Proposal Penelitian Lisran
Proposal Penelitian Lisran
Oleh :
LISRAN
NIM. L1A1 13 105
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing l Pembimbing ll
Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. Hamdan Has, S.Pt., M.Si.
NIP. 19690212 199403 1 003 NIP. 19890831 201404 1 002
Pembimbing III
Mengetahui,
Ketua jurusan peternakan
Segala puji bagi Allah SWT rabb semesta alam sholawat serta salam semoga
Ucapan terima kasih, saya sampaikan kepada dosen pembimbing saya, bapak
Prof. Dr. Ir. Takdir Saili, M.Si. selaku pembimbing 1, bapak Hamdan Has,
S.Pt.,M.Si. selaku pembimbing 2 dan bapak Audy Joinaldy, S.Pt., M.Sc., M.M.
pemikiran pembuatan proposal penelitian ini baik dalam bentuk materi maupun moril.
Ucapan terima kasih penulis kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda dan
Ibunda atas kasih sayang dan do’a yang tidak henti-henti diberikan untuk penulis
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di
perlukan demi kesempurnaan hasil penelitian ini pada penyusunan yang berikutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................2
C. Tujuan penelitian...........................................................................................2
D. Manfaat penelitian.........................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ini dari tahun ketahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Maka dengan demikian produksi akan ayam broiler baik secara kualitas
broiler untuk memenuhi permintaan pasar akan daging ayam. Seiring dengan
DOC (Day Old Chick) yang berkualitas sangat ditentukan pada kualitas telur
tetas yang digunakan. Penetasan merupakan bagian dari kegiatan pembibitan untuk
penanganan telur tetas sangat perlu diperhatikan dalam proses penetasan (Pasaribu,
2015).
Penetasan yang dianggap berhasil, apabila memiliki tingkat fertilitas dan hasil
tetas yang tinggi. Telur tetas yang baik umumnya berasal dari induk yang sehat
dengan produktivitas tinggi serta kualitas fisik yang baik. Faktor yang mempengaruhi
daya tetas yaitu lama penyimpanan telur dan bobot telur. Menurut Winarno dan
Koswara (2002), lama penyimpanan telur tetas yang semakin lama akan menurunkan
kualitas telur akibat penguapan CO2 dan H2O. Menurunnya kualitas telur akan
menghambat perkembangan embrio sehingga dapat menurunkan fertilitas dan daya
tetas.
telur dan lama penyimpanan terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan
C. Tujuan Penelitian
bobot telur dan lama penyimpanan terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler
strain Cobb.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat menjadi sumber informasi
tentang pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan terhadap fertilitas dan daya tetas
Yansel (2015) menjelaskan bahwa unggas memiliki ciri khusus dalam hal
klasifikasi bibit. Nenek moyang dari ayam ras adalah galur murni yang disebut
dengan pure line (PL), bibit yang mempunyai spesifikasi tertentu yang menghasilkan
bibit grand parent stock (GPS) atau disebut juga dengan ayam nenek. Grand parent
stock menghasilkan bibit ayam parent stock. Parent stock menghasilkan final stock,
hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas
pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap potong
pada usia relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Salah satu parent stock broiler breeder yang banyak dipelihara di Indonesia
adalah parent stock cobb 500, merupakan merek dagang yang dimiliki oleh cobb
vantress, inc. Cobb 500 merupakan broiler dengan ciri warna bulu putih, jengger
tunggal, kaki kuning dan besar. Keunggulan dari cobb 500 mempunyai daya
pengoversi pakan yang cukup baik, pertumbuhan cepat, dan tingkat keseragaman
tinggi. Ayam jenis cobb berasal dari benua Amerika (Cobb, 2008).
B. Penetasan Telur
telur pecah menghasilkan anak ayam (Suprijatna et al, 2005). Usaha menetaskan telur
ayam artinya mengeramkan telur supaya menetas, yaitu pecah dan terbuka kulitnya
sehingga benih yang berkembang didalamnya menjadi anak ayam hidup. Penetasan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penetasan alami dan penetasan buatan
menetaskan telur ayam dengan menggunakan induk ayam yang sedang dalam
mengeram. Induk ayam mampu mengerami telur sebanyak 10-15 butir, tergantung
mengasuh anak ayam yang telah ditetaskan. Penetasan secara buatan merupakan
rekayasa penetasan telur yang sudah tidak menggunakan induk ayam. Mulyantini
alat penetasan buatan yang pada prinsipnya harus memperhatikan suhu, kelembaban
dan ventilasi.
