Anda di halaman 1dari 6

Artikel Penelitian

Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan


Enam Menit pada Anak Kelompok
Usia 9-10 Tahun

Munadia,* Nury Nusdwinuringtyas,* Amendi Nasution,* Suryanto**

*Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta
**Medical Research Unit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Abstrak: Uji jalan enam menit merupakan uji fungsional yang dapat memberikan gambaran
terbaik dalam kemampuan fisik. Selama ini uji jalan enam menit digunakan pada anak sakit.
Nilai jarak tempuh jalan enam menit pada anak sehat sesungguhnya penting sebagai acuan
untuk menilai progresivitas penyakit. Namun demikian, saat ini masih sangat sedikit yang
melakukan penelitian uji jalan enam menit pada anak yang sehat. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan nilai rerata normal jarak tempuh uji jalan enam menit pada anak usia 9-10 tahun,
serta hubungan jenis kelamin, tinggi, dan berat badan dengan jarak tempuh. Subjek terdiri dari
194 anak laki-laki dan 198 anak perempuan sehat berusia 9-10 tahun dari beberapa sekolah
dasar negeri di Jakarta Pusat. Sebelum uji, subjek diperiksa tinggi, berat badan, tanda vital,
pemeriksaan fisik standar, dan status gizi, serta diberikan instruksi cara berjalan. Setelah uji,
tanda vital diukur kembali dan jarak tempuh dihitung. Karakteristik antropometri tidak berbeda
bermakna antara anak laki-laki dan perempuan. Jarak tempuh anak laki-laki 500,08 meter
dan anak perempuan 481,82 meter. Terdapat perbedaan bermakna jarak tempuh antara anak
laki-laki dan perempuan. Di antara berat, tinggi badan, dan indeks massa, hanya tinggi badan
anak perempuan yang berkorelasi bermakna terhadap jarak tempuh.
Kata Kunci: anak, uji jalan enam menit, uji latih

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010 213


Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak

Average Six-Minute-Walk Test Score in Children Aged 9-10 Years

Munadia,* Nury Nusdwinuringtyas,* Amendi Nasution,* Suryanto**

*Physical Medicine and Rehabilitation Department, Faculty of Medicine,University of Indonesia/


Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta
**Medical Research Unit, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta

Abstract: Six-minute-walking test is a functional test which may give the best description in
physical capacity. Commonly, it was used for children with disease. The normal value of six minute
walking test is actually important to evaluate the progressivity of a disease. But, there is only few
studies that measured the value in healthy children population. The aim of this study is to obtain
the standard value of six-minute-walk test for children aged 9-10 years,and to explore its corre-
lation with sex, body weight, and height with walking distances. The subjects consist of 194 boys
and 198 girls aged 9-10 years from public elementary schools in Central Jakarta. Baseline
examinations comprise body weight measurement, body height measurement, vital signs mea-
surement, standard physical examination, and nutritional state assessment. Walking instructions
were given prior to the test. Vital signs and walking distance were re-measured afterward. No
significant difference is found in the subject’s anthropometric characteristics. Consecutively, boys’
and girls’ walking distances were 500.08 meter and 481,82 meter. There was significant differ-
ence in walking distance between both sexes. From body height, body weight, body mass index,
only for girls’ body height which correlate significantly with walking distance.
Keywords: children, six-minute-walk test, exercise testing

