Anda di halaman 1dari 40

Laporan Kasus

Laki-laki 50 tahun dengan sesak napas yang bertambah berat


sejak + 3 hari SMRS

Oleh:

Sharanjit Kaur Autar Singh 04084821517089


Amirah Adillah 04054821618026

Pembimbing:
dr. Suyata, Sp.PD-KGEH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

Judul
Laki-laki 50 tahun dengan sesak napas yang bertambah berat
sejak + 3 hari SMRS

Oleh:

SharanjIt Kaur Autar Singh


Amirah Adillah

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Palembang, 17 Agustus 2016

dr. Suyata, Sp.PD-KGEH

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
berkat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Laki-laki 50 tahun dengan sesak napas yang bertambah berat
sejak + 3 hari SMRS”. Laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti
ujian pada Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Suyata, Sp.PD-
KGEH selaku pembimbing dalam penulisan laporan kasus ini, serta kepada semua
pihak yang telah membantu hingga tulisan ini dapat diselesaikan.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Mudah-mudahan tulisan ini
dapat memberi ilmu dan manfaat bagi yang membacanya.

Penyusun

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5
BAB II LAPORAN KASUS.................................................................................6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................20
BAB IV ANALISIS KASUS..........................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................40

4
BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular melalui udara (airbone disesase)


yang disebabkan oleh kuman Mtb (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar
Mtb menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Secara
global, diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mtb.
Pada tahun 2010, sebanyak 8,8 juta orang didiagnosis menderita penyakit
tuberkulosis dan 1,4 juta meninggal akibat TB di seluruh dunia. Diperkirakan
98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang.

Angka kejadian TB di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di


dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus
TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Prevalensi TB di Indonesia pada
tahun 2009 adalah 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia
produktif (15-50 tahun). Pada Global Report WHO 2010 didapat data TB
Indonesia, Total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana
169.213 adalah kasus TB baru BTA positif, 108.616 kasus TB BTA negatif,
11.215 kasus TB Extra Paru, 3.709 kasus TB Kambuh, dan 1.978 kasus
pengobatan ulang diluar kasus kambuh

Dalam menegakkan diagnosis penyakit Tuberkulosis dapat dilakukan


dengan mengetahui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan BTA menggunakan
sputum (dahak) pasien. Tuberkulosis dapat disembuhkan dengan menjalankan
pengobatan secara lengkap. Dalam beberapa kasus adanya kekambuhan pasien
tuberkulosis yang sudah mendapat pengobatan dan sudah dinyatakan sembuh. Hal
ini dapat disebut sebagai TB relaps.

5
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PASIEN
a. Nama : Tn. SM
b. Umur/ Lahir : 50 tahun / 31 Agustus 1966
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Pegawai swasta bidang percetakan
f. Alamat : Jl. Ki Gede Ing Suro 30 Ilir Palembang
g. No. Med Rec : 966203
h. Tgl masuk RS : 13 Agustus 2016

II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dengan penderita dan alloanamnesis dengan anak
penderita pada 25 Agustus 2016, pukul 16.00 WIB)

Keluhan Utama

Os mengeluh sesak napas yang bertambah hebat sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 1 bulan SMRS os mengeluh batuk yang terus menerus,


dahak (+), warna putih kental, kurang lebih setengah sendok makan, darah
(-). Os juga mengeluh sesak napas, sesak berkurang saat istirahat, sesak
tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca dan emosi, mengi (-). Os nyaman tidur
dengan satu bantal dan sesak tidak dipengaruhi oleh posisi tidur, nyeri dada
(-), kaki bengkak (-), demam (+) tidak terlalu tinggi dan biasanya dirasakan
dimalam hari, keringat malam (-), penurunan nafsu makan (+), berat badan
menurun (+) dirasakan dari celana yang semakin longgar, mual (-), muntah
(-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Os berobat ke dokter praktek umum,

6
dan diberi obat-obatan, namun os tidak mengetahui nama obat-obat tersebut,
keluhan sedikit berkurang.

