Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH BOBOT TELUR DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP


FERTILITAS DAN DAYA TETAS AYAM BROILER STRAIN COBB

Oleh :

LISRAN
NIM. L1A1 13 105

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan terhadap


fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain cobb
Nama : Lisran
NIM : L1A1 13 105
Jurusan/Fakultas : Peternakan/Peternakan

Menyetujui,
Pembimbing l Pembimbing ll

Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. Hamdan Has, S.Pt., M.Si.
NIP. 19690212 199403 1 003 NIP. 19890831 201404 1 002

Pembimbing III

Audy Joinaldy, S.Pt., M.Sc., M.M.

Mengetahui,
Ketua jurusan peternakan

La Ode Arsad Sani, S.Pt., M.Sc.


NIP. 19731231 199903 1 005
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT rabb semesta alam sholawat serta salam semoga

terhanturkan kepada sayyidil ambiya wal mursalin Nabi Muhammad SAW.

sesungguhnya terselesaikannya penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari

nikmat Allah yang selalu ada pada diri seorang hamba.

Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya, bapak

Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. selaku pembimbing 1, bapak Hamdan Has,

S.Pt.,M.Si. selaku pembimbing 2 dan bapak Audy Joinaldy, S.Pt., M.Sc., M.M.

selaku pembimbing 3 serta rekan-rekan yang telah berpartisipasi dalam membantu

pemikiran pembuatan proposal penelitian ini baik dalam bentuk materi maupun moril.

Ucapan terima kasih penulis kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda dan

Ibunda atas kasih sayang dan do’a yang tidak henti-henti diberikan untuk penulis

sehingga bisa sampai ke tahap ini.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di

perlukan demi kesempurnaan hasil penelitian ini pada penyusunan yang berikutnya.

Kendari, Agustus 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii

KATA PENGANTAR........................................................................................... iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................2
C. Tujuan penelitian...........................................................................................2
D. Manfaat penelitian.........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam broiler strain cobb...............................................................................3


B. Penetasan telur..............................................................................................3
C. Daya tetas......................................................................................................5
D. Fertilitas.........................................................................................................7
E. Lama penyimpanan telur tetas.....................................................................10
F. Penelitian terdahulu......................................................................................11
G. Kerangka pikir..............................................................................................13
H. Hipotesis.......................................................................................................15

BAB III METODE DAN MATERI

A. Waktu dan tempat........................................................................................16


B. Alat dan bahan..............................................................................................16
C. Prosedur penelitian.......................................................................................16
D. Rancangan penelitian...................................................................................18
E. Parameter penelitian.....................................................................................19
F. Analisis data.................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permintaan akan daging ayam di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara

ini dari tahun ketahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk. Maka dengan demikian produksi akan ayam broiler baik secara kualitas

maupun kuantitas semakin ditingkatkan oleh perusahaan perunggasan penghasil ayam

broiler untuk memenuhi permintaan pasar akan daging ayam. Seiring dengan

meningkatnya permintaan masyarakat pada ayam pedaging. Maka diperlukan

peningkatan populasi broiler dengan kualitas yang baik.

DOC (Day Old Chick) yang berkualitas sangat ditentukan pada kualitas telur

tetas yang digunakan. Penetasan merupakan bagian dari kegiatan pembibitan untuk

mempertahankan dan meningkatkan populasi DOC itu sendiri. Sehingga manajemen

penanganan telur tetas sangat perlu diperhatikan dalam proses penetasan (Pasaribu,

2015).

Penetasan yang dianggap berhasil, apabila memiliki tingkat fertilitas dan hasil

tetas yang tinggi. Telur tetas yang baik umumnya berasal dari induk yang sehat

dengan produktivitas tinggi serta kualitas fisik yang baik. Faktor yang mempengaruhi

daya tetas yaitu lama penyimpanan telur dan bobot telur. Menurut Winarno dan

Koswara (2002), lama penyimpanan telur tetas yang semakin lama akan menurunkan

kualitas telur akibat penguapan CO2 dan H2O. Menurunnya kualitas telur akan
menghambat perkembangan embrio sehingga dapat menurunkan fertilitas dan daya

tetas.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian mengenai pengaruh bobot

telur dan lama penyimpanan terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain

Cobb perlu dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan

terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain Cobb”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

bobot telur dan lama penyimpanan terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler

strain Cobb.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi sumber informasi

tentang pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan terhadap fertilitas dan daya tetas

ayam broiler strain Cobb.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ayam Broiler Strain Cobb

Yansel (2015) menjelaskan bahwa unggas memiliki ciri khusus dalam hal

klasifikasi bibit. Nenek moyang dari ayam ras adalah galur murni yang disebut

dengan pure line (PL), bibit yang mempunyai spesifikasi tertentu yang menghasilkan

bibit grand parent stock (GPS) atau disebut juga dengan ayam nenek. Grand parent

stock menghasilkan bibit ayam parent stock. Parent stock menghasilkan final stock,

hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas

pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap potong

pada usia relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.

Salah satu parent stock broiler breeder yang banyak dipelihara di Indonesia

adalah parent stock cobb 500, merupakan merek dagang yang dimiliki oleh cobb

vantress, inc. Cobb 500 merupakan broiler dengan ciri warna bulu putih, jengger

tunggal, kaki kuning dan besar. Keunggulan dari cobb 500 mempunyai daya

pengoversi pakan yang cukup baik, pertumbuhan cepat, dan tingkat keseragaman

tinggi. Ayam jenis cobb berasal dari benua Amerika (Cobb, 2008).

B. Penetasan Telur

Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai

telur pecah menghasilkan anak ayam (Suprijatna et al, 2005). Usaha menetaskan telur

ayam artinya mengeramkan telur supaya menetas, yaitu pecah dan terbuka kulitnya
sehingga benih yang berkembang didalamnya menjadi anak ayam hidup. Penetasan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetasan alami dan penetasan buatan

(Mulyantini, 2010). Penetasan alami banyak dijumpai di desa-desa, dimana peternak

menetaskan telur ayam dengan menggunakan induk ayam yang sedang dalam

mengeram. Induk ayam mampu mengerami telur sebanyak 10-15 butir, tergantung

dari besar kecilnya induk tersebut.

Proses pengeraman berlangsung selama 21 hari yang dilanjutkan dengan

mengasuh anak ayam yang telah ditetaskan. Penetasan secara buatan merupakan

rekayasa penetasan telur yang sudah tidak menggunakan induk ayam. Mulyantini

(2010) menyatakan, penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan inkubator atau

alat penetasan buatan yang pada prinsipnya harus memperhatikan suhu, kelembaban

dan ventilasi.

Hatching Egg merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sel

jantan. Apabila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau

lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika

ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi. Telur tetas yang baik untuk bibit

adalah telur yang fertil (berisi benih). Telur tetas ini memiliki struktur atau bagian

yang berperan penting dalam perkembangan embrio sehingga dapat menetas, agar

dapat menetas telur tersebut sangat tergantung terhadap penanganannya (Nuryati et

al, 2003).
Menurut Paimin (2002), perlakuan terhadap telur tetas sebelum telur

ditetaskan yaitu harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya agar

telur yang akan ditetaskan menghasilkan anak ayam yang berkualitas. Telur layak

dikatakan sebagai telur tetas atau layak untuk ditetaskan merupakan telur yang telah

dilakukan penyeleksian dan sesuai dengan syarat-syarat telur tetas.

C. Daya Tetas

Menurut Rajab (2013), daya tetas merupakan nilai dari banyaknya anak ayam

(DOC) yang menetas dari jumlah telur tetas yang bertunas (fertil) dihitung dalam

bentuk persentase. Daya tetas telur dipengaruhi oleh penyimpanan telur, faktor

genetik, suhu dan kelembaban, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan

fertilitas telur (Sutiyono dan Kismiati, 2006).

