Anda di halaman 1dari 13

Bab II

Pembahasan

a. Pengertian Taksonomi Pembelajaran

Taksonomi pembelajaran adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurutkan


berdasarkan ciri-ciri suatu bidang tertentu dan menjadi salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sebab segala kegiatan
pembelajaran intinya adalah pada tercapainya tujuan tersebut. Taksonomi tujuan
pembelajaran diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:

 Perlu adanya kejelasan terminology tujuan yang digunakan dalam tujuan


pembelajaran karena tujuan pembelajaran berfungsi untuk memberikan arah
kepada proses belajar dan menentukan perilaku yang dianggap sebagai bukti
hasil belajar.
 Sebagai alat yang akan membantu guru dalam mendeskripsikan dan
menyusun tes, teknik penilaian dan evaluasi.
Keuntungan dari penuangan taksonomi pembelajaran adalah sebagai berikut:
 Waktu untuk kegiatan belajar mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan
secara tepat.
 Pokok bahasan dapat dibuat seimbang sehingga tidak ada materi pelajaran
yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit dan sesuai.
 Pendidik dapat menetapkan berapa banyak materi pelajaran yang dapat atau
sebaiknya diberikan dalam setiap jam pelajaran.
 Pendidik dapat menetapkan susunan dan rangkaian materi pelajaran secara
tepat.
 Pendidik dapat menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar mengajar
yang cocok dan menarik dengan mudah.
 Pendidik dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan
maupun bahan dalam keperluan belajar.
 Pendidik dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
b. Taksonomi Variabel Pembelajaran
Banyak upaya yang dilakukan ilmuan pembelajaran dalam mengklasifikasi
variabel dalam pembelajaran. Pengelompokan atau taksonomi dapat diartikan
sebagai salah satu metode klasifikasi tujuan instruksional secara berjenjang
dan progresif ke tingkat yang lebih tinggi. Menurut Reigeluth dan Merill
(dalam Sudana Degeng, 1989:12) klasifikasi variabel-variabel pembelajaran
ini dimodifikasi menjad tiga variabel yaitu sebagai berikut :
1) Variabel kondisi pembelajaran

Kondisi pembelajaran dapat didefinisikan sebagai faktor yang mempengaruhi efek


penggunaan metode tertentu untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Kondisi
pembelajaran dapat juga dikatakan dengan keadaan riil dilapangan atau keadaan pada
saat terjadinya proses pembelajaran. Ondisi pembelajaran selalu berubah-ubah, hal ini
tergantung pada situasi anak didik, kondisi kelas, materi pembelajaran.

Variabel yang termasuk kedalam kondisi pembelajaran yaitu variabel-variabel yang


mempengaruhi penggunaan variabel metode yaitu :

1. Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi

Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu kepada hasil pembelajaran yang


diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran
ditetapkan lebih dulu, dan berikutnya semua upaya pengajaran diarahkan untuk
mencapai tujuan ini. Tujuan pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis,
sejalan dengan 2 jenis strategi pengorganisasi pengajaran yang ada (strategi dan
mikro) yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Sedangkan karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang
dapat memberikan landasan yang berguna dalam mendeskripsikan strategi
pembelajaran. Karakteristik setiap bidang studi sangatlah berbeda-beda. Oleh karena
berbedanya karakter satu bidang studi dengan bidang studi yang lain dituntut
menggunakan strategi dan media yang berbeda pula. Disinilah peranan seorang guru
dalam mengorganisasi pelajaran, pemilihan media dan menetapkan strategi dalam
pembelajaran.

2. Kendala dan Karakteristik Bidang Studi

Ada dua variabel yang mempengaruhi pemilihan strategi penyampaian, yaitu :


karakteristik bidang studi dan kendala. Karakteristik bidang studi perlu menjadi
pertimangan khusus ketika memilih media pengajaran yang akan digunakan
menyampaikan pembelajaran. Terutama dikaitkan dengan tingkat kecermatan suatu
media dalam menyampaikan pembelajaran, kemampuan khusus yang dimiliki oleh
suatu media, serta pengaruh motivasional yang mampu ditimbulkannya.

