Disusun Oleh :
Rifki Nurrahma K (1511417107/R2)
Nada Syifania (1511419001/R1)
Fadhla Fajri R (1511419016/R1)
Lela Nurlail Adnah (1511419033/R1)
Dwitayani Kartika P.D.D (1511419035/R1)
Fathurahman I. (1511419057/R1)
Mahadika Y.P (1511419112/R3)
Ramadhan P.P (1511419120/R3)
Bagus Bintang B (1511419122/R3)
Febbi Malinda (1511419138/R3)
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PORN ADDICTION ON TEENAGERS
“Sebuah Kajian Aktual Permasalahan Pada Remaja Terkait Kecanduan Pornografi”
Remaja merupakan salah satu dari masa perkembangan manusia. Remaja sendiri
merupakan ssebuah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Menurut (Hurlock,
1990) masa remaja sendiri pada masa remaja, masih ada sebagian masa perkembangan
anak-anak yang dialami namun kematangan sebuah proses menuju dewasa sudah dicapai.
Masa remaja sendiri merupakan masa yang krusial karena pada masa ini remaja akan
mencari tahu hal-hal yang merekan ingin ketahui. Menurut (Haidar & Apsari, 2020) masa
remaja ini juga disebut dengan masa yang labil. Maksudnya yaitu pada masa ini seorang
individu akan mencoba hal-hal yang memang belum ia ketahui. Pada masa remaja juga
ditandai adanya perubahan-preubahan dari segi fisik dan psikologis. Dari segi fisik sendiri,
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan
kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya
adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif. Pada aspek psikologis sendiri akan terlihat pada
perubahan cara bepikir. Remaja akan termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku
adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget (Santrock, 2018), remaja secara
aktif membangun dunia kognitif mereka. Informasi yang didapatkan tidak langsung diterima
begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-
hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan
ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati,
tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja, maka terjadi juga
perubahan pada sisi seksualitas. Hal ini terjadi juga seiring perubahan fisik pada remaja itu
sendiri (Haidar & Apsari, 2020). Dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin maju
ini, maka remaja juag semakin mudah untuk mengakses informarsi yang beredar di dunia
maya. Sebenarnya banyak sekali dampak positif dari perkembangan teknologi. Namun
disamping dampak positif perkembanagn teknologi, juga ada dampak negatif dari
perkembanagn internet. Salah satu dampak negatf yang muncul yaitu mudahnya akses untuk
konten pornografi. Pada internet sendiri ada banyak sekali konten-konten pornografi yang
beredar. Dengan adanya banyaknya konten pornografi di Indonesia, indonesia sendiri
menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengakses pornografi terbanyak (Maisya &
Masitoh, 2020). Tentu hal ini merupakan sesutau yang menyedihkan karena generasi muda
sudah banyak terpapar konten pornografi yang bebas beredar di internet. Alasan remaja
mengakses materi pornografi adalah karena remaja membutuhkan informasi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual dalam
rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap kesehatan. Hal ini akan
membuat seorang individu tersebut menjadi kecanduan atau adiksi. Seseorang yang sudah
mengalami kecanduan pornografi, maka akan berdampak ke kehidupannya sehari-hari.
Selain itu hal ini juga berdampak ke aspek-aspek kognitif dan psikologis dari individu tersebut.
Jika seorang remaja sudah kecanduan dari konten pornografi, maka akan meningkat juga
kegiatan seksual aktif pada remaja tersebut (Maisya & Masitoh, 2020).
Pada masa seperti sekarang ini, saat masa pandemi covid-19, jumlah pengakses
konten pornografi semakin meningkat. Hal ini senada dengan perkataan dari (Azizah, 2021).
Adanya peningkatan jumlah pengakses konten pornografi dikarenakan adanya keterbatasan
kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut. Menurut ahli dari kementrian perlindungan
perempuan dan anak, terjadinya peningkatan pengaksesan konten pornografi pada remaja
terjadi karena rasa jenuh, kesepian, marah, stres, dan lelah seringkali menjadi faktor
penyebab anak mengakses konten negatif di internet (KP3A, n.d.). Tentu saja, jika dibiarkan
saja maka akan membuat seorang remaja kecanduann konten pornografi. Menurut informasi
yang didapatkan dari Humas RS. Dr. Sardjito Jogja, mereka membagi level kecanduan
menjadi 7 tingkatan. Level pertama yaitu dengan melihat konten pornografi dengan waktu
setahun atau dua tahun dengan paparan sangat terbatas. Level kedua yaitu beberapa kali
dalam setahun dengan fantasi terhadap pornografi minimal. Level ketiga yaitu mulai susah
jika idak menonton pornografi. Level keempat dari kecanduan yaitu mulai mempengaruhi
kehidupan sehari-hari dan mengganggu aktivitas dan tugas yang dilakukan di kehidupan
sehari-hari. Pada level kelima kecanduan, seseorang akan mulai susah untuk menahan diri
untuk tidak melakukanya. Level keenam dalam kecanduan yaitu setiap hari sesorang terebut
akan kesulitan jika tidka menonton pornografi dan akan menyebabkan berbagai masalah di
kehidupannya. Level terakhir yaitu seseorang merasa sedih, dan putus asa jika ia tidka
melihat atau mengakses konten pornografi.
Memang sangat susah sekali bagi seseorang yang sudah mencapai tingkat tertinggi
dari kecanduan, apalagi bagi seorang remaja. Mereka belum tahu mana yang baik untuk
ditonton dan mana yang tidka baik untuk di tonton. Jika sudah semain parah, maka seorang
remaja itu akan mengekspresikan tindakannya kepada orang terdekatnya. meningkatnya
jumlah remaja yang berperilaku seksual aktif, juga akan meningkatkan kasus kehamilan tidak
diinginkan (KTD), dan tindakan aborsi yang kerap dianggap sebagai sebuah solusi
permasalahan KTD (Maisya & Masitoh, 2020). Kehamilan pada remaja sendiri akan
mengkitakan bayi yang lahir secara prematur. Maka dari itu dibutuhkan informasi yang
maksimal agar remaja mengetahui dampak buruk dari kecanduan pornografi. Pada paper ini
akan dijelaskan mulai dari definis hingga ke contoh kasus individu yang mengalami
kecanduan pornografi.
Remaja yang tidak mampu melawan stresor, maka terjadi penurunan kondisi
sejahtera. Stresor merupakan stimulus yang dapat merusak stabilitas sistem dan
menghasilkan luaran positif dan negatif. Tindakan keperawatan bertujuan membantu
memelihara stabilitas sistem. Neuman mengidentifikasi tiga tingkatan intervensi yaitu
primer, sekunder, dan tersier. Stuart (2013) juga menyatakan tindakan keperawatan
ada 3 tahap yaitu promotif preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Salah satu intervensi yang akan dibahas untuk membantu para remaja yang
kecanduan pornografi, sehingga dapat membantu untuk menurunkan risiko terjadinya
perilaku berulang adalah dengan menggunakan Cognitive Behavioural Therapy
(CBT).
Terapis kognitif-perilaku memiliki agenda khusus untuk setiap sesi. Teknik atau
konsep khusus diajarkan selama setiap sesi. CBT berfokus pada tujuan klien. Kami
tidak memberi tahu klien kami apa yang "seharusnya" menjadi tujuan mereka, atau
apa yang "seharusnya" mereka toleransi. Kami direktif dalam arti bahwa kami
menunjukkan klien kami bagaimana berpikir dan berperilaku dengan cara untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan. Oleh karena itu, terapis CBT tidak
memberi tahu klien mereka apa yang harus dilakukan - melainkan, mereka
mengajari klien mereka bagaimana melakukannya.
CBT didasarkan pada asumsi yang didukung secara ilmiah bahwa sebagian
besar reaksi emosional dan perilaku dipelajari. Oleh karena itu, tujuan terapi
adalah untuk membantu klien melupakan reaksi yang tidak diinginkan dan
mempelajari cara baru untuk bereaksi. Oleh karena itu, CBT tidak ada
hubungannya dengan "hanya berbicara". Orang bisa "hanya berbicara" dengan
siapa saja. Penekanan pendidikan CBT memiliki manfaat tambahan, yang
mengarah ke hasil jangka panjang. Ketika orang memahami bagaimana dan
mengapa mereka melakukannya dengan baik, mereka tahu apa yang harus
dilakukan untuk terus melakukannya dengan baik.
Aspek sentral dari pemikiran rasional adalah bahwa hal itu didasarkan pada
fakta. Kita sering membuat diri kita kesal karena hal-hal yang pada kenyataannya
tidak seperti yang kita pikirkan. Jika kita tahu itu, kita tidak akan membuang waktu
kita untuk membuat diri kita sendiri kesal. Oleh karena itu, metode induktif
mendorong kita untuk memandang pikiran kita sebagai hipotesis atau dugaan yang
dapat dipertanyakan dan diuji. Jika ternyata hipotesis kita salah (karena kita
memiliki informasi baru), kita dapat mengubah pemikiran kita agar sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Andaryani, D., (2013). Perbedaan Tingkat self control pada remaja laki-laki dan remaja
perempuan yang kecanduan internet. Jurnal Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan, 2(3), 206-214.
Azizah, K. N. (2021). Akses ke Situs Porno Meningkat Selama Pandemi COVID-19, Ini
Bahayanya Baca artikel detikHealth, “Akses ke Situs Porno Meningkat Selama Pandemi
COVID-19, Ini Bahayanya” selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
5721105/akses-ke-situs-porno. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
5721105/akses-ke-situs-porno-meningkat-selama-pandemi-covid-19-ini-bahayanya
Fitri, E., Erwinda, L., & Ifdil, I. (2018). Konsep Adiksi Game Online dan Dampaknya terhadap
Masalah Mental Emosional Remaja serta Peran Bimbingan dan Konseling. Jurnal
Konseling Dan Pendidikan, 6(3), 211–219. https://doi.org/10.29210/127200
Greenfield, P.M. (2004). Inadvertent Exposuren to Phornograpy on the Internet Development
and Famillies. Los Angeles California: Journal of Apllied Developmental Psychology,
Volume 25, Issue 6,November – December 2004.
Haidar, G., & Apsari, N. C. (2020). Pornografi Pada Kalangan Remaja. Prosiding Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(1), 136.
https://doi.org/10.24198/jppm.v7i1.27452
Hilman Al Madani, d. (2019). INTERVENSI PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM
MENGUBAH SIKAP REMAJA AWAL TERHADAP PORNOGRAFI. Forum Ilmiah,
150-165.
Hariyani, M., Mudjiran, M., & Syukur, Y. (2017). Dampak Pornografi Terhadap Perilaku Siswa
dan Upaya Guru Pembimbing untuk Mengatasinya. Konselor, 1(2), 1–8.
https://doi.org/10.24036/0201212696-0- 00
Imawati, D., & Sari, M. T. (2019). Studi kasus kecanduan pornografi pada remaja. MOTIVA:
JURNAL PSIKOLOGI, 1(2), 56-62.
mind & memory & subverting freedom of speech. The Institute for Media Education.
Zahrah Nabila Putri, d. (2017). PORN ADDICTION AND COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY
IN YOUNG. Proceedings of INTCESS 2017 4th International Conference on
Education and Social Sciences, 1036-1042.