A. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah
atom karbonnya bisa bervariasi. Hampir sebagian besar organisme memperoleh sebagian
besar energi untuk menunjang kehidupannya dari karbohidrat. Secara umum, karbohidrat atau
sakarida berasal dari bahasa Yunani yang artinya gula.
Gula dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Karbohidrat sederhana
Karbohidrat Sederhana yaitu karbohidrat yang terdiri dari monosakarida atau
disakarida. Karbohidrat dengan satu unit gula disebut gula sederhana atau monosakarida.
Contoh dari monosakarida ini adalah fruktosa (gula buah) dan glukosa (gula darah), gula yang
diproduksi ketika tubuh mencerna karbohidrat, dan galaktosa, gula yang diperoleh dari
mencerna laktosa (gula susu). Karbohidrat dengan dua unit gula disebut disakarida. Contoh
dari disakarida ini adalah sukrosa (gula pasir) yang terdiri dari satu unit fruktosa dan satu unit
glukosa.
2. Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks yaitu karbohidrat yang terdiri dari 3 unit gula atau lebih dan
tertaut dalam rantai. Karbohidrat yang terdiri dari 3 sampai 10 unit gula
disebut oligosakarida , sedangkan karbohidrat yang terdiri dari banyak unit gula
disebut polisakarida. Pada bakteri, karbohidrat kompleks ini dicerna oleh enzim untuk
menghasilkan gula sederhana. Contohnya adalah pati dan selulosa, yaitu suatu polimer (rantai
atom yang panjang) unit glukosa yang dipecah menjadi glukosa sederhana.
Karbohidrat adalah bahan bakar jangka pendek yang baik untuk organisme
uniseluler, karena karbohidrat lebih sederhana untuk dimetabolisme oleh tubuh dari pada
lemak atau asam amino. Karbohidrat biasanya disimpan dalam molekul glukosa polimer
panjang atau sebagai penyimpanan energi.
Pada umumnya, semua karbohidrat mempunyai rumus umum C nH2nOn, seperti
contohnya, rumus molekul glukosa yaitu C6H12O6. Monosakarida bisa terikat bersama untuk
membentuk disakarida seperti sukrosa dan polisakarida seperti pati dan selulosa
B. Metabolisme Karbohidrat.
Metabolisme adalah keseluruhan proses kimiawi dalam tubuh organisme yang
melibatkan energi dan enzim, diawali dengan substrat awal dan diakhiri produk akhir.
Metabolisme dapat digolongkan menjadi dua, yakni proses penyusunan yang disebut
anabolisme dan proses pembongkaran yang disebut katabolisme.
Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
dan klorofil melalui fotosintesis. Zat makanan ini merupakan sumber energi bagi organisme
heterotrop. Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis. Proses
pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.
53
Pembagian Karbohidrat berdasarkan gugus gula penyusunnya, karbohidrat terbagi atas:
1. Monosakarida (C6H12O6)
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus gula. Monosakarida ini
memiliki rasa manis dan sifatnya mudah larut dalam air. Contohnya adalah heksosa, glukosa,
fruktosa, galaktosa, monosa, ribose (penyusun RNA) dan deoksiribosa (penyusun DNA).
2. Disakarida (C12H22O11)
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula. Sama seperti
monosakarida, Disakarida juga memiliki rasa manis, dan sifatnyapun mudah larut dalam air.
Contoh Disakarida adalah laktosa (gabungan antara glukosa dan galaktosa), sukrosa
(gabungan antara glukosa dan fruktosa) dan maltose (gabungan antara dua glukosa)
3. Polisakarida (C6H10O5)n
Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak gugus gula, dan rata-rata terdiri
dari lebih 10 gugus gula. Pada umumnya polisakarida tidak berasa atau pahit, dan sifatnya
sukar larut dalam air. Contohnya dari polisakarida adalah amilum yang terdiri dari 60-300
gugus gula berupa glukosa, glikogen atau gula otot yang tersusun dari 12-16 gugus gula, dan
selulosa, pektin, lignin, serta kitin yang tersusun dari ratusan bahkan ribuan gugus guladengan
tambahan senyawa lainnya.
Fungsi Karbohidrat :
- Sebagai sumber energi utama.
- Memberi rasa manis pada makanan.
- Pengatur metabolisme lemak
- Membantu mengeluarkan feses
- Penghemat protein (protein sparer)
54
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi Asetil CoA. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
3. Asetil CoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak
dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini
disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan
glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai
cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat
sampai dengan siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogen juga habis, maka sumber energi
non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa
baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
1. Proses Glikolisis
Glikolisis adalah proses pemecahan glukosa (gula) pada tingkat sel. Pada proses glikolisis,
glukosa dipecah secara sistematis menjadi asam piruvat dan energi dalam bentuk NADH dan
ATP.
55
Glikolisis, dapat terjadi dengan 2 kondisi :
- Glikolisis Aerob
- Glikolisis Anaerob
Glikolisis terdiri dari 10 tahapan reaksi, dan tahapan ini dibagi menjadi 2 tahapan besar :
- Urutan I (memerlukan ATP) glukosa phosphorilasi dan dipecah membentuk 2 satuan
3-karbon triosa phospat.
- Urutan II (membangkitkan ATP) Gliseraldehid 3-Phosphat diubah menjadi laktat.
Berikut ini merupakan kesepuluh tahapan glikolisis:
Setelah memasuki sel, glukosa dan molekul gula yang lain diphosphorilasi.
Phosporilasi ini bertujuan untuk mencegah glukosa keluar dari sel sehingga meningkatkan
kereaktifan atom O, dan terbentuklah Phospat Ester. Enzim Heksokinase berfungsi sebagai
katalis phosphorilasi pada heksosa. Sedangkan ATP merupakn kosubstrat reaksi yang
dikomplekskan oleh Mg2+( Trudy McKee, 2002: 236). Dalam bentuk kompleks
inilah(MgATP2-), baru bisa digunakan menjadi substrat oleh heksokinase (David S. Page,
1997: 262).
56
2. Mengubah Glukosa-6-Phosphate Menjadi Fruktosa-6-Phosphat
57
3. Phosphorilasi Fruktosa-6-Phosphate
Seperti yang kita ketahui, pada tahap kedua C-1 dari fruktosa daoat di phosphorilasi.
Dan pada tahap ini, C-1 dari fruktosa diphosphorilasi dengan katalis Phosphofruktokinase-
1(PKF-1), dan reaksi ini berlangsung satu arah( Trudy McKee, 2002: 238).
58
6. Oksidasi Gliseraldehid-3-Phosphat(G-3-P)
Pada tahap ini, G-3-P mengalami 2 reaksi yaitu oksidasi dan phosphorilasi. Produk
dari tahap ini adalah glicerat-1,3-bisphosphat. Glicerat-1,3-bisphosphat memiliki energi ikatan
yang besar, dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan ATP (Trudy McKee, 2002: 240).
59
7. Pemindahan Gugus Phosphoril
Pada tahap ini, reaksi menghasilkan ATP dengan katalis phosphogliserat kinase. Lebih
lengkapnya dari gambar berikut.
Pembentukan ATP dengan cara memindahkan gugus phosphoril dari senyawa yang
berenergi tinggi ke ADP disebut dengan “Phosphorilasi Tingkat Substrat”. Reaksi ini
merupakan reaksi pertama yang menhasilkan ATP dalam tahapan glikolisis(Horton, 2012 :
336).
60
Gliserat-3-phosphat memiliki gugus phosphoril yang susah untuk dipindahkan. Dan
hal ini membuat gliserat-3-phosphat susah untuk digunakan dalam membentuk ATP.
9. Dehidrasi 2-Phosphogliserat
Pada tahap ini, enolase mengkatalis dehidrasi gliseral-2-phosphat menjadi PEP.
Sebab, PEP memiliki gugus phosphoril yang lebh mudah dipindahkan daripada gliserat-2-
phosphat. Hal ini terjadi karena PEP terdiri dari gugus enol-phosphat yang bahkan dalam
bentuk phosphat ester.
Aldehid dan keton memiliki 2 bentuk isomeri
61
Bentuk enol terdiri dari sebuah ikatan karbo rangkap dua dan sebuah gugus hidroksil. Bentuk
enol lebih stabil dari bentuk keto
A. Piruvat
Piruvat merupakan hasil akhir dari glikolisis. Tapi piruvat juga dapat diubah sebagai
berikut:
- Piruvat dapat diubah menjadi asetil KoA dan asetil KoA dapat digunakan pada beberapa
siklus metabolisme. Salah satu yang terpenting adalah asetil KoA dioksidasi menjadi
CO2 pada siklus asam sitrat.
- Piruvat dapat dikarboksilasi menjadi oksaloasetat. Oksalo asetat adalah salah satu bagian
dari siklus asam sitrat dan juga terdapat dalam sintesis glukosa.
- Pada spesies tertentu, piruvat dapat direduksi menjadi etanol, dan lalu diekskresikan
keluar sel. Reaksi ini normalnya ada pada kondisi anaerob.
- Pada spesies tertentu, piruvat dapat direduksi menjadi laktat. Laktat dapat ditansporkan ke
sel dan lalu diubah menjadi piruvat kembali. Dan ini juga terjadi dalam kondisi anaerob.
- Pada setiap spesies, piruvat dapat diubah menjadi alanin. (Horton, 2012: 338-339)
62
Gambar. Semua Perubahan Piruvat
Dari gambar nampak jelas hanya 3 reaksi (1,3,10) yang sesuai perubahan ΔG˚. Pada
masalah ini, kesetimbangan terletak sesuai sisi produk. Selain tahap 1, 3, dan 10 berlangsung
secara reversible. Pada tahap yang sama juga terjadi pada arah bolak-balik pada proses
glukoneogenesis dengan enzim yang sama yang teraktivasi berdasarkan degradasi glukosa. (
Koolman, 2005: 150)
C. Regulasi Glikolisis
Regulasi glikolisis sangat rumit karena peranan penting glukosa dalam menghasilkan
energi dan dalam pembentukan sejumlah metabolit. Laju siklus glikolisis dikontrol oleh
enzim allosterat yaitu heksokinase, Phosphofructokinase-1 (PFK-1), dan piruvat kinase.
Reaksi glikolisis dikatalisis menggunakan enzime ini secara irreversible. Pada umumnya
efektor allosterat merupakan molekul selular yang berkonsentrasi tinggi yang sensitive
63
terhadap kondisi sel. Contohnya heksokinase diinhibisi dengan adanya kelebihan glukosa-6-
phosphat, tetapi, molekul juga dapat berperan sebagai kofaktor allosterat seperti AMP yang
berkonsetrasi tinggi mengaktivasi PFK-1 dan piruvat kinase. Berarti sebaliknya jika ATP lah
yang berkonsentrasi tinggi maka PFK-1 dan piruvat kinase diinhibisi.
Untuk lebih ringkasnya, ada pada tabel berikut.
64
- Gliseraldehid diphosphorilasi menjadi gliseraldehid-3-phosphat dengan
mengkonsumsi ATP dan triosekinase sebagai katalisnya. Sedangkan pada dihidroksiaseton
phosphate diubah menjadi molekul kedua gliseraldehid-3-phosphat dengan bantuan enzim
triose phosphate isomerase.
3. Galaktosa
Laktosa merupakan disakarida yang terdapat pada susu. Laktosa dengan katalis lactase
usus dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Kedua molekul ini dapat diserap oleh
usus dan diedarkan pada sirkulasi darah(Horton,2012: 349).
Dari gambar di atas C-4 galaktosa merupakan epimer dari glukosa. Dan ini dapat
diubah menjadi glukosa-1-phosphat. Di hati, enzim galaktokinase mengkatalis perpindahan
gugus phosphoril ATP ke galaktosa. Galaktosa-1-phosphat yang terbentuk pada reaksi ini
diubah menjadi glukosa-1-phosphat (Horton,2012: 349)
4. Mannose
Mannose diubah menjadi mannose-6-phosphat dengan bantuan enzim heksokinase.
Selanjutnya mannose-6-phosphat isomerisasi menjadi fruktosa-6-phosphat dengan batnua
enzim phosphor mannose isomerase (Horton,2012:351).
65
2. Proses Glykogenesis
Glikogenesis adalah proses pembentukan atau biosintesis glikogen yang terjadi terutama
di dalam hati dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan yang dibentuk
dari molekul glukosa hasil pencernaan makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan
ikatan α 1-4 glikosidik untuk membentuk glikogen. Molekul glikogen tersusun bercabang-
cabang agar dapat tersimpan maksimal di dalam sel.
Kelebihan kadar glukosa di dalam darah akan memicu disekresikannya hormon insulin
untuk memicu terjadinya glikogenesis. Glikogen ini dapat dipecah lagi menjadi glukosa saat
kadar glukosa darah menurun seperti dalam keadaan lapar atau puasa.
Glikogenesis terjadi dengan cara penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen
yang telah ada (disebut sebagai glikogen primer). Penambahan glukosa akan terjadi secara
bertahap, satu demi satu molekul glukosa akan memperpanjang glikogen yang telah ada.
66
Fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh enzim
glukokinase/hexokinase.
Berikutnya glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat,
dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase.
Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri phosphate (UTP) menjadi uridil di
phosphate glukosa (UDP-glukosa), dikatalisis oleh enzim glukosa 1-fosfat uridil transferase.
UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang sudah ada,
dikatalisis oleh enzim glikogen sintase. Dalam proses ini, atom C pertama dari UDP-glukosa
diikatkan ke atom C keempat yang ada pada rantai glikogen primer dan membentuk
ikatan α 1-4 glikosidik.
Berikutnya enzim pembentuk cabang (branching enzyme) akan memindahkan kurang
lebih 6 residu glukosa pada salah satu residu glukosa yang ada pada glikogen primer untuk
membentuk titik cabang. Enam residu gukosa tersebut akan diikatkan pada atom C nomor 6
pada molekul glikogen primer.
Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang hingga semakin panjang
dan akan terbentuk banyak cabang-cabang baru di berbagai lokasi.
Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai kadar yang
normal.
67
3. Proses Glykogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa yang terjadi
terutama di hati dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan hewan yang
tersusun atas molekul glukosa yang disatukan dengan ikatan α 1-4 glikosidik (untuk rantai
lurus), dan ikatan α 1-6 glikosidik untuk titik cabang. Glikogen merupakan polisakarida yang
memiliki banyak sekali percabangan, hal tersebut diperlukan agar glikogen dapat disimpan
dengan maksimal di dalam sel.
Glikogen akan dipecah apabila kadar gula dalam darah rendah dan ketika sedang
berolahraga. Glikogenolisis dipicu oleh kerja hormon adrenalin dan glukagon, berkebalikan
dengan insulin yang akan mempengaruhi pembentukan glikogen melalui glikogenesis. Proses
pemecahan glikogen melibatkan 3 jenis enzim yaitu glikogen fosforilase, transferase, dan
debranching enzyme.
68
Proses Glikogenolisis yang terjadi di dalam Sel
Enzim glikogen fosforilase akan menambahkan fosfat anorganik dan membebaskan
glukosa dalam bentuk glukosa 1-fosfat. Pemecahan ini akan terus berlangsung hingga
tersisa kurang lebih 4 residu glukosa dari titik cabang.
Enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosa menuju ujung cabang yang lain,
proses ini akan menyisakan satu residu glukosa pada titik cabang yang terikat dengan
ikatan α 1-6 glikosidik.
Debranching enzyme atau enzim pemecah cabang (α 1-6 glukosidase) akan membebaskan
glukosa pada titik cabang dan melepaskannya dalam bentuk glukosa (bukan glukosa 1-
fosfat seperti pada reaksi pertama).
Proses glikogenolisis berakhir pada tahapan diatas, namun hasil pemecahan glikogen yang
berupa glukosa 1-fosfat akan mengalami proses lebih lanjut agar dapat berubah menjadi
glukosa.
Enzim fosfoglukomutase akan mengkatalisis reaksi isomerasi glukosa 1-fosfat
menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam hati dan ginjal glukosa 6-fosfat akan mengalami
pelepasan fosfat dan berubah menjadi glukosa. Namun di dalam otot glukosa 6-fosfat akan
langsung masuk reaksi glikolisis untuk diolah menjadi energi dalam bentuk ATP.
Glikogen yang dipecah di dalam hati digunakan untuk mempertahankan kadar gula
dalam darah tetap normal, sedangkan glikogen dalam otot akan digunakan untuk
memproduksi energi. Hati mampu menyimpan glikogen sebesar 6% dari massa total hati,
sedangkan otot hanya mampu menyimpan kurang dari 1% dari massa otot tersebut.
4. Proses Glukoneogenesis
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa bukan
glukosa. Glukoneogenesis memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan akan glukosa,
terutama ketika tubuh tidak mendapat pasokan glukosa yang cukup dari makanan. Glukosa
merupakan molekul yang sangat penting terutama bagi eritrosit (sel darah merah) dan sel saraf
otak, karena sel-sel tersebut tidak dapat menggunakan molekul lain sebagai sumber energi
(walaupun dalam keadaan kelaparan yang sangat panjang sel saraf otak mampu menggunakan
benda keton yaitu beta hidroksibutirat sebagai sumber energi).
69
Selain memenuhi kebutuhan energi bagi otak dan eritrosit, glukosa juga merupakan
satu-satunya molekul penghasil energi bagi otot dalam keadaan anaerobic (tanpa oksigen).
Glukosa juga diperlukan bagi pembentukan laktosa (gula susu) di kelenjar susu untuk
memenuhi kebutuhan energi bayi. Pada mamalia, hati dan ginjal merupakan organ utama
untuk berlangsungnya glukoneogenesis.
Secara umum tahapan reaksi glukoneogenesis hampir sama dengan tahapan reaksi
glikolisis yang dibalik arahnya. Namun ada beberapa tahapan dalam glukoneogenesis yang
tidak sama dengan glikolisis dan memerlukan kerja enzim-enzim yang berbeda. Perbedaan ini
terjadi karena pada tahapan-tahapan tersebut enzim yang terlibat tidak dapat bekerja secara
bolak-balik. Glikolisis merupakan reaksi yang menghasilkan energi, sedangkan
glukoneogenesis merupakan proses yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP.
Proses ke kanan adalah reaksi glikolisis, sedangkan proses ke kiri adalah reaksi
glukoneogenesis.
70
Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis oleh enzim
malat dehidrogenase.
Oksaloasetat kemudian akan diubah menjadi phospoenol piruvat, dikatalisis oleh enzim
phospoenolpiruvat karboksilase.
Phospoenol piruvat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat, dikatalisis oleh enzim enolase.
2-fosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliseromutase.
3-fosfogliserat kemudian diubah manjadi 1,3 bifosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliserokinase.
1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi gliseraldehida 3 fosfat, reaksi ini dikatalisis oleh
enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase.
Gliseraldehida 3 fosfat dapat diubah menjadi dihidroksi aseton fosfat (dengan reaksi yang
dapat bolak-balik) yang dikatalisis oleh enzim isomerase.
Gliseraldehida 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat akan disatukan dan menjadi fruktosa
1,6 bifosfat yang dkatalisis enzim enolase.
Fruktosa 1,6 bifosfat akan diubah manjadi fruktosa 6 fosfat oleh enzim fruktosa
difosfatase.
Fruktosa 6 fosfat akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat oleh enzim fosfoglukoisomerase.
Dan terakhir glukosa 6 fosfat akan diubah manjadi glukosa yang dikatalisis oleh enzim
glukosa 6 fosfatase.
Asam amino glukogenik seperti alanin, arginin, asparagin, sistein, glutamate, histidin,
metionin, prolin, serin, threonin, valin, dan triptofan dapat diubah manjadi glukosa setelah
terlebih dahulu diubah manjadi piruvat atau senyawa antara yang lain. Asam laktat hasil
oksidasi anaerob juga dapat diubah manjadi glukosa setelah diubah manjadi oksaloasetat di
dalam mitokondria. Gliserol hasil metabolisme lemak juga dapat diubah manjadi glukosa
setelah terlebih dahulu diubah manjadi gliserol 3 fosfat kemudian manjadi dihidroksi aseton
fosfat dan langkah-langkah selanjutnya.
Hormon Kortisol akan memicu terjadinya glukoneogenesis saat tubuh mendeteksi
kurangnya glukosa di dalam darah. Hormon tersebut terutama mempengaruhi perubahan asam
amino glukogenik menjadi glukosa. Sedangkan hormon tiroksin akan mempengaruhi
masuknya lemak ke dalam hati untuk dapat diubah menjadi glukosa.
Siklus ini juga disebut hexose monophosphate shunt karena molekul glukosa 6-fosfat
(gula heksosa) tidak langsung memasuki glikolisis, melainkan diubah terlebih dahulu menjadi
ribulosa 5-fosfat (gula pentosa).
71
Berdasarkan manfaat jalur pentosa fosfat, jalur ini dipilih oleh sel ketika sel
membutuhkan energi pereduksi yakni NADPH untuk proses biosintesis berbagai molekul.
Selain NADPH, jalur ini juga menghasilkan gula pentosa untuk sintesis asam nukleat dan
eritrosa fosfat untuk menyintesis asam amino atau senyawa metabolit aromatik. Hasil akhir
dari jalur pentosa fosfat adalah G3P yang akan diproses dalam Glikolisis atau digunakan
untuk sintesis lipid.
72
Fase Isomerasi
Pada fase ini, ribulosa-5-fosfat diubah menjadi isomernya yakni xylosa-5-fosfat atau ribosa-5-
fosfat.
Produk dari siklus asam sitrat adalah prekursor bagi berbagai jenis senyawa organik.
Asam sitrat merupakan prekursor dari kolesterol dan asam lemak, asam ketoglutarat alfa
merupakan prekursor dari asam glutamat, purina dan beberapa asam amino, suksinil-KoA
73
merupakan prekursor dari heme dan klorofil, asam oksaloasetat merupakan prekursor dari
asam aspartat, purina, pirimidina dan beberapa asam amino.
Reaksi-reaksi kimia yang berhubungan dengan siklus asam sitrat serta reaksi dalam siklus itu
sendiri akan dibahas satu persatu.
74
3. Pembentukan Asam Isositrat
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat. Enzim
yang bekerja pada reaksi ini adalah akonitase. Dalam dalam keadaan keseimbangan terdapat
90% asam sitrat, 4% asam akonitat dan 6% asam isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini
asam isositrat hanya sedikit, tetapi asam isositran akan segera diubah menjadi asam
ketoglutarat sehingga keseimbangan akan bergeser ke kanan.
75
sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut dalam siklus asam sitrat. Demikian reaksi-reaksi
tersebut di atas berlangsun terus-menerus dan berulang kali.
Dengan Demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3x3 ATP = 9 ATP
2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1x2 ATP = 2 ATP
3. Pada tingkat substrat = 1 ATP
Jumlah = 12 ATP
76
Gambar. Siklus kreb
Satu NADH dapat menghasilkan 3 molekul ATP
Satu molekul FADH2 dapat menghasilkan 2 molekul ATP
sehingga total ATP yang diperoleh dari 1 molekul glukosa adalah : 4 ATP. 10 NADH =
30 ATP.
1 ATP setara dengan 7 kkal. Oleh karena itu 38 ATP akan menghasilkan 266 kkal/mol
glukosa (38 ATP x 7 kkal)
Jika di hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat di
hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan
rincian sebagai berikut:
1. Glikolisis : 8 ATP
2. Oksidasi piruvat (2 x 3 ATP) : 6 ATP
3. Siklus Kreb’s (2 x 12 ATP) : 24 ATP
Jumlah : 38 ATP
77
DAFTAR PUSTAKA
1. Hardinsyah, I Dewa Nyoman Supariasa. 2014. Ilmu Gizi,Teori & aplikasi : Penerbit
buku kedokteran.
2. Robert K.Murray. Daryl K.Granner. Victor W.Rodwell.edisi 27. Biokimia Harper :
Penerbit buku kedokteran.
3. David L.Nelson, Michael M.Cox.7th edition. Principle of Biochemistry : Lehninger.
W.H Freeman and company
4. Robert K.Murray. Daryl K.Granner. Victor W.Rodwell. Petter A.Mayers. Harper’s
Illustrated Biochemistry
5. Horton,and Friends. 2012. Principle of Biochemistry, Fifth Edition
6. Koolman. 2005. Color Atlas of Biochemistry, Second Edition. New York: Georg
Thieme Verlag
7. McKee, Trudy and James R. McKee.2003. Biochemistry: The Molecular Basis of Life,
Third Edition. USA: McGraw-Hill
8. Page, David S.1997. Prinsip-prinsip Biokimia,Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
78
COVER BUKU
1.
2.
3.
79
80