Sedangkan kendala adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti media, waktu,


personalia, dan uang. Kendala sering kali ditemukan seorang pendidik dalam
menjalani kegiatan belajar dan pembelajaran. Terkadang guru sangat kesulitan untuk
memilih media dalam pembelajaran. Sedangkan media adalah sesuatu yang
mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan
bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara. Media dapat juga kita artikan sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apa bila dikaitkan dengan
kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke
peserta didik.

Namun perlu kita ingat, bahwa peranan media tidak akan telrihat bila
penggunaannya tidak sejalan dengan isi dari tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan. Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan
untuk menggunakan media. Manakala diabaikan, maka media bukan lagi sebagia alat
bantu pengajaran, akan tetapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara
efektif dan efisien.

Selain itu kencala yang sering terjadi di lapangan adalah faktor keuangan.
Seorang guru dituntut untuk mengunakan media dalam proses belajar mengajar. Aka
tetapi disisi lain guru terbentur oleh masalah dana untuk mengadakan media tersebut.
Dan dari pihak sekolah tidak dapat memfasilitasi untuk pengadaan media. Menurut
penulis, media yang digunakan tidak harus mahal, yang penting media tersebut dapat
menghantarkan siswa pada tujua pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pendidik pada saat sekarang ini harus mampu memanfaatkan media belajar
dari yang sangat komplek sampai pada media pendidikan yang sangat sederhana.
Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan, maka masalah perencanaan,
pemilihan dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru. Bahkan
tidak mustahil dapat mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan, bila tidak dikuasai
sungguh-sungguh oleh guru

3. Karakteristik Siswa/Siswi Belajar

Karakteristik siswa-siswi belajar adalah aspek-aspek atau kualitas


perseorangan siswa seperti bakat, motivasi belajar dan kemampuan awal (hasil
belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik si-belajar akan berpengaruh dalam
pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran,
khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik
perseorangan si-belajar. Karakter siswa yang bermacam-macam menuntut guru untuk
strategi dalam pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga,
tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap
variabel metode, disamping pengaruh utamanya pada strategi pengelolaan
pembelajaran.
2) Variabel Metode Pembelajaran

Menurut Yamin Martinis, (2007) metode pembelajaran adalah cara melakukan


atau penyajikan, menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penggunaan metode terkadang
guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak
mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan instruksional adalah pedoman yang
mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu
merumuskannya dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru
menentukan metode yang bagaimana yang dipilih guna menunjang pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan tersebut.

Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena


mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya.
Penggunaan satu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar
yang membosankan bagi peserta didik. Proses pembelajaran akan tampak kaku. Anak
didik terlihat kurang bergairah belajar. Kondisi seperti ini sangat tidak
menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam
penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak dirugikan. Ini berarti metode tidak
dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar. Variabel-variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut
menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :

- Strategi pengorganisasian

- Strategi penyampaian

- Strategi pengelolaan

Strategi pengorganisasian adalah metode untuk mengorganisasi isi bidang


studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu
tindakan seperti pemilihan isi penataan isi format dan lainnya yang setingkat dengan
itu.

Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Buderson, dan


Merrill sebagai struktural strategi, yang mengacu paca cara untuk membuat urutan
(sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang
berkaitan. Sqeuencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidang studi,
dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar
keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur atau prinsip yang terjandung dalam suatu
bidang studi.

Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat


penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam
suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi pembelajar, yaitu dengan
menunjukkan bagaimana topik-dopi itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi.
Kebermaknaan ini akan menyebabkan pembelajar memiliki retensi yang lebih baik
dan lebih lama terhadap topik-topik yang telah dipelajari. Sequencing, atau penataan
urutan juga penting, karena diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang
efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu dan yang lebih
penting, karena pada hakekatnya semua isi bidang studi memiliki prasyarat belajar
mebnurut Gagne (dalam Sudana Dengeng, 1989:84).