Daya tetas adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya kemampuan

telur untuk menetas (Kartasudjana, 2006). Menurut Septiwan (2007), daya tetas

adalah perbandingan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang fertil dalam

satuan persen.

Menurut Pasaribu (2015), bahwa penurunan daya tetas dapat disebabkan

karena tingginya kematian embrio dini. Kematian embrio tidak terjadi secara merata

selama masa pengeraman telur. Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase

pengeraman. Pada fase awal, puncak kematian embrio terjadi hari keempat. Fase

akhir, terjadi pada hari ke-16. Kematian embrio dini meningkat antara hari kedua dan

keempat masa pengeraman.


Menurut Kartasudjana (2006), sebaiknya temperatur ruang penyimpanan tidak

lebih tinggi dari pada temperatur untuk perkembangan embrio. Temperatur saat

embrio mulai berkembang disebut sebagai physiological zero, yaitu 75 ºF (24 ºC).

Apabila temperatur ruangan penyimpanan diatas temperatur physiological zero maka

telur tetas yang disimpan jika telah dibuahi akan berkembang. Oleh karena itu,

ruangan penyimpanan telur harus berkisar 65 ºF (18,3 º C). Namun, jika temperatur

tidak mampu menyediakan panas optimal untuk pertumbuhan embrio maka embrio

mengalami kegagalan. Temperatur optimal untuk penetasan telur unggas adalah

sekitar 99,5 ºF (37,5 ºC). Selama penyimpanan, dari bagian dalam telur akan terjadi

penguapan yang menyebabkan rongga udara dalam telur menjadi besar. Untuk

mencegah penguapan ini dilakukan dengan meningkatkan kelembaban penyimpanan.

Kelembaban penyimpanan telur yang baik yaitu 75-80%. Sinabutar (2009) juga

menyatakan, Faktor lain yang mempengaruhi daya tetas yaitu genetik, nutrisi,

fertilitas, dan penyakit.

Menurut pendapat Rukmana (2003), faktor-faktor yang menurunkan daya

tetas telur adalah sebagai berikut:

a. Kesalahan-kesalahan teknis pada waktu memilih telur tetas

b. Kerusakan mesin tetas pada saat telur dalam mesin tetas

c. Heritability atau sifat turun temurun dari induk ayam yang daya produksi telurnya

tinggi dengan sendirinya akan menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi,

dan sebaliknya.
d. Kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat dapat menyebabkan

daya tetas telur berkurang.

Menurut Marhiyanto (2000), untuk mempertahankan daya tetas telur maka

keadaan fisik telur harus diseleksi sebelum ditetaskan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan saat menyeleksi telur tetas meliputi bobot telur, bentuknya diusahakan

yang normal (bulat-lonjong) dengan perbandingan lebar dan panjangnya 3:4, ukuran

telur harus ideal artinya jangan terlalu kecil dan jangan terlalu besar. Sebab telur yang

ukurannya telalu besar daya tunasnya rendah. Bibit akan mati sebelum keluar dari

kulit cangkang. Sedangkan telur yang ukurannya kecil akan menghasilkan kutuk yang

kecil dan pertumbuhannya terhambat. Ruang udara di dalam telur masih utuh, seperti

ketika baru dikeluarkan dari induknya. Ruang udara berada pada sisi telur yang

tumpul. Cara mengetahuinya dapat dilakukan dengan menggunakan lampu senter

serta cangkang telur harus bersih, licin dan tidak retak.

D. Fertilitas

Fertilitas telur diperoleh setelah terjadinya proses pembuahan, yaitu

penggabungan antara sperma dan ovum. Fertilitas biasanya dihitung sebagai

persentase telur yang memperlihatkan adanya perkembangan embrio tanpa

memperhatikan telur tersebut menetas atau tidak dari sejumlah telur yang ditetaskan.