Kurang lebih satu minggu sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh sesak
napas, sesak berkurang saat istirahat, sesak tidak dipengaruhi aktivitas,
cuaca dan emosi, mengi (-). Os nyaman tidur dengan satu bantal dan sesak
tidak dipengaruhi oleh posisi tidur, nyeri dada (-), kaki bengkak (-),
batuk(+), dahak (+), warna putih kental, kurang lebih setengah sendok
makan, darah (-). demam (+) tidak terlalu tinggi dan biasanya dirasakan
dimalam hari, keringat malam (+), penurunan nafsu makan (+), berat badan
menurun (+) dirasakan dari celana yang semakin longgar, mual (-), muntah
(-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Os kemudian berobat ke RS AK
Ghani, os melakukan pemeriksaan rontgen, os dikatakan sakit TB. Os
kemudian memakan obat TB yang telah jalan selama 1 minggu dan
disarankan untuk kontrol secara teratur.

Kurang lebih tiga hari sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh sesak
napas hebat, sesak napas tidak berkurang saat istirahat, sesak tidak
dipengaruhi aktifitas, cuaca, dan emosi, mengi (-), sesak tidak dipengaruhi
oleh posisi tidur, nyeri dada (-), kaki bengkak (-), batuk (+), dahak (+),
warna putih kental, sekitar satu sendok makan, darah (-), demam (+),
keringat malam hari (+), penurunn nafsu makan (+), berat badan menurun
(+) dari 50 kg jadi 35 kg dalam waktu 2 bulan, mual (-), muntah (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit paru (+) sekitar 15 tahun yang lalu, os memakan
obat teratur selama 6 bulan yang membuat kencing berwarna merah.
 Riwayat asma disangkal.
 Riwayat darah tinggi disangkal
 Riwayat kencing manis disangkal

7
Riwayat Pengobatan

 Os telah memakan obat TB selama satu minggu, os mengaku obat


tersebut membuat kencing berwarna merah.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Riwayat TBC pada keluarga disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIK


(Dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2016)
a. Keadaan Umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan darah : 110/60 mmHg
4. Nadi : 122 kali/menit, irama reguler, isi dan tegangan
kuat
5. Pernapasan : 28 kali/menit, regular, torakoabdominal
6. Suhu tubuh : 36,8oC
7. Berat badan : 35 kg
8. Tinggibadan : 158 cm
9. IMT : 14 kg/m2, underweight
10. Status gizi : malnutrisi

b. Keadaan spesifik
1. Kepala : Normocephali, warna rambut hitam dan rambut
putih, tidak mudah dicabut, alopesia (-)
2. Mata : Exopthalmus (-), conjunctiva palpebra pucat (+/+),
sklera ikterik (-), edema palpebra (-), cornea jernih
3. Wajah : simetris
4. Hidung : Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-)
cavum nasi lapang, sekret (-), epistaksis (-)

8
5. Telinga : Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus
acusticus eksterna lapang, keluar cairan telinga (-), sekret (-), nyeri
tekan mastoid (-), pendengaran baik
6. Mulut : bibir pucat (+) kehitaman (-), stomatitis (-), lidah
tidak kering, gigi geligi dan gusi normal.
7. Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O
8. Thoraks:
- Dada :
Inspeksi : Bentuk normal, venektasi (-)
- Paru-paru
Inspeksi : Statis simetris kanan=kiri

: Dinamis simetris kanan=kiri

: Retraksi sela iga (+)

Palpasi : Stem fremitus menurun pada apeks paru kanan

Nyeri tekan (-)

Sela iga melebar (-)

Perkusi : Redup di ICS I hemithorax dextra

Batas paru-hati pada ICS VI, peranjakan 1 jari

Auskultasi : Vesikuler (+) normal ,ronkhi basah kasar (+),


wheezing(-)

- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)

Perkusi : Batas atas : ICS II linea midclavicularis sinistra

9
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra

Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : HR: 108 kali/menit, reguler sama dengan nadi

Bunyi jantung I/bunyi jantung II (+) normal,


M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2,

Murmur (-), gallop (-)

9. Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), spider naevi (-)

Palpasi : Lemas, hepar/lien tidak teraba

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

10. Genitalia : Tidak diperiksa


11. Ekstremitas
Superior : Pucat (-), akral dingin (-)

Inferior : Pucat (-), akral dingin (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Pemeriksaan laboratorium (tanggal 26/08/2016)

Hb :11,2 g/dl Albumin : 2,6g/dl


RBC :5,32x106/mm3 Globulin : 3.8 g/dl
WBC :4,73x106/mm3 Proten total: 6,4
Ht :3,5 % Na : 142
Plt :244.000 K : 3,8
Diff count : 0/6/55/2/11

10
Kesan : Hipoalbuminemia dan hipokalsemia
- Pemeriksaan Rontgent (13/08/2016)

Corakan bronkovaskular ramai dan kasar

Tampak fibrosis pada lapangan paru kanan

Kesan: TB paru

- Elektrokardiografi (tanggal 26/08/2016)

Kesan: EKG normal

11
V. DIAGNOSIS SEMENTARA
- Suspek kasus kambuh TB Paru

VI. DIAGNOSIS BANDING


- MDR TB
- Bekas TB Paru

VII. RENCANA PEMERIKSAAN


- Sputum BTA
- GeneXpert
- Kultur dan kultur resistensi

VIII. TATALAKSANA
a. Non farmakologis/konservatif
- Istirahat
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi : penjelasan tentang penyakit tuberkulosis, penularan
penyakit, program pengobatan yang direncanakan selama
minimal 6 bulan secara rutin,).
b. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- Paracetamol 3 x 500 mg
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab

12
IX. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

X. FOLLOW UP

Tanggal 26 Agustus 2016

S Keluhan: sesak

O:

Keadaan umum Tampak sakit sedang

Kesadaran Compos mentis

Tekanan darah 110/70 mmHg

Nadi 84 x/menit

Pernapasan 24x/ menit

Temperatur 36,7oC

Keadaan spesifik

Kepala Konjungtiva palpebra pucat (+) Sklera ikterik (-),


epistaksis (-), atrofi papil lidah (-)

JVP (5-2)cm H2O


Leher
Pembesaran KGB (-)

Inspeksi: Bentuk normal, bercak rash (-), spider naevi


Thorax:
(-)

13
Paru Inspeksi: Statis dan dinamis simetris kanan=kiri

Palpasi: Stem fremitus menurun pada apeks paru


kanan

Perkusi: Redup di ICS I hemithorax dextra

Auskultasi: Vesikuler (+) normal ,ronkhi basah kasar


(+), wheezing(-)

Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat

Jantung Palpasi: Iktus cordis tidak teraba

Perkusi: Batas atas : ICS II linea midclavicularis


sinistra, batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra,
batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : HR: 82 kali/menit, reguler sama dengan


nadi, bunyi jantung I/bunyi jantung II (+) normal,
M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, murmur (-), gallop
(-)

Inspeksi : Cembung
Abdomen
Palpasi : Lemas, hepar/lien sulit dinilai

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Tidak diperiksa
Genitalia
Superior : akral hangat (+) edema pretibia (-)
Ekstremitas
Inferior : akral hangat (+) edema pretibia (-)

A Suspek TB kasus kambuh DD/ MDR TB atau bekas

14
TB paru

P a. Non farmakologis/konservatif
- Bedrest
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi

b. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- Paracetamol 3 x 500 mg
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab
-

Tanggal 27 Agustus 2016

S Keluhan: sesak

O:

Keadaan umum Tampak sakit sedang

Kesadaran Compos mentis

Tekanan darah 120/70 mmHg

Nadi 86 x/menit

15
Pernapasan 24x/ menit

Temperatur 36,5oC

Keadaan spesifik

Kepala Konjungtiva palpebra pucat (+) Sklera ikterik (-),


epistaksis (-), atrofi papil lidah (-)