Penggarapan strategi pengorganisasi pengajaran tidak bisa dipisahkan dari


karakteristik struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh karena struktur isi bidang
studi memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya pembuatan urutan dan sintesis
antar si suatu bidang studi. Strukitur bidang studi berupa struktur belajar atau hirarkhi
belajar, struktur prosedural, struktur konseptual, dan struktur teoritik.

Sedangkan strategi penyampaikan adalah metode untuk menyampaikan


pembelajaran kepada siswa untuk menerima serta merespon masukan yang berasal
dari siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi lebih lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga
bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor
intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap tahap pelajaran yang
diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaa anak didik terhadap bahan pelajaran
yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan
penuh dapat tercapai.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana yang dijelaskan


diatass, memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu
jawabannya. Untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah menyerap
bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk
sekelompok anak didik yang lain mereka lebih menyerap bahan pelajaran bila guru
menggunakan metode demonstrasi atau metode yang lainnya.

Menghadapi kasus yang seperti ini maka seorang guru dituntut untuk
menggunakan metode yang bervariasi dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan
menggunakan metode yang bervariasi diharapkan semua siswa dapat mengikuti
pelajaran dan mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan oleh guru.

Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi


antara si belajar dan variabel metode pembelajaran lainnya, variabel strategi
pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.

Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode


yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara si belajar dengan variabel
metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian mana yang digunakan
selama proses pembelajaran.

3) Variabel Hasil Pembelajaran


Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Variabel
hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu :

- Keefektifan
- Efisiensi
- Daya tarik

Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian isi


belajar. Ada empat aspek penting yang dapat dipakai untuk mendeskripsikan
keefektifan pembelajaran yaitu (1) kecermatan penguasaan prilaku yang dipelajari
atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”, (2) kecepatan untuk kerja, (3) tingkat
alih belajar, (4) tingkat retensi apa yang dipelajari.

Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara kesefektifan dan


jumlah waktu yang dipakai si belajar atau jumlah biaya pembelajaran yang
digunakan.

Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan


siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya
tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi
keduanya. Itulah sebabnya, pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak
terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan
bidang studi.

Dari tiga variabel diatas kita dapat mengukur keberhasilan kita dalam
mengajar, apakah pembelajaran kita sudah efektif, efisien dan memiliki daya tarik.
Ciri pembelajaran yang baik apabila pembelajaan tersebut efektif, artinya si belajar
telah mencapai tujuan dari apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian efisien,
sudahkah waktu yang ditentukan mencukupi dalam penyampaian materi
pembelajaran, dan apakah biaya yang diperlukan dalam pembelajaran tadi sesuai
dengan apa yang telah direncanakan. Selanjutnya adakah pembelajaran yang
disampaikan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa, apabila pembelajaran tersebut
memberikan kesan kepada siswa dan siswa cenderung untuk mencinai pembelajaran
itu, berati kita telah berhasil dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Perencanaan dan Pengembangan Pembelajaran

Berpijak pada klasifikasi variabel-variabel pembelajaran di atas,


dikembangkanlah langkah-langkah perencanaan dan pengembangan pembelajaran
sebagai berikut:

 Analisis tujuan dan karakteristik bidang studi (matakuliah).


 Analisis sumber belajar (kendala)
 Analisis karakteristik mahasiswa
 Menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajara
 Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran
 Menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran
 Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran
 Mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
d. Revisi pembelajaran
1. Analisis kebutuhan pembelajaran

Kebutuhan adalah kesenjangan antara kondisi sekarang dengan kondisi yang


diinginkan. Langkah ini merupakan need assessment, yaitu menganalisis kebutuhan
apa yang harus dikuasai mahasiswa sebagai kompetensi yang dibutuhkan dalam
kehidupannya. Kompetensi ini berorientasi pada hasil dan implikasi yang diharapkan
muncul pada diri mahasiswa melalui serangkaian pengalaman belajar. Berdasarkan
kebutuhan akan penguasaan kompetensi ini, diidentifikasikan tujuan-tujuan umum
pembelajaran yang harus dikuasai mahasiswa. Tujuan umum adalah pernyataan
umum tentang hasil belajar yang harus dikuasai mahasiswa, yang dikembangkan
mengacu kepada kebutuhan atau kompetesi yang telah ditetapkan.

2. Melakukan analisis pembelajaran

Analisis pembelajaran merupakan upaya bagaimana suatu kompetensi dapat


dicapai melalui pengaturan secara sistematis langkah-langkah pembelajaran baik
secara prosedural, hirarkhial, maupun kombinasi keduanya. Langkah-langkah
tersebut sering digambarkan sebagai diagram atau alur atau skema yang tersusun
berdasarkan tahap-tahap rangkaian pengalaman belajar yang harus dilalui mahasiswa,
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

3. Menganalisis karakteristik peserta belajar/mahasiswa dan konteks

Paradigma baru dalam pembelajaran menempatkan kebutuhan mahasiswa


sebagai hal yang utama. Ini berarti bahwa upaya apapun dalam peristiwa
pembelajaran harus berorientasi dan berfokus serta berpijak pada kondisi dan
kebutuhan mahasiswa. Karakteristik mahasiswa sebagai variabel kondisi
pembelajaran didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta
belajar. Aspek-aspek ini dapat berupa kecerdasan, motivai belajar, gaya kognitif,
gaya belajar, dan yang terpenting adalah kemampuan awal atau hasil belajar yang
telah dimilikinya. Kemampuan awal sebagai kemampuan prasyarat sangat diperlukan
sebagai dasar pijakan dalam memilih bahan dan strategi pembelajaran. Karakteristik
mahasiswa ini perlu diperhatikan, karena akan berpengaruh terhadap proses dan hasil
belajarnya.

4. Merumuskan tujuan-tujuan khusus

Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan-tujuan khusus pembelajaran.


Tujuan khusus adalah pernyataan-pernyataaan khusus tentang hasil pembelajaran
yang diinginkan. Tujuan ini merupakan penjabaran dari tujuan-tujuan umum yang
telah ditetapkan, dengan memperhatikan karakteristik mahasiswa serta konteks yang
ada. Tujuan khusus ini akan bermanfaat untuk mempreskripsikan strategi
pembelajaran di tingkat mikro. Tujuan khusus ini juga yang akan memberi arah isi
atau materi yang akan dipelajari, sekaligus cara mengorganisasikan materi. Untuk
merumuskan tujuan khusus pembelajaran, biasanya mencantumkan komponen-
komponen utama seperti; audience (mahasiswa), behavior (perilaku/kemampuan),
conditions (kondisi/konteks), dan degree ( kriteria). Untuk lebih mudah mengingat
biasanya digunakan mnemonik ABCD.

5. Pengembangan alat penilaian

Penilaian merupakan suatu upaya untuk mengetahui perubahan kemampuan


atau perilaku yang terjadi pada diri mahasiswa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, setelah melalui proses belajar. Untuk mengetahui hasil belajar secara
menyeluruh, maka penilaian harus dilakukan secara komprehensif, artinya;

Isi penilaian mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


Semua isi pelajaran yang telah dipelajari harus terungkap dalam penilaian.
Alat penilaian lengkap, tidak hanya terbatas pada satu macam alat saja.

Selain alat penilaian harus komprehensif, juga harus memenuhi prinsip-


prinsip;

Harus sesuai untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.


Harus dapat mengukur penguasaan materi-materi yang mewakili hasil belajar.
Alat evaluasi direncanakan dengan matang, dengan kisi-kisi (blueprint).
Untuk memperbaiki kualitas belajar mahasiswa.
Memiliki daya kepercayaan tinggi (ketepatan hasil).
Memiliki daya pembeda dan derajat kesukaran yang baik.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran dikembangkan berdasarkan student oriented. Strategi


pembelajaran menurut Reigeluth (1998) dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu;
strategi pengorganisasian isi pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan
strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi apapun yang dikembangkan harus sesuai
dengan kemampuan dan tujuan apa yang harus dikuasai mahasiswa. Kaitannya
dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, strategi pembelajaran
diutamakan pada ketrampilan memecahkan masalah. Pengetahuan prosedural sebagai
proses kognitif dalam mengidentifikasi, mendefinisikan, mengaplikasikan,
menginduksi dan membuat deduksi serta mengevaluasi, merupakan kemampuan-
kemampuan yang perlu dikuasai dalam memecahkan masalah. Proses berpikir
kreatif yang melibatkan aktivitas mental, emosional dan fisik, perlu dikembangkan.
Pendekatan-pendekatan konstruktivistik, kreatif-ptoduktif, contextual teaching and
learning, problem based learning, dan juga cooperative dan colaborative learning,
merupakan konsep-konsep penting dalam mengembangkan strategi pembelajaran.

7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran

Pemilihan materi atau bahan pembelajaran mengacu pada tujuan-tujuan


khusus pembelajaran. Langkah ini berhubungan dengan tindakan-tindakan untuk
memilih isi, menata isi, mengurutkan, membuat rangkuman, diagram, format,
gambar, atau yang setingkat dengan itu. Bahan-bahan pembelajaran dapat digali dari
berbagai sumber, seperti dengan cara mengumpulkan isu-isu yang sedang
berkembang, hasil-hasil penelitian, literatur, pendapat para ahli, kebijakan
pemerintah, serta hal-hal yang ada dalam kehidupan masyarakat. Diperlukan upaya
dan kreatifitas dosen untuk menggali kemungkinan-kemungkinan, memperjelas dan
memperluas penguasaan materi mahasiswa dengan berbagai sumber belajar. Atau,
belajar berbasis aneka sumber.

8. Merancang dan menyusun evaluasi formatif

Evaluasi selalu berhubungan dengan upaya pengambilan keputusan, karena


hasil evaluasi merupakan landasan untuk menilai suatu program pembelajaran dan
memutuskan apakah program dapat diteruskan atau masih perlu diperbaiki lagi.
Untuk keperluan itu dibutuhkan berbagai macam data atau informasi. Evaluasi
yang dimaksudkan sebagai proses (evaluasi formatif) bertujuan untuk menentukan
tingkat pencapaian tujuan-tujuan program pembelajaran.

9. Merancang dan menyusun evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif sebagai evaluasi hasil belajar adalah penting dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan mahasiswa dalam belajar. Kegiatan evaluasi ini
perlu dilakukan secara kontinu untuk mengetahui proses berkembangan atau
kemajuan belajar mahasiswa dari waktu ke waktu. Hasil evaluasi harus dapat
memberikan informasi sejauh mana mahasiswa telah atau belum dapat menguasai
kompetensi dan tujuan-tujuan belajar yang diharapkan. Selain untuk mengetahui
penguasaan belajar mahasiswa, hasil evaluasi ini juga dapat digunakan sebagai
landasan pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan proses seleksi
dan penempatan, perbaikan sistem pembelajaran, pengembangan kurikulum, bahkan
untuk mengetahui akuntabilitas lembaga pendidikan.

10. Revisi pembelajaran

Berdasarkan hasil evaluasi, perbaikan program dapat dilakukan secara


sistematis untuk meningkatkan hasil pembelajaran yang terkait dengan keefektifan,
efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.

Hasil analisis dan pengembangan seluruh langkah di atas akan menjadi bahan
untuk ditata/disusun ke dalam Satuan Pembelajaran atau Satuan Acara Perkuliahan
(SAP) yang siap dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai