Anda di halaman 1dari 28

METABOLISME KARBOHYDRAT

A. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Jumlah
atom karbonnya bisa bervariasi. Hampir sebagian besar organisme memperoleh sebagian
besar energi untuk menunjang kehidupannya dari karbohidrat. Secara umum, karbohidrat atau
sakarida berasal dari bahasa Yunani yang artinya gula.
Gula dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Karbohidrat sederhana
Karbohidrat Sederhana yaitu karbohidrat yang terdiri dari monosakarida atau
disakarida. Karbohidrat dengan satu unit gula disebut gula sederhana atau monosakarida.
Contoh dari monosakarida ini adalah fruktosa (gula buah) dan glukosa (gula darah), gula yang
diproduksi ketika tubuh mencerna karbohidrat, dan galaktosa, gula yang diperoleh dari
mencerna laktosa (gula susu). Karbohidrat dengan dua unit gula disebut disakarida. Contoh
dari disakarida ini adalah sukrosa (gula pasir) yang terdiri dari satu unit fruktosa dan satu unit
glukosa.

2. Karbohidrat kompleks
Karbohidrat kompleks yaitu karbohidrat yang terdiri dari 3 unit gula atau lebih dan
tertaut dalam rantai. Karbohidrat yang terdiri dari 3 sampai 10 unit gula
disebut oligosakarida , sedangkan karbohidrat yang terdiri dari banyak unit gula
disebut polisakarida. Pada bakteri, karbohidrat kompleks ini dicerna oleh enzim untuk
menghasilkan gula sederhana. Contohnya adalah pati dan selulosa, yaitu suatu polimer (rantai
atom yang panjang) unit glukosa yang dipecah menjadi glukosa sederhana.
Karbohidrat adalah bahan bakar jangka pendek yang baik untuk organisme
uniseluler, karena karbohidrat lebih sederhana untuk dimetabolisme oleh tubuh dari pada
lemak atau asam amino. Karbohidrat biasanya disimpan dalam molekul glukosa polimer
panjang atau sebagai penyimpanan energi.
Pada umumnya, semua karbohidrat mempunyai rumus umum C nH2nOn, seperti
contohnya, rumus molekul glukosa yaitu C6H12O6. Monosakarida bisa terikat bersama untuk
membentuk disakarida seperti sukrosa dan polisakarida seperti pati dan selulosa

B. Metabolisme Karbohidrat.
Metabolisme adalah keseluruhan proses kimiawi dalam tubuh organisme yang
melibatkan energi dan enzim, diawali dengan substrat awal dan diakhiri produk akhir.
Metabolisme dapat digolongkan menjadi dua, yakni proses penyusunan yang disebut
anabolisme dan proses pembongkaran yang disebut katabolisme.
Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
dan klorofil melalui fotosintesis. Zat makanan ini merupakan sumber energi bagi organisme
heterotrop. Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses hidrolisis. Proses
pencernaan karbohidrat terjadi dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.

53
Pembagian Karbohidrat berdasarkan gugus gula penyusunnya, karbohidrat terbagi atas:

1. Monosakarida (C6H12O6)
Monosakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari satu gugus gula. Monosakarida ini
memiliki rasa manis dan sifatnya mudah larut dalam air. Contohnya adalah heksosa, glukosa,
fruktosa, galaktosa, monosa, ribose (penyusun RNA) dan deoksiribosa (penyusun DNA).

2. Disakarida (C12H22O11)
Disakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari dua gugus gula. Sama seperti
monosakarida, Disakarida juga memiliki rasa manis, dan sifatnyapun mudah larut dalam air.
Contoh Disakarida adalah laktosa (gabungan antara glukosa dan galaktosa), sukrosa
(gabungan antara glukosa dan fruktosa) dan maltose (gabungan antara dua glukosa)

3. Polisakarida (C6H10O5)n
Polisakarida adalah karbohidrat yang terdiri dari banyak gugus gula, dan rata-rata terdiri
dari lebih 10 gugus gula. Pada umumnya polisakarida tidak berasa atau pahit, dan sifatnya
sukar larut dalam air. Contohnya dari polisakarida adalah amilum yang terdiri dari 60-300
gugus gula berupa glukosa, glikogen atau gula otot yang tersusun dari 12-16 gugus gula, dan
selulosa, pektin, lignin, serta kitin yang tersusun dari ratusan bahkan ribuan gugus guladengan
tambahan senyawa lainnya.

Fungsi Karbohidrat :
- Sebagai sumber energi utama.
- Memberi rasa manis pada makanan.
- Pengatur metabolisme lemak
- Membantu mengeluarkan feses
- Penghemat protein (protein sparer)

C. Proses Metabolisme Karbohidrat


Proses metabolisme karbohidrat secara garis besar terdiri dari dua cakupan yakni
reaksi pemecahan atau katabolisme dan reaksi pembentukan atau anabolisme. Pada proses
pembentukan, salah satu unsur yang harus terpenuhi adalah energi. Energi ini dihasilkan dari
proses katabolisme. Sementara itu, tahapan metabolisme sendiri terdiri atas beberapa bagian
yakni Glikolisis, oksidasi piruvat ke asetil-KoA, Glikogenesis, Glikogenolisis, hexose
monophosphate shunt dan terakhir adalah Glukoneogenesis.

Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:


1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2
piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

54
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi Asetil CoA. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
3. Asetil CoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.

