2.1 Kulit
2.1.1 Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit bersifat elastis dan sensitif,
bervariasi daam keadaan iklim, umur, sex, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh.
Secara histopatologis, anatomi kulit dapat dibagi sebagai tiga lapisan utama
yaitu lapisan epidermis, dermis, dan subkutis.
a) Lapisan Epidermis
Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin(zat tanduk).
Stratum lucidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasmanya
yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini dapat
terlihat lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
Stratum granuloum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir
kasar ini terdiri atas keratohialin.
Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
polygonal yan besarnya berbeda-beda karena ada proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti
terletak di tengah. Semakin dekat ke permukaan kulit semakin gepeng
sel tersebut. Di antara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
antar sel yang terdiri dari atas protoplasma dan keratin. Di antara sel
spinosum terdapat pula sel Langerhans.
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun
bertingkat pada perbatasan dermo-epidermal dan berbaris seperti
pagar. Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.
Sel-sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan
ini terdiri dari dua jenis sel yaitu sel kolumnar dan sel pembentuk
melanin.(18)
b) Lapisan Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang lebih tebal daripada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Lapisan dermis dibagi menjadi dua
bagian:
Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah
Pars retikulare adalah bagian dibawahnya yang menonjol ke subkutan.
Bagian ini terdapat serabut penunjang seperti kolagen, elastin,
dan retikulin.(18)
c) Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak ini disebut
penikulus adipose yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak diatas
dermis(pleksus superfisialis) dan pleksus profunda yang terletak di subkutis. (18)
2.1.2 Adneksa Kulit
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis yang terdiri atas glandula sudorifera
dan glandula sebasea. Kedua kelenjar ini terdapat di lapisan dermis. Kelenjar
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
keringat(glandula sudorifera) terdiri dari dua jenis, kelenjar ekrin yang terletak
dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang terletak lebih
dalam dan sekretnya lebih kental. Kelenjar apokrin pada glandula sudorifera
dipengaruhi oleh saraf adrenergic. Kelenjar ini terdapat di aksila, areola mamae,
pubism labia minora, dan saluran telinga luar.
Glandula sebasea terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali
di telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini biasanya terdapat di samping akar rambut dan
(18)
muaranya terdapat pada lumen akar rambut. Sekresi kelejar ini adalah sebum.
2.1.3 Fisiologi Kulit
a) Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanik. Fungsi tersebut ditunjang oleh karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan sebagai
pelindung terhadap gangguan fisik.
Melanosit ikut berperan dalam melindungi kulit terhadap pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air
serta terdapat lapisan keasaman kulit yang disekresi oleh keringat dan sebum,
melindungi kontak zat-zat kimia dengan kulit. Kulit memiliki pH 5-6,5 sehingga
merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur. (19)
b) Fungsi Absorbsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. (19)
c) Fungsi Eksresi
Kelenjar-kelenjar yang terdapat pada seluruh permukaan kulit
mengeluarkan sisa metabolisme dalam tubuh seperti NaCl, urea, asam urat dan
ammonia. Sebum yang diproduksi berfungsi sebagai proteksi kulit dengan cara
9
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
meminyaki dan menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi
kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman kulit. (19)
d) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Dengan adanya ujung saraf sensorik ini makan kulit dapat merasakan sensasi panas
yang diperankan oleh badan Ruffini, dingin oleh badan Krause, tekanan oleh badan
Paccini, taktil oleh badan Meissner. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah erotis. (19)
e) Fungsi Termoregulasi
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh darah sehingga
memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh
saraf simpatis.(19)
f) Fungsi Pembentukan Pigmen
Melanosit adalah sel pembentuk pigmen yang terletak di lapisan basal.
Pajanan terhadap sinar matahari memengaruhi produksi melanosom. Pigmen disebar
ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit. Warna kulit tidak sepenuhnya
dipengaruhi oleh pigmen kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb,
oksi Hb, dan karoten.(19)
g) Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu
keratinosit, sel Langerhans dan melanosit. Keratinosit dimulai dai sel basal yang
mengadakan pembelahan, semakin terdorongnya keatas sel ini akan berdiferensiasi
menjadi sel spinosum, granulosum hingga kehilangan intinya yang disebut sebagai
sel tanduk. Proses sintesis dan degradasi ini berlangsung normal selama kira-kira 14-
21 hari, dan memberi perlindungan terhadap kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.(19)
10
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
h) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Pembentukan vitamin D dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D
tidak cukup hanya dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih
tetap diperlukan. (19)
2.2.3 Etiopatogenesis
Etiologi akne vulgaris belum jelas sepenuhnya. Patogenesis akne adalah
multifaktorial, namun telah diidentifikasi empat teori sebagai etiopatogenesis akne.