Cara yang dilakukan untuk menentukan fertilitas telur adalah dengan peneropongan

atau candling. Peneropongan telur tetas biasanya dilakukan pada hari ke-4 atau ke-7

dan ke-18, sebelum telur dipindahkan ke hatcher (Septiwan, 2007). Menurut


Kartasudjana (2006), fertilitas adalah persentase jumlah telur yang fertil

(dibuahi/dikawini) dari jumlah telur yang kali pertama masuk mesin tetas.

Menurut Kartasudjana (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas

sebagai berikut:

a. Motilitas sperma

Dalam satu hari, pejantan akan memproduksi sperma normal selama 12 jam.

Mortalitas berkurang bila pejantan terlalu sering mengawini betina.

b. Umur

Fertilitas yang baik untuk jantan maupun betina terjadi pada produksi tahun

pertama dan menurun setelah tahun tersebut. Pejantan digunakan pada saat

berumur 6 bulan sampai 2 tahun.

c. Produksi sperma

Sifat sperma yang mempunyai motilitas tinggi setelah produksi, akan

menghasilkan fertilitas yang tinggi. Sperma yang mengandung persentase sperma

abnormal yang tinggi, fertilitasnya menjadi rendah.

d. Ransum

Produksi sperma akan tereduksi akibat kekurangan jumlah makanan atau

defisiensi suatu zat makanan. Jika ransum kekurangan vitamin E maka akan

menyebabkan sterilitas pada jantan. Oleh karena itu, kualitas maupun kuantitas

ransum harus baik.


e. Hormon

Pejantan akan meningkat kemampuan membuahinya (fertilitas) bila disuntik

dengan hormon sex jantan. Sebaliknya, bila seekor pejantan disuntik dengan

hormon adrenalin, produksi sperma akan menurun dan fertilitas menjadi rendah.

f. Lama penyinaran

Jumlah pencahayaan terhadap induk saat produksi sangat mempengaruhi

fertilitas. Makin tinggi produksi telur, fertilitas makin baik. Penyinaran selama 16

jam optimal untuk produksi telur.

g. Preferential mating

Pada unggas jantan maupun betina ada sifat memilih pasangan. Bila betina

tidak disenangi oleh jantan atau sebaliknya maka fertilitas akan rendah.

h. Musim

Udara lingkungan yang panas menyebabkan telur yang dihasilkan kurang

fertil. Temperatur optimum untuk berlangsungnya perkawinan yaitu 19 ºC.

i. Peck order

Jika betina rendah peck order-nya maka telur yang dihasilkan rendah

fertilitasnya.

j. Perbandingan jumlah jantan dan betina

Tiap jenis unggas mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengawini

betinanya, umumnya bervariasi antara 10-30 kali per hari. Oleh karena itu,

perbandingan jumlah jantan dan betina harus tepat.


k. Lamanya jantan berada dalam kandang

Jantan memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan betina yang ada dalam

kandang. Pejantan baru bisa kawin dengan baik setelah 2-3 hari di dalam kandang.

Meskipun jantan telah dikeluarkan, telur fertil masih ditemui 3-4 minggu

sesudahnya. Namun, fertilitasnya akan terus menurun.

E. Lama Penyimpanan Telur Tetas

Penyimpanan telur tetas pada kondisi yang kurang baik bisa menyebabkan

penurunan berat dan kantong udara semakin membesar. Kadar karbondioksida (CO2)

dan air semakin meningkat, sehingga isi telur semakin encer. Demikian pula dengan

pendapat Sudaryani dan Sastosa (2003), menyatakan bahwa penyimpanan telur

sebaiknya tidak lebih dari 6 hari atau 7 hari agar daya tetasnya tidak menurun.