Pendahuluan treadmill dan sepeda paling sering digunakan untuk uji


Respons individu terhadap latihan menggambarkan kapasitas fungsional pada anak. Namun, kekurangan dari alat
kapasitas fungsional dari sistem respirasi, jantung dan tersebut adalah harga yang mahal dan ukuran yang besar
metabolisme. Baku emas dalam mengukur respons latihan dibandingkan dengan ukuran tubuh anak sehingga anak
aerobik pada setiap orang adalah dengan uji latih maksimal cenderung terlalu cepat menggunakan usaha maksimal serta
jantung paru secara inkremental.1,2 Selama ini uji latih membuat anak terlalu cepat lelah dan bosan. Uji latih yang
bertujuan untuk menentukan kebugaran fisik yang lebih baik adalah uji yang mudah untuk diulangi dan tidak
terfokus kepada aktivitas yang berhubungan dengan ketram- memperberat keadaan fisik pasien.5,6
pilan aktivitas tersebut daripada kesehatan kebugaran.3 Pada tahun 1960, Balke1,2,4 mengembangkan suatu uji
Beberapa modalitas uji latih telah digunakan secara sederhana untuk mengevaluasi kapasitas fungsional dengan
objektif untuk mengevaluasi kapasitas fungsional. Beberapa mengukur jarak tempuh yang dicapai setelah berjalan selama
di antaranya memberikan hasil yang lengkap pada performa selang waktu tertentu. Waktu 12 menit kemudian dikem-
aktivitas fisik dengan menggunakan teknologi yang tinggi bangkan untuk mengevaluasi tingkat kebugaran fisik pada
dan mahal, sedangkan yang lain memberikan hasil yang orang sehat, dan telah digunakan untuk menilai disabilitas
mendasar dengan menggunakan teknologi yang sederhana penderita bronkitis kronik. Namun demikian, Butland dan
dan mudah dilakukan. Uji klinis yang banyak digunakan kawan-kawan (1982)7 mendapatkan bahwa jalan 12 menit
untuk menilai kapasitas fungsional tubuh melalui aktivitas sangat melelahkan penderita-penderita dengan penyakit
fisik meliputi uji naik tangga, uji jalan enam menit, shuttle saluran napas sehingga jalan enam menit kemudian ditemukan
walk test, cardiac stress test (seperti metode Bruce atau lebih baik dari jalan 12 menit. Penelitian-penelitian terdahulu
Naughton) dan cardiopulmonary exercise test.4 menyatakan bahwa uji jalan enam menit merupakan uji
Pada akhir dekade ini, protokol latihan pada anak telah fungsional yang telah diuji keandalan dan kesahihannya
berkembang secara bermakna. Anak dengan kelainan bawaan dalam mengukur toleransi latihan dan ketahanan.1,2,4
pada jantung, paru, gastrointestinal, metabolik, dan organ Uji jalan enam menit adalah uji dalam tingkat sub-
lainnya perlu dievaluasi secara rutin. Jenis dan modalitas uji maksimal untuk menentukan kapasitas fungsional. Banyak
kapasitas fungsional pada anak selalu disesuaikan dengan aktivitas harian yang dilakukan dalam batas level sub-
usia, ukuran tubuh, dan keadaan medis saat itu. Selama ini maksimal, sehingga dikatakan bahwa uji fungsional yang

