
dorongan saraf untuk bernafas. Ini dapat menyebabkan hipoventilasi akut atau kronis
dan hiperkapnia. Contohnya termasuk tumor atau kelainan pembuluh darah yang
melibatkan batang otak, overdosis narkotika atau obat penenang, dan gangguan
metabolisme seperti miksedema atau alkalosis metabolik kronis (Murat Kaynar and
Sharma, 2020).
Gangguan pada sistem saraf tepi biasanya kelemahan otot pernafasan dan
dinding dada menyebabkan ketidakmampuan untuk mempertahankan tingkat
ventilasi menit yang sesuai untuk laju produksi karbon dioksida. Hipoksemia dan
hiperkapnia bersamaan terjadi. Contohnya termasuk sindrom Guillain-Barré, distrofi
2
otot, myasthenia gravis. kyphoscoliosis parah, dan obesitas yang tidak wajar (Murat
3
Gambar 2.1 Klasifikasi Gagal nafas (Grippi et al, 2020)
Tabel 1. Manifestasi Klinis Hiperkapnia dan Hipoksemia (Shebl and Burns, 2020).
Hipoksemia Hiperkapnia
Ansietas Somnolen
Takikardia Letargi
Takipneu Koma
Diaforesis Sakit kepala
Aritmia Edema papil
Perubahan Status Mental Asteriks
Bingung Agitasi
Sianosis Tremor
Kejang Bicara kacau
Asidosis Laktat Somnolen
Dalam mementukan kondisi gagal nafas, indikator penting yang perlu diketahui
adalah frekuensi pernafasan. N 16-20x/mnt. Jika frekuensi pemafasan > 35 kali mnt maka
akan menimbulkan kelelahan otot pernafasan yang pada akhimya mengantarkan pada
gagal nafas. sehingga membutuhkan bantuan ventilator. Indikator yang kedua adalah
Kapasitas Vital menggunakan spirometer, Jika hasilnya kurang dari 10-20 ml/kg maka hal
tersebut merupakan tanda gagal nafas (Murat Kaynar and Sharma, 2020).
Untuk menunjang diagnosis pada kasus gagal nafas dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang antara lain dengan pengukuran gas darah pada arteri, pengukuran saturasi
oksigen menggunakan pulse oxymeter, dan pengukuran PaO2 dan PaCO2. Selain itu dapat
6
dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mengetahui apakah ada anemia, yang
dapat menyebabkan hipoksia jaringan. Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk menunjang
diagnosis underlying disease (penyakit yang mendasarinya) (Setyohadi et al, 2015, Murat
Kaynar and Sharma, 2020).
7
Tabel 2. Pemberian oksigen (Rochwerg et al , 2017).
Kateter Nasal 1.6 L/menit
Konsentrasi : 24-44%
Alat Oksigen Arus Kanula Nasal 1-6 L/menit
Rendah Konsentrasi : 24-44%
Simple Mask 6-8 L/menit
Konsentrasi : 40-60%
Mask + Rebreathing 6-8 L/menit
Konsetrasi 60-80%
Alat Oksigen Arus Ambu Bag 10 L/menit
Tinggi Konsentrasi : 100%
Bag Mask + Jackson 10 L/ menit
L/menit Konsentrasi: 100%
Rees
8
dan memberikan bantuan napas sebanyak sesuai yang diatur (Mazen, 2020;
Rochwerg et al, 2017). Penggunaan
d. Pengobatan Spesifik
Pengobatan spesifik ditujukan pada underlying disease, sehingga pengobatan
untuk masing-masing penyakit akan berlainan. Obat-obatan yang bisa digunakan
antara lain diuretik, nitrat, bronkodilator, maupun kortikosteroid (Setyohadi et al,
2015).
BAB III
PENUTUP
9
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I, Salim et al. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik
Klinis. Cetakan Ke-IV. Jakarta: Interna Publishing 2019
10