Bertambahnya umur telur tetas menyebabkan penguapan cairan dan gas-gas

dari dalam telur lebih banyak. Telur yang lebih lama disimpan mengakibatkan

hilangnya cairan yang lebih banyak. Fungsi cairan didalam telur yaitu melarutkan zat-

zat nutrisi dalam telur dimana zat-zat tersebut digunakan untuk makanan embrio

selama berada didalam telur. Selain membutuhkan zat nutrisi, embrio juga

membutuhkan gas dari dalam telur seperti oksigen untuk bernafas. Jika penguapan

gas dari dalam telur semakin banyak maka akan menghambat perkembangan embrio

bahkan mengakibatkan kematian embrio. Menurut Iskandar (2003), terjadinya

kematian embrio dalam proses penetasan dipengaruhi oleh umur telur tetas karena

semakin lama disimpan dapat menyebabkan terjadinya penguraian zat organik. Telur
yang memiliki umur tetas yang lebih lama akan menghasilkan kualitas telur yan lebih

rendah, sehingga daya tetas yang dihasilkan juga lebih rendah.

Menurut Daulay et al, (2008), proses penetasan sebaiknya membutuhkan telur

tetas yang berumur kurang dari satu minggu dan frekuensi pemutaran telurnya

sekurang-kurangnya dua kali sehari. Telur tetas yang lama disimpan tentunya akan

mengakibatkan kematian pada embrio dan proses pemutaran telur yang dilakukan

secara tidak teratur dapat menyebabkan panas yang diterima telur menjadi tidak

merata sehingga embrio akan lengket pada salah satu sisi kerabang dan akhirnya juga

menyebabkan kematian embrio.

F. Penelitian Terdahulu

Musdalifah (2012), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Lama

Penyimpanan Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas

dan Mortalitas Embrio. Penelitian dilaksanakan untuk mengevaluasi pengaruh lama

penyimpanan telur sebelum penetasan terhadap tingkat fertilitas, daya tetas dan

mortalitas embrio pada telur ayam Arab. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan,

Agustus sampai September 2012, di Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Alat yang digunakan pada penelitian

ini yaitu dua unit mesin tetas manual berukuran 60 x 46 x 50 cm dengan kapasitas

100 butir, hand sprayer dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah telur ayam Arab

sebanyak 252 butir, desinfektan (rodalon) dan air. Data yang diperoleh dianalisis

ragam berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 perlakuan dan 3 kelompok


sebagai ulangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat fertilitas dari

tiap perlakuan berkisar antara 88,89% sampai 96,83%. Daya tetas tertinggi diperoleh

pada perlakuan lama penyimpanan 2-3 hari yaitu 77,90% dan terendah pada

perlakuan lama penyimpanan 8-9 hari yaitu 56,57%. Kematian embrio tertinggi pada

minggu I diperoleh pada perlakuan penyimpanan 6–9 hari sedangkan pada perlakuan

2–5 hari kematian embrio tertinggi diperoleh pada umur penetasan minggu III. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa lama penyimpanan telur ayam Arab tidak berpengaruh

terhadap tingkat fertilitas dan berpengaruh nyata terhadap tingkat daya tetas. Semakin

lama umur penyimpanan telur maka tingkat kematian embrio semakin meningkat.

Linduana Pasaribu (2015), melakukan penelitian dengan judul pengaruh lama

penyimpanan hatching egg (he) terhadap daya tetas (hatchibility) di Pt. Charoen

Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan. Hatching Egg (Telur tetas) merupakan

telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh pejantan. Kualitas HE mempengaruhi

tingkat daya tetas yang dihasilkan dan biasanya bergantung pada manajemen

peyimpanan HE dalam proses penetasan. Penyimpanan HE yang semakin lama akan

mengakibatkan penguapan CO2 dan H2O sehingga kualitas telur akan menurun dan

daya tetasnya juga rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka lama penyimpanan

sangat perlu diperhatikan, Hatching Egg yang akan ditetaskan sebaiknya tidak

disimpan lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang semakin lama akan

berpengaruh negatif terhadap daya tetas.