Hatching Egg merupakan telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh sel
jantan. Apabila tidak dibuahi oleh sel jantan, telur tersebut disebut telur infertil atau
lazim disebut telur konsumsi, artinya telur tersebut tidak dapat menetas jika
ditetaskan, melainkan hanya untuk dikonsumsi. Telur tetas yang baik untuk bibit
adalah telur yang fertil (berisi benih). Telur tetas ini memiliki struktur atau bagian
yang berperan penting dalam perkembangan embrio sehingga dapat menetas, agar
al, 2003).
Menurut Paimin (2002), perlakuan terhadap telur tetas sebelum telur
telur yang akan ditetaskan menghasilkan anak ayam yang berkualitas. Telur layak
dikatakan sebagai telur tetas atau layak untuk ditetaskan merupakan telur yang telah
C. Daya Tetas
Menurut Rajab (2013), daya tetas merupakan nilai dari banyaknya anak ayam
(DOC) yang menetas dari jumlah telur tetas yang bertunas (fertil) dihitung dalam
bentuk persentase. Daya tetas telur dipengaruhi oleh penyimpanan telur, faktor
genetik, suhu dan kelembaban, umur induk, kebersihan telur, ukuran telur, nutrisi dan
telur untuk menetas (Kartasudjana, 2006). Menurut Septiwan (2007), daya tetas
adalah perbandingan jumlah telur yang menetas dengan jumlah telur yang fertil dalam
satuan persen.
karena tingginya kematian embrio dini. Kematian embrio tidak terjadi secara merata
selama masa pengeraman telur. Sekitar 65% kematian embrio terjadi pada dua fase
pengeraman. Pada fase awal, puncak kematian embrio terjadi hari keempat. Fase
akhir, terjadi pada hari ke-16. Kematian embrio dini meningkat antara hari kedua dan
lebih tinggi dari pada temperatur untuk perkembangan embrio. Temperatur saat
embrio mulai berkembang disebut sebagai physiological zero, yaitu 75 ºF (24 ºC).
telur tetas yang disimpan jika telah dibuahi akan berkembang. Oleh karena itu,
ruangan penyimpanan telur harus berkisar 65 ºF (18,3 º C). Namun, jika temperatur
tidak mampu menyediakan panas optimal untuk pertumbuhan embrio maka embrio
sekitar 99,5 ºF (37,5 ºC). Selama penyimpanan, dari bagian dalam telur akan terjadi
penguapan yang menyebabkan rongga udara dalam telur menjadi besar. Untuk
Kelembaban penyimpanan telur yang baik yaitu 75-80%. Sinabutar (2009) juga
menyatakan, Faktor lain yang mempengaruhi daya tetas yaitu genetik, nutrisi,
c. Heritability atau sifat turun temurun dari induk ayam yang daya produksi telurnya
tinggi dengan sendirinya akan menghasilkan telur dengan daya tetas yang tinggi,
dan sebaliknya.
d. Kekurangan vitamin A, B2, B12, D, E dan asam pentothenat dapat menyebabkan
keadaan fisik telur harus diseleksi sebelum ditetaskan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat menyeleksi telur tetas meliputi bobot telur, bentuknya diusahakan
yang normal (bulat-lonjong) dengan perbandingan lebar dan panjangnya 3:4, ukuran
telur harus ideal artinya jangan terlalu kecil dan jangan terlalu besar. Sebab telur yang
ukurannya telalu besar daya tunasnya rendah. Bibit akan mati sebelum keluar dari
kulit cangkang. Sedangkan telur yang ukurannya kecil akan menghasilkan kutuk yang
kecil dan pertumbuhannya terhambat. Ruang udara di dalam telur masih utuh, seperti
ketika baru dikeluarkan dari induknya. Ruang udara berada pada sisi telur yang
D. Fertilitas
memperhatikan telur tersebut menetas atau tidak dari sejumlah telur yang ditetaskan.