4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak
dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini
disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan
glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai
cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat
sampai dengan siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogen juga habis, maka sumber energi
non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa
baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.

Metabolisme karbohidrat pada manusia dapat terjadi dalam beberapa proses :


1. Proses Glikolisis 5. Proses Hexose Monophosphate Shunt (pentosa
fosfat)
2. Proses Glykogenesis 6. Proses Siklus Asam Sitrat
3. Proses Glykogenolisis
4. Proses Glukoneogenesis

1. Proses Glikolisis
Glikolisis adalah proses pemecahan glukosa (gula) pada tingkat sel. Pada proses glikolisis,
glukosa dipecah secara sistematis menjadi asam piruvat dan energi dalam bentuk NADH dan
ATP.

55
Glikolisis, dapat terjadi dengan 2 kondisi :
- Glikolisis Aerob
- Glikolisis Anaerob

Glikolisis terdiri dari 10 tahapan reaksi, dan tahapan ini dibagi menjadi 2 tahapan besar :
- Urutan I (memerlukan ATP) glukosa phosphorilasi dan dipecah membentuk 2 satuan
3-karbon triosa phospat.
- Urutan II (membangkitkan ATP) Gliseraldehid 3-Phosphat diubah menjadi laktat.
Berikut ini merupakan kesepuluh tahapan glikolisis:

1. Pembentukan Glukosa -6-Phosphate (Heksokinase)

Setelah memasuki sel, glukosa dan molekul gula yang lain diphosphorilasi.
Phosporilasi ini bertujuan untuk mencegah glukosa keluar dari sel sehingga meningkatkan
kereaktifan atom O, dan terbentuklah Phospat Ester. Enzim Heksokinase berfungsi sebagai
katalis phosphorilasi pada heksosa. Sedangkan ATP merupakn kosubstrat reaksi yang
dikomplekskan oleh Mg2+( Trudy McKee, 2002: 236). Dalam bentuk kompleks
inilah(MgATP2-), baru bisa digunakan menjadi substrat oleh heksokinase (David S. Page,
1997: 262).

56
2. Mengubah Glukosa-6-Phosphate Menjadi Fruktosa-6-Phosphat

Selama tahap ini, aldosa(glukosa-6-phosphat) diubah menjadi ketosa(fruktosa-6-


phosphat) dengan menggunakan PGI(phosphoglukoisomerase). Dan perubahan ini membuat
C-1 dari fruktosa dapat diphosphorilasi( Trudy McKee, 2002: 238).

57
3. Phosphorilasi Fruktosa-6-Phosphate

Seperti yang kita ketahui, pada tahap kedua C-1 dari fruktosa daoat di phosphorilasi.
Dan pada tahap ini, C-1 dari fruktosa diphosphorilasi dengan katalis Phosphofruktokinase-
1(PKF-1), dan reaksi ini berlangsung satu arah( Trudy McKee, 2002: 238).

4. Pemecahan Fruktosa 1,6-Bisphosphat


Langkah I dari glikolisis berakhir seiring dengan pemecahan Fruktosa-1,6-bisphosphat
menjadi gliseraldehid-3-phosphat (G-3-P) dan dihidroksiaseton phosphate (DHAP). Reaksi
ini disebut “Pemecahan Aldol”, sebab itu nama enzyme reaksi ini adalah aldolase. Reaksi
pemecahan aldol merupakan kebalikan dari reaksi kondensasi aldol( Trudy McKee, 2002:
239).

5. Interkonversi Gliseraldehid-3-Phosphat dan Dihidroksiaseton Phosphat


Dari 2 produk reaksi aldolase, hanya G-3-P yang dapat digunakan sebagai substrat
untuk tahap glikolisis selanjutnya. Agar Dihidroksiaseton Phosphat juga dapat dimanfaatkan
sebagai substrat, dibutuhkan enzim Triose Phosphat Isomerase untuk mengubah DHAP
menjadi G-3-P( Trudy McKee, 2002: 239).

58
6. Oksidasi Gliseraldehid-3-Phosphat(G-3-P)
Pada tahap ini, G-3-P mengalami 2 reaksi yaitu oksidasi dan phosphorilasi. Produk
dari tahap ini adalah glicerat-1,3-bisphosphat. Glicerat-1,3-bisphosphat memiliki energi ikatan
yang besar, dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan ATP (Trudy McKee, 2002: 240).

Gliseraldehid-3-phosphat dehidrogenase berfungsi sebagai katalis reaksi.


Gliseraldehid-3-phosphat dehidrogenase terdiri dari 4 subunit yang identik. Setiap subunit
memiliki sisi untuk berikatan dengan G-3-P dan satu sisi lagi untuk berikatan dengan
NAD+ pada sisi aktif. Dan lalu NADH meninggalkan sisi aktif dan ditempati oleh NAD +.
Barulah gliserat-3-bisphosphat terbentuk( Trudy McKee, 2002: 240).

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini.

59
7. Pemindahan Gugus Phosphoril
Pada tahap ini, reaksi menghasilkan ATP dengan katalis phosphogliserat kinase. Lebih
lengkapnya dari gambar berikut.

( Trudy McKee, 2002: 240).

Pembentukan ATP dengan cara memindahkan gugus phosphoril dari senyawa yang
berenergi tinggi ke ADP disebut dengan “Phosphorilasi Tingkat Substrat”. Reaksi ini
merupakan reaksi pertama yang menhasilkan ATP dalam tahapan glikolisis(Horton, 2012 :
336).

8. Interkonversi 3-Phosphogliserat dan 2-Phosphogliserat

60
Gliserat-3-phosphat memiliki gugus phosphoril yang susah untuk dipindahkan. Dan
hal ini membuat gliserat-3-phosphat susah untuk digunakan dalam membentuk ATP.

Sel mengubah gliserat-3-phosphat dengan ester phosphate berenergi rendah menjadi


phosphoenolpituvat(PEP), yang mana gugus phosphorilnya sangat berpotensial tinggi untuk
dapat dipindahkan. Pada tahap pertama perubahan, phosphogliserat mutase mengkatalis
perubahan senyawa C-3 yang terphosphorilasi menjadi senyawa C-2 yang terphosphorilasi
melalalui 2 langkah siklus eliminasi/adisi. ( Trudy McKee, 2002: 242)

9. Dehidrasi 2-Phosphogliserat
Pada tahap ini, enolase mengkatalis dehidrasi gliseral-2-phosphat menjadi PEP.

Sebab, PEP memiliki gugus phosphoril yang lebh mudah dipindahkan daripada gliserat-2-
phosphat. Hal ini terjadi karena PEP terdiri dari gugus enol-phosphat yang bahkan dalam
bentuk phosphat ester.
Aldehid dan keton memiliki 2 bentuk isomeri

Bentuk Enol dan Bentuk Keto

61
Bentuk enol terdiri dari sebuah ikatan karbo rangkap dua dan sebuah gugus hidroksil. Bentuk
enol lebih stabil dari bentuk keto

10. Pembentukan Piruvat


Reaksi terakhir dari proses glikolisis adalah piruvat kinase mengaktalis pemindahan
gugus phosphoril dari PEP menuju ADP. Dua molekul ATP terbentuk untuk setiap molekul
glukosa. Karena energi bebas dari hidrolisis sangat besar, perubahan PEP menjadi piruvat
berlangsung irreversible.

A. Piruvat
Piruvat merupakan hasil akhir dari glikolisis. Tapi piruvat juga dapat diubah sebagai
berikut:
- Piruvat dapat diubah menjadi asetil KoA dan asetil KoA dapat digunakan pada beberapa
siklus metabolisme. Salah satu yang terpenting adalah asetil KoA dioksidasi menjadi
CO2 pada siklus asam sitrat.
- Piruvat dapat dikarboksilasi menjadi oksaloasetat. Oksalo asetat adalah salah satu bagian
dari siklus asam sitrat dan juga terdapat dalam sintesis glukosa.
- Pada spesies tertentu, piruvat dapat direduksi menjadi etanol, dan lalu diekskresikan
keluar sel. Reaksi ini normalnya ada pada kondisi anaerob.
- Pada spesies tertentu, piruvat dapat direduksi menjadi laktat. Laktat dapat ditansporkan ke
sel dan lalu diubah menjadi piruvat kembali. Dan ini juga terjadi dalam kondisi anaerob.
- Pada setiap spesies, piruvat dapat diubah menjadi alanin. (Horton, 2012: 338-339)

62
Gambar. Semua Perubahan Piruvat

B. Data Energi Glikolisis


Kesetimbangan energi dari siklus metabolik tidak hanya tergantung pada nilai ΔG˚,
tetapi juga dipengaruhi oleh konsentrasi dari metabolit tersebut. Pada gambar di bawah ini
menunjukkan perubahann nilai ΔG˚ setiap tahap glikolisis pada sel eritrosit.

Dari gambar nampak jelas hanya 3 reaksi (1,3,10) yang sesuai perubahan ΔG˚. Pada
masalah ini, kesetimbangan terletak sesuai sisi produk. Selain tahap 1, 3, dan 10 berlangsung
secara reversible. Pada tahap yang sama juga terjadi pada arah bolak-balik pada proses
glukoneogenesis dengan enzim yang sama yang teraktivasi berdasarkan degradasi glukosa. (
Koolman, 2005: 150)

C. Regulasi Glikolisis
Regulasi glikolisis sangat rumit karena peranan penting glukosa dalam menghasilkan
energi dan dalam pembentukan sejumlah metabolit. Laju siklus glikolisis dikontrol oleh
enzim allosterat yaitu heksokinase, Phosphofructokinase-1 (PFK-1), dan piruvat kinase.
Reaksi glikolisis dikatalisis menggunakan enzime ini secara irreversible. Pada umumnya
efektor allosterat merupakan molekul selular yang berkonsentrasi tinggi yang sensitive

63
terhadap kondisi sel. Contohnya heksokinase diinhibisi dengan adanya kelebihan glukosa-6-
phosphat, tetapi, molekul juga dapat berperan sebagai kofaktor allosterat seperti AMP yang
berkonsetrasi tinggi mengaktivasi PFK-1 dan piruvat kinase. Berarti sebaliknya jika ATP lah
yang berkonsentrasi tinggi maka PFK-1 dan piruvat kinase diinhibisi.
Untuk lebih ringkasnya, ada pada tabel berikut.

( Trudy McKee, 2002: 245-248)

D. Gula-gula yang Lain dalam Glikolisis


1. Sukrosa
Disakarida sukrosa dapat diubah menjadi 2 monosakrida yaitu fruktosa dan glukosa.
Proses ini dikatalis oleh kelas enzim yang dengan sukrase. Enzim invertase merupakan salah
satu contoh enzim dari kelas enzim sukrase. Prinsip kerja enzim ini adalah memutuskan
ikatan glikosidik antara oksigen dan glukosa residu sampai akhirnya terbentuklah 2 molekul
monosakarida yaitu fruktosa dan glukosa. Pada glukosa akan diphosphorilasi oleh enzim
heksokinase, sedangkan fruktosa akan dijelaskan setelah ini (Horton,2012: 348)

Gambar. Struktur Enzim Invertase


2. Fruktosa
Pada fruktosa, proses metabolismenya sebagai berikut:
- Fruktosa diphophorilasi menjadi fruktosa-1-phosphat dengan bantuan enzim
fruktokinase dan ATP. Pada mamalia, tahap ini terjadi di hati dan setelah itu fruktosa diserap
oleh usus dan diedarkan pada sirkulasi darah.

- Fruktosa-1-phosphat dikatalis menggunakan fruktosa-1-phosphat aldolase untuk


dipecah menjadi dihidroksi gliseraldehid

64
- Gliseraldehid diphosphorilasi menjadi gliseraldehid-3-phosphat dengan
mengkonsumsi ATP dan triosekinase sebagai katalisnya. Sedangkan pada dihidroksiaseton
phosphate diubah menjadi molekul kedua gliseraldehid-3-phosphat dengan bantuan enzim
triose phosphate isomerase.

3. Galaktosa
Laktosa merupakan disakarida yang terdapat pada susu. Laktosa dengan katalis lactase
usus dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Kedua molekul ini dapat diserap oleh
usus dan diedarkan pada sirkulasi darah(Horton,2012: 349).

Dari gambar di atas C-4 galaktosa merupakan epimer dari glukosa. Dan ini dapat
diubah menjadi glukosa-1-phosphat. Di hati, enzim galaktokinase mengkatalis perpindahan
gugus phosphoril ATP ke galaktosa. Galaktosa-1-phosphat yang terbentuk pada reaksi ini
diubah menjadi glukosa-1-phosphat (Horton,2012: 349)

4. Mannose
Mannose diubah menjadi mannose-6-phosphat dengan bantuan enzim heksokinase.
Selanjutnya mannose-6-phosphat isomerisasi menjadi fruktosa-6-phosphat dengan batnua
enzim phosphor mannose isomerase (Horton,2012:351).

65
2. Proses Glykogenesis
Glikogenesis adalah proses pembentukan atau biosintesis glikogen yang terjadi terutama
di dalam hati dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan yang dibentuk
dari molekul glukosa hasil pencernaan makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan
ikatan α 1-4 glikosidik untuk membentuk glikogen. Molekul glikogen tersusun bercabang-
cabang agar dapat tersimpan maksimal di dalam sel.

Kelebihan kadar glukosa di dalam darah akan memicu disekresikannya hormon insulin
untuk memicu terjadinya glikogenesis. Glikogen ini dapat dipecah lagi menjadi glukosa saat
kadar glukosa darah menurun seperti dalam keadaan lapar atau puasa.
Glikogenesis terjadi dengan cara penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen
yang telah ada (disebut sebagai glikogen primer). Penambahan glukosa akan terjadi secara
bertahap, satu demi satu molekul glukosa akan memperpanjang glikogen yang telah ada.

Gambar Struktur Kimia Glikogen

Sintesis glikogen melalui glikogenesis

66
 Fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-fosfat, dikatalisis oleh enzim
glukokinase/hexokinase.
 Berikutnya glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat,
dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase.
 Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri phosphate (UTP) menjadi uridil di
phosphate glukosa (UDP-glukosa), dikatalisis oleh enzim glukosa 1-fosfat uridil transferase.
 UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang sudah ada,
dikatalisis oleh enzim glikogen sintase. Dalam proses ini, atom C pertama dari UDP-glukosa
diikatkan ke atom C keempat yang ada pada rantai glikogen primer dan membentuk
ikatan α 1-4 glikosidik.
 Berikutnya enzim pembentuk cabang (branching enzyme) akan memindahkan kurang
lebih 6 residu glukosa pada salah satu residu glukosa yang ada pada glikogen primer untuk
membentuk titik cabang. Enam residu gukosa tersebut akan diikatkan pada atom C nomor 6
pada molekul glikogen primer.
 Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang hingga semakin panjang
dan akan terbentuk banyak cabang-cabang baru di berbagai lokasi.
 Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai kadar yang
normal.

Proses pembentukan glikogen melalui glikogenesis merupakan langkah penting dalam


menjaga kadar gula dalam darah tetap normal. Ketidak mampuan tubuh untuk menjalankan
glikogenesis dengan wajar dapat mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes melitus.
Diabetes melitus dapat menjadi penyakit yang berbahaya dan mematikan karena memicu
berbagai komplikasi seperti stroke, kerusakan jaringan, dan kebutaan.
Ketika kadar gula dalam darah rendah, tubuh akan melakukan proses pemecahan
glikogen untuk dibentuk menjadi glukosa kembali. Proses pemecahan glikogen menjadi
glukosa disebut dengan Glikogenolisis.
Glikogen sering disebut sebagai pati hewan karena merupakan cadangan makanan
pada hewan. Ikatan antar molekul glukosa antara glikogen dan amilum (pati) adalah sama,
yaitu ikatan α 1-4 glikosidik dan ikatan α 1-6 glikosidik. Glikogen adalah cadangan makanan
hewan, sedangkan amilum adalah cadangan makanan tumbuhan. Perbedaan utama antara
glikogen dan amilum adalah adanya lebih banyak rantai cabang pada glikogen dibandingkan
dengan amilum.

Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum pada


biosintesis disakarida dan polisakarida. Pada jaringan tumbuhan, disakarida sukrosa
dihasilkan melalui reaksi kondensasi glukosa dan fruktosa yang diawali proses glikogenesis.
Dalam proses tersebut UDP-glukosa bereaksi dengan fruktosa 6-fosfat dikatalisis oleh enzim
sukrosa fosfat sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat. Kemudian enzim sukrosa fosfatase akan
mengkatalisis sukrosa 6-fosfat menjadi sukrosa.

67
3. Proses Glykogenolisis
Glikogenolisis merupakan proses pemecahan glikogen menjadi glukosa yang terjadi
terutama di hati dan otot. Glikogen atau gula otot merupakan cadangan makanan hewan yang
tersusun atas molekul glukosa yang disatukan dengan ikatan α 1-4 glikosidik (untuk rantai
lurus), dan ikatan α 1-6 glikosidik untuk titik cabang. Glikogen merupakan polisakarida yang
memiliki banyak sekali percabangan, hal tersebut diperlukan agar glikogen dapat disimpan
dengan maksimal di dalam sel.
Glikogen akan dipecah apabila kadar gula dalam darah rendah dan ketika sedang
berolahraga. Glikogenolisis dipicu oleh kerja hormon adrenalin dan glukagon, berkebalikan
dengan insulin yang akan mempengaruhi pembentukan glikogen melalui glikogenesis. Proses
pemecahan glikogen melibatkan 3 jenis enzim yaitu glikogen fosforilase, transferase, dan
debranching enzyme.

68
Proses Glikogenolisis yang terjadi di dalam Sel
 Enzim glikogen fosforilase akan menambahkan fosfat anorganik dan membebaskan
glukosa dalam bentuk glukosa 1-fosfat. Pemecahan ini akan terus berlangsung hingga
tersisa kurang lebih 4 residu glukosa dari titik cabang.
 Enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosa menuju ujung cabang yang lain,
proses ini akan menyisakan satu residu glukosa pada titik cabang yang terikat dengan
ikatan α 1-6 glikosidik.
 Debranching enzyme atau enzim pemecah cabang (α 1-6 glukosidase) akan membebaskan
glukosa pada titik cabang dan melepaskannya dalam bentuk glukosa (bukan glukosa 1-
fosfat seperti pada reaksi pertama).
 Proses glikogenolisis berakhir pada tahapan diatas, namun hasil pemecahan glikogen yang
berupa glukosa 1-fosfat akan mengalami proses lebih lanjut agar dapat berubah menjadi
glukosa.
Enzim fosfoglukomutase akan mengkatalisis reaksi isomerasi glukosa 1-fosfat
menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam hati dan ginjal glukosa 6-fosfat akan mengalami
pelepasan fosfat dan berubah menjadi glukosa. Namun di dalam otot glukosa 6-fosfat akan
langsung masuk reaksi glikolisis untuk diolah menjadi energi dalam bentuk ATP.

Glikogen yang dipecah di dalam hati digunakan untuk mempertahankan kadar gula
dalam darah tetap normal, sedangkan glikogen dalam otot akan digunakan untuk
memproduksi energi. Hati mampu menyimpan glikogen sebesar 6% dari massa total hati,
sedangkan otot hanya mampu menyimpan kurang dari 1% dari massa otot tersebut.

4. Proses Glukoneogenesis
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari senyawa bukan
glukosa. Glukoneogenesis memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan akan glukosa,
terutama ketika tubuh tidak mendapat pasokan glukosa yang cukup dari makanan. Glukosa
merupakan molekul yang sangat penting terutama bagi eritrosit (sel darah merah) dan sel saraf
otak, karena sel-sel tersebut tidak dapat menggunakan molekul lain sebagai sumber energi
(walaupun dalam keadaan kelaparan yang sangat panjang sel saraf otak mampu menggunakan
benda keton yaitu beta hidroksibutirat sebagai sumber energi).

69
Selain memenuhi kebutuhan energi bagi otak dan eritrosit, glukosa juga merupakan
satu-satunya molekul penghasil energi bagi otot dalam keadaan anaerobic (tanpa oksigen).
Glukosa juga diperlukan bagi pembentukan laktosa (gula susu) di kelenjar susu untuk
memenuhi kebutuhan energi bayi. Pada mamalia, hati dan ginjal merupakan organ utama
untuk berlangsungnya glukoneogenesis.
Secara umum tahapan reaksi glukoneogenesis hampir sama dengan tahapan reaksi
glikolisis yang dibalik arahnya. Namun ada beberapa tahapan dalam glukoneogenesis yang
tidak sama dengan glikolisis dan memerlukan kerja enzim-enzim yang berbeda. Perbedaan ini
terjadi karena pada tahapan-tahapan tersebut enzim yang terlibat tidak dapat bekerja secara
bolak-balik. Glikolisis merupakan reaksi yang menghasilkan energi, sedangkan
glukoneogenesis merupakan proses yang membutuhkan energi dalam bentuk ATP.

Proses ke kanan adalah reaksi glikolisis, sedangkan proses ke kiri adalah reaksi
glukoneogenesis.

Proses Glukoneogenesis yang terjadi pada Hati dan Ginjal :


 Pengubahan piruvat menjadi oksaloasetat, dikatalisis oleh enzim piruvat karboksilase.
 (Oksaloasetat pada reaksi di atas terdapat pada mitokondria dan harus dikeluarkan menuju
sitoplasma, namun molekul tersebut tidak dapat melelui membran mitokondria sebeum
diubah menjadi malat. Jadi oksaloasetat akan diubah menjadi malat agar dapat keluar
menuju sitoplasma dan akan segera diubah kembali menjadi oksaloasetat).
 Pengubahan oksaloasetat menjadi malat, dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase.
Malat keluar dari mitokondria menuju sitoplasma.

70
 Di sitoplasma, malat diubah manjadi oksaloasetat kembali yang dikatalisis oleh enzim
malat dehidrogenase.
 Oksaloasetat kemudian akan diubah menjadi phospoenol piruvat, dikatalisis oleh enzim
phospoenolpiruvat karboksilase.
 Phospoenol piruvat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat, dikatalisis oleh enzim enolase.
 2-fosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliseromutase.
 3-fosfogliserat kemudian diubah manjadi 1,3 bifosfogliserat yang dikatalisis enzim
fosfogliserokinase.
 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi gliseraldehida 3 fosfat, reaksi ini dikatalisis oleh
enzim gliseraldehida 3 fosfat dehidrogenase.
 Gliseraldehida 3 fosfat dapat diubah menjadi dihidroksi aseton fosfat (dengan reaksi yang
dapat bolak-balik) yang dikatalisis oleh enzim isomerase.
 Gliseraldehida 3 fosfat dan dihidroksi aseton fosfat akan disatukan dan menjadi fruktosa
1,6 bifosfat yang dkatalisis enzim enolase.
 Fruktosa 1,6 bifosfat akan diubah manjadi fruktosa 6 fosfat oleh enzim fruktosa
difosfatase.
 Fruktosa 6 fosfat akan diubah menjadi glukosa 6 fosfat oleh enzim fosfoglukoisomerase.
 Dan terakhir glukosa 6 fosfat akan diubah manjadi glukosa yang dikatalisis oleh enzim
glukosa 6 fosfatase.
Asam amino glukogenik seperti alanin, arginin, asparagin, sistein, glutamate, histidin,
metionin, prolin, serin, threonin, valin, dan triptofan dapat diubah manjadi glukosa setelah
terlebih dahulu diubah manjadi piruvat atau senyawa antara yang lain. Asam laktat hasil
oksidasi anaerob juga dapat diubah manjadi glukosa setelah diubah manjadi oksaloasetat di
dalam mitokondria. Gliserol hasil metabolisme lemak juga dapat diubah manjadi glukosa
setelah terlebih dahulu diubah manjadi gliserol 3 fosfat kemudian manjadi dihidroksi aseton
fosfat dan langkah-langkah selanjutnya.
Hormon Kortisol akan memicu terjadinya glukoneogenesis saat tubuh mendeteksi
kurangnya glukosa di dalam darah. Hormon tersebut terutama mempengaruhi perubahan asam
amino glukogenik menjadi glukosa. Sedangkan hormon tiroksin akan mempengaruhi
masuknya lemak ke dalam hati untuk dapat diubah menjadi glukosa.

5. Hexose Monophosphate Shunt (pentosa fosfat)


Hexose monophosphate shunt adalah proses yang mengubah glukosa menjadi energi
(NADH) (Nikotinamida Adenosin Dinukleotida Hidrogen), ribosa 5-fosfat dan gula pentosa.
Jalur fosfoglukonat ini merupakan salah metabolisme utama Sel yang mampu menghasilkan
energi sekaligus prekursor metabolisme lain. Misalnya, ribosa 5-fosfat yang menjadi
prekursor asam nukleat.

Siklus ini juga disebut hexose monophosphate shunt karena molekul glukosa 6-fosfat
(gula heksosa) tidak langsung memasuki glikolisis, melainkan diubah terlebih dahulu menjadi
ribulosa 5-fosfat (gula pentosa).

71
Berdasarkan manfaat jalur pentosa fosfat, jalur ini dipilih oleh sel ketika sel
membutuhkan energi pereduksi yakni NADPH untuk proses biosintesis berbagai molekul.
Selain NADPH, jalur ini juga menghasilkan gula pentosa untuk sintesis asam nukleat dan
eritrosa fosfat untuk menyintesis asam amino atau senyawa metabolit aromatik. Hasil akhir
dari jalur pentosa fosfat adalah G3P yang akan diproses dalam Glikolisis atau digunakan
untuk sintesis lipid.

 Langkah-langkah dalam Jalur Pentosa Fosfat

Gambar jalur pentosa fosfat

Fase Oksidasi pada Jalur Pentosa Fosfat :


1. Molekul pertama yang masuk dalam jalur pentose fosfat adalah intermediet glikolisis,
3 buah molekul Glu-6-P. Molekul tersebut dioksidasi oleh Glu-6-P dehydrogenase dengan
memanfaatkan 3 NADP+ menghasilkan 3 molekul NADPH dan 3 molekul 6-fosfoglukonat.
2. 6-fosfoglukonat selanjutnya didekarboksilasi secara oksidatif oleh NADP+ dengan
bantuan 6-fosfoglukonat dehydrogenase menghasilkan NADPH, CO2 dan ribulosa-5-fosfat.

72
Fase Isomerasi

Pada fase ini, ribulosa-5-fosfat diubah menjadi isomernya yakni xylosa-5-fosfat atau ribosa-5-
fosfat.

6. Proses Siklus Asam Sitrat


Siklus asam tinggi sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada
mitokondria, yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam
piruvat menjadi CO2, H2O dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan
sejumlah oksigen atau aerob. Siklus asam sitrat ini juga disebut siklus krebs.
Pada sel eukariot, siklus asam sitrat terjadi pada mitokondria, sedangkan pada
organisme aerob, siklus ini merupakan bagian dari lintasan metabolisme yang berperan dalam
konversi kimiawi terhadap karbohidrat, lemak dan protein menjadi karbon dioksida, air,
dalam rangka menghasilkan suatu bentuk energi yang dapat digunakan. Reaksi lain pada
lintasan katabolisme yang sama, antara lain glikolisis, oksidasi asam piruvat dan fosforilasi
oksidatif.

Produk dari siklus asam sitrat adalah prekursor bagi berbagai jenis senyawa organik.
Asam sitrat merupakan prekursor dari kolesterol dan asam lemak, asam ketoglutarat alfa
merupakan prekursor dari asam glutamat, purina dan beberapa asam amino, suksinil-KoA

73
merupakan prekursor dari heme dan klorofil, asam oksaloasetat merupakan prekursor dari
asam aspartat, purina, pirimidina dan beberapa asam amino.

Berikut adalah gambaran ringkas siklus asam sitrat:


 Senyawa C4 (oksaloasetat) berkondensasi dengan senyawa C2 membentuk senyawa C6
(asam trikarboksilat/sitrat). Reaksi dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
 Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isomer sitrat. Reaksi dikatalisis oleh enzim sitrat
akotase.
 Isomer sitrat kemudian mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi senyawa C 5 (α-
ketoglutarat). Reaksi dikatalisis oleh enzim isositrat dehidrogenase dan menghasilkan NADH
dan CO2.
 Senyawa ini mengalami dekarboksilasi oksidatif lagi menjadi senyawa C4 (suksinil
ko-A. Reaksi dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase dan menghasilkan NADH
dan CO2.
 Senyawa C4 (suksinil ko-A) lalu dipecah menjadi suksinat (C4). Reaksi dikatalisis oleh
enzim suksinil koA sintase. Menghasilkan senyawa fosfat berenergi tinggi (GTP).
 Suksinat (C4) dioksidasi menjadi fumarat (C4). Reaksi dikatalisis oleh enzim suksinat
dehidrogenase dan menghasilkan FADH2.
 Fumarat (C4) mengalami hidrasi menjadi malat (C4). Reaksi dikatalisis oleh enzim
fumarase.
 Akhirnya malat (C4) dioksidasi menghasilkan kembali oksaloasetat (C4). Reaksi
dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase dan menghasilkan NADH.

Reaksi-reaksi kimia yang berhubungan dengan siklus asam sitrat serta reaksi dalam siklus itu
sendiri akan dibahas satu persatu.

1. Pembentukan Asetil Coenzim A (Asetil CoA)


Asetil CoA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat dengan Coenzim A. Di samping
itu asam lemak juga dapat menghasilkan Asetil CoA pada proses oksidasi. Reaksi
pembentukan Asetil KoA menggunakan kompleks piruvatdehidrogenase sebagai katalis yang
terdiri atas beberapa enzim. Koenzim yang ikut dalam reaksi ini adalah tiamin
pirofosfat(TPP), NAD+, asam lipoat dan ion Mg sebagai aktivator. Reaksi ini bersifat tidak
reversible dan Asetil CoA yang terjadi merupakan penghubung antara proses glikolisis
dengan siklus asam sitrat.

2. Pembentukan Asam Sitrat


Asetil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat pemberi
gugus asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi. Asam sitrat dibentuk oleh asetil KoA
dengan asam oksaloasetat dengan cara kondensasi. Enzim yang bekerja sebagai katalis adalah
sitrat sintetase. Asam sitrat yang terbentuk merupakan salah satu senyawa dalam siklus asam
sitrat.

74
3. Pembentukan Asam Isositrat
Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat. Enzim
yang bekerja pada reaksi ini adalah akonitase. Dalam dalam keadaan keseimbangan terdapat
90% asam sitrat, 4% asam akonitat dan 6% asam isositrat. Walaupun dalam keseimbangan ini
asam isositrat hanya sedikit, tetapi asam isositran akan segera diubah menjadi asam
ketoglutarat sehingga keseimbangan akan bergeser ke kanan.

4. Pembentukan Asam α. Ketoglutarat


Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat, kemudian
diubah lebih lanjut menjadi asam α. Ketoglutarat. Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada
reaksi pembentukan asam oksalosuksinat dengan Koenzim NADPH+, sedangkan enzim
karboksilase bekerja pada reaksi selanjutnya. Pada reaksi yang kedua ini di samping asam α
ketoglutarat, dihasilkan pula CO, untuk 1 mol asam isositrat yang diubah, dihasilkan 1 mol
NADPH dan 1 mol CO2. Koenzim yang digunakan dalam reaksi selain NADP, juga NAD.

5. Pembentukan Suksinil CoA


Asam α ketoglutarat diubah menjadi suksinil CoA degan jalan dekarboksilasi
oksidatif. Reaksi ini analog dengan reaksi pembentukan asetil CoA dari asam piruvat.
Koenzim TPP dan NAD+ diperlukan juga dalam reaksi pembentukan suksinil CoA. Reaksi
berlangsung antara asam α ketoglutarat dengan koenzim A menghasilkansuksinil CoA dan
melepaskan CO2 . NADH juga dihasilkan pada reaksi ini. Yang menonjol adalah bahwa
reaksi ini tidak reversible.

6. Pembentukan Asam Suksinat


Asam suksinat tebentuk dari suksinil CoA dengan cara melepaskan koenzim A serta
pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP). Gugus fosfat yang
terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam reaksi ini adalah
nukleosida difosfokinase.

7. Pembentukan Asam Fumarat


Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses oksidasi
dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD sebagai koenzim.

8. Pembentukan Asam Malat


Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air. Enzim
fumarase bekerja seagai katalis dalam reaksi ini.

9. Pembentukan Asam Oksaloasetat


Tahap akhir dalam siklus asam sitrat adalah dehidrogenase asam malat untuk
membentuk asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah malat
dehidrogenase. Oksaloasetat yang terjadi kemudian bereaksi dengan asetil koenzim dan asam

75
sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut dalam siklus asam sitrat. Demikian reaksi-reaksi
tersebut di atas berlangsun terus-menerus dan berulang kali.

Energi Yang Dihasilkan Dari Proses Metabolisme Aerobik dan Anaerobik


Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
- hasil tingkat substrat : + 4 ATP
- hasil oksidasi respirasi : + 6ATP
- jumlah : +10 ATP
- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : - 2ATP
+ 8 ATP

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:


- hasil tingkat substrat : + 4 ATP
- hasil oksidasi respirasi :+ 0ATP
- jumlah :+ 4 ATP
- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : - 2ATP
+2 ATP

Dengan Demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3x3 ATP = 9 ATP
2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1x2 ATP = 2 ATP
3. Pada tingkat substrat = 1 ATP
Jumlah = 12 ATP

76
Gambar. Siklus kreb
Satu NADH dapat menghasilkan 3 molekul ATP
Satu molekul FADH2 dapat menghasilkan 2 molekul ATP
sehingga total ATP yang diperoleh dari 1 molekul glukosa adalah : 4 ATP. 10 NADH =
30 ATP.
1 ATP setara dengan 7 kkal. Oleh karena itu 38 ATP akan menghasilkan 266 kkal/mol
glukosa (38 ATP x 7 kkal)

Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi :


3ATP + 3ATP + 1ATP + 2ATP + 3ATP = 12 ATP

Jika di hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat di
hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan
rincian sebagai berikut:
1. Glikolisis : 8 ATP
2. Oksidasi piruvat (2 x 3 ATP) : 6 ATP
3. Siklus Kreb’s (2 x 12 ATP) : 24 ATP
Jumlah : 38 ATP

Energi yang dihasilkan pada Metabolisme Karbohidrat


Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan
sel. Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul
organik kompleks yang biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim.
Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel, tanpa metabolisme makhluk
hidup tidak dapat bertahan hidup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Metabolisme Karbohidrat
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolime karbohhidrat adalah :
a. Pada keadaan kelaparan, enzim enzim-enzim utama dari glikolisis, HMP shunt dan
glikogenesis aktifitasnya menurun, sebaliknya aktifitas eniim-enzim utama dari glukogenesis
dan glikogenesis meningkat.
b. Pada keadaan Diabetes Melitus, aktifitas enzim-enzim tersebut mirip dengan keadaan
kelaparan.
c. Pada pemberian makanan tinggi karbohidrat, aktifitas enzim-enzim glikolisis, HMP
shunt dan glikolisis meningkat, sedangkan aktifitas utama glukoneogensis dan glikogenesis
menurun (Yohanis,2009).

77
DAFTAR PUSTAKA

1. Hardinsyah, I Dewa Nyoman Supariasa. 2014. Ilmu Gizi,Teori & aplikasi : Penerbit
buku kedokteran.
2. Robert K.Murray. Daryl K.Granner. Victor W.Rodwell.edisi 27. Biokimia Harper :
Penerbit buku kedokteran.
3. David L.Nelson, Michael M.Cox.7th edition. Principle of Biochemistry : Lehninger.
W.H Freeman and company
4. Robert K.Murray. Daryl K.Granner. Victor W.Rodwell. Petter A.Mayers. Harper’s
Illustrated Biochemistry
5. Horton,and Friends. 2012. Principle of Biochemistry, Fifth Edition
6. Koolman. 2005. Color Atlas of Biochemistry, Second Edition. New York: Georg
Thieme Verlag
7. McKee, Trudy and James R. McKee.2003. Biochemistry: The Molecular Basis of Life,
Third Edition. USA: McGraw-Hill
8. Page, David S.1997. Prinsip-prinsip Biokimia,Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

78
COVER BUKU

1.

2.

3.

79
80

Anda mungkin juga menyukai