Anda di halaman 1dari 20

PROSIDING

KONFERENSI NASIONAL KELUARGA KRISTIANI

SEMINAR TOPICS
“THE GREAT COMMISSION AS A FAMILY LASTING LEGACY”

26 Juni 2020

Aula Kampus I STT REAL Batam; Gedung House of Glory Lt.2,


Jl. Ahmad Yani, Eden Park; Taman Baloi; Batam Kota; 29432
Kotamadya Batam; Provinsi Kepulauan Riau.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI REAL BATAM


2020
PROSIDING
KONFERENSI NASIONAL KELUARGA KRISTIANI

TOPIK SEMINAR
“THE GREAT COMMISSION AS A FAMILY LASTING LEGACY”

26 Juni 2020

Aula Kampus I STT REAL Batam; Gedung House of Glory Lt.2,


Jl. Ahmad Yani, Eden Park; Taman Baloi; Batam Kota; 29432
Kotamadya Batam; Provinsi Kepulauan Riau.

ISBN : 978-602-52793-4-8

Penasehat :
Dr. F. Irwan Widjaja, MAIE., M.Mis

Steering Committee :
Dr. Manahan Simanjuntak, M.Pd
Dr. Otieli Harefa, M.Th., M.Pd

Editor :
Dr. Irfan Feriando Simanjuntak, M.Th
Fredy Simanjuntak, M.Th
Benteng Martua Mahuraja Purba, M.Pd

Layout and Graphic Designer :


Benteng Martua Mahuraja Purba, M.Pd

Peer Reviewer :
Dr. Otieli Harefa, M.Th., M.Pd
Dr. Vicky B.G.D Paat, M.Th

Kepanitiaan Seminar Internasional


Ketua Panitia : Fredy Simanjuntak, M.Th
Sekretaris : Septerianus Waruwu, M.Th; Esther Lina Situmorang, M.Pd
Bendaraha : Selvyen Sophia, M.Th
Registrasi : Rita Evimalinda, S.Kom, M.Pd.K; Ardianto Lahagu, M.Pd.K
Publikasi/Dokumentasi : Benteng Martua Mahuraja, M.Pd
Moderator : Dr. Irfan Feriando Simanjuntak, M.Th
Perlengkapan : Dr. Timotius Togatorop, M.Th; Haposan Simanjuntak, M.Pd.K

Pertama kali diterbitkan oleh STT REAL Batam, Juni 2020

Dicetak dan dijilid di Indonesia oleh STT REAL Batam


Gedung House of Glory, Eden Park, Jl. Ahmad Yani, Kel. Taman Baloi,
Kec. Batam Kota; Kotamadya Batam, Provinsi Kepulauan Riau, 29432.
Phone : 08117000154; Email : realpublishingbatam@gmail.com

Hak cipta terpilihara dan dilindungi Undang-Undang No.19 Tahun 2002. Dilarang memperbanyak
karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun baik sebahagian ataupun keseluruhan isi buku
ini, tanpa ijin tertulis dari penerbit.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
KEPANITIAAN.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
SAMBUTAN ........................................................................................................ v
LATAR BELAKANG.......................................................................................... vi
TUJUAN ............................................................................................................. vii
OUTPUT ............................................................................................................. vii
PANELIS, FASILITATOR, DAN PESERTA .................................................... vii
WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN ............................... viii
ANGGARAN ..................................................................................................... viii
AGENDA ........................................................................................................... viii
MEKANISME DISKUSI KELOMPOK TERFOKUS .......................................... x

TOPIK SEMINAR

INJIL DALAM RUANG KEKUATAN: KELUARGA DAN PERNIKAHAN


Dwidjo Saputro, Fredy Simanjuntak ............................................................ 1-12
KESETIAAN SEKSUAL DALAM MASYARAKAT DEKADEN (PELAJARAN
DARI ORANG KRISTEN AWAL)
Daniel Ronda ................................................................................................ 13-22
UNITING CHURCH AND FAMILY IN THE GREAT COMMISSION
Hengky So, Benteng Martua Mahuraja Purba .......................................... 23-28
MEMURIDKAN KELUARGA: MISI UTAMA HAMBA TUHAN
Rubin Adi Abraham..................................................................................... 29-40
LIVING MISSIONALLY (KONSEP TEOLOGIS TENTANG
KEHIDUPAN YANG MISIONAL)
Andreas Himawan ........................................................................................ 41-50
MENEMUKAN MISI DALAM TEOLOGIA PENDIDIKAN MELALUI
PEMILIHAN DAN TANGGUNG JAWAB ISRAEL
Noh I. Boiliu, Fransiskus I. Widjaja, Evi Deliviana, Aeron F. Sihombing,
Yanice A. Janis ............................................................................................. 51-63
E-MISI: APLIKASI PENGINJILAN BERBASIS TEKNOLOGI
Arozatulo Telaumbanua .............................................................................. 64-76
KELUARGA SEBAGAI PUSAT MISI MASA KINI
Candra G Marisi, Didimus Sutanto, Ardianto Lahagu ............................. 77-91
MISI AMANAT AGUNG DALAM KELUARGA: SEBUAH STUDI NILAI-
NILAI KETELADANAN NABI HOSEA

iii
Herman, Abehud Bawatji, Rita Maria Sahara ........................................ 92-105
PANDEMIK COVID-19 SEBAGAI HAMBATAN ATAU PELUANG BAGI
GEREJA DALAM BERMISI
Nova Ritonga ............................................................................................ 106-120
PENDEKATAN HOLISTIK DALAM PERKUNJUNGAN KELUARGA
Esther Rela Intarti ................................................................................... 121-130
PENTINGNYA MEZBAH DOA DALAM KELUARGA KRISTEN
BERDASARKAN 2 SAMUEL 24: 25
Septerianus W, Daniel Ginting, Go Heeng, Masran P. Hutagalung ..... 131-139
“RASUL ASIA” SUATU KAJIAN YANG BERSIFAT SOSIO HISTORIS
MENGENAI STRATEGI MISI FRANSISCUS XEVERIUS
Alon Mandimpu Nainggolan, Yuni Labobar ......................................... 140-163
URGENSI PEMURIDAN KELUARGA SEBAGAI GEREJA MINI DALAM
AKSELERASI AMANAT AGUNG DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Rita Evimalinda, Eko Prasetyo, Agustinus Sihombing ......................... 164-174
WANITA MODERN DAN AMANAT AGUNG
Eko Wahyu Suryaningsih, Djoko Sukono .............................................. 175-187

iv
Pandemik Covid-19 Sebagai Hambatan Atau Peluang Bagi Gereja
Dalam Bermisi

Nova Ritonga
Prodi Pendidikan Agama Kristen, STT Mawar Saron Lampung
novaritonga9@gmail.com