Cara yang dilakukan untuk menentukan fertilitas telur adalah dengan peneropongan
atau candling. Peneropongan telur tetas biasanya dilakukan pada hari ke-4 atau ke-7
(dibuahi/dikawini) dari jumlah telur yang kali pertama masuk mesin tetas.
sebagai berikut:
a. Motilitas sperma
Dalam satu hari, pejantan akan memproduksi sperma normal selama 12 jam.
b. Umur
Fertilitas yang baik untuk jantan maupun betina terjadi pada produksi tahun
pertama dan menurun setelah tahun tersebut. Pejantan digunakan pada saat
c. Produksi sperma
d. Ransum
defisiensi suatu zat makanan. Jika ransum kekurangan vitamin E maka akan
menyebabkan sterilitas pada jantan. Oleh karena itu, kualitas maupun kuantitas
dengan hormon sex jantan. Sebaliknya, bila seekor pejantan disuntik dengan
hormon adrenalin, produksi sperma akan menurun dan fertilitas menjadi rendah.
f. Lama penyinaran
fertilitas. Makin tinggi produksi telur, fertilitas makin baik. Penyinaran selama 16
g. Preferential mating
Pada unggas jantan maupun betina ada sifat memilih pasangan. Bila betina
tidak disenangi oleh jantan atau sebaliknya maka fertilitas akan rendah.
h. Musim
i. Peck order
Jika betina rendah peck order-nya maka telur yang dihasilkan rendah
fertilitasnya.
betinanya, umumnya bervariasi antara 10-30 kali per hari. Oleh karena itu,
Jantan memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan betina yang ada dalam
kandang. Pejantan baru bisa kawin dengan baik setelah 2-3 hari di dalam kandang.
Meskipun jantan telah dikeluarkan, telur fertil masih ditemui 3-4 minggu
Penyimpanan telur tetas pada kondisi yang kurang baik bisa menyebabkan
penurunan berat dan kantong udara semakin membesar. Kadar karbondioksida (CO2)
dan air semakin meningkat, sehingga isi telur semakin encer. Demikian pula dengan
sebaiknya tidak lebih dari 6 hari atau 7 hari agar daya tetasnya tidak menurun.
dari dalam telur lebih banyak. Telur yang lebih lama disimpan mengakibatkan
hilangnya cairan yang lebih banyak. Fungsi cairan didalam telur yaitu melarutkan zat-
zat nutrisi dalam telur dimana zat-zat tersebut digunakan untuk makanan embrio
selama berada didalam telur. Selain membutuhkan zat nutrisi, embrio juga
membutuhkan gas dari dalam telur seperti oksigen untuk bernafas. Jika penguapan
gas dari dalam telur semakin banyak maka akan menghambat perkembangan embrio
kematian embrio dalam proses penetasan dipengaruhi oleh umur telur tetas karena
semakin lama disimpan dapat menyebabkan terjadinya penguraian zat organik. Telur
yang memiliki umur tetas yang lebih lama akan menghasilkan kualitas telur yan lebih
tetas yang berumur kurang dari satu minggu dan frekuensi pemutaran telurnya
sekurang-kurangnya dua kali sehari. Telur tetas yang lama disimpan tentunya akan
mengakibatkan kematian pada embrio dan proses pemutaran telur yang dilakukan
secara tidak teratur dapat menyebabkan panas yang diterima telur menjadi tidak
merata sehingga embrio akan lengket pada salah satu sisi kerabang dan akhirnya juga
F. Penelitian Terdahulu
Penyimpanan Telur Ayam Arab (Gallus turcicus) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas
penyimpanan telur sebelum penetasan terhadap tingkat fertilitas, daya tetas dan
mortalitas embrio pada telur ayam Arab. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan,
ini yaitu dua unit mesin tetas manual berukuran 60 x 46 x 50 cm dengan kapasitas
100 butir, hand sprayer dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah telur ayam Arab
sebanyak 252 butir, desinfektan (rodalon) dan air. Data yang diperoleh dianalisis
tiap perlakuan berkisar antara 88,89% sampai 96,83%. Daya tetas tertinggi diperoleh
pada perlakuan lama penyimpanan 2-3 hari yaitu 77,90% dan terendah pada
perlakuan lama penyimpanan 8-9 hari yaitu 56,57%. Kematian embrio tertinggi pada
minggu I diperoleh pada perlakuan penyimpanan 6–9 hari sedangkan pada perlakuan
2–5 hari kematian embrio tertinggi diperoleh pada umur penetasan minggu III. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa lama penyimpanan telur ayam Arab tidak berpengaruh
terhadap tingkat fertilitas dan berpengaruh nyata terhadap tingkat daya tetas. Semakin
lama umur penyimpanan telur maka tingkat kematian embrio semakin meningkat.
penyimpanan hatching egg (he) terhadap daya tetas (hatchibility) di Pt. Charoen
Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan. Hatching Egg (Telur tetas) merupakan
telur fertil atau telur yang telah dibuahi oleh pejantan. Kualitas HE mempengaruhi
tingkat daya tetas yang dihasilkan dan biasanya bergantung pada manajemen
mengakibatkan penguapan CO2 dan H2O sehingga kualitas telur akan menurun dan
daya tetasnya juga rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka lama penyimpanan
sangat perlu diperhatikan, Hatching Egg yang akan ditetaskan sebaiknya tidak
disimpan lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang semakin lama akan
dilakukan selama 2,5 bulan dimulai tanggal 16 Maret sampai 31 Mei 2015 di PT.
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Hatchery I Medan. Pelaksanaan dilakukan mulai
sebanyak 450 butir untuk lama simpan 3 hari dan 450 butir untuk lama simpan 5 hari.
Hasil menunjukkan lama simpan telur tetas umur 3 hari lebih tinggi tingkat daya
tetasnya dibandingkan dengan lama simpan 5 hari. Kesimpulan dari laporan ini
hasil bahwa umur simpan 3 hari diperoleh tingkat daya tetasnya 98,10%, sedangkan
G. Kerangka Pikir
ini dari tahun ketahun semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Maka dengan demikian produksi akan ayam broiler baik secara kualitas
broiler untuk memenuhi permintaan pasar akan daging ayam. Seiring dengan
akan daging ayam yaitu dengan menggunakan penetasan buatan. Penetasan buatan ini
mampu menampung telur tetas dalam jumlah yang banyak, sehingga DOC ayam
broiler yang dihasilkan sesuai dengan apa yang kita harapkan serta mampu memenuhi
permintaan pasar akan daging ayam itu sendiri. Dengan adanya penetasan buatan ini
maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh bobot telur dan lama penyimpanan
terhadap fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain Cobb dengan beberapa
parameter yang diukur diantaranya yaitu fertilitas, daya hidup embrio, daya tetas,
Penetasan buatan
Lama penyimpanan
bobot telur
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bobot telur dan lama
penyimpanan dapat mempengaruhi fertilitas dan daya tetas ayam broiler strain Cobb.
III. METODE PENELITIAN
unit penetasan breeding farm PT. Mega Satwa Perkasa, Desa Todopulia, Kecamatan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, mesin tetas, egg
tray (tempat telur), candler (alat peneropongan telur), alat tulis menulis dan kamera.
Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah telur parent stock ayam
broiler berjumlah 140 butir, yang dimana pada perlakuan B1L1 sebanyak 35 butir
telur, perlakuan B1L2 sebanyak 35 butir telur, perlakuan B2L1 sebanyak 35 butir telur
C. Prosedur Penelitian
Telur yang telah diambil dari kandang dikumpulkan untuk diseleksi, umur
induk yang digunakan yaitu 49 minggu dengan rasio jantan dan betina yaitu 1:10
(1 jantan dan 10 betina). Pengumpulan telur tetas terdiri dari 2 tahap, yaitu yang
pertama untuk lama penyimpanan 3 hari, dan pengumpulan kedua untuk lama
3. Menyimpan telur
untuk penyimpanan sesuai perlakuan yaitu 3 hari dan 7 hari lama penyimpanan.
Mesin tetas terlebih dahulu dicek kebersihan, suhu dan kelembaban. Mesin
tetas dinyalakan dan diatur suhu dan kelembabannya 24 jam sebelum telur masuk
Telur yang dimasukkan dalam mesin tetas berada dalam posisi horizontal
6. Candling
saat telur berumur 7 hari untuk mendapatkan data fertilitas dan candling kedua
dilakukan pada saat telur berumur 14 hari untuk mendapatkan data daya hidup
embrio.
telur.
9. Hasil tetas
telur yang tetas untuk memperoleh bobot tetas dan hasil tetas.
untuk memperoleh data tentang daya tetas dan hasil tetas pada telur parent stock
ayam broiler.
D. Rancangan Penelitian
faktorial 2x2. Faktor pertama adalah bobot telur dengan dua taraf yaitu telur dengan
bobot 44-49 gram (B1) dan telur dengan bobot 50-55 gram (B2). Faktor kedua adalah
lama penyimpanan telur sebelum ditetaskan yang terdiri atas dua taraf yaitu lama
penyimpanan 3 hari (L1) dan lama penyimpanan 7 hari (L 2). Dengan demikian
terdapat 4 kombinasi perlakuan yaitu B1L1, B1L2, B2L1 dan B2L2. Masing-masing
perlakuan diulangi sebanyak lima kali. Model matematika rancangan penelitian ini
(αβ)ij = Pengaruh interaksi bobot telur ke-i dan lama penyimpanan ke-j.
E. Parameter Penelitian
1. Fertilitas Telur
Fertilitas telur adalah persentase jumlah telur yang fertil dari jumlah telur
Daya hidup embrio (DHE) adalah persentase telur-telur yang fertil dari umur
7 hari penetasan sampai pada umur 14 hari penetasan (Nafiu et al, 2014). Presentase
Daya tetas telur adalah persentase jumlah telur yang menetas dari jumlah telur
yang fertil. Persentase daya tetas dihitung dengan menggunakan cara menurut North
4. Bobot tetas
DOC ditimbang pada saat berumur 1 hari dengan bulu-bulu yang sudah
mengering 95%.
5. Hasil tetas
Hasil tetas adalah banyaknya jumlah telur yang menetas dibandingkan dengan
telur yang dimasukan kedalam mesin tetas dan dinyatakan dalam persen. Ningtyas et
al, (2013) meyatakan persentase hasil tetas dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
F. Analisis Data
berpengaruh nyata/sangat nyata, maka akan dilakukan uji lanjut menggunakan uji
Daulay, A.H., S. Aris, dan A. Salim. 2008. Pengaruh umur dan frekuensi pemutaran
terhadap daya tetas dan mortalitas telur ayam arab (Gallus turcicus). Jurnal
Agribisnis Peternakan, 1(4):6-10.
Mattjik, AA. dan IM. Sumertajaya. 2013. Rancangan Percobaan. IPB Press. Bogor.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gajah Mada Universitas
Press. Yogyakarta.
Musdalifah. 2012. Pengaruh lama penyimpanan telur ayam arab (Gallus turcicus)
terhadap fertilitas, daya tetas dan mortalitas embrio. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Nafiu, L.O., M. Rusdin dan A.S. Aku. 2014. Daya tetas dan lama menetas telur ayam
tolaki pada mesin tetas dengan sumber panas yang berbeda. Jitro, 1(1):32-44.
North, M.O. dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 ͭ ͪ Edit.
An Avi Book, Nostrand Reinhold, New York.
Nuryati, T., M. Sutarto dan P.S. Hardjosworo. 2003. Sukses Menetaskan Telur.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, B.F. 2002. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Depok.
Pasaribu, L. 2015. Pengaruh lama penyimpanan hatching egg (HE) terhadap daya
tetas (hatchibility) di pt. Charoen pokphand jaya farm unit hatchery I Medan.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Peternakan. Jurusan Budidaya
Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Payakumbuh.
Putra, Y. 2015. Tingkat keseragaman bobot badan (Uniformity) strain cobb pada
pemeliharaan periode starter di Pt. Charoen Pokphand Jaya Farm 4
Pekanbaru. Laporan Tugas Akhir. Program Studi Peternakan. Jurusan
Budidaya Tanaman Pangan. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
Payakumbuh.
Rajab. 2013. Hubungan bobot telur dengan fertilitas, daya tetas, dan bobot anak ayam
kampung. Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman. Agrinimal, 3(2):56-60.
Sinabutar, M.O. 2009. Pengaruh frekuensi inseminasi buatan terhadap daya tetas telur
itik lokal (Anas plathyryncho) yang di inseminasi buatan dengan semen
entok (Cairina moschata). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Sudaryani, T dan H. Sastosa. 2003. Pembibitan ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sutiyono, S.R. dan S. Kismiati. 2006. Fertilitas dan daya tetas telur dari ayam petelur
hasil inseminasi buatan menggunakan semen ayam kampung yang
diencerkan dengan bahan berbeda. J.Indon.Trop.Anim.Agric, 31(1):36-40.