11
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
Keempat patogenesis tersebut adalah hiperproliferasi epidermis folikuler, produksi
sebum yang berlebih, bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), dan inflamasi.
2.2.3.1 Hiperproliferasi epidermis folikuler
Mekanisme yang mendasari perubahan infundibulum folikel masih belum
jelas. Namun hipotesis yang menonjol adalah defisiensi asam linoleat lokal pada
folikel, pengaruh IL-1, dan androgen, sebagai faktor utama yang terlibat dalam
hiperkeratinisasi folikel. Sejak tahun 1986, defisiensi asam linoleat merupakan faktor
penting dalam etiologi akne. Downing dkk. menyatakan bahwa semakin rendah
konsentrasi asam linoleat, yang berkorelasi dengan tingginya sekresi sebum,
menyebabkan defisiensi lokalisata asam lemak esensial pada epitel folikuler.
Defisiensi ini kemudian bertanggungjawab terhadap penurunan fungsi barrier epitel
dan hiperkeratosis folikuler dan hal tersebut akan semakin memperparah akne. Baru-
baru ini, Zouboulis menyatakan bahwa asam linoleat dapat meregulasi sekresi IL-8
dan menyebabkan terjadi reaksi inflamasi. IL-1 juga berperan dalam terjadinya
hiperproliferasi keratinosit. Jika ditambahkan IL-1, keratinosit folikuler manusia
menunjukkan adanya hiperproliferasi dan pembentukan mikrokomedo.
Kelenjar sebasea adalah organ target androgen, distimulasi untuk
memproduksi sebum saat pubertas. Kelenjar sebasea mewakili densitas reseptor
androgen yang berbanyak pada kulit manusia. Androgen yang paling penting adalah
testosteron, yang diubah menjadi dihidrotestrosteron (DHT) oleh iso-enzim 5α
reduktase tipe I. Kulit penderita akne menunjukkan peningkatan densitas reseptor
androgen dan aktivitas 5α reduktase yang lebih tinggi.
DHT adalah androgen poten yang berperan pada akne. Androgen
menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi produksi sebum,
serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan
acroinfundibulum.
Hiperproliferasi epidermal folikuler menyebabkan terbentuknya lesi primer
akne, yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut bagian atas, infundibulum, menjadi
hiperkeratotik dan disertai peningkatan kohesi keratinosit. Peningkatan sel dan
12
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
kepekatannya menyebabkan sumbatan pada ostium folikuler. Sumbatan ini
menyebabkan terjadinya akumulasi keratin, sebum dan bakteri pada folikel, yang
kemudian menyebabkan dilatasi pada folikel rambut bagian atas dan terjadi
mikrokomedo.
2.2.3.2 Produksi sebum berlebih
Sebum disintesis oleh kelenjar sebasea secara kontinu dan disekresikan ke
permukaan kulit melalui pori – pori folikel rambut. Sekresi sebum ini diatur secara
hormonal. Fungsi sebum pada manusia tidak diketahui pasti. Diduga bahwa sebum
dapat mengurangi kehilangan air dari permukaan kulit dan menjaga kulit tetap lembut
dan halus.Kelenjar sebasea terletak pada seluruh permukaan tubuh, namun jumlah
kelenjar yang terbanyak didapatkan pada wajah, pungung, dada, dan bahu.
Kelenjar sebasea mulai terbentuk pada minggu ke-13 hingga 16 kehidupan
janin. Kelenjar sebasea mensekresikan lipid melalui sekresi holokrin. Selanjutnya,
kelenjar ini menjadi aktif saat pubertas karena adanya peningkatan hormon androgen,
khususnya hormon testosteron, yang memicu produksi sebum. Hormon androgen
menyebabkan peningkatan ukuran kelenjar sebasea, menstimulasi produksi sebum,
serta menstimulasi proliferasi keratinosit pada duktus kelenjar sebasea dan
acroinfundibulum.
Dihidrotestosteron (DHT) adalah androgen poten yang berperan dalam
terbentuknya akne. Enzim 17β-hidroksisteroid dehidrogenase dan 5α-reduktase
adalah enzim yang berperan mengubah prekursor dehidroepiandrosteron sulfat
(DHEAS) menjadi DHT.
Ketidakseimbangan antara produksi dan kapasitas sekresi sebum akan
menyebabkan pembuntuan sebum pada folikel rambut. Selain itu, penderita akne
memproduksi sebum yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan yang tidak
menderita akne. Salah satu komponen sebum yaitu trigliserida, berperan penting
dalam patogenesis akne. Flora normal unit pilosebasea yaitu P. acnes akan memecah
trigliserida menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini akan menyebabkan
13
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
terjadinya lebih banyak kolonisasi P. acnes, memicu inflamasi, dan selain itu juga
bersifat komedogