Oleh:
Pembimbing:
dr. Suyata, Sp.PD-KGEH
1
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
Laki-laki 50 tahun dengan sesak napas yang bertambah berat
sejak + 3 hari SMRS
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang.
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Laki-laki 50 tahun dengan sesak napas yang bertambah berat
sejak + 3 hari SMRS”. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti
ujian pada Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Suyata, Sp.PD-
KGEH selaku pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini, serta kepada semua
pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan tulisan ini
dapat memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
BAB II LAPORAN KASUS.................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................20
BAB IV ANALISIS KASUS..........................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................40
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
a. Nama : Tn. SM
b. Umur/ Lahir : 50 tahun / 31 Agustus 1966
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Pegawai swasta bidang percetakan
f. Alamat : Jl. Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Palembang
g. No. Med Rec : 966203
h. Tgl masuk RS : 13 Agustus 2016
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan penderita dan alloanamnesis dengan anak
penderita pada 25 Agustus 2016, pukul 16.00 WIB)
Keluhan Utama
Os mengeluh sesak napas yang bertambah hebat sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit
6
dan diberi obat-obatan, namun os tidak mengetahui nama obat-obat tersebut,
keluhan sedikit berkurang.
Kurang lebih satu minggu sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh sesak
napas, sesak berkurang saat istirahat, sesak tidak dipengaruhi aktivitas,
cuaca dan emosi, mengi (-). Os nyaman tidur dengan satu bantal dan sesak
tidak dipengaruhi oleh posisi tidur, nyeri dada (-), kaki bengkak (-),
batuk(+), dahak (+), warna putih kental, kurang lebih setengah sendok
makan, darah (-). demam (+) tidak terlalu tinggi dan biasanya dirasakan
dimalam hari, keringat malam (+), penurunan nafsu makan (+), berat badan
menurun (+) dirasakan dari celana yang semakin longgar, mual (-), muntah
(-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Os kemudian berobat ke RS AK
Ghani, os melakukan pemeriksaan rontgen, os dikatakan sakit TB. Os
kemudian memakan obat TB yang telah jalan selama 1 minggu dan
disarankan untuk kontrol secara teratur.
Kurang lebih tiga hari sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh sesak
napas hebat, sesak napas tidak berkurang saat istirahat, sesak tidak
dipengaruhi aktifitas, cuaca, dan emosi, mengi (-), sesak tidak dipengaruhi
oleh posisi tidur, nyeri dada (-), kaki bengkak (-), batuk (+), dahak (+),
warna putih kental, sekitar satu sendok makan, darah (-), demam (+),
keringat malam hari (+), penurunn nafsu makan (+), berat badan menurun
(+) dari 50 kg jadi 35 kg dalam waktu 2 bulan, mual (-), muntah (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan.
7
Riwayat Pengobatan
b. Keadaan spesifik
1. Kepala : Normocephali, warna rambut hitam dan rambut
putih, tidak mudah dicabut, alopesia (-)
2. Mata : Exopthalmus (-), conjunctiva palpebra pucat (+/+),
sklera ikterik (-), edema palpebra (-), cornea jernih
3. Wajah : simetris
4. Hidung : Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-)
cavum nasi lapang, sekret (-), epistaksis (-)
8
5. Telinga : Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus
acusticus eksterna lapang, keluar cairan telinga (-), sekret (-), nyeri
tekan mastoid (-), pendengaran baik
6. Mulut : bibir pucat (+) kehitaman (-), stomatitis (-), lidah
tidak kering, gigi geligi dan gusi normal.
7. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O
8. Thoraks:
- Dada :
Inspeksi : Bentuk normal, venektasi (-)
- Paru-paru
Inspeksi : Statis simetris kanan=kiri
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
9
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
9. Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), spider naevi (-)
Perkusi : Timpani
10
Kesan : Hipoalbuminemia dan hipokalsemia
- Pemeriksaan Rontgent (13/08/2016)
Kesan: TB paru
11
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Suspek kasus kambuh TB Paru
VIII. TATALAKSANA
a. Non farmakologis/konservatif
- Istirahat
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi : penjelasan tentang penyakit tuberkulosis, penularan
penyakit, program pengobatan yang direncanakan selama
minimal 6 bulan secara rutin,).
b. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- Paracetamol 3 x 500 mg
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab
12
IX. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
S Keluhan: sesak
O:
Nadi 84 x/menit
Temperatur 36,7oC
Keadaan spesifik
13
Paru Inspeksi: Statis dan dinamis simetris kanan=kiri
Inspeksi : Cembung
Abdomen
Palpasi : Lemas, hepar/lien sulit dinilai
Perkusi : Timpani
Tidak diperiksa
Genitalia
Superior : akral hangat (+) edema pretibia (-)
Ekstremitas
Inferior : akral hangat (+) edema pretibia (-)
14
TB paru
P a. Non farmakologis/konservatif
- Bedrest
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi
b. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- Paracetamol 3 x 500 mg
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab
-
S Keluhan: sesak
O:
Nadi 86 x/menit
15
Pernapasan 24x/ menit
Temperatur 36,5oC
Keadaan spesifik
16
Abdomen Inspeksi : Cembung
Perkusi : Timpani
P c. Non farmakologis/konservatif
- Bedrest
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi
d. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab
17
Tanggal 28 Agustus 2016
S Keluhan:-
O:
Nadi 88 x/menit
Temperatur 36,7oC
Keadaan spesifik
18
Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat
Inspeksi : Cembung
Abdomen
Palpasi : Lemas, hepar/lien sulit dinilai
Perkusi : Timpani
Tidak diperiksa
Genitalia
Superior : akral hangat (+) edema pretibia (-)
Ekstremitas
Inferior : akral hangat (+) edema pretibia (-)
P e. Non farmakologis/konservatif
- Bedrest
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi
19
f. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab
20
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
a. Epidemiologi dan Permasalahan TB Dunia
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah
diterapkan di banyak negra sejak tahun 1995.
Dalam laporan WHO tahun 2013 didapatkan:
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta
orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75%
dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB
MDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.
Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian bsar terjadi pada pria
tetapi angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat tinggi.
Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah
kematian karena TB mencapai 410.000 kasus termasuk di antaranya adalah
160.000 orang wanita dengan HIV positif, separuh dari orang dengan HIV
positif yang meninggal karena TB pada tahun 2012 adalah wanita.
Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB tetap tinggi untuk
penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan dismbuhkan tatap fakta
menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka
insidensi TB secara global telah berhasil dihentikan dan telah menunjukkan
tren penurunan (turun 2% per tahun pada tahun 2012), angka kematian juga
sudah berhasil diturunkan 45% bila dibandingkan tahun 1990.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien dewasa, akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
21
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 145 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk
lainnya secara sosial, seperti stiga bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
22
Cara Penularan TB.
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil
pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal
tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam
contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah
65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif
adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
23
Tabel 1. Perjalanan alamiah TB
24
Diagnosis pasien TB
1. Penemuan pasien TB
Tahap awal penemuan adalah dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala : Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama lebih
dari 2 minggu, batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk
bercampur darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronik, asma, kanker paru, dan
lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala tersebut
diatas dianggap sebagai terduga pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikrologis langsung.
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung
pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah
pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
25
b. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb)
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:
• Pasien TB ekstra paru.
• Pasien TB anak.
• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau
mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat
yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan
untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.
Diagnosis TB paru
- Dalam upaya pengendalian TB secara Nasioal, maka diagnosis TB paru pada
orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan
bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan
mikroskopis langsung, biakan, dan tes cepat.
- Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan
klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai
dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.
26
- Pada saranan teratas penegakkan diagnosis scara klinis dilakukan setelah
pemberian terapi antibiotika spektrum luas (non OAT dan non kuinolon) yang
tidak memberikan perbaikan klinis.
- Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
- Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB
paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun
underdiagnosis.
- Tidak dibenarkna mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan tuberkulin.
27
Tabel. Algoritma Penegakkan diagnosis TB
28
Klasifikasi dan Tipe Pasien TB
Klasifikasi pasien TB berdasarkan lokasi:
Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB
dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB
dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,
diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
29
a. Kasus Kronik:
Yaitu pasien TB dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan paduan OAT kategori-2. Hal ini ditunjang
dengan rekam medis dan atau riwayat pengobatan TB sebelumnya
(Depkes,2013).
b. Kasus Gagal Pengobatan:
Yaitu pasien baru TB BTA Positif dengan pengobatan kategori I yang
hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan. Pasien baru TB BTA Negatif, foto
toraks mendukung proses spesifik TB dengan pengobatan kategori I, yang
hasil pemeriksaan dahaknya menjadi positif pada akhir tahap awal
(Depkes,2013).
c. Kasus Kambuh (relaps):
Yaitu pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dan biakan positif
(Depkes,2013).
d. Pasien kembali setelah lalai berobat/default:
Yaitu pasien yang kembali berobat setelah lalai paling sedikit 2 bulan
dengan pengobatan kategori-1 atau kategori-2 serta hasil pemeriksaan dahak
menunjukkan BTA positif (Depkes,2013).
30
- Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin)
- Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode
genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
Pengobatan TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awalan tahap lanjutan
dengan kasus:
- Tahap awal: pengobatan diberikan setiaP hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk scara efektif menurunkan jumlah kuman yang
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman
yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umunya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu.
- Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman
persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencergah terjadinya
kekambuhan.
31
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi
hati, gout arthritis
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan
keseimbangan dan pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol (E) bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis
perifer
Catatan:
Pemberian streptomisin untuk pasien yang erumur >60 tahunatau pasien
dengan berat badan <50 kg mungkin tidak dapat mentoleransi dosis >500mg/hari.
Beberapa buku rujukan menganjurkan penurunan dosis menjadi 10 mg/kg/BB/hari
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
32
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB rsisten obat diIndonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin,
Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid dan etambutol.
Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2
atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket Kombipak
adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek
samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya
33
Tabel Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori : 2HRZE/4H3R3
34
Tabel. Dosis Paduan OAT Kombipak kategori 2: 2HRZE/HRZ/5H3R3E3
35
Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak untuk
memantau kemajuan hasil pengobatan:
1) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
• Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan dosis pengobatan
tahap lanjutan
• Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan ke 5
dan Akhir Pengobatan)
2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1) :
• Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak teratur,
diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
36
3) Pada bulan ke 5 atau lebih :
• Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang apabila hasil
pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan sampai seluruh
dosis pengobatan selesai diberikan
• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif, pengobatan dinyatakan
gagal dan pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR .
• Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB
MDR
• Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1),
pengobatan dinyatakan gagal. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa
dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR,
berikan pengobatan paduan OAT kategori 2 dari awal.
• Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan paduan
OAT kategori 2), pengobatan dinyatakan gagal. Harus diupayakan semaksimal
mungkin agar bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pussat
Rujukan TB MDR. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa dilakukan
pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan
penjelasan, pengetahuan dan selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).
37
BAB IV
ANALISIS KASUS
38
1C, Paracetamol 3 x 500 mg, KSR tab1x 600 mg, Asam folat 3 x 1 mg, Neurodex
1 x 1 mg , dan Rimstar 2x1 tab
39
DAFTAR PUSTAKA
40