JVP (5-2)cm H2O


Leher
Pembesaran KGB (-)

Inspeksi: Bentuk normal, bercak rash (-), spider naevi


Thorax:
(-)
Paru
Inspeksi: Statis dan dinamis simetris kanan=kiri

Palpasi: Stem fremitus menurun pada apeks paru


kanan

Perkusi: Redup di ICS I hemithorax dextra

Auskultasi: Vesikuler (+) normal ,ronkhi basah kasar


(+), wheezing(-)
Jantung
Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi: Iktus cordis tidak teraba

Perkusi: Batas atas : ICS II linea midclavicularis


sinistra, batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra,
batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : HR: 84 kali/menit, reguler sama dengan


nadi, bunyi jantung I/bunyi jantung II (+) normal,
M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, murmur (-), gallop
(-)

16
Abdomen Inspeksi : Cembung

Palpasi : Lemas, hepar/lien sulit dinilai

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Genitalia Tidak diperiksa

Ekstremitas Superior : akral hangat (+) edema pretibia (-)

Inferior : akral hangat (+) edema pretibia (-)

A Suspek TB kasus kambuh DD/ MDR TB atau bekas


TB paru

P c. Non farmakologis/konservatif
- Bedrest
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi

d. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab

17
Tanggal 28 Agustus 2016

S Keluhan:-

O:

Keadaan umum Tampak sakit ringan

Kesadaran Compos mentis

Tekanan darah 110/70 mmHg

Nadi 88 x/menit

Pernapasan 23x/ menit

Temperatur 36,7oC

Keadaan spesifik

Kepala Konjungtiva palpebra pucat (+) Sklera ikterik (-),


epistaksis (-), atrofi papil lidah (-)

JVP (5-2)cm H2O


Leher
Pembesaran KGB (-)

Inspeksi: Bentuk normal, bercak rash (-), spider naevi


Thorax:
(-)
Paru
Inspeksi: Statis dan dinamis simetris kanan=kiri

Palpasi: Stem fremitus menurun pada apeks paru


kanan

Perkusi: Redup di ICS I hemithorax dextra

Auskultasi: Vesikuler (+) normal ,ronkhi basah kasar


(+), wheezing(-)

18
Inspeksi: Iktus cordis tidak terlihat

Jantung Palpasi: Iktus cordis tidak teraba

Perkusi: Batas atas : ICS II linea midclavicularis


sinistra, batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra,
batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : HR: 82 kali/menit, reguler sama dengan


nadi, bunyi jantung I/bunyi jantung II (+) normal,
M1>M2, T1>T2, A1<A2, P1<P2, murmur (-), gallop
(-)

Inspeksi : Cembung
Abdomen
Palpasi : Lemas, hepar/lien sulit dinilai

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Tidak diperiksa
Genitalia
Superior : akral hangat (+) edema pretibia (-)
Ekstremitas
Inferior : akral hangat (+) edema pretibia (-)

A Suspek TB kasus kambuh DD/ MDR TB atau bekas


TB paru

P e. Non farmakologis/konservatif
- Bedrest
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Edukasi

19
f. Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
- O2 3l/menit
- Retaphyl SR 2 x 1 tab
- Ambroxol syr 3 x 1C
- KSR tab1x 600 mg
- Asam folat 3 x 1 mg
- Neurodex 1 x 1 mg
- Rimstar 2x1 tab

