Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, wa bihi nasta’inu wa’ala umuriddun yaa waddin, wash
sholatuwassalam’ala asyrafil anbiyai wal mursalin, sayyidina wa maulana Muhammadin
wa’alaa aalihi wa shohbihi ajma’in, amma ba’duh.

Bismillah, Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT.
Yang telah memberi nikmat iman, islam, kesehatan dan kemudahan sehingga penulis bisa
menyelesaikan tugas membuat makalah yang berjudul “Iklim Kelas” dengan baik sehingga
penyusunan makalah ini bisa selesai tepat waktu.

Kedua kalinya semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada nabi kita nabi
Muhammad SAW. Karena berkat beliau lah kita semua berada pada jalan yang benar, dari
jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yaitu addinul islam. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Makalah Manajemen Kelas ini disusun guna memenuhi sayarat penilaian dan tugas kuliah
pada program studi pendidikan agama islam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang apa itu Iklim Kelas.

Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Pimpina Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Drs. Damsuki, M.Pd yang telah
memberikan penulis kesempatan bisa belajar di perguruan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
Muhammadiyah ini.
2. Dr. Ahmadong, S.Pd, M.Pd Selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Kelas
Tugas yang telah diberikan tugas ini sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
3. Kedua orang tua Yang telah memberikan seluruh dukungan, perhatian, cinta dan rasa
kasih dan sayang sehingga penulis bisa tetap belajar dan menuntut ilmu dengan baik.
4. Teman teman semua Yang telah memberi dukungan sehingga penulis semangat
menyelesaikan tugas ini.
5. Semua pihak Yang tak bisa penulis sebut kan satu persatu.

ii
Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha keras dan berusaha sebaik mungkin untuk
mendapatkan sumber-sumber dan informasi dari website resmi, hal ini sangat menjadikan
penulis lebih mengetahui banyak Manajemen Kelas.

Akhirul kalam, Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
banyak yang harus di perbaiki, masih banyak kesalahan dalam penulisan kata atau tanda
baca, dan masih banyak lagi yang semuanya tak bisa penulis sebut satu persatu. Karena
kesalahan murni datang dari penulis dan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun, memberi solusi dan memberi ide-ide
penulisan akan penulis terima dengan senang hati dan penuh penghormatan demi
kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan
umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat dan
menambah wawasan luas bagi berbagai pihak dan semua pembaca. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb

Tanjung Redeb, 07 Maret 2022

Penulis

iii
Daftar isi
Judul.......................................................................................................Error! Bookmark not defined.
Kata Pengantar....................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................................................1
B. Rumusan Pemahasan..............................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
A. Pengertian Iklim Kelas............................................................................................................3
B. Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif..............................................................................6
1. Prinsip-Prinsip.......................................................................................................................6
2. Faktor-faktor..........................................................................................................................6
3. Masalah-masalah yang sering ditimbulkan siswa..................................................................7
4. Lingkungan ruang kelas.........................................................................................................9
5. Pengaturan secara fisik ruang kelas.....................................................................................10
6. Guru berkualitas...................................................................................................................11
7. Pengelolaan Kelas................................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. kesimpulan.............................................................................................................................15
Daftar Pustaka...................................................................................................................................18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Iklim belajar siswa adalah situasi sebagai akibat interaksi antara guru dan siswa atau
antara siswa-siswa lainnya yang mempengaruhi proses pembelajaran. Keberhasilan
seorang guru didalam kelas bukan hanya sekedar tercapainya suatu tujuan belajar, akan
tetapi keberhasilan guru juga ditentukan sejauh mana mereka mengembangkan
kecakapan siswanya untuk berbagi beberapa sumber informasi dalam pencarian ilmu
dalam proses pembelajaran. Selain itu juga guru harus mampu mengembangkan
kreatifitas para siswa melalui kecakapannya untuk memotivasi dengan iklim belajar yang
kondusif. hal ini sebagai tempat pengkomunikasian untuk melakukan aktivitas-aktivitas
yang menyenangkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Membangun iklim belajar yang positif dalam lingkungan kelas sangat membantu
para siswa di dalam memahami proses pembelajaran. Rasa tenang dan nyaman serta
menghargai siswa akan membuat siswa menerima pelajaran yang diberikan guru dengan
senang hati. Dalam hal ini manfaatnya, tentu tidak hanya dirasakan siswa, tetapi juga
guru. Iklim belajar yang positif akan mencegah guru mengeluarkan tenaga atau
mengambil tindakan secara berlebihan. Sebab, siswa mampu memahami materi yang
diajarkan dengan cepat. Iklim belajar yang dapat mendorong siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran yang efektif, adalah sebagai berikut: menyenangkan, mengasikkan,
mencerdaskan, dan memberi kebebasan. Iklim belajar yang efektif akan membuat kelas
yang hidup dan didalamnya terdapat pola komunikasi yang mendalam, sehat dan
bermakna, caranya antara lain sebagai berikut: Bersikap percaya diri dalam menanggapi
pendapat , Berani bertanya, Pemikiran yang logis, Usahakan terus agar siswa mau
menjelaskan cara berpikirnya serta alasan-alasan yang dimilikinya saat menjawab
pertanyaan atau soal.
Menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan, guru berperan penting dalam
melakukan teknik komunikasi yang baik yang akan memudahkan guru dalam proses
pembelajaran sehingga akan mempengaruhi iklim belajar siswa dalam proses
pembelajaran tersebut. Teknik komunikasi guru adalah cara atau seni penyampaian suatu
pesan yang dilakukan oleh seorang guru, sedemikian rupa sehingga menimbulkan
dampak pada siswa. Pengertian ini dimaksud bahwa teknik komunikasi guru merupakan
cara menyampaikan pesan materi pembelajaran serta cara mengembangkan dialogis guru

1
atau siswa atau sesama siswa secara efektif. Komunikasi verbal ini bisa berupa
percakapan tatap muka antara guru dan siswa, berbicara dalam pembicaraan di kelas,
atau percakapan melalui bermedia telepon. Sedangkan komponen penting dalam
komunikasi nonverbal, yakni ekspresi wajah, kontak mata, perilaku visual, serta bahasa
tubuh dan gerak tubuh agar komunikasi dengan siswa dapat berjalan dengan baik, guru
harus memperhatikan langkah-langkah untuk melakukan teknik komunikasi adalah
sebagai berikut: menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan bagi siswa,
menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswa, materi yang
disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat bagi siswa dan materi yang
disampaikan oleh guru dapat menumbuhkan suatu penghargaan bagi siswa. Melalui
teknik komunikasi ini, maka peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus
bisa menyesuaikan dengan situasi kelas yang kondusif. Sehingga akan menciptakan
iklim belajar yang dapat diukur melalui pandangan siswa terhadap suasana kelas karena
siswa merupakan subjek yang mengalami dan merasakan situasi kelas dalam
pembelajaran.
Oleh sebab itu, guru merupakan acuan yang sangat berpengaruh bagi siswa baik itu
dari cara berkomunikasi, interaksi maupun iklim belajar di kelas. Sebagai guru harus bisa
menyesuaikan diri dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan
teknik komunikasi yang efektif sehingga siswa merasa nyaman dan tenang saat
menerima pelajaran.

B. Rumusan Pemahasan
1. Apa pengertian iklim kelas?
2. Bagaimana menciptakan iklim kelas yang kondusif?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa pengertian iklim kelas.
2. Untuk mengetahui bagaimana menciptakan iklim kelas yang kondusif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iklim Kelas


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diungkapkan bahwa iklim merupakan
keadaan hawa (suhu, kelembaban, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah
dalam jangka waktu yang agak lama. Ada beberapa istilah yang digunakan secara
bergantian dengan kata climate, yang diterjemahkan dengan iklim, seperti feel,
atmosphere, tone dan environment. Dengan kata lain iklim bisa diartikan perasaan,
suasana, sifat, dan lingkungan. Sedangkan kelas dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
diartikan sebagai ruang tempat belajar di sekolah. Arikunto kelas tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik seperti yang sudah
lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan kelas
adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula. Dalam pengertian lain, kelas bermakna tingkatan untuk
menunjukkan status atau posisi peserta didik di sekolah tertentu, misalnya kelas I, kelas
II, dan sebagainya. Pada pendidikan tinggi, kelas lebih berfungsi sebagai tempat
melakukan interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik. Sedangkan tingkat
I, tingkat II, tingkat III dan tingkat IV pada perguruan tinggi tidak dipopulerkan dengan
sebutan kelas, tetapi lebih menunjukkan jenjang tahun aademis yang dilalui pendidik di
perguruan tinggi. Selanjutnya dapat disimpulkan secara sederhana kelas dapat diartikan
sebagai sebuah tempat atau ruangan tempat guru mengajar dan peserta didik belajar.
Dengan demikian, di dalam kelas itulah kegiatan belajar-mengajar berlangsung Bloom
mendefinisikan iklim dengan pengaruh, kondisi, dan rangsangan dari luar yang meliputi
pengaruh fisik, sosial dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik Dalam konteks
ini, istilah iklim kelas digunakan untuk menggambarkan suasana tersebut. Hoy dan
Forsyth mengatakan iklim kelas adalah organisasi sosial yang informal dan aktivitas guru
yang secara spontan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan Hoy dan Miskell
mengatakan Iklim kelas merupakan kualitas dari lingkungan kelas yang terus menerus
dialami guru-guru, mempengaruhi tingkah laku, dan berdasar pada persepsi kolektif
tingkah laku mereka. Istilah iklim seperti halnya kepribadian dalam pada manusia.

3
Masing-masing kelas memiliki ciri (kepribadian) yang tidak sama dengan kelas-kelas
lain, meskipun keadan fisik dan bentuk arsitektur kelas-kelas tersebut sama.
Dari beberapa pengertian mengenai iklim kelas diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa iklim kelas ialah situasai pembelajaran dalam kelas yang muncul akibat dari
interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa itu sendiri, atau akibat dari
interaksi dari berbagai faktor seperti aspek fisik, materi, dan sosial yang mempengaruhi
proses belajar mengajar dalam kelas. Iklim kelas yang mendukung keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas adalah iklim kelas yang kondusif.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi belajar
antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid yang lainnya. Berhasil
tidaknya suatu interaksi proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
dari guru sendiri, siswa, fasilitas penunjang, maupun suasana proses interaksi
pembelajaran tersebut. Suatu proses pembelajaran di sekolah yang penting bukan saja
materi yang diajarkan atau pun siapa yang mengajarkan, melainkan bagaimana materi
tersebut diajarkan. Bagaimana guru menciptakan iklim kelas (Classroom Climate) dalam
proses pembelajaran tersebut. Iklim kelas adalah kondisi lingkungan kelas dalam
hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang
ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan
siswasiswa. Tinjauan tentang suasana kelas (classroom climate) dikemukakan oleh
Nasution (2003: 119-120). Menurutnya ada tiga jenis iklim kelas yang dihadapi siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah berdasarkan sikap guru terhadap anak dalam
mengajarkan materi pelajaran.
1. Iklim kelas dengan sikap guru yang “otoriter”. Suasana kelas dengan sikap guru
yang otoriteriterjadi bila guru menggunakan kekuasaannya untuk mencapai
tujuannya tanpa lebih jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi
perkembangan pribadinya. Dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk
menguasai bahan pelajaran yang dianggab perlu untuk ujian dan masa depannya.
2. Iklim kelas dengan sikap guru yang “permisif”. Suasana kelas dengan sikap guru
yang permisif ditandai dengan membiarkan anak berkembang dalam kebebasan
tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah, atau paksaan. Pelajaran selalu
dibuat menyenangkan. Guru tidak menonjolkan dirinya dan berada di belakang
untuk memberi bantuan bila dibutuhkan. Sikap ini mengutamakan perkembangan
pribadi anak khususnya dalam aspek emosional, agar anak bebas dari kegoncangan
jiwa dan menjadi anak yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

4
3. Iklim kelas dengan sikap guru yang “riil”. Suasana kelas dengan sikap guru yang riil
ditandai dengan adanya kebebasan anak yang disertai dengan pengendalian. Anak-
anak diberi kesempatan yang cukup untuk bermain bebas tanpa diawasi atau diatur
dengan ketat. Dilain pihak anak diberi tugas sesuai petunjuk dan pengawasan guru.

Dalam pendekatan sosio-emosional kelas, terdapat tiga jenis iklim kelas yang dihadapi
oleh siswa setiap hari.

1. Suasana autokrasi.
Dalam suasana outokrasi guru banyak menerapkan perintah, menggunakan
kekerasan, penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk maksud
pengawasan perilaku siswa, serta dominan guru yang sangat menonjol. sehingga
jalannya kegiatan belajar-mengajar cenderung berpusat pada guru (teacher oriented)
2. Suasana Laissez-faire.
Dalam suasana ini, guru terlalu sedikit bahkan sama sekali tidak memperlihatkan
kegiatannya atau kepemimpinannya serta banyak memberikan kebebasan kepada
siswanya. Guru melepaskan tanggung jawab kepada anggota kelompok. Dalam
suasana kelas ini kegiatan belajarmengajar lebih didominasi oleh peserta didik (student
oriented)
3. Suasana demokratis.
Guru memperlakukan siswanya sebagai individu yang dapat bertanggung jawab,
berharga, mampu mengambil keputusan dan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi. Dampak yang ditimbulkan dari suasana demokratis adalah tumbuhnya rasa
percaya diri, saling menerima dan percaya satu sama yang lain, baik antara guru
dengan siswa maupun antar siswa. Guru membimbing, mengembangkan, dan
membagi tanggung jawab untuk semua warga kelas termasuk guru. Dengan
demikian suasana kelas yang demokratis ini akan memberikan dampak positif,
karena guru dan siswa mempunyai kesempatan untuk saling memahami, membantu,
mengemukakan segala sesuatu yang dirasakan secara terbuka.

Guru akan memahami keadaan siswa, dan di sisi lain siswa akan melihat
keteladanan dan merasa ada contoh yang dapat dilihat. Suasana belajar yang demokratis
akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan
suasana belajar yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas pada guru. (Nana
Sudjana,2002: 42) Suasana yang dihadapi siswa dalam pembelajaran di sekolah dapat

5
dibedakan tiga jenis yaitu pertama suasana autokratis dengan sikap guru yang otoriter,
kedua, suasana Laissez-faire dengan sikap guru yang permisif, dan ketiga, suasana
demokratis dengan sikap guru yang riil. Dari ketiga jenis suasana pembelajaran tersebut,
suasana demokratis dengan sikap guru yang riil lebih memungkinkan untuk memberi
peluang dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

B. Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif


1. Prinsip-Prinsip
Prinsip dasar pengelolaan kelas Terdapat enam prinsip dasar dalam melaksanakan
pengelolaan kelas, yaitu sebagai berikut:
1) Kehangatan dan keantusiasan Kehangatan dan keantusisaan guru dapat
memudahkan tercitanya iklim kelas yang menyenangkan dan menjadikan kegiatan
belajar mengajar yang optimal.
2) Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar dan memelihara perhatian dan minat
siswa dengan kegiatan yang dikembangkan oleh guru.
3) Bervariasi Untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas
yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar diperlukan penggunaaan variasi
dalam media, gaya, dan interaksi mengajar. Adanya berbaai variasi dalam kegiatan
belajar-mengajar akan mengurangi kejenuhan siswa dan meningkatkan
keterlibatannya dalam tugas dan tidak mengganggu siswa lain.
4) Keluwesan Dalam mengontrol jalannya proses belajar-mengajar dan mengawasi
munculnya gangguan terhadap siswa, diperlukan keluwesan tingkah laku untu
mengubah strategi mengajar dan memanipulasi berbagai keterampilan mengajar
lainnya.
5) Penekanan pada hal-hal yang positif Cara guru untuk menjaga iklim kelas yang
positif ialah: 1) Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan
menghindari ocehan atau celaan terhadap tingkah laku yang kurang wajar 2)
Memberikan penguatan terhada tingah laku siswa yang positif 3) Menyadari akan
kemungkinan kesalahan-kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan
mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa
6) Penanaman disiplin diri Guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil apabila guru sendiri menjadi contoh

6
atau teladan dalam pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Dengan
kata lain guru menjadi contoh serta memberi contoh kepada siswa.

2. Faktor-faktor
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menciptakan iklim kelas yang
berkualitas dan kondusif guna meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun beberapa
faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain, yaitu:
1) pendekatan pembelajaran hendaknya berorientasi pada bagaimana siswa belajar
(student centered)
2) adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam setiap konteks
pembelajaran.
3) guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran.
4) setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran sebaiknya dibahas
secara dialogis.
5) lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar
siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran.
6) menyediakan berbagai jenis

3. Masalah-masalah yang sering ditimbulkan siswa


Adapun beberapa masalah yang sering timbul di kelas serta langkah-langkah cerdas
untuk menanganinya
1) Siswa selalu membuat masalah Di dalam kelas terdapat banyak ragam siswa baik
dari segi karakter, emosi, intelektual, perilaku serta kecenderungan dan kebisaan
dan kebiasaan. Salah satunya ialah siswa yang menjadi biang masalah di dalam
kelas, ada saja polah tingkah laku mereka yang mengakibatkan tidak kondusifnya
kegiatan belajar di dalam kelas seperti usil terhadap teman, suka berbicara sendiri,
berteriak teriak serta beberapa tingkah lain yang mengganggu ketenangan prosess
belajar mengajar. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh guru ialah pertama,
mendekati si pembuat onar dan mengajaknya bicara, dengan demikian guru akan
lebih mengenal siswa menasehati, sekaligus mengetahui penyebab kenakalan muri
tersebut. Kedua, melibatkan orang tua siswa tersebut, cara ini dapat ditempuh jika
guru ingin orang tua siswa ikut berperan dalam menangani putra/putri mereka.
Ketiga, melibatkan guru bimbingan dan konseling, perlunya melibatan guru BP

7
karena keberadaan guru BP juga untuk mengontrol, membimbing dan
mengarahkan siswa.
2) Siswa sulit berkonsentrasi Guru mungkin sering mendapati ada sebagian siswa
yang tidak dapat mengikuti mata pelajaran dengan baik, karena mereka tidak bisa
mempertahankan konsentrasinya. Tanda-tanda siswa yang mulai kehilangan
konsentrasinya antara lain pandangan yang selalu mengarah ke luar kelas, menutup
buku, berbicara dengan teman sekelas, menutup buku, berbicara dengan teman
sebangkunya, gelisah, dan selalu menoleh ke berbagai arah. Langkah-langkah yang
dapat diambil oleh guru adalah pertama, memberi teguran langsung, teguran yang
tidak bersifat wajar menimbulkan siswa minder. Kedua, memberikan bimbingan
secara personal. Mengajak siswa untuk berbagi mengenai kesulitan siswa dalam
berkonsentrasi dan bersama-sama mengatasi persoalan siswa dengan metode yang
sesuai.
3) Siswa kurang bersemangat Ciri-ciri menurunnya semangat belajar siswa dapat
dilihat dari seringya siswa membolos, tidak mengerjaan tugas, lebih senang
bermain ketia di kelas, terliha suntuk, dan mengantuk, serta menunjukan sikap
tidak betah di dalam kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. Langkah sederhan
yang dapa ditempuh ialah memperhatikan kerapian perangkat utama mengajar,
berkreasi di dalam kelas, bernyanyi atau memainkan musik yang ringan, bermain
teka-teki, buatlah motto, foto, dan hiasaan dinding, membuat perpustakaan mini,
melakukan percobaan kecil, menjadikan seluruh lingkungan sekolah sebagai
tempat belajar, meminta siswa membuat pertanyaan, dan menuliskan ide-ide
kreatif.
4) Siswa egois Sikap egois ini akan tampak sekali terutama ketika siswa dilibatkan
dalam suatu tugas kelompok. Selain mengganggu siswa, sika egois juga dapat
merusak iklim bekerja sama, memicu tumbuhnya sifat individualisme, serta rentan
munculnya konflik. Langkah yang dapat diambil oleh guru diantaranya
menghadapi siswa dengan tenang, lemah lembut, pengertian dan tidak memarahi
siswa agar guru dapat menilai siswa secara subjektif.
5) Siswa yang suka merajuk Tak hanya guru dan yang merasa terganggu kebiasaan
merajuk ini, siswa yang lain juga akan mudah terpancing dan terganggu
konsentrasi belajarnya ketika siswa perajuk ini mulai berulah. Langkah yang dapat
diambil oleh guru diantaranya memberi bujukan secara halus, membuat janji

8
dengan siswa yang mudah ditepati dan jelaskan tentang kebiasaan buruknya serta
menghindari memberian ancaman kepada siswa.
6) Siswa pemalu Siswa yang pemalu akan sulit untuk diketahui kemampuan atau
potensinya di antara siswa-siswa yang lain. Sikap ini akan menimbulkan rasa
jengkel dan gemas baik guru maupun siswa. Keaadaan kelas bisa menjadi gaduh
ketika siswa lain memberi reaksi yang tidak baik. Langkah yang dapat iambil oleh
guru antara lain memberi semangat, memotivasi siswa agar memiliki keberanian,
dan mengikut sertakan siswa dalam kegiatan sekolah.

4. Lingkungan ruang kelas


Dalam hal menata fisik kelas banyak hal yang bisa dilakuan pendidik seperti:
1) Menata ruang kelas Seorang peserta didik dituntut agar mampu menata ruang
kelas. Penataan ruang kelas dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan. Pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinan peserta didik
duduk berkelompok dan memudahkan pendidik bergerak secara leluasa. Penataan
ruang kelas diatur berdasarkan tujuan pendidikan, waktu yang tersedia, dan
kepentingan pelaksanaan strategi pembelajaran.
2) Mengatur tempat duduk peserta didik dengan tertib dan teratur Tempat duduk
mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Peserta didik dapat belajar dengan baik
dan tenang bila didukung dengan tempat duduk yang bagus, tidak terlalu rendah
dan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu besar, tidak berat, bundar, persegi dan sesuai
dengan postur tubuh peserta didik Tempat duduk sebaiknya tidak monoton
memakai satu pola misalnya lurus saja. Tempat duduk perlu diatur dengan pola
berbedabeda misalnya, melingkar, setengah lingkaran, leter U, dan persegi atau
segi empat. Pertimbangan menyusun tempat duduk sesuai jenis aktivitas
pembelajaran yang disinkronkan dengan kebutuhan peserta didik.
3) Mengatur alat-alat pendidikan Diantara alat pendidikan di kelas yang harus diatur
adalah perpustakaan kelas, alat peraga/media pendidikan, papan tulis, spidol, kapur
tulis, dan penghapus.
4) Menata keindahaan dan kebersihan 1) Pemanfaatan hiasan dinding untuk
kepentingan pendidikan, misalnya gambar presiden dan wakil presiden, peta,
slogan pendidikan dan hiasan dinding lainnya. 2) Lemari ditempatkan di depan
peserta didik sedangkan lemari alatalat diletakkan di belakang peserta didik 3)

9
Pemeliharan kebersihan dilakukan setiap hari 4) Ventilasi disesuaikan dengan
ruangan kelas 5) Perhatian pada pengaturan cahaya sehingga cukup 6) Cahaya
masuk dari arah kiri, jangan berlwanan dengan bagian depan.
5) Mengatur peserta didik Pengelompokkan peserta didik dilakukan menurut
kesenangan berkawan, menurut kemampuan, dan mnurut minat. Proses
pembentuan kelompok tersebut dapat ditentukan oleh peserta didik, diserahkan
kepada peserta didik, atau dilakukan oleh peserta didik atas usul peserta didik.
Peserta didik akan menghargai pendidik ketia seorang pendidik bersiap konsisten.

5. Pengaturan secara fisik ruang kelas


Pengaturan secara fisik ruang kelas dapat meminimalisasi perilaku mengabaikan tugas
dan mengundang minat belajar siswa. Jadikan hal-hal berikut ini sebagai bagian tetap
dari persiapan mengajar siswa
1) Selalu kreatif dalam mengatur ruang kelas. Guru tidak perlu terpaku pada letak
tradisional/ konvensional dimana segala sesuatunya tersusun dalam segi empat.
Formasi tempat duduk yang dapat digunakan antara lain konvensional, auditorium,
cevron, kelas huruf U, meja pertemuan konferensi, pengelompokan terpisah atau
Breakout Grouping, tempat kerja, kelompok untuk kelompok, lingkaran dan
periferal.
2) Rencanakan pola lalu lintas sesuai dengan yang diinginkan. Jika meja siswa tepat
berhadapan dengan area padat, tempat tersebut tidak terhidarkan dari gangguan
saat siswa lain berada disana. Hindari pola yang mencitaan kemampatan dengan
membuat membariskan siswa pada jalur tertentu.
3) Saat melakukan kegiatan dengan kelompok-kelompok kecil siswa, tempatkan kursi
setiap kelompok sedemikian sehingga setiap kelompok membelakangi kelompok
lain. Hal ini bertujuan untu menghindari gangguan dari siswa lain dan guru dapat
memonitor seluruh siswa.
4) Jika ada asisten kelompok yang memimpin masing-masing kelompok guru dapat
membawa catatan dan berkeliling untuk mengawasi kegiatan seluruh siswa.
5) Jaga ruangan agar tetap rapi. Membiasakan siswa untuk membersihkan dan
merapikan kelas setelah kegiatan belajar-mengajar usai. Membersihkan dan
merapikan kelas tentu aan memaan waktu yang lama tetapi dapat menghemat
waktu berikutnya dan menghindari kerusakan yang akan timbul kemudian.

10
6) Gunakan poster, dekorasi, lambang, tanda, artefak, dan tampilan yang mencitaan
suasana terbuka. Ubah secara teratur untuk mengambarkan topik yang sedang
dipelajari di kelas.
7) Sebelum kelas dimulai, lakukan pemeriksaan terhadap ruangan kelas untuk melihat
kerusakan-kerusakan yang terjadi maupun kotorankotoran yang tidak tampak.
Laporkan kepada pihak yang berwenang agar segera melakukan perbaikan.
Kerjakan hal-hal kecil yang mampu dikerjakan untuk mempersingkat waktu dalam
perbaikan kelas.

6. Guru berkualitas
Menurut Baharuddin guru yang berkualitas adalah guru yang memahami dan
menguasai seluk-beluk pendidikan dan pengajaran, yakni seluruh komponen yang
berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. Komponen-komponen yang
berkaitan dengan masalah pendidikan adalah:
1) Penguasaan bahan atau materi belajar Guru harus mampu menguasai bahan atau
materi pelajaran yang disampaikan serta selalu mengembangkan dan meningkatkan
dalam hal ilmu yang dimilikinya.
2) Pengelolaan program belajar mengajar Pengelolaan program belajar meliputi
a. Merumuskan tujuan instruksional
b. Mengenal dan memilih metode pembelajaran
c. Mengenal dan memahami karakter dan potensi siswa

7. Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas Kelas merupakan tempat guru dan siswa melaksanakan PBM
(proses belajar mengajar) dan merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang harus
dioranisasikan agar kegiatan belajar mengajar terarah pada tujuan pendidikan yang
ingin dicapai. Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi
proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis.
Dalam pembahasan ini kita meliahat dari sudut fator organisasi Faktor organisasi kelas
yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting
yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar
akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang
besar dalam satu kelas berkecenderungan:

11
1) Sumber daya kelompok aan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa sehingga
waktu yang tersedia akan semakin sempit.
2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan sumber
daya yang ada. Misalnya dalam menggunakan waktu diskusi. 31 jumlah siswa yang
terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan
pikiran akan sulit didapatkan siswa.
3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan
kelompok belajar yang terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yan terbatas
dari setiap guru, dengan kata lain perhatian uru akan semakin terpecah.
4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehinga akan semakin
suar mencapai kesepakatan. Kelompok yang terlalu besar cenderung akan terpecah
ke dalam sub-sub kelompok yang saling bertentangan.
5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berecenderungan akan semakin banyak
siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju untuk mempelajari mata
pelajaran yang baru.
6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa
yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap keiatan kelompok. Memerhatikan
bebrapa kecenderungan di atas, maka jumah anggota kelompok besar akan kurang
menguntungkan dalam menciptaan iklim belajar yang baik.

Dilihat dari peranan guru sebagai seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin
yang dapat menciptakan iklim kelas yang menarik, aman, dan nyaman, keberadaanya di
tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan dan kejenuhan
belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Hyman mengatakan bahwa iklim kelas
yang kondusif antara lain dapat mendukung:

1. Interaksi yang bermanfaat antar peserta didik


2. Memperjelas pengalaman-pengalam guru dan peserta didik
3. Menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatan-kegiatan di kelas
berlangsung dengan baik
4. Mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik

Iklim kelas yang tidak kondusif akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran
dan sulitnya tercapai tujuan pembelajaran, siswa akan merasa gelisah, resah, bosan dan
jenuh. Sebaliknya dengan iklim kelas yang kondusif dan menarik dapat dengan mudah

12
mencapai tujuan pembelajaran, dan proses pembelajaran yang dilakukan menyenangkan
bagi peserta didik. Iklim kelas adalah suasana dan kondisi kelas dalam hubungannya
dengan kegiatan pembelajaran. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh
adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa.
Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar mengajar agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Keberhasilan seorang guru
di dalam kelas bukan hanya sekedar tercapainya suatu tujuan belajar, akan tetapi
keberhasilan guru juga ditentukan sejauh mana mereka mengembangkan kecakapan
siswanya. Selain itu juga guru harus mampu menggembangkan kreatifitas para siswa
melalui kecakapannya memotivasi dengan iklim kelas yang kondusif. Hal tersebut juga
sejalan dengan pendapat Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa “iklim sekolah
memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa”. Berdasarkan pendapat
di atas seorang guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik dan terarah yang
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sejalan apa yang telah
dikemukakan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa “iklim sekolah,
moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan aktivitas siswa
yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki korelasi yang kuat
dengan hasil-hasil akademik siswa”. Selain itu iklim kelas yang kondusif membrikan
sumbangsih positif berikut ini.

1. Peserta didik merasa betah di kelas sehingga angka bolos sekolah dapat
diminimalisasi.
2. Peserta didik antusias belajar di kelas. Antusiasme peserta didik tersebut dapat
memotivasi mereka dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar
mereka.
3. Dengan iklim kelas yang kondusif, peserta didik akan mematuhi segala tata tertib
kelas secara suka rela tanpa ada paksaan dari pihak lain, khususnya guru.
4. Iklim kelas yang kondusif dapat menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis
antara guru dengan peserta didik dan juga antarpeserta didik. Keharmonisan tersebut
dapat menjadikan mereka merasa berada di dalam sebuah keluarga dalam satu rumah,
bukan di dalam sebuah kelas.

13
5. Suasana kelas yang kondusif menjadikan guru bersemangat dan energik saat
mengajar. Dengan semangat tersebut, guru dapat melaksanakan kegiatan belajar-
mengajar dengan maksimal.
6. Suasana kelas yang kondusif dengan keaktifan peserta didik di dalam kelas saat
kegiatan belajar-mengajar berlangsung dan hal itu dapat menjadikan kegiatan belajar
mengajar berjalan dengan efektif pula.
7. Iklim kelas yang kondusif memudahkan guru dalam melakukan transformasi
pengetahuan dan transformasi nilai kepada peserta didiknya.
8. Iklim kelas yang kondusif dapat memunculkan kesiapan belajar lebih kuat bagi
peserta didik.

14
BAB III

PENUTUP
A. kesimpulan
sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan berbagai sumber belajar yang dapat
diakses atau dipelajari siswa dengan cepat.

1. Pendekatan pembelajaran berorientasi pada bagaimana siswa belajar (student


centered), mengandung pengertian bahwa proses pembelajaran hendaknya diarahkan
pada siswa yang aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya.
Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya berusaha
memberi peluang terjadinya proses aktif siswa dalam mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator,
motivator, dan dinamisator dalam pembelajaran. Pendekatan ini biasa disebut dengan
pendekatan konstruktivistik. Dalam pendekatan ini yang perlu dilakukan guru adalah
membantu siswa membangun pengetahuan sendiri di dalam benaknya, dengan cara
membuat informasi pembelajaran menjadi sangat bermakna dan relevan bagi siswa.
Dengan pendekatan pembelajaran ini diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih
berkualitas dan bermakna bagi siswa yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan kompetensi dan prestasi belajar siswa.
2. Adanya penghargaan guru terhadap partisipasi aktif siswa dalam proses kegiatan
pembelajaran akan mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya, dan
berani mengkritisi materi pembelajaran yang sedang dibahas. Dengan demikian siswa
akan terbiasa untuk berpikir kritis, kreatif, dan terlatih untuk mengemukakan
pendapatnya tanpa adanya perasaan minder atau rendah diri. Dalkaitannya dengan
penghargaan terhadap partisipasi aktif siswa ini, hendaknya tidak sekedar dinilai dari
segi keaktifannya saja, tetapi juga perlu diperhatikan sikap penghargaan siswa
terhadap aktivitas teman-temannya dan kemampuannya didalam bekerja sama dengan
orang lain. Oleh karena itu, guru hendaknya mampu mengarahkan siswa untuk dapat
bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain dan selalu bersikap positif terhadap
teman-temannya serta selalu berusaha sebaik mungkin dalam setiap kesempatan yang
diberikan saat interaksi pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa yang tergolong
baik dalam proses pembelajaran secara garis besar antara lain diindikasikan sebagai
berikut: siswa dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain, siswa selalu

15
bersikap positif terhadap teman-temannya dan selalu berusaha sebaimungkin dalam
setiap kesempatan.
3. Guru hendaknya bersikap demokratis dalam memeneg kegiatan pembelajaran. karena
kepemimpinan guru yang demokratis dalam mengelola proses pembelajaran akan
dapat menjadikan siswa merasa nyaman untuk dapat belajar semaksimal mungkin.
Setting demokrasi merupakan pemberian kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk
belajar, yaitu bahwa sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk
semaksimal mungkin mereka belajar. Kemampuan guru dalam menanamkan setting
demokrasi pada siswa sangat berpengaruh terhadap pencapaian misi pendidikan.
(Goodlad dalam Dede Rosyada, 2004: 19)Suasana pembelajaran yang disetting secara
demokratis sangat penting untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif,
berkualitas dan bermakna.
4. Setiap permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran hendaknya dibahas
secara dialogis. Hal ini karena proses dialogis dalam interaksi pembelajaran lebih
mendudukkan siswa sebagai subyek didik yang mempunyai hak dan tanggung jawab
yang sama dalam setiap interaksi pembelajaran. Proses dialogis juga akan mampu
mengembangkan pemikiran kritis siswa dalam membahas dan menyelesaikan setiap
permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Seorang praktisi pendidikan
yang banyak menggagas pendidikan liberatif menyatakan bahwa dengan dialog akan
memungkinkan munculnya pemikiran kritis, karena hanya dialoglah yang
memerlukan pemikiran kritis. Lebih lanjut Friere, menyatakan bahwa tanpa dialog
tidak akan ada komunikasi, dan tanpa komunikasi tidak mungkin ada pendidikan
sejati. (Freire,1972: 80) Dengan demikian proses dialogis cukup penting peranannya
dalam menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan berkualitas.
5. Lingkungan kelas sebaiknya disetting sedemikian rupa sehingga memotivasi belajar
siswa dan mendorong terjadinya proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam menyetting lingkungan kelas yang kondusif untuk belajar siswa yaitu
dengan cara mengatur tempat duduk atau meja-kursi siswa secara variatif dan
pengaturan perobot sekolah yang cukup artistik, serta pemanfaatan dinding-dinding
rungan kelas sebagai media penyampai pesan pembelajaran. Pengaturan setting
tempat duduk hendaknya dilakukan sesuai kebutuhan dan strategi pembelajaran yang
digunakan. Pesan yang ditempel di dinding hendaknya kontekstual dengan materi
pembelajaran. Oleh karena itu,icon-icon, grafis-grafis di dinding yang memuat pesan
pembelajaran hendaknya selalu di perbaharui atau diganti-ganti setiap bulannya.

16
Pengaturan lingkungan kelas ini, jika diperhatikan akan mampu mendukung
terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan berkualitas. Pengaturan ruang
secara tepat dapat menciptakan suasana yang wajar, tanpa tekanan, dan
menggairahkan siswa untuk belajar secara efektif. Agar tercipta suasana belajar yang
aktif (mampu mengaktifkan siswa), pengaturan ruang belajar dan perabot sekolah
perlu diperhatikan. Pengaturan itu hendaknya memungkinkan siswa duduk
berkelompok dan memudahkan guru secara leluasa membimbing dan membantu
siswa dalam belajar. Pengaturan meja secara berkelompok, akan mampu
meningkatkan kerjasama yang baik antar siswa. Dengan terciptanya gairah siswa
dalam belajar, tentunya akan berpengaruh pada efektifitas belajar siswa. Dan dengan
terciptanya suasana belajar yang wajar tanpa tekanan tentunya akan memungkinkan
munculnya daya kritis dan kreatifitas siswa.
6. Menyediakan berbagai jenis sumber belajar atau informasi yang berkaitan dengan
berbagai sumber belajar yang dapat diakses atau dipelajari. Hal ini mengandung
pengertian bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar dalam proses pembelajaran.
Siswa dapat belajar dalam ruang perpustakaan, dalam ”ruang sumber belajar” yang
khusus atau bahkan di luar sekolah, bila ia mempelajari lingkungan yang berhubungan
dengan tugas atau masalah tertentu. Peranan guru adalah memberi bimbingan
konsultasi, pengarahan jika ada kesulitan siswa dalam memahami materi
pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk memberikan informasi tentang
dimana sumber belajar yang harus dipelajari tersebut berada, sehingga siswa secara
aktif dan mandiri dapat menemukan dan mengakses sumber belajar tersebut.
Keberadaan berbagai jenis sumber belajar yang memadai di lingkungan sekolah cukup
membantu siswa untuk membangun dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Jenis sumber belajar tersebut bisa dalam bentuk: buku, modul, pembelajaran
berprograma, audio, video, dan lain sebagainya. Hal ini akan mempermudah siswa
untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan karakteristik gaya belajarnya
masing- masing.

17
Daftar Pustaka
 Afriza, Manajemen kelas. Pekan baru, 2014
 Suharsini Arikunto, kelas dan siswa. Jakarta:Rajawali, 1992
 https://wislah.com/iklim-kelas/
 http://ahsinrifqy.blogspot.com/2016/06/pengertian-iklim-kelas.html
 https://pdfcoffee.com/makalah-manajemen-kelas-penciptaan-iklim-kelas-dosen-
pengampu-sulistiowati-gandariyah-afkarimed-pdf-free.html

18

Anda mungkin juga menyukai