Abstract
The pandemic of Covid-19 which occurred in Indonesia even in the whole world
greatly influenced the church in doing mission. Many church mission activities and
responsibility cannot be carried out properly, it also effects the spirituality and the
life of the congregation (the Christians). In this case the church needs to have the
right respond over this current Covid-19 pandemic. This article aims to provide the
insight, whether the Covid-19 pandemic is or as the obstacle for the church to
carry out its mission or otherwise, as an opportunity. This article is written using
descriptive qualitative methods with library research. This Covid-19 pandemic can
be an obstacle and also can be an opportunity for the church to do mission work. It
becomes an obstacle because during the Covid-19 pandemic, the church cannot
conduct the worship service and other activities (worship service, midweek
worship, visitations, and other missionary activities) freely, especially the churches
in the city. This is also because the responsibility of the church in carrying out the
Great Commission is understood limitedly in the form of face-to-face meetings both
inside and outside the church. In other hand, the Covid-19 pandemic is an
opportunity for the church to carry out the Great Commission (mission) because
with the Covid-19 pandemic the church is bolder and openly preaches the Word of
God. Now, many churches carry out online or live streaming worship services
which can be watched by anyone, not just Christians (cf. Isaiah 55:11). The fear
and despair that befell the community is also an opportunity for the church to
reach out.
Keywords: Church, Pandemic Covid-19, Mission

Abstrak
Pandemikk Covid-19 yang terjadi di Indonesia bahkan dunia sangat mempengaruhi
gereja dalam bermisi. Banyak kegiatan dan tugas misi gereja yang tidak bisa
dilaksanakan sebagaimana mestinya, hal ini juga berpengaruh pada kerohanian dan
kehidupan jemaat (orang Kristen). Dalam hal ini gereja perlu memiliki pemahaman
yang benar dalam menyikapi pandemikk Covid-19 yang terjadi sekarang ini.

106
Artikel ini bertujuan untuk memberi wawasan tentang apakah pandemikk Covid-19
menjadi/sebagai hambatan bagi gereja dalam menjalankan misinya atau justru
sebaliknya, menjadi peluang. Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif dengan penelitian kepustakaan. Pandemik covid-19 ini bisa
sebagai hambatan dan juga sebagai peluang bagi gereja dalam bermisi. Dikatakan
sebagai hambatan/penghambat karena pada masa pandemikk Covid-19 ini gereja
tidak melaksanakan ibadah dan kegiatan lainnya (ibadah raya, ibadah tengah
minggu, perkunjungan dan kegiatan misi lainnya) secara bebas terutama gereja di
perkotaan. Hal ini juga karena tugas gereja dalam melaksanakan amanat agung
dipahami hanya sebatas pelaksanaan kegiatan gereja dalam bentuk tatap muka
secara langsung baik di dalam gereja maupun di luar gereja. Sebaliknya,
pandemikk Covid-19 menjadi peluang bagi gereja dalam melaksanakan amanat
agung (bermisi) karena dengan adanya pandemikk Covid-19 gereja lebih berani
dan secara terbuka melakukan pewartaan firman Allah. Banyak gereja sekarang
melakukan ibadah online/live streeming yang dapat disaksikan oleh siapa saja,
bukan hanya orang Kristen (bnd. Yes. 55:11). Ketakutan dan keputusasaan yang
menimpa masyarakat juga menjadi peluang bagi gereja dalam bermisi.
Kata kunci: Gereja, Pandemikk Covid-19, misi

PENDAHULUAN
Dunia sedang digemparkan dengan adanya virus yang mematikan. Banyak
kerugian yang ditimbulkan oleh penyebaran virus ini. Kerugian dalam sektor
ekonomi, keamanan, keagamaan, dan terutama dalam sektor kesehatan. Ribuan
orang kehilangan nyawa karena virus ini. Virus yang mematikan ini dikenal dengan
virus Corona/Covid-19. Covid-19 adalah virus yang menyerang sistem pernafasan
manusia yang mengakibatkan kematian. Banyaknya masyarakat yang kehilangan
nyawa menjadi momok tersendiri, banyak dari masyarakat yang ketakutan. Ini
dibuktikan dengan adanya penolakan dari beberapa warga daerah tertentu untuk
dilakukannya pemakaman jenazah korban Covid-19 yang hendak dimakamkan di
daerah mereka. Ketakutan yang mereka alami mengalahkan rasa perikemanusiaan
yang selama ini sudah ada.
Keadaan yang semakin mencekam dan banyaknya masyarakat yang jadi
korban membuat pemerintah mengambil keputusan untuk melakukan pemutusan
mata rantai penyebaran virus ini dengan mengambil berbagai langkah. Salah satu
langkah yang ditempuh adalah penutupan rumah ibadah atau peniadaan ibadah
secara masal atau dalam jumlah yang besar di rumah ibadah, dan dianjurkan untuk
melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Hal ini disampaikan secara
langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam keterangan pers pada tanggal 15 Maret

107
2020 di Istana Bogor Jawa Barat seperti yang dilansir dalam Kompas.com.1
Langkah pemerintah ini disambut baik oleh gereja-gereja dan Majelis Pekerja
Harian Persatuan Gereja-gereja Indonesia (MPH-PGI). Melalui surat himbauannya
pertanggal 16 Maret 2020, MPH-PGI menyampaikan supaya gereja memanfaatkan
teknologi agar jemaat bisa beribadah dari rumah. 2 Menyikapi langkah pemerintah
tersebut, pimpinan sinode gereja-gereja mengeluarkan surat himbauan yang
ditujukan kepada setiap gereja lokal untuk tidak melakukan ibadah di gereja
sampai batas waktu yang tidak ditentukan (sampai ada pemberitahuan selanjutnya
dari pemerintah). Penutupan sementara rumah ibadah membuat berbagai kegiatan
gereja terhambat. Artinya, kegiatan gereja sebelum pandemik Covid-19 dapat
berlangsung sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, tetapi dengan adanya
Covid-19 hampir semua kegiatan gereja tidak berjalan seperti biasanya. Selama ini
kegiatan Gereja dilaksanakan dengan cara tatap muka, tetapi setelah adanya Covid-
19 semua berubah dan beralih berbasis online atau virtual. Bagi sebagian orang
merasa tidak puas jika kegiatan ibadah atau kegiatan gereja lainnya dilakukan
secara online termasuk kegiatan bermisi, tetapi bagi sebagian orang lagi tidak
menjadi masalah dan mereka merasa puas, karena bagi mereka yakni pecinta
digital, ibadah online sudah menjadi hal yang lumrah di era digital sekarang ini.
Ketidakpuasan ini dapat dipahami karena kebanyakan jemaat masih berfikir secara
konfensional, masih suka dengan cara-cara lama, yaitu dengan tatap muka dan
masih sulit untuk menerima atau mengikuti cara-cara baru yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Namun dengan pandemik Covid-19 ini, mau tidak mau,
suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, gereja dan jemaat “dipaksa” untuk
melaksanakan dan mengikuti ibadah online serta melakukan pelayanan gereja
termasuk pelayanan misi secara online juga. Pandemik Covid-19 ini dapat
menghambat dan juga sekaligus sebagai peluang bagi gereja dalam bermisi. Untuk
itu, tulisan ini dibuat untuk menguraikan bagaimana pandemik Covid-19 dapat
menjadi hambatan dan sekaligus sebagai peluang bagi gereja dalam bermisi.

METODE
Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Amir
Hamzah menyatakan bahwa “metode penelitian dapat dimaknai sebagai cara ilmiah
dalam mengumpulkan berbagai data yang berkaitan dengan fakta-fakta penelitian. 3
Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini adalah dengan penelitian

1https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/15454571/jokowi-kerja-dari-rumah-belajar-dari-rumah-

ibadah-di-rumah-perlu-digencarkan Diakses Jumat, 19 Juni 2020.


2https://www.jawaban.com/read/article/id/2020/03/19/91/200319101417/meresponi_virus_coronacovid-

19_pgi_himbau_agar_jemaat_ibadah_dari_rumah Diakses Jumat, 19 Juni 2020.


3 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (Batu: Literasi Nusantara, 2020), 21.

108
kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah cara kerja ilmiah yang tergolong dalam
jenis penelitian kualitatif”. 4 Lanjutnya, penelitian kepustakaan adalah “penelitian
yang identik dengan kegiatan analisis teks atau wacana yang menyelidiki suatu
peristiwa, baik berupa perbuatan atau tulisan yang diteliti untuk mendapatkan
fakta-fakta yang tepat (menemukan asal-usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan
sebagainya)”. 5 Senada dengan itu I Made Indra P. dan Ika Cahyaningrum
menyatakan bahwa “
Studi kepustakaan adalah suatu survei studi deskriptif yang dilakukan oleh
peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah
yang akan atau sedang diteliti dengan kepustakaan sebagai sumber utama.
Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-
karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku
tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik
lain. 6
Metode ini dipilih dengan maksud untuk menjelaskan peristiwa pandemik
Covid-19 dan kaitannya dengan pelaksanaan misi Allah oleh gereja. Peneliti
menghimpun informasi dari berbagai sumber yang dianggap relevan dengan tulisan
ini untuk kemudian ditarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pandemik Covid-19
Coronavirus disease 2019 atau yang sering disebut Covid-19 adalah salah
satu penyakit yang diakibatkan oleh coronavirus jenis baru (SARS-Cov-2).
Penyakit ini pada awalnya ditemukan pada akhir tahun 2019 di salah satu kota di
Tiongkok, yaitu kota Wuhan. Virus ini diberi nama oleh World Healt Organization
(WHO) Severe acut respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-Cov-2). 7 Pada
awalnya belum diketahui asal mula dan penyebab munculnya virus ini, dan sampai
saat ini negara-negara berlom-balomba dan masih berjuang melakukan penelitian
untuk menemukan vaksin yang dapat digunakan untuk mengobati para pasian yang
terinfeksi. Virus ini menyerang manusia dan dapat mengakibatkan kematian.
Covid-19 adalah penyakit yang menyerang bagian pernafasan manusia, namun
keberadaannya dalam tubuh manusia tidak selalu menunjukkan gejala yang berarti.
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat terinversi Covid-19 dapat bersifat ringan,
sedang dan berat. “Gejala klinis utama yang muncul adalah demam (380C), batuk

4 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (Batu: Literasi Nusantara, 2020), 21.
5 Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (Batu: Literasi Nusantara, 2020), 7.
6 I Made Indra P. & Ika Cahyaningrum, Cara Mudah Memahami Metodologi Penelitian (Yogyakarta:

Deepublish, 2019), 26.


7 Yuliana, “Coronavirus diseases (covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur”, Wellnes and Healthy

Magazine Vol. 2 No. 1 (Februari 2020): 187-188.


109
dan kesulitan bernafas, sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran nafas lainnya”. 8 Gejala-gejala ini tidak selalu
timbul pada setiap orang yang terinveksi virus ini, yakni bagi mereka yang
memiliki imun yang baik. Ketiadaan gejala yang timbul inilah yang menjadi salah
satu penyebab terjadinya percepatan penyebaran Covid-19, karena orang yang
terpapar merasa bahwa ia baik-baik saja dan dapat dengan bebas melakukan
apapun yang hendak ia lakukan.
Covid-19 menjadi pandemik. Pandemikk menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) diartikan “tersebar luas (tentang penyakit) di suatu kawasan,
benua, atau di seluruh dunia”. 9 Covid-19 terkonfirmasi pertama kali di Indonesia
pada hari Senin, 2 Maret 2020 yaitu melalui pernyataan resmi Presiden Joko
Widodo dengan mengumumkan “ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus
Corona yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibu berusia 64 tahun”.10 Sejak saat
itu sampai sekarang kasus di dunia dan juga di Indonesia terus bertambah.
Berdasarkan data pada laman Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang
bersumber dari WHO per tangga 16 Juni 2020 menunjukkan bahwa Data Sebaran
Global Covid-19 telah menyebar ke 216 negara, terkonfirmasi 7.890.687 orang,
dan meninggal 433.404 orang. Sedangkan penyebaran jumlah terpapar Covid-19 di
Indonesia per tangga 16 Juni 2020 positif 40.400 orang, sembuh 15.703 orang, dan
meninggal dunia 2.231 orang. 11 Sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksin
yang dapat menyembuhkan pasien yang terinfeksi Covid-19 ini.