20
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru
a. Epidemiologi dan Permasalahan TB Dunia
TB sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah
diterapkan di banyak negra sejak tahun 1995.
Dalam laporan WHO tahun 2013 didapatkan:
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta
orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV positif. Sekitar 75%
dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB
MDR dan 170.000 orang diantaranya meninggal dunia.
Meskipun kasus dan kematian karena TB sebagian bsar terjadi pada pria
tetapi angka kesakitan dan kematian wanita akibat TB juga sangat tinggi.
Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012 dengan jumlah
kematian karena TB mencapai 410.000 kasus termasuk di antaranya adalah
160.000 orang wanita dengan HIV positif, separuh dari orang dengan HIV
positif yang meninggal karena TB pada tahun 2012 adalah wanita.
Meskipun jumlah kasus TB dan jumlah kematian TB tetap tinggi untuk
penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan dismbuhkan tatap fakta
menunjukkan keberhasilan dalam pengendalian TB. Peningkatan angka
insidensi TB secara global telah berhasil dihentikan dan telah menunjukkan
tren penurunan (turun 2% per tahun pada tahun 2012), angka kematian juga
sudah berhasil diturunkan 45% bila dibandingkan tahun 1990.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien dewasa, akan kehilangan
rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada

21
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 145 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk
lainnya secara sosial, seperti stiga bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

b. Patogenesis dan penularan TB


Kuman penyebab TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
merupakan bakteri tahan asam (BTA), namun terdapat kelompok baktei
Mycobaterium lain yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas
dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than Tuerculosis) yang
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB. Untuk
itu pemeriksaan bakteriologis yang mampu melakukan identifikasi terhadap
Mycobacterium tubeculosis menjadi sarana ideal untuk TB.
Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain
adalah sebagai berikut:
- Berbentuk batang dengan njang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron.
- Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen
- Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen,
Ogawa.
- Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemerikaan
dibawah mikroskop.
- Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
waktu lama pada suhu antara 4oC sampai minus 70oC.
- Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
- Paparan langsung terhadap sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit.
- Dalam dahak pada suhu antara 30-37oC akan mati dalam waktu lebih
kurang 1 minggu.kuman dapat bersifat dormant.

22
Cara Penularan TB.
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak
yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil
pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam dahaknya. Hal
tersebut bisa saja terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam
contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB. Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah
65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah 26%
sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks positif
adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.

Perjalanan Alamiah TB Pada Manusia.


Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit. Tahapan tersebut
meliputi tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia yang
dapat dilihat pada tabel berikut:

23
Tabel 1. Perjalanan alamiah TB

24
Diagnosis pasien TB
1. Penemuan pasien TB
 Tahap awal penemuan adalah dengan menjaring mereka yang memiliki
gejala : Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama lebih
dari 2 minggu, batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu batuk
bercampur darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan.
 Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronik, asma, kanker paru, dan
lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi,
maka setiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala tersebut
diatas dianggap sebagai terduga pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikrologis langsung.

2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien TB datang berkunjung
pertama kali ke fasyankes. Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah
pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.

25
b. Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb)
dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:
• Pasien TB ekstra paru.
• Pasien TB anak.
• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis langsung BTA negatif.
Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yang terpantau
mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tes cepat
yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikan diagnosis dianjurkan
untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.

3. Pemeriksaan uji kepekaan obat


Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya resistensi M.tb
terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil pemeriksaan, uji kepekaan obat
tersebut harus dilakukan oleh laboratorium yang telah tersertifikasi atau lulus uji
pemantapan mutu/Quality Assurance (QA). Hal ini dimaksudkan untuk
memperkecil kesalahan dalam menetapkan jenis resistensi OAT dan pengambilan
keputusan paduan pengobatan pasien dengan resistan obat.
Untuk memperluas akses terhadap penemuan pasien TB dengan resistensi
OAT, Kemenkes RI telah menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert ke fasilitas
kesehatan (laboratorium dan RS) diseluruh provinsi.

Diagnosis TB paru
- Dalam upaya pengendalian TB secara Nasioal, maka diagnosis TB paru pada
orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahulu dengan pemeriksaan
bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan
mikroskopis langsung, biakan, dan tes cepat.
- Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan
diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan
klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai
dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.

26
- Pada saranan teratas penegakkan diagnosis scara klinis dilakukan setelah
pemberian terapi antibiotika spektrum luas (non OAT dan non kuinolon) yang
tidak memberikan perbaikan klinis.
- Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
- Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik pada TB
paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun
underdiagnosis.
- Tidak dibenarkna mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaan tuberkulin.

Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung:


- Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak secara
mkroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksa contoh uji dahak SPS
(Sewaktu-Pagi-Sewaktu);
- Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) dari pemeriksan

contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.

27
Tabel. Algoritma Penegakkan diagnosis TB

28
Klasifikasi dan Tipe Pasien TB
Klasifikasi pasien TB berdasarkan lokasi:
Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB
dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB
dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,
diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

Tuberkulosis ekstra paru:


Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar
limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang.
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan
penemuan Mycobacterium tuberculosis.
Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ,
diklasifikasikan
sebagai pasien TB ekstra paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang
terberat.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:
- Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂
dari 28 dosis).
- Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini
selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:

29
a. Kasus Kronik:
Yaitu pasien TB dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang dengan paduan OAT kategori-2. Hal ini ditunjang
dengan rekam medis dan atau riwayat pengobatan TB sebelumnya
(Depkes,2013).
b. Kasus Gagal Pengobatan:
Yaitu pasien baru TB BTA Positif dengan pengobatan kategori I yang
hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan. Pasien baru TB BTA Negatif, foto
toraks mendukung proses spesifik TB dengan pengobatan kategori I, yang
hasil pemeriksaan dahaknya menjadi positif pada akhir tahap awal
(Depkes,2013).
c. Kasus Kambuh (relaps):
Yaitu pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dan biakan positif
(Depkes,2013).
d. Pasien kembali setelah lalai berobat/default:
Yaitu pasien yang kembali berobat setelah lalai paling sedikit 2 bulan
dengan pengobatan kategori-1 atau kategori-2 serta hasil pemeriksaan dahak
menunjukkan BTA positif (Depkes,2013).

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat


Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji
dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapat berupa :
- Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
- Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
- Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
Rifampisin (R) secara bersamaan

30
- Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin)
- Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode
genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).

Pengobatan TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awalan tahap lanjutan
dengan kasus:
- Tahap awal: pengobatan diberikan setiaP hari. Paduan pengobatan pada tahap
ini adalah dimaksudkan untuk scara efektif menurunkan jumlah kuman yang
ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman
yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2
bulan. Pada umunya dengan pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2
minggu.
- Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting
untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya kuman
persisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencergah terjadinya
kekambuhan.

Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


Tabel OAT lini pertama.
Jenis Sifat Efek samping
Isoniaid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan
fungsi hati, kejang
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urin
berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas,
anemia hemolitik

31
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi
hati, gout arthritis
Streptomisin (S) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, gangguan
keseimbangan dan pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol (E) bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis
perifer

Tabel Kisaran dosis OAT lini pertama bagi pasien dewasa


OAT Dosis
Harian 3x/minggu
Kisran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum/hari
(mg/KgBB) (mg) (mg/KgBB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin 15 (12-18) - 15 (12-18) 1000

Catatan:
Pemberian streptomisin untuk pasien yang erumur >60 tahunatau pasien
dengan berat badan <50 kg mungkin tidak dapat mentoleransi dosis >500mg/hari.
Beberapa buku rujukan menganjurkan penurunan dosis menjadi 10 mg/kg/BB/hari

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh pogram Nasional Pngendalian Tuberkulosis di


Indonesia adalah:

Kategori 1 : 2(HRZE) 4(HR)3

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Kategori Anak: 2(HRZ)/4(HR) atau 2 HRZA(S)/4-10Hr

32
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB rsisten obat diIndonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin,
Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu
pirazinamid dan etambutol.

Paduan OAT Kategori-1 dan Kategori-2 disediakan dalam bentuk paket obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2
atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

Paket Kombipak
adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan
program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang terbukti mengalami efek
samping pada pengobatan dengan OAT KDT sebelumnya

Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.


a. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru

Tabel Dosis Paduan OAT KDT kategori 1 : 2(HZE)/4(HR3

Berat badan Tahap Intensif Tahap Lanjutan


Tiap hari selama 56 hari 3 kali sminggu selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2 KDT
>71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT

33
Tabel Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori : 2HRZE/4H3R3

Tahap Lama Dosis per hari/ kali Jumlah


Pengobatan Pengobatan Tablet Kaplet Tablet Tablet hari/ kali
Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Etambutol menelan
@300 @450 mgr @500 mgr @250 mgr obat
mgr
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 2 1 - - 48

b. Kategori -2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

Tabel Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Berat Badan Tahap Intensif tiap hari Tahap Lanjutan


RHZE 9150/75/400/275)+S 3 kali seminggu
RH (150/150)+E
(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT + 2 tab
+ 500 mg Etambutol
Streptomisin Inj.
38-54 kg 3 tab 4KDT + 750 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT + 3 tab
mg Streptomisin Etambutol
Inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT + 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT + 4 tab
1000 mg Etambutol
Streptomisin Inj.
>/71 kg 5 tab 4KDT + 5 tab 4KDT (>do 5 tab 2KDT + 5 tab
1000 mg maks) Etambutol
Streptomisin Inj.

34
Tabel. Dosis Paduan OAT Kombipak kategori 2: 2HRZE/HRZ/5H3R3E3

Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Etambutol Strepto- Jumlah


pengobatan pengob Isoniazid Rifampisin Pirazinamid Tablet Tablet misin hari/ kali
atan @300 mgr @ 450 mgr @600 mgr @250 @400 Injeksi menelan
mgr mgr obat

Tahap awal 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56


(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - - 28
harian)
Tahap 5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
lanjuta
(dosis
3xseminggu)

Pemantauan kemajuan pengobatan TB


Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan
dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis
dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak
digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua
contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke
2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau
keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Hasil
dari pemeriksaan mikroskopis semua pasien sebelum memulai pengobatan harus
dicatat. Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif merupakan suatu cara
terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap
awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap
BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan
tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi).
Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya
dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan
hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali pada akhir pengobatan.

35
Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak untuk
memantau kemajuan hasil pengobatan:
1) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
• Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan dosis pengobatan
tahap lanjutan
• Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan ke 5
dan Akhir Pengobatan)
2) Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1) :
• Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak teratur,
diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.

• Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT sisipan).


Lakukan pemeriksaan ulang dahak kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan
satu bulan. Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan
pemeriksaan uji kepekaan obat.

• Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan


pengobatan dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5
(menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).

Pada pasien dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan paduan


OAT kategori 2):
• Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak teratur,
diskusikan dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
• Pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR
• Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB
MDR
• Apabila tidak bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS
Pusat Rujukan TB MDR, segera diberikan dosis OAT tahap lanjutan (tanpa
pemberian OAT sisipan) dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke
5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5 ).

36
3) Pada bulan ke 5 atau lebih :
• Baik pada pengobatan pasien baru atau pengobatan ulang apabila hasil
pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif, lanjutkan pengobatan sampai seluruh
dosis pengobatan selesai diberikan
• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif, pengobatan dinyatakan
gagal dan pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR .
• Lakukan pemeriksaan uji kepekaan obat atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB
MDR
• Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1),
pengobatan dinyatakan gagal. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa
dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR,
berikan pengobatan paduan OAT kategori 2 dari awal.
• Pada pasien TB dengan pengobatan ulang (mendapat pengobatan dengan paduan
OAT kategori 2), pengobatan dinyatakan gagal. Harus diupayakan semaksimal
mungkin agar bisa dilakukan pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pussat
Rujukan TB MDR. Apabila oleh karena suatu sebab belum bisa dilakukan
pemeriksaan uji kepekaan atau dirujuk ke RS Pusat Rujukan TB MDR, berikan
penjelasan, pengetahuan dan selalu dipantau kepatuhannya terhadap upaya PPI
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi).

37
BAB IV

ANALISIS KASUS

Pada pasien ini, dapat ditegakkan diagnosis dari anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa os mengeluh sesak yang dirasakan


sekitar 1 bulan. Terdapat pula gejala konstitusional lain seperti demam, keringat
malam hari, nafsu makan menurun, disertai berat badan menurun Os juga
mengatakan terdapat batuk berdahak berwarna putih kental, sekitar satu sendok
makan. Keluhan diatas merupakan gejala klinis penyakit TB. Os sebelumnya telah
menderita TB paru dan memakan obat teratur selama 6 bulan, sehingga
kemungkinan kasus ini adalah TB paru kasus kambuh.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya stem fremitus yang menurun di


apeks paru kanan, perkusi yang redup di ICS I hemithoraks dextra, suara napas
vesikular dan ronkhi basah kasar di lapangan paru kanan. Pada pemeriksaan
penunjang, dilakukan pemeriksaan sputum sewaktu dengan hasil negatif.
Pemeriksaan rontgent menunjukkan TB paru. Dalam algoritma penegakkan
diagnosis, TB paru ditegakkan jika ada gejala klinis dan pemeriksaan dahak yang
positif minimal 2 kali, namun pemeriksaan dahak saat ini yang dilakukan masih
satu kali, sehingga tidak mungkin diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
sputum. Ketika pemeriksaan sputum didapatkan hasil negatif, maka pemeriksaan
rontgent dilakukan untuk menegakkan diagnosis, pada kasus ini hasil rontgent
menunjukkan adanya gambaran TB paru, yang memungkinkan diagnosis pada
kasus ini adalah TB paru.

Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa nonfarmakoterapi berupa


Bedrest, diet tinggi kalori tinggi protein, dan edukasi mengenai penyakit TB,
proses penularan penyakit TB, cara pencegahan penularan, pengobatan penyakit
TB yang harus dilakukan secara teratur. Dan untuk farmakoterapi diberikan IVFD
NaCl 0,9% gtt xx/menit, O2 3l/menit, Retaphyl SR 2 x 1 tab, Ambroxol syr 3 x

38
1C, Paracetamol 3 x 500 mg, KSR tab1x 600 mg, Asam folat 3 x 1 mg, Neurodex
1 x 1 mg , dan Rimstar 2x1 tab

39
DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan Republik Indonesia. 2013.Pedoman Manajemen Terpadu


Pengendalian Tuberculosis Resisten Obat.Jakarta: Depkes. Hal 6-37.

Garcia,M.C., T. Rodrigo., C.M.M. Garcia, A. Munoz, P. Bermudez, F. Casas, M.


Somoza, C. Mila, A. Penas, C. Hidalgo, M. Casals, S.A. Cayla. Factors
Associated with Unreported Tuberculosis Cases in Spanish Hospital.
Barcelona, Spain: University of Virgen de las Nieves.
Herlina, Lia. 2007. Tuberkulosis dan Faktor Resiko Kejadian Multidrug Resistent
Tuberculosis (MDR-TB, Resistensi Ganda). Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberculosis. Jakarta: Kemenkes. Hal 51-60.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Rencana Aksi Nasional
Programmatic Management of Drug Resistance Tuberculosis. Jakarta:
Menkes. Hal 6-10.
Kemeterian Kesehatan RI. 2012. Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan,
Identifiksai, dan Uji Kepekaan Mycobacterium Tuberculosis Pada Media
Padat.Jakarta: Kemenkes. Hal 6-10.
Rasanin, M., F. Yunus, Z.S. Priyanti, I. Melintira, D. Puspitarini, S. Rahayu, S.
Pratama.2005. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru Rumah Sakit
Persahabatan Januari-Juli 2005. Jakarta, Indonesia: University of Indonesia
of Department of Pulmonology and Respirology.
(http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-01-07/jurnal-5.html. Diakses
pada 29 Desember 2015).

40

Anda mungkin juga menyukai