214 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010


Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak

submaksimal dapat memberikan gambaran yang terbaik dalam dengan VO2max (volume oxygen maximal) yang juga diuji
kemampuan fisik. Beberapa penelitian terakhir mengatakan pada treadmill exercise stress test.
bahwa uji jalan enam menit mudah dilaksanakan, mempunyai Pada pengalaman penelitian-penelitian sebelumnya
toleransi yang baik, cepat, tidak mahal, lebih menggambarkan dikatakan bahwa, uji jalan enam menit ini dapat dilakukan
aktivitas sehari-hari dan merupakan indikator terbaik diantara pada anak, namun sangat tergantung pada motivasi,
uji submaksimal lainnya untuk menguji kapasitas kerjasama dan koordinasi dari anak tersebut.1,2,4,11 Oleh karena
fungsional.1-4 Saat ini semua pasien yang akan mendapatkan itu, banyak peneliti memilih sampel anak dengan rentang umur
program rehabilitasi selayaknya dilakukan tes submaksimala 7-15 tahun.1-3,12,13,15,18 Penelitian uji jalan enam menit pada
terlebih dahulu.7 kelompok usia 9-10 tahun ini, merupakan penelitian pertama
Selama ini uji jalan enam menit dilakukan pada pasien yang akan dilakukan di Indonesia.
dewasa dengan penyakit jantung dan paru sedang-berat,4
seperti pada gagal jantung,8,9 penyakit paru obstruksi kronik Metode
(PPOK), 10 dan pada usia lanjut.11 Namun demikian, akhir- Penelitian ini merupakan studi potong lintang (cross-
akhir ini penggunaan uji jalan enam menit juga dilakukan sectional) terhadap 194 anak laki-laki dan 198 anak perempuan
pada anak untuk menguji kapasitas fungsional kardio- sehat usia 9-10 tahun dari beberapa sekolah dasar negeri di
vaskular, terutama yang problematik.12 Selama ini uji Jakarta Pusat. Populasi dipilih secara acak dengan metode
submaksimal dapat digunakan pada anak yang menderita b cluster sampling dua tahap, untuk lokasi sekolah dasar di
penyakit yang tidak mampu melakukan tes maksimal karena Jakarta Pusat dan untuk subjek diacak di tempat (random on
terlalu berat.5,3,15 Contohnya adalah penyakit jantung paru site). Data dikumpulkan dari bulan April sampai Juli 2009.
sedang-berat,1,2 hipertensi pulmonal,12 kistik fibrotik,13,14 ju- Kriteria inklusi subjek penelitian adalah anak usia 9-10
venile idiopatic arthritis,15,16 penyakit yang berat pada tahun laki-laki dan perempuan yang bersekolah di Jakarta
anak,17 penyakit kronik (hemofilia, spina bifida),16 post infec- Pusat. Kriteria eksklusi meliputi anak yang dilaporkan oleh
tious bronchiolitis obliterans,19 cerebral palsy,19,20 fibro- orangtua atau melaporkan diri sendiri mempunyai riwayat
myalgia21 dan penyakit kardiopulmonar berat yang akan gangguan kardiovaskular, paru, neurologis yang menye-
dilakukan tranplantasi,1,2,12 Sayangnya, penelitian-penelitian babkan kelemahan otot kaki, dan kelainan muskuloskeletal,
tersebut hanya menguji anak yang menderita suatu penyakit serta tidak hadir saat dilakukan uji jalan enam menit.
tanpa membandingkannya dengan anak sehat. Uji jalan dihentikan bila anak tidak sanggup lagi berjalan
Nilai jarak tempuh jalan enam menit pada anak sehat atau tidak ingin menyelesaikan jalan enam menit, terjadi
sesungguhnya penting untuk diketahui sebelum dilakukan penurunan detak jantung saat beban ditambah, terdapat ciri-
uji pada anak yang sakit, agar dapat dibandingkan pada anak ciri penurunan curah jantung (kelelahan dan berkeringat yang
yang menderita penyakit. Namun demikian, saat ini masih berlebihan, mengantuk, dehidrasi), terjadi sesak yang tidak
sangat sedikit yang melakukan penelitian uji jalan enam menit dapat ditoleransi, terdapat penurunan saturasi oksigen secara
ini pada anak yang sehat.1-3,15 progresif <90% atau turun 10% dari saturasi istirahat pada
Uji jalan enam menit berguna sebagai alat ukur, karena pasien simptomatik, atau atas permintaan anak.
berjalan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyak Sebelum dilakukan uji jalan enam menit, dilakukan
anak berjalan paling kurang enam menit dalam sehari, pencatatan identitas anak pada formulir yang telah disediakan,
sehingga tidak diperlukan suatu persiapan untuk melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan pada posisi ber-
tes ini. Tes submaksimal lebih berguna untuk anak daripada diri,tekanan darah, nadi istirahat, dan saturasi oksigen pada
tes maksimal karena anak jarang menggunakan usaha yang posisi duduk. Peneliti mempersiapkan peralatan dan lintasan
maksimal dalam kehidupan sehari-hari mengingat bahwa 15 meter untuk uji jalan enam menit. Anak diberi petunjuk
jantung dan tubuh anak belum dapat menanggung beban dan contoh cara melakukan uji jalan enam menit. Anak bersiap
yang begitu berat.3-5 Uji tersebut juga dapat mengevaluasi di tempat awal yang dan diberi aba-aba untuk mulai berjalan
progresivitas penyakit dan melihat adanya respons pena- semampu mungkin selama enam menit. Anak tidak boleh
nganan medis yang telah diberikan. 5 Jadi, anak yang berlari atau berjalan santai.
mengalami penurunan performa kardiovaskular seharusnya Saat mulai berjalan, stopwatch dijalankan. Anak dapat
melaksanakan uji jalan enam menit karena usaha yang berhenti berjalan sementara jika merasa sesak atau kaki lelah
dibutuhkan tidak terlalu berat dan dapat mengurangi risiko (peneliti/asisten peneliti memberikan kursi dan memper-
yang mungkin terjadi.3,15 silahkan duduk kepada anak, lalu memeriksa saturasi, tekanan
Pada penelitian Li et al.1 ditemukan keandalan terhadap darah dan nadi anak dan mengevaluasi keluhan sesaknya),
uji jalan enam menit pada anak sehat. Tidak ditemukan sementara itu stopwatch terus dijalankan sampai waktu enam
perbedaan yang bermakna pada jarak tempuh yang diperoleh menit, dan bila anak yang berhenti tersebut sudah mampu
dalam dua kali pengujian dengan uji kedua dilakukan 18 hari untuk berjalan kembali sementara waktu enam menit yang
setelah uji yang pertama. Uji tersebut juga sahih dengan disediakan belum berakhir, anak dapat melanjutkan
ditemukan hubungan yang bermakna antara jarak tempuh perjalanannya kembali sampai waktu enam menit tersebut