Laporan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama

penyimpanan HE terhadap daya tetas (Hatchability) di PT. Charoen Pokphand Jaya

Farm Unit Hatchery I Medan. Pengalaman Praktek Kerja Mahasiswa (PKPM)

dilakukan selama 2,5 bulan dimulai tanggal 16 Maret sampai 31 Mei 2015 di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan. Pelaksanaan dilakukan mulai

dari penerimaan HE hingga melaksanakan pullchick. Sampel yang digunakan yaitu

sebanyak 450 butir untuk lama simpan 3 hari dan 450 butir untuk lama simpan 5 hari.

Hasil menunjukkan lama simpan telur tetas umur 3 hari lebih tinggi tingkat daya

tetasnya dibandingkan dengan lama simpan 5 hari. Kesimpulan dari laporan ini

adalah lama penyimpanan HE berpengaruh terhadap daya tetas, dimana diperoleh

hasil bahwa umur simpan 3 hari diperoleh tingkat daya tetasnya 98,10%, sedangkan

lama penyimpanan 5 hari daya tetasnya 95,69%.

G. Kerangka Pikir

Permintaan akan daging ayam di Indonesia khususnya di Sulawesi Tenggara

ini dari tahun ketahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

penduduk. Maka dengan demikian produksi akan ayam broiler baik secara kualitas

maupun kuantitas semakin ditingkatkan oleh perusahaan perunggasan penghasil ayam

broiler untuk memenuhi permintaan pasar akan daging ayam. Seiring dengan

meningkatnya permintaan masyarakat pada ayam pedaging. Maka diperlukan

peningkatan populasi broiler dengan kualitas yang baik.


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi permintaan masyarakat

akan daging ayam yaitu dengan menggunakan penetasan buatan. Penetasan buatan ini

mampu menampung telur tetas dalam jumlah yang banyak, sehingga DOC ayam

broiler yang dihasilkan sesuai dengan apa yang kita harapkan serta mampu memenuhi

permintaan pasar akan daging ayam itu sendiri. Dengan adanya penetasan buatan ini

maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan

terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain Cobb dengan beberapa

parameter yang diukur diantaranya yaitu fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas,

bobot tetas dan hasil tetas.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Peningkatan kualitas dan


kuantitas DOC broiler

Penetasan buatan

Lama penyimpanan
bobot telur

Fertilitas Daya Hidup Daya Tetas Bobot Tetas Hasil Tetas


Embrio

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Penelitian


H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bobot telur dan lama

penyimpanan dapat mempengaruhi fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain Cobb.
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2016 di

unit penetasan breeding farm PT. Mega Satwa Perkasa, Desa Todopulia, Kecamatan

Tanralili, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

B.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, mesin tetas, egg

tray (tempat telur), candler (alat peneropongan telur), alat tulis menulis dan kamera.

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah telur parent stock ayam

broiler berjumlah 140 butir, yang dimana pada perlakuan B1L1 sebanyak 35 butir

telur, perlakuan B1L2 sebanyak 35 butir telur, perlakuan B2L1 sebanyak 35 butir telur

dan perlakuan B2L2 sebanyak 35 butir telur.

C. Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan telur tetas

Telur yang telah diambil dari kandang dikumpulkan untuk diseleksi, umur

induk yang digunakan yaitu 49 minggu dengan rasio jantan dan betina yaitu 1:10

(1 jantan dan 10 betina). Pengumpulan telur tetas terdiri dari 2 tahap, yaitu yang

pertama untuk lama penyimpanan 3 hari, dan pengumpulan kedua untuk lama

penyimpanan 7 hari. Setiap perlakuan disimpan di dalam egg tray.


2. Seleksi telur tetas

Seleksi dilakukan terhadap bobot telur, keutuhan telur (tidak retak),

permukaan kerabang yang licin, kebersihan, dan bentuk telur (oval).

3. Menyimpan telur

Telur yang telah diseleksi kemudian dimasukkan kedalam cooling room

untuk penyimpanan sesuai perlakuan yaitu 3 hari dan 7 hari lama penyimpanan.