Misi Allah
Kata misi merupakan terjemahan dari bahasa Yunani apostole, apostello
artinya “mengutus”. Dalam kekristenan misi diartikan sebagai pengutusan gereja
ke dalam dunia untuk melakukan kehendak dan rencana Allah, yakni penyelamatan
umat manusia. Misi dalam konsep tradisional mempunyai arti “(1) Penyebaran
iman. (2) Perluasan pemerintahan Allah. (3) Pertobatan orang-orang kafir. (4)
Pendirian jemaat-jemaat baru”. Sejak tahun 1950-an, Konfrensi Misi Internasional
mendefenisikan misi merupakan “seluruh gereja yang membawa seluruh Injil ke
seluruh dunia”. 12 Ini menunjukkan bahwa misi dalam kekristenan sesungguhnya
adalah upaya yang wajib dilakukan oleh gereja untuk membawa sebanyak mungkin
orang kepada Allah.

8 Yuliana, “Coronavirus diseases (covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur”, Wellnes and Healthy

Magazine Vol. 2 No. 1 (Februari 2020): 187-189.


9 https://kbbi.web.id/pandemik diakses Selasa, 16 Juni 2020.
10 https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-pertama-kali-masuk-ri diakses

Selasa, 16 Juni 2020.


11 https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-16-juni-2020 Diakses Selasa, 16 Juni 2020.
12 Harianto GP, Teologi Misi: dari Missio Dei menuju Missio Ecclesia (Yogyakarta: ANDI, 2017), 9.

110
Pada hakekatnya misi adalah gagasan dan milik Allah, bukan gereja.
Artinya, tanpa Allah misi tidak ada. Allah adalah sumber, inisiator, dinamisator,
pelaksana, dan penggenap misi-Nya. 13 Oleh sebab itu, tujuan misi tidak terletak
pada tujuan gereja, tetapi pada kehendak dan kemuliaan Allah. Pusat dan berita
misi adalah Tuhan Yesus Kristus sedangkan sasaran misi adalah semua bangsa
(band. Mat. 28:19-20). 14 “Misi berfokus pada aktifitas penyelamatan Allah yang
secara dinamis menyelamatkan manusia berdosa di seluruh dunia dan sekaligus
menghadirkan pekerjaan Allah.” 15 Dalam Kejadian 2:15, misi awal yang diberikan
Allah adalah mengusahakan dan memelihara kehidupan. Tugas ini harus dijabarkan
dalam seluruh bidang kehidupan yang tentunya disesuaikan dengan konteks.
Karena gereja bermisi bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. 16 Artinya,
gereja tidak disibukkan dengan urusan internalnya sendiri tetapi “menjangkau”
dunia bagi Allah.
Dalam mewujudkan misi-Nya, Allah memanggil dan memilih suatu umat
bagi-Nya yang diawali dari pemanggilan Abraham, terus berlanjut sampai kepada
keturunannya. Perjanjian Baru menyatakan misi itu dalam diri Yesus Kristus yang
diwujudkan melalui karya dan pengorbanan-Nya di kayu salib. Ia melakukan
kehendak Bapa, mati untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa (Flp. 2:5-11).
Sebelum Yesus naik ke sorga, Ia meneruskan misi itu dengan jalan mengutus
murid-murid-Nya untuk mengerjakan misi Allah di bumi dengan jaminan bahwa Ia
akan menyertai sampai kepada akhir zaman. Pengutusan ini merupakan pemberian
tugas dan mandat kepada murid-murid untuk terus berjuang dan memperluas
kerajaan Allah di bumi. Tugas ini sering disebut dengan amanat agung. Amanat
agung merupakan bagian penting bagi gereja dan tidak bisa dipisahkan dari gereja.
Misi gereja tidak hanya sebatas pemberitaan Injil. Misi gereja mencakup segala
aspek kehidupan. Sebagaimana misi Allah dari mulanya yakni mengusahakan dan
memelihara kehidupan, maka gereja juga harus melakukan misi sesuai dengan
kehendak Allah. Kehidupan dapat diartikan menjadi dua, yaitu kehidupan di dunia
ini dan kehidupan yang akan datang (sorga). “Misi berfokus pada aktifitas
penyelamatan Allah yang secara dinamis menyelamatkan manusia berdosa di
seluruh dunia dan sekaligus menghadirkan pekerjaan Allah.” 17 Ini menunjukkan
bahwa misi Allah yang dijalankan oleh gereja yakni menjangkau orang berdosa
bagi Tuhan, menjadikan mereka bagian dari kerajaan Allah, dan gereja harus

13 Darsono Ambarita, Perspektif Misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Medan: Pelita

Kebenaran Press, 2018), 4.


14 Harianto GP, Teologi Misi: dari Missio Dei menuju Missio Ecclesia (Yogyakarta: ANDI, 2017), 11.
15 Jonas Situmorang, Kamus Alkitab dan Teologi (Yogyakarta: ANDI, 2016), 292.
16 Winata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bungan Rampai Pemikiran (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2002), 122.


17 Jonas Situmorang, Kamus Alkitab dan Teologi (Yogyakarta: ANDI, 2016), 292.

111
mengupayakan dan menghadirkan pekerjaan Allah dibumi yaitu pemelihara
kehidupan dengan memperhatikan orang-orang disekelilingnya.

Gereja yang Bermisi


Gereja ada untuk bermisi. Gereja harus menjadi gereja yang bermisi.
“Sumber misi gereja tidak lain adalah Missio Dei, yaitu penyelamatan ciptaan-Nya
(Kej. 9:1-17, Yoh. 3:16). Allah mengutus Anak-Nya menjalankan Missio Dei itu
menjadi Missio Christi.” 18 Gereja merupakan hasil misi yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus Kristus (band. Mat. 16:18). Yesus Kristus datang ke dunia untuk
melakukan Misi Allah, yakni menyatakan kasih Allah akan dunia ini. Allah
menghendaki semua orang diselamatkan dan tidak satupun dari ciptaan-Nya binasa
(band. Yoh. 3:16). Kehadiran Tuhan Yesus Kristus di bumi untuk menunjukkan
kepada dunia bahwa betapa Allah mengasihi dunia, Ia mengaruniakan Anak-Nya
yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada Allah tidak binasa,
melainkan beroleh kehidupan yang kekal. Kasih Allah yang besar terlihat dengan
jelas melalui kematian Yesus di kayu salib di bukit Golgota. Yesus memberikan
nyawa-Nya sebagai tebusan bagi keselamatan manusia. Pengorbanan sebesar itu
harus diwartakan kepada dunia, sehingga dunia mengetahui, melihat, mendengar
dan memahami serta menjadi bagian dari penyelamatan itu. Menjadi tugas gereja
untuk menyampaikan kabar baik ini kepada dunia melalui berbagai kegiatan yang
dilakukan gereja. Pemberitaan ini merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan
dari gereja, sebab gereja hadir untuk mewujudkan kehendak Allah di bumi, yakni
penyelamatan umat manusia.
Menyatakan kasih Allah kepada dunia dapat dilakukan dalam berbagai
cara seperti melakukan catur-tugas gereja yaitu koinonia (Yunani) berarti
persekutuan, diakonia (Yunani) berarti pelayanan, marturia (Yunani) berarti
bersaksi, leitourgia (Yunani) berarti peribadahan. Misi gereja diwujudnyatakan
dalam berbagai tugas yang dilakukan gereja. Berikut beberapa pendapat terkait
tugas panggilan gereja di bumi menurut hasil survei yang dilakukan di berbagai
daerah di Indonesia: 19
1. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
2. Membawa damai sejahtera di tengah masyarakat.
3. Mendampingi masyarakat keluar dari kemiskinan.
4. Membawa cinta kasih bagi setiap orang.

18 Winata Sairin, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bungan Rampai Pemikiran (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2002), 122.120.


19 Rijnardus A. Van Kooij, Sri agus Patnaningsih, Yam’ah Tsalatsa A., Menguak Fakta, Menata Karya

Nyata: Sumabngan Teologi Praktis Dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006), 78.
112
5. Mengabarkan Injil hingga masyarakat menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat pribadinya.
6. Membaharui kehidupan moral masyarakat.
7. Mengupayakan pelestarian lingkungan hidup.
8. Mengupayakan kemajuan gereja dan individu jemaatnya.
9. Upaya untuk keluarga.
10. Memberikan teladan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
11. Membawa misi kesatuan
12. Berperan dalam kehidupan bernegara.
13. Memperjuangkan pengakuan atas keberadaan agama Kristen.
Dari beberapa tugas/misi gereja di atas, poin nomor dua yang menempati
posisi teratas (29%), yaitu membawa damai sejahtera di tengah masyarakat.
Selanjutnya pada posisi ke dua adalah poin ke empat (25,8%), yaitu membawa
cinta kasih bagi setiap orang, dan pada posisi ketiga (21,7%) adalah poin ke lima,
yaitu mengabarkan Injil hingga masyarakat menerima Yesus Kristus sebagai
Juruselamat pribadinya. 20 Hasil ini menunjukkan kesadaran orang percaya akan
misi gereja di bumi. Gereja hadir bukan untuk memperkuat dirinya sendiri,
membangun gedung-gedung yang indah dan membuat liturgi-liturgi gereja yang
berfariasi. Namun sesungguhnya kehadiran gereja di bumi untuk menyatakan misi
Allah yaitu membawa damai sejahtera Allah di bumi. Dari hasil survei di atas
terlihat begitu banyak tugas yang harus dilakukan gereja.
Dalam bermisi, gereja perlu menyadari tugas yang diberikan Allah
kepadanya. Oleh sebab itu gereja tidak boleh berpuas diri dengan segala fasilitas
dan kemewahan yang dimiliki gereja, sebab misi utama gereja ada di bumi bukan
untuk hal-hal lahiriah tetapi untuk menyatakan kasih Allah yang besar kepada
dunia. Gereja yang ada sekarang diharapkan dapat mewujudkan berbagai tugas
yang sudah dipaparkan di atas. Misi gereja dapat dimulai dengan tindakan nyata di
tengah masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti menciptakan
rasa damai, menolong sesama, menjadi panutan di mana saja berada, dan dapat
memancarkan kasih Allah kepada semua orang tanpa melakukan deskriminasi.
Khususnya dalam konteks sekarang, adanya Covid-19, gereja perlu dan harus
menunjukkan kasih Allah secara nyata melalui ketaatan kepada pemerintah denga
mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah, namun tetap dapat menjalankan misi
Allah.
Gereja yang bermisi adalah gereja yang menyadari tugas panggilannya di
bumi. Sebelum Tuhan Yesus Kristus naik ke sorga, Ia berpesan kepada murid-

Rijnardus A. Van Kooij, Sri agus Patnaningsih, Yam’ah Tsalatsa A., Menguak Fakta, Menata Karya
20

Nyata: Sumabngan Teologi Praktis Dalam Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006), 78.
113
murid-Nya untuk pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia dan menjadikan semua
bangsa murid Kristus. Tugas ini dikenal dengan amanat agung. Gereja tidak bisa
lepas dari tugas ini. Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang melakukan amanat
agung. Pada umumnya amanat agung hanya diartikan sebagai pemberitaan Injil
yang dilakukan secara konfensional, namun menurut Handreas Hartono di era
digital sekarang ini “konsep amanat agung harus dipahami atau diaktualisasikan
dalam keadaan dunia sekarang ini, yaitu menjadikan teknologi sebagai hamba
dalam melaksanakan amat agung”. Dalam kesimpulannya, Hartono juga
menyatakan bahwa amanat agung tidak dimaknai sebagai kegiatan penginjilan
semata, melainkan sebuah paket atau fase di mana pemuridan menjadi inti dari
kegiatan tersebut”. 21 Jika dikaitkan dengan kondisi sekarang ini (Covid-19), maka
gereja yang bermisi adalah gereja yang terus melakukan tugasnya walaupun
ditengah keterbatasan. Keberadaan teknologi menjadi salah satu jalan keluar bagi
gereja untuk terus menjalankan misi Allah. Baru-baru ini ada beberapa penelitian
yang berkaitan dengan misi seperti: Misi Gereja dalam Mewujudkan Keadilan
Sosial: Sebuah Perspektif dari Sila Kelima Pancasila, 22 Gereja yang Berfokus pada
Gerakan Misi 23.

Pandemik Covid-19 dan Gereja Bermisi


Judul artikel ini, “pandemik Covid-19 sebagai hambatan atau peluang bagi
gereja dalam bermisi” menunjukkan gereja diperhadapkan dengan dua hal pada
sutuasi pandemik Covid-19 sekarang ini yang erat hubungannya dengan
keberlangsungan gereja dalam melaksanakan misi Allah di bumi. Pada dasarnya
kedua hal tersebut memiliki kebenarannya sendiri, semua terletak dari pendekatan
atau dari sudut pandang mana gereja melihat dan memaknainya. Pandemik Covid-
19 memang membawa dampak yang besar terhadap tugas misi gereja. Pada
awalnya ada “larangan” dari pemerintah untuk menggunakan rumah ibadah
(gereja) untuk beribadah karena rumah ibadah (gereja) adalah tempat berkumpul
para jemaat dengan jumlah yang besar dan akan memberikan peluang yang sangat
besar dalam percepatan penyebaran Covid-19. Penutupan gereja ini berlangsung
mulai dari bulan Maret 2020 sampai sekarang. Selama masa pandemik Covid-19
banyak kegiatan gereja yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Gereja ditutup

21 Handreas Hartono, Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28:19-20 dalam Konteks Era Digital,

Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol. 4 No. 2 (Oktober 2018): 160, 166. Diakses Rabu, 17
Juni 2020. http://www.sttpb.ac.id/e-jurnal/index.php/kurios
22 Piter Radan Bua, David Samiyono, Tony Christian Tampake, Misi Gereja dalam Mewujudkan

Keadilan Sosial: Sebuah Perspektif dari Sila Kelima Pancasila, Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen) Vol. 5, No. 2 (Oktober 2019): 109. Diakses Rabu, 17 Juni 2020. http://www.sttpb.ac.id/e-
jurnal/index.php/kurios
23 Hery Susanto, Gereja yang Berfokus pada Gerakan Misi, Jurnal Fidei Vol. 2, No. 1 (June 2019): 62.

Diakses Rabu, 17 Juni 2020. http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-jurnal/index.php/fidei


114
(tidak ada ibadah), perkunjungan diliburkan sementara, pelayanan di kantor gereja
juga diliburkan, program-program gereja yang sudah tersusun juga tidak bisa
dilaksanakan. Singkatnya gereja tidak bebas melaksanakan misinya.
Selama empat bulan ini, pada umumnya gereja hanya melakukan ibadah
atau pelayanan melaui online dengan segala keterbatasannya. Untuk saat ini,
pemerintah sudah mengijinkan beberapa gereja – yang berlokasi di zona hijau
(aman) – kembali melakukan aktifitas ibadah di gereja dengan aturan gereja wajib
mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Jemaat harus
pakai masker ketika beribadah, melakukan pengecekan suhu tubuh, cuci tangan,
tempat duduk diatur dengan jarak minimal satu meter, tidak diperkenankan
bersalaman. Kondisi ini bukan hal yang mudah bagi gereja, namun gereja sebagai
bagian dari negara ini harus turut serta menunjang program pemerintah dalam
memutus mata rantai penyebaran/penularan Covid-19 ini. Dalam keterbatasan
gereja melaksanakan tugasnya sesuai yang direncanakan, maka gereja-gereja
mencoba dan mengalihkan kegiatannya khususnya ibadah dilakukan secara online.
Gereja terus berupaya memberitakan Injil walau dalam keterbatasan. Gereja-gereja
yang memiliki fasilitas dan terjangkau jaringan internet dapat mengalihkan ibadah
dari konfensional (tatap muka) kepada ibadah online, tetapi bagi gereja-gereja yang
tidak memiliki fasilitas yang mumpuni dan tidak terjangkau jaringan internet
mengalami kesulitan untuk melakukan tugas panggilannya dalam memenuhi
kebutuhan rohani jemaat dan melakukan program-program gereja yang telah
direncanakan. Melihat situasi ini, gereja diperhadapkan pada dua hal, yaitu:

Pandemik Covid-19 Sebagai Penghambat/Hambatan bagi Gereja dalam Bermisi


Penghambat atau hambatan berarti halangan atau rintangan. Jika dikaitkan
dengan keadaan saat ini, maka dapat dimaknai bahwa pandemik Covid-19
merupakan halangan atau rintangan bagi gereja dalam bermisi. Dengan demikian
pandemik Covid-19 menjadi penghambat dapat dimaksudkan bahwa gereja tidak
dapat dengan bebas menjalankan segala kegiatan dan program-programnya
(bermisi) sebagaimana lazimnya dan sesuai rencana. Jika dilihat dari sudut
pandang ini benar adanya bahwa pandemik Covid -19 tergolong sebagai
penghambat bagi gereja dalam bermisi karena Covid-19 yang sangat berbahaya dan
dapat mengakibatkan kematian. Contoh kongkrit yang bisa dilihat saat ini adalah
banyak gereja tidak melaksanakan program-programnya sebagai bentuk gereja
dalam bermisi seperti: pendalaman Alkitab, Katekisasi, Ibadah Raya, Sekolah
Minggu, Ibadah Remaja dan Pemuda, Ibadah tengah minggu, perkunjungan,
konseling dan lain sebagainya. Tidak berjalannya berbagai kegiatan gereja
membawa pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan jemaat dan
keberlangsungan gereja. Jemaat – khususnya mereka yang menjadi korban Covid-
115
19 – sangat mengharapkan adanya pelayanan dari gereja, seperti dukungan materil
maupun moril. Adanya dukungan bertujuan supaya mereka tetap kuat dalam
menghadapi situasi sulit sekarang ini. Namun dengan adanya Covid-19, gereja
tidak dapat secara penuh melaksanakan tugas panggilannya.
Di tengah wabah Covid-19 seperti ini, gereja harus terus menunjukkan
fungsinya dengan menjalankan misi Allah yang telah ditugaskan kepada gereja.
Namun bukan berarti gereja menentang peraturan pemerintah untuk tidak menjaga
jarak. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada pengaruh pandemik Covid-19 ini dalam
pelaksanaan misi gereja. Sebagaimana yang diuraikan di atas bahwa misi atau
tugas gereja sangatlah beragam, bukan saja memberitakan Injil dalam bentuk
pengajaran atau ibadah. Misi gereja juga mengusahakan keberlangsungan
kehidupan manusia. Dengan adanya social distancing maka gereja membatasi diri
dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang sifatnya tatap muka, walaupun ada
kegiatan gereja yang dilakukan secara online dan sifatnya masih terbatas dan tidak
bisa menjangkau mereka yang yang berada di luar jaringan (luring).

Pandemik Covid-19 Sebagai Peluang Bagi Gereja dalam Bermisi


Era sekarang adalah era teknologi, era digital, segala sesuatu dapat dengan
mudah dilakukan dengan bantuan teknologi digital. Berbarengan dengan
kecanggihan teknologi sekarang ini, Covid-19 mewabah di tengah masyarakat.
Keberadaan Covid-19 membuat kehidupan manusia secara cepat berubah dan mau
tidak mau, masyarakat harus belajar berdamai dengan virus ini. Berdamai dalam
pengertian masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan cara menjaga jarak
sesuai dengan protokol kesehatan. Pada masa pandemik Covid-19, ada peraturan
pemerintah untuk melaksanakan social distancing. Penutupan gereja sementara
(tidak melaksanakan ibadah tatap muka) membuat gereja melakukan berbagai
upaya untuk tetap bermisi, memberitakan Injil dan berupaya memenuhi kebutuhan
rohani jemaat. Salah satu cara yang ditempuh gereja adalah melakukan ibadah
secara online, baik melalui chanal Youtube, Facebook, Instagram, laman Website,
Whatsapp, dan media sosial lainnya. Di era digital sekarang ini, gereja-gereja dapat
menggunakan kemajuan teknologi sebagai salah satu cara untuk tetap
melaksanakan misi Allah, yaitu pemberitaan Injil, menyatakan kasih kepada
sesama, dan menghadirkan damai sejahtera di tengah masyarakat.
Di masa pandemik Covid-19 ini, gereja memiliki keberanian dalam
memberitakan Injil. Hal ini terlihat dengan maraknya di media sosial kegiatan-
kegiatan kerohanian baik berupa ibadah live streeming, ibadah online dan
maraknya ayat-ayat firman Tuhan dimuat pada status-status media sosisal sebagai
penguatan iman baik bagi penulis itu sendiri maupun bagi mereka yang
membacanya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pewartaan Injil dan
116
perwujudan kasih Allah yang ditunjukkan gereja sudah ada sebelum mewabahnya
Covid-19. Namun setelah mewabahnya Covid-19, gereja seolah memiliki
keberanian lebih dalam bermisi secara terbuka. Apakah ini merupakan suatu
“keterpaksaan” atau tidak, yang pasti gereja tetap bermisi. Jika selama ini, gereja
dalam bermisi lebih fokus pada jemaat lokal, namun dengan adanya Covid-19 ini
gereja-gereja berlomba-lomba mengadakan pelayanan secara online dengan
maksud jemaat tetap mendapat asupan rohani yang setidaknya dapat membuat
jemaat tetap kuat dalam menghadapi situasi yang sulit ini. Pelayanan yang
dilakukan gereja melalui media sosial atau dengan pemanfaatan teknologi lainnya
pada awalnya diperuntukkan khususnya untuk jemaat, namun karena kegiatan itu
dilakukan secara terbuka dan semua orang dapat melihat dan menyaksikannya,
maka kegiatan-kegiatan gereja tersebut dapat menjadi sarana misi yang sangat
efektif. Oleh sebab itu, gereja harus terus mengerahkan kemampuan digitalnya
untuk menjangkau orang-orang yang selama ini belum terjangkau.24 Melalui
program-program gereja berbasis digital membuat jangkauan pelayanan misi gereja
semakin meluas. Dalam situasi Covid-19 ini, selain melakukan kegiatan gereja
secara online, gereja juga memiliki kesempatan untuk melakukan pembinaan
kepada keluarga-keluarga terkait dengan pelaksanaan ibadah dalam keluarga
masing-masing jemaat. Gereja kembali mengingatkan fungsi keluarga sebagai
tempat pertama dan utama dalam pendidikan iman. Fungsi ini dapat dilihat dalam
Ulangan 6:4-9 di mana Allah memerintahkan kepada bangsa Israel untuk
melsanakan pendidikan iman kepada anak-anak dan seisi rumahnya bersamaan
dengan kegiatan kehidupan sehari-hari. Firman Allah menjadi dasar dari
pengajaran ini, Allah juga menyatakan waktu-waktu yang digunakan dalam
pelaksanaannya dan disertai dengan metode, alat yang dekat dengan kehidupan
mereka sehari-hari. Hal yang sama juga berlaku bagi orang kristen, kesempatan
untuk tetap di rumah menjadi waktu yang tepat dalam menyatakan misi Allah
dalam keluarga, yaitu melalui persekutuan dalam keluarga, mengajak keluarga
memperhatikan sesama baik di sekitar rumah maupun yang jauh dari rumah.
Selain kesempatan untuk pewartaan Injil, adanya wabah virus Corona ini
menjadi sebuah kesempatan atau peluang besar bagi gereja melakukan misi Allah
karena pada saat-saat ini banyak orang yang kehilangan pengharapan, putus asa,
ketakutan, kekurangan kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Gereja dapat
melakukan berbagai kegiatan baik secara langsung (tatap muka dengan tetap jaga
jarak) maupun melalui online. Gereja dapat memulai misi Allah dengan
memperhatikan orang-orang yang ada disekitar gereja dengan cara memberikan

24 Handreas Hartono, Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28:19-20 dalam Konteks Era Digital,
Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) Vol. 4 No. 2 (Oktober 2018): 157. Diakses Rabu, 17 Juni
2020. http://www.sttpb.ac.id/e-jurnal/index.php/kurios
117
sembako atau kebutuhan lainnya. Selain itu, gereja juga dapat memberikan donasi
atau bantuan melalui pos gugus tugas baik yang terpusat maupun yang bersifat
lokal seperti di lingkungan RT, RW, kelurahan, kecamatan dan lain sebagainya.
Dalam laman website resmi PGI diunggah beberapa kegiatan yang
dilakukan gereja-gereja yang tergabung dalam Persatuan Gereja-Gereja Indonesia
(PGI) di tengah penyebaran Covid-19:
Persekutuan Gereja-Gereja di Wilayah (PGIW) yang ada di sejumlah
daerah di Indonesia melakukan aksi peduli. Aksi tersebut tidak hanya berupa
pembagian sembako, tetapi juga pembekalan bagi tim relawan. Seperti yang
dilakukan oleh PGIW Jambi, PGIW Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat
(Sulselbara), PGIW Lampung, PGIW Sumatera Utara (Sumut) dan PGIW
Kalimantan Barat (Kalbar). 25
Dalam laman ini juga disampaikan bahwa bantuan yang diberikan bukan
saja kepada orang Kristen, tetapi bantuan juga diberikan kepada non Kristen. Salah
satu pernyataan dari seorang pendeta yaitu Ketua Umum PGI Wilayah Lampung,
Pdt. Christia P. Poetro, menyatakan bahwa kegiatan pembagian bantuan ini
dilakukan karena gereja terpanggil untuk ikut serta meringankan beban masyarakat.
Gereja mengingat pesan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk memberikan
orang banyak makan dan memperhatikan orang yang lemah (berkekurangan) di
sekitar mereka pada saat itu. Itu sebabnya gerakan pemberian bantuan ini
dinamakan Gerakan 3M (Memberi Mereka Makan). 26 Gereja hanya melakukan apa
yang harus dilakukannya dengan keyakinan bahwa dengan turut serta meringankan
beban sesama yang menderita gereja sedang melakukan misi Allah di bumi. Bagi
gereja situasi apapun akan menjadi peluang atau kesempatan dalam bermisi. Roma
8:28 berbunyi “... Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan ...”. Artinya, segala situasi dapat dijadikan Allah sebagai sarana dalam
menyatakan kasihnya yang diwujudkan melalui tindakan gereja yang dapat dilihat
oleh dunia. Oleh sebab itu, benarlah apa yang disarankan oleh Hery Susanto dalam
tulisannya bahwa dalam situasi sekarang ini (masa kini) gereja harus terus
mengobarkan semangatnya dalam bermisi dengan kemasan yang baru yang sesuai
dengan konteks saat ini. 27 Jika saat ini kehadiran gereja diperlukan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup, maka gereja harus ada dan hadir untuk itu, dan jika
kebutuhannya untuk pemenuhan kesejahteraan, kedamaian, dan ketenteraman,

25 https://pgi.or.id/aksi-peduli-pgiw-ditengah-pandemi-covid-19/ diakses Kamis, 19 Juni 2020.


26 https://pgi.or.id/aksi-peduli-pgiw-ditengah-pandemi-covid-19/ diakses Kamis, 19 Juni 2020.
27 Hery Susanto, Gereja yang Berfokus Pada Gerakan Misioner, Jurnal Fidei, Vol. 2, No. 1 (Juni

2019): 79. Diakses Rabu, 17 Juni 2020. http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-jurnal/index.php/fidei

118
maka gereja juga harus ada dan hadir untuk itu. Kehadiran gereja dalam segala
aspek inilah yang disebut bermisi.

KESIMPULAN
Gereja hadir untuk bermisi, yakni menyatakan kehendak Allah dengan
mengusahakan dan memelihara kehidupan. Dalam konteks sekarang ini yakni
adanya pandemik Covid-19, ada banyak orang katakutan, kehilangan mata
pencaharian, kehilangan orang-orang yang dikasihi pergi untuk selamanya
(meninggal dunia), ekonomi negara terguncang, kejahatan meraja lela dan kasih
kebanyakan orang mulai dingin. Orang-orang mulai kawatir dengan
penghidupannya. Dalam situasi inilah gereja perlu dan harus hadir menyatakan
misi Allah di bumi. Allah yang adalah kasih dan menginginkan kebaikan bagi
manusia, maka gereja juga harus memandang dengan cara yang sama dengan cara
Allah memandang, bahwa dalam keadaan apapun termasuk wabah Covid-19 ini
menjadi satu peluang besar bagi gereja melakukan misi Allah. Gereja jangan lagi
melihat bahwa kegiatan bermisi hanya dapat dilakukan secara konfensional (tatap
muka) tetapi dapat dilakukan dengan barbagai cara sesuai dengan konteksnya.
Gereja harus merubah cara pandangnya, bukan lagi melihat dari keterbatasan
melakukan kegiatan gereja secara konfensional (tatap muka), gereja harus
membuka diri dan terus memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai sarana dalam
melaksanakan misi Allah.

KEPUSTAKAAN
Ambarita, Darsono, Perspektif Misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru,
Medan: Pelita Kebenaran Press, 2018.
GP., Harianto, Teologi Misi: dari Missio Dei menuju Missio Ecclesia, Yogyakarta:
ANDI, 2017.
Hamzah, Amir, Metode Penelitian Kepustakaan, Batu: Literasi Nusantara, 2020.
Kooij, Rijnardus A. Van, Patnaningsih, Sri agus, dan A., Yam’ah Tsalatsa,
Menguak Fakta, Menata Karya Nyata: Sumabngan Teologi Praktis Dalam
Pencarian Model Pembangunan Jemaat Kontekstual, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006.
P., I Made Indra & Cahyaningrum, Ika, Cara Mudah Memahami Metodologi
Penelitian, Yogyakarta: Deepublish, 2019.
Sairin, Winata, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru: Bungan Rampai Pemikiran,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002.
Situmorang, Jonas, Kamus Alkitab dan Teologi, Yogyakarta: ANDI, 2016.

119
Hartono, Handreas, Mengaktualisasikan Amanat Agung Matius 28:19-20 dalam
Konteks Era Digital, Kurios (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama
Kristen) Vol. 4 No. 2 (Oktober 2018).
Susanto, Hery, Gereja yang Berfokus Pada Gerakan Misioner, Jurnal Fidei, Vol. 2,
No. 1 (Juni 2019).
Yuliana, “Coronavirus diseases (covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur”, Wellnes
and Healthy Magazine Vol. 2 No. 1 (Februari 2020).
https://covid19.go.id/p/berita/infografis-covid-19-16-juni-2020
https://kbbi.web.id/pandemik
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/16/15454571/jokowi-kerja-dari-rumah-
belajar-dari-rumah-ibadah-di-rumah-perlu-digencarkan
https://news.detik.com/berita/d-4991485/kapan-sebenarnya-corona-
pertama-kali-masuk-ri
https://pgi.or.id/aksi-peduli-pgiw-ditengah-pandemi-covid-19/
https://www.jawaban.com/read/article/id/2020/03/19/91/200319101
417/meresponi_virus_coronacovid-
19_pgi_himbau_agar_jemaat_ibadah_dari_rumah

120

Anda mungkin juga menyukai