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010 215


Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak

berakhir. Tabel 2. Perbandingan Karakteristik Subjek Laki-laki dan


Saat berjalan anak mengenakan alat pulse oxymetry Perempuan
yang dikenakan di jari telunjuk tangan yang lebih kuat, yang Variabel Jenis Rerata + Simpang p
mengarah ke lantai untuk memonitor denyut nadi dan saturasi Kelamin Baku
oksigen. Saat berjalan melewati peneliti, maka jari telunjuk
anak yang terdapat pulse oxymetry ini harus diangkat dan TB (cm) Perempuan 138,08 + 8,49 0,502
Laki-laki 137,53 + 7,81
diperlihatkan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat BB (kg) Perempuan 30,36 + 7,44 0,564
memantau dan mempertimbangkan apakah uji dapat Laki-laki 31,90 + 16,10
diteruskan atau dihentikan. Dalam pelaksanaan uji jalan enam IMT (kg/cm2) Perempuan 15,81 + 2,74 0,058
menit, peneliti dapat memotivasi anak.1,2,12,15 Laki-laki 16,26 + 3,09
Z-skor IMT Perempuan -0,7463 + 11,388 0,468
Setelah anak menyelesaikan uji jalan enam menit, peneliti Laki-laki -1,46 + 12,02
memberi tanda dengan spidol hitam tepat pada titik anak
berhenti. Setelah itu dilakukan kembali pengukuran tekanan
darah, denyut nadi, dan saturasi oksigen. Saat anak sebelum dan sesudah uji jalan enam menit memperlihatkan
diistirahatkan pada kursi, peneliti melakukan pengukuran perbedaan bermakna baik pada anak laki-laki maupun
jarak yang ditempuh yang diukur mulai dari tempat awal perempuan, kecuali tekanan darah yang menunjukkan tidak
berjalan sampai di titik terakhir anak berhenti. ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah uji.
Analisis statistik dilakukan dengan uji t-berpasangan Tabel 3 memperlihatkan perbandingan antara jarak
untuk menilai perbedaan jarak tempuh jalan enam menit anak tempuh anak laki-laki dan perempuan, di mana untuk melihat
laki-laki dan perempuan dan uji korelasi untuk menilai kemaknaan dilakukan uji Mann-Whitney karena didapat
hubungan berat badan dan tinggi badan dengan jarak tempuh distribusi yang tidak normal pada data set antara nilai jarak
jalan enam menit pada anak laki-laki dan perempuan. tempuh anak laki-laki dengan anak perempuan. Didapatkan
perbedaan bermakna jarak tempuh anak laki-laki dan
Hasil perempuan, di mana anak laki-laki mempunyai jarak tempuh
Subjek penelitian yang memenuhi syarat adalah 194 yang lebih besar daripada anak perempuan.
laki-laki dan 198 perempuan. Jumlah subjek penelitian pada
setiap SD dicantumkan dalam tabel 1. Tabel 3. Perbandingan Jarak Tempuh pada Anak Laki-laki
dan Perempuan