4. Menyiapkan mesin tetas

Mesin tetas terlebih dahulu dicek kebersihan, suhu dan kelembaban. Mesin

tetas dinyalakan dan diatur suhu dan kelembabannya 24 jam sebelum telur masuk

ke dalam mesin tetas.

5. Memasukkan telur ke mesin tetas

Telur yang dimasukkan dalam mesin tetas berada dalam posisi horizontal

untuk mempermudah pembalikan telur tetas.

6. Candling

Candling dilakukan sebanyak 2 tahap, candling pertama dilakukan pada

saat telur berumur 7 hari untuk mendapatkan data fertilitas dan candling kedua

dilakukan pada saat telur berumur 14 hari untuk mendapatkan data daya hidup

embrio.

7. Memasukkan telur ke mesin tetas

Setelah dilakukan peneropongan telur yang fertil, kemudian dimasukkan

kedalam mesin tetas untuk memperoleh daya tetas.


8. Pengontrolan harian

Pengontrolan harian dilakukan terhadap suhu, kelembaban dan pemutaran

telur.

9. Hasil tetas

Setelah telur berumur 21 hari kemudian dilakukan pengamatan terhadap

telur yang tetas untuk memperoleh bobot tetas dan hasil tetas.

10. Melakukan pencatatan

Setelah telur yang ditetaskan telah menetas kemudian dilakukan pencatatan

untuk memperoleh data tentang daya tetas dan hasil tetas pada telur parent stock

ayam broiler.

D. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola

faktorial 2x2. Faktor pertama adalah bobot telur dengan dua taraf yaitu telur dengan

bobot 44-49 gram (B1) dan telur dengan bobot 50-55 gram (B2). Faktor kedua adalah

lama penyimpanan telur sebelum ditetaskan yang terdiri atas dua taraf yaitu lama

penyimpanan 3 hari (L1) dan lama penyimpanan 7 hari (L 2). Dengan demikian

terdapat 4 kombinasi perlakuan yaitu B1L1, B1L2, B2L1 dan B2L2. Masing-masing

perlakuan diulangi sebanyak lima kali. Model matematika rancangan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Yij = µ + αi + βj + (αβ)ij + Ԑijk


Dimana :

Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

µ = Nilai tengah perlakuan.

αi = Pengaruh bobot telur ke-i.

βj = Pengaruh lama penyimpanan ke-j

(αβ)ij = Pengaruh interaksi bobot telur ke-i dan lama penyimpanan ke-j.

Ԑ ijk = Galat percobaan.

E. Parameter Penelitian

Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah:

1. Fertilitas Telur

Fertilitas telur adalah persentase jumlah telur yang fertil dari jumlah telur

yang ditetaskan. Persentase fertilitas dihitung dengan menggunakan rumus menurut

North dan Bell (1990) sebagai berikut:

Jumlah telur yang fertil


Fertilitas= X 100 %
Jumlah telur yang ditetaskan

2. Daya hidup embrio

Daya hidup embrio (DHE) adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur

7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan (Nafiu et al, 2014). Presentase

daya hidup embrio dapat dihitung dengan rumus :

Σ telur fertil yang hidup


Daya hidup embrio= X 100 %
Σtelur yang fertil
3. Daya tetas telur

Daya tetas telur adalah persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur

yang fertil. Persentase daya tetas dihitung dengan menggunakan cara menurut North

dan Bell (1990) sebagai berikut:

Jumlah telur yang menetas


Daya tetas= X 100 %
Jumlah telur yang fertil

4. Bobot tetas

DOC ditimbang pada saat berumur 1 hari dengan bulu-bulu yang sudah

mengering 95%.