Tabel 1. Jumlah Subjek Penelitian di tiap SD Variabel Jenis Rerata + Simpang p


Kelamin Baku
Laki-laki Perempuan Total
Jarak tempuh uji Perempuan 481,82 + 47,20 0.000*
Kecamatan Menteng jalan 6 menit Laki-laki 500,08 + 53,70
SDN Gondangdia 01 29 22 51
SDN Menteng 02 40 46 86 *Bermakna
SDN Pegangsaan 01 33 31 64
Kecamatan Johar Baru
SDN Galur 01 20 18 38 Jarak tempuh uji jalan enam menit berkorelasi lemah (<0,4)
SDN Johar Baru 17 31 31 62 dengan berat badan (r=-0,004), tinggi badan (r=0,086) dan
SDN Tanah Tinggi 09 24 29 53
indeks massa tubuh (r=-0,046) pada anak laki-laki. Hasil
Kecamatan Cemapaka Putih
SDN Cempaka Putih 17 21 38 korelasi antara berat badan, tinggi badan dan indeks massa
Timur 05 tubuh pada anak laki-laki ini, tersaji dalam tabel 4. Pada anak
perempuan, jarak tempuh uji jalan enam menit juga berkorelasi
Total 194 198 392
lemah (<0,4) dengan berat badan (r=0,01), tinggi badan
(r=0,018) dan indeks massa tubuh (r=0,028). Tinggi badan
Seluruh subjek merupakan anak sehat dan memiliki berkorelasi bermakna dengan jarak tempuh anak perempuan.
kisaran usia yang sama yaitu 9-10 tahun (108-119 bulan) dan
memiliki status nutrisi yang sama (Z-skor IMT -2 s/d +2). Tabel 4. Hubungan Antara Jarak Tempuh Uji Jalan Enam
Perbandingan karakteristik subjek laki-laki dan perempuan Menit dengan BB, TB dan IMT pada Anak Laki-laki
terdapat pada tabel 2 dan dapat diambil kesimpulan bahwa Variabel R P
tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok anak
laki dan perempuan. BB -0,004 0,955
Pada penelitian ini juga didapatkan bahwa tanda vital TB 0,086 0,235
IMT -0,046 0,527
(seperti nadi, saturasi oksigen, frekuensi pernafasan, suhu)
meningkat setelah uji dilakukan. Pengukuran tanda vital

216 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010


Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak

Hasil korelasi antara berat badan, tinggi badan dan pada anak disebabkan oleh sulitnya koordinasi dan motivasi
indeks massa tubuh pada anak perempuan ini, tersaji dalam dari anak-anak. Menurut ATS Guideline,4 motivasi dan
tabel 5. koordinasi juga merupakan faktor yang menentukan jarak
tempuh.
Tabel 5. Hubungan Antara Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Hubungan berat badan dan IMT dengan jarak tempuh
Menit dengan BB, TB dan IMT pada Anak Perempuan uji jalan juga tidak bermakna pada anak laki-laki dan
perempuan dalam penelitian ini. Hasil tersebut sama dengan
Variabel R P
penelitian-penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa
BB 0,01 0,157 tinggi badan lebih menentukan jarak tempuh pada uji jalan
TB 0,184 0,010* enam menit daripada berat badan.1-4 Menurut ATS Guide-
IMT 0,028 0,699 line,4 berat badan yang mempengaruhi jarak tempuh berjalan
*Bermakna jika berat badan berlebih, yaitu membuat jarak tempuh lebih
rendah. Hal itu disebabkan oleh adanya perubahan bio-
Diskusi mekanik dalam cara berjalan, sehingga untuk berjalan dibu-
Lammers dan Hislop mengatakan jarak tempuh juga tuhkan energy expenditure yang lebih besar.
dipengaruhi oleh usia. Pada penelitiannya ditemukan jarak Menurut studi Calders et al,23 indeks massa tubuh yang
tempuh meningkat 37 meter antara usia 4 - 5 tahun, 43 meter tinggi mempunyai massa lemak yang tinggi pula pada tubuh.
antara usia 5-6 tahun dan 25 meter antara usia 6-7 tahun, dan Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa akumulasi lemak yang
di atas usia 7 tahun tidak ada peningkatan yang berarti sampai tinggi dapat mengkompresi massa otot sehingga massa otot
usia 11 tahun.13 Namun, Li et al.2 membantah dengan akan kecil yang nanti efeknya akan menurunkan VO2max/kg.
menyatakan bahwa tinggi badan merupakan faktor yang kuat Anak akan mudah merasa lelah dalam berjalan yang membuat
dibandingkan usia terhadap jarak tempuh karena individu jarak tempuh yang didapat lebih rendah. Begitu juga
dengan usia yang sama dapat mempunyai tinggi yang sebaliknya jika berat badan di bawah normal akan membuat
berbeda akibat latar belakang kehidupannya dan genetik. metabolisme di otot terganggu. Pada studi ini, berat badan
Meningkatnya jarak tempuh berjalan antara lain sampel yang ditemukan rata-rata normal dan dibawah nor-
dipengaruhi oleh kecepatan berjalan. Kecepatan berjalan mal, dan sampel yang mempunyai berat badan di bawah nor-
dipengaruhi oleh karakteristik fisik, misalnya tinggi badan mal telah dieksklusi dari penelitian.
dan berat badan. Sebagaimana kita ketahui, tinggi badan
Kesimpulan dan Saran
akan menentukan besarnya jarak satu siklus berjalan dan
jarak berjalan.2,22 Peneliti tidak mengukur lebar panggul dan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa uji jalan
panjang kaki, yang mungkin bisa menjadi suatu prediksi enam menit merupakan uji yang mudah, praktis, dan
penting dalam menentukan jarak tempuh pada uji jalan enam memungkinkan untuk dilakukan pada anak. Namun, uji
menit, karena panjang kaki adalah penentu utama satu siklus tersebut sangat dipengaruhi oleh koordinasi dan motivasi
berjalan. Menurut American Thoracic Society (ATS) Guide- anak. Nilai jarak tempuh yang diperoleh dari uji jalan enam
line,4 beberapa faktor yang mempengaruhi panjang dan menit pada kelompok usia 9-10 tahun pada laki-laki 500,08
pendeknya jarak tempuh pada uji jalan enam menit adalah meter dan perempuan 481,82 meter. Terdapat perbedaan
tinggi tubuh, usia, berat badan, jenis kelamin, motivasi, bermakna jarak tempuh pada uji jalan enam menit antara anak
kognisi, dan penyakit penyertanya. laki-laki dan perempuan, yaitu jarak tempuh anak laki-laki lebih
Tidak didapatkan adanya hubungan antara tinggi badan besar daripada anak perempuan. Tinggi badan, berat badan,
anak laki-laki dengan jarak tempuh uji jalan enam menit pada dan indeks massa tubuh berkorelasi lemah dan tidak
penelitian ini diperkirakan karena sulitnya koordinasi, berpengaruh terhadap jarak tempuh uji jalan enam menit.
kurangnya motivasi pada anak laki-laki, dan kecilnya sampel. Nilai jarak tempuh pada kelompok usia 9-10 tahun
Kematangan emosi dan kognisi yang belum begitu stabil disarankan untuk dipakai sebagi acuan dalam menilai
pada kelompok usia tersebut dapat membuat anak cepat sekali kapasitas fungsional dalam progresivitas penyakit atau
merasa bosan. Sulitnya koordinasi terutama terjadi pada anak menilai respons terhadap program latihan yang diberikan pada
laki-laki yang cenderung ekspresif, mereka mencoba anak dengan disabilitas. Perlu pula dilakukan uji jalan enam
menetralisir rasa bosan dengan bergerak lebih banyak seperti menit pada kelompok usia yang lain dan penelitian khusus
berjalan sambil melompat-lompat dan terkadang mencoba tentang uji jalan enam menit yang dilakukan di dalam dan di
untuk melanggar aturan seperti berlari, dibandingkan dengan luar ruangan. Di masa mendatang, penelitian dapat dilakukan
anak perempuan yang lebih patuh dan sabar saat berjalan. di sekolah dasar dengan lingkup yang lebih luas, dengan
Hal itu mengakibatkan jarak tempuh yang didapat tidak sesuai jumlah sampel yang lebih besar.
dengan tinggi badan anak laki-laki.
Daftar Pustaka
Beberapa penelitian oleh Lammers et al.3 dan Roush et
al12 menyatakan bahwa keterbatasan uji jalan enam menit 1. Li AM, Yin J, Yu CCW, Tsang T, So HK, Wong E. The six minute

Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010 217


Nilai Rerata Jarak Tempuh Uji Jalan Enam Menit pada Anak

walk test in healthy children: reliability and validity. Eur Respir J. walt test: normal values for children of 4-11 years of age. Arch
2005;25:1057-60. Dis Child. 2008;93:455-6.
2. Li AM., Yin J, Jun T, Tsang T, So HK, Wong E. Standard refer- 13. Gulmans VA, Van VDH, deMeer K. The six minute walking test in
ence for the six minute walk test in healthy children aged 7 to 16 children with cystic fibrosis: reliability and validity. Pediatr
years. Am J Respir Crit Care Med. 2007;176:174-80. Pulmonol. 1996;22:80.
3. Roush J, Guy J, Purvis M. Reference values and relationship of 14. Cunha MT, Rozov T, Olievera RC, Jardim JR. Six minute walk
the six minute walk test and body mass index in healthy third test in children and adolescent with cystic fibrosis. Pulmonology.
grade school children. 2006;4:1-6. 2006;41:618-22.
4. American Thoracic Society Statement Guidelines for the six 15. Paap E, Net VD, Helders PJM, Takken T. Physiologic response
minute walk test. Am J Respir Crit Care Med. 2002;(166):111-7. of six minute walk test in children with juvenile idiophatic arthri-
5. Paridon SM, Alpert BS, Boas SR, Cabrera ME, Caldarera LL, tis. Arthritis & Rheumatism. 2005;53:351-6.
Daniels SR. Clinical stress testing in the pediatric age group: a 16. Hassan J, Net VD, Helders PJM, Prakken BJ, Takken T. Six
statement from American Heart Association Council on Cardio- minute walk test in children with chronic conditions. Br J Sport
vascular Disease in the young committee on atherosclerosis, Med [abstract]. 2008:44:270-4.
hypertension and obesity in youth. Circulation. 2006;113;1905- 17. Nixon PA, Soswial ML, Fricker FJ. A six minute walk test for
20. assessing exercise tolerance in severely ill children. J Pediatr.
6. Calzolari A, Pastore E. Exercise testing as a rehabilitative/train- 1996;(129):362-6.
ing tool. Pediatr Cardiol.1999;20:85-7 18. Mattielo R, Sarria EE, Stein R, Fischer GB, Mocelin HT, Barreto
7. Butland RJA, Pang J, Gross ER, Woodcock AA, Geddes DM. Two, SSM. Functional capacity assessment in children and adolescents
six and twelve minute walking test in respiratory disease. Br Med with post infectious bronchiolitis obliterans. J Pediatr. 2008;
J. 1982;284:1607-8 84(4):337-43.
8. Bittner V. Six minute walk test in patients with cardiac dysfunc- 19. Thompson P, Beath T, Bell J, Jacobson G, Phair T, Salbach NM.
tion [abstract]. Cardiologia. 1997;42:897-902 Test-retest reliability of the 10 metre fast walk test and 6 minute
9. Zugock C, Kruger C, Durr S, Gerber SH, Haunstetter A, Hornig K. walk test in ambulatory school aged children with cerebral palsy.
Is the 6 minute walk test a reliable substitute for peak oxygen Develop Med & Child Neurol. 2008;50(5):370-6.
uptake in patients with dilated cardiomyopathy?. Eur Heart J. 20. Carol MA, Marrie TW, Tim SO. The six minute walk test for
2002;21:540-9 children cerebral palsy. International J of Rehab.2008;31:185-8.
10. Bernstein ML, Despars JA, Singh NP, Avalos K, Stansbury DW, 21. Pankoff BA, Overend TJ, Lucy SD, White KP. Reliability of the
Light RW. Reanalysis of the 12 minute walk in patients with six minute walk test in people with fibromyalgia. Arthritis Care
COPD. Chest. 1994;105:163-7. Res. 2000;13:2991-5.
11. Enright PL, McBurnie MA, Bittner V, Tracy RP, McNamara R, 22. Simoneau GG. Kinesiology of Walking. Wisconsin: Mosby; 2002.
Newman AB. The Cardiovascular Heart Study The six minute 23. Reyes TM, Reyes OB. Kinesiology: Normal Human Locomo-
walk test: a quick measure of functional status in elderly adults. tion. The Philippines: C&E publishing.Inc.;1978.
Chest. 2003;123:387-98.
12. Lammers AE, Hislop AA, Flynn Y, Haworth SG. The six minute
FS

218 Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 5, Mei 2010

Anda mungkin juga menyukai