5. Hasil tetas

Hasil tetas adalah banyaknya jumlah telur yang menetas dibandingkan dengan

telur yang dimasukan kedalam mesin tetas dan dinyatakan dalam persen. Ningtyas et

al, (2013) meyatakan persentase hasil tetas dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Jumlah telur yang menetas


Hasil tetas= X 100 %
Jumlahtelur yang ditetaskan

F. Analisis Data

Data yang diperoleh akan ditabulasi untuk memperoleh rata-rata tiap

perlakuan, kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam. Apabila perlakuan

berpengaruh nyata/sangat nyata, maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji

beda nyata terkecil (Mattjik dan Sumertajaya, 2013).


DAFTAR PUSTAKA

Cobb. 2008. Product Cobb 500. Cobb-Vantress, inc. Brazilia Ltd

Daulay, A.H., S. Aris, dan A. Salim. 2008. Pengaruh umur dan frekuensi pemutaran
terhadap daya tetas dan mortalitas telur ayam arab (Gallus turcicus). Jurnal
Agribisnis Peternakan, 1(4):6-10.

Iskandar, R. 2003. Pengaruh lama penyimpanan telur dan frekuensi pemutaran


terhadap daya tetas dan mortalitas telur puyuh. Skripsi. Fakultas Peternakan
USU. Medan.

Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Marhiyanto, B. 2000. Sukses Beternak Ayam Arab. Difa Publisher. Jakarta.

Mattjik, AA. dan IM. Sumertajaya. 2013. Rancangan Percobaan. IPB Press. Bogor.

Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gajah Mada Universitas
Press. Yogyakarta.

Musdalifah. 2012. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam arab (Gallus turcicus)
terhadap fertilitas, daya tetas dan mortalitas embrio. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Nafiu, L.O., M. Rusdin dan A.S. Aku. 2014. Daya tetas dan lama menetas telur ayam
tolaki pada mesin tetas dengan sumber panas yang berbeda. Jitro, 1(1):32-44.

Ningtyas, M.S., Ismoyowati, dan I.H. Sulistyawan. 2013. Pengaruh temperatur


terhadap daya tetas dan hasil tetas telur itik (anas plathyrinchos). Jurnal
Ilmiah Peternakan, 1(1):347-352.

North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 ͭ ͪ Edit.
An Avi Book, Nostrand Reinhold, New York.

Nuryati, T., M. Sutarto dan P.S. Hardjosworo. 2003. Sukses Menetaskan Telur.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Paimin, B.F. 2002. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Depok.

Pasaribu, L. 2015. Pengaruh lama penyimpanan hatching egg (HE) terhadap daya
tetas (hatchibility) di pt. Charoen pokphand jaya farm unit hatchery I Medan.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Peternakan. Jurusan Budidaya
Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh.

Putra, Y. 2015. Tingkat keseragaman bobot badan (Uniformity) strain cobb pada
pemeliharaan periode starter di Pt. Charoen Pokphand Jaya Farm 4
Pekanbaru. Laporan Tugas Akhir. Program Studi Peternakan. Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Payakumbuh.

Rajab. 2013. Hubungan bobot telur dengan fertilitas, daya tetas, dan bobot anak ayam
kampung. Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman. Agrinimal, 3(2):56-60.

Rukmana, R. 2003. Ayam Buras. Kasinuis. Yogyakarta.

Septiwan, R. 2007. Respon produktivitas dan reproduktivitas ayam kampung dengan


umur induk yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Sinabutar, M.O. 2009. Pengaruh frekuensi inseminasi buatan terhadap daya tetas telur
itik lokal (Anas plathyryncho) yang di inseminasi buatan dengan semen
entok (Cairina moschata). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Sudaryani, T dan H. Sastosa. 2003. Pembibitan ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutiyono, S.R. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan daya tetas telur dari ayam petelur
hasil inseminasi buatan menggunakan semen ayam kampung yang
diencerkan dengan bahan berbeda. J.Indon.Trop.Anim.Agric, 31(1):36-40.

Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002. Telur : Komposisi, Penanganan, dan


Pengolahannya. M-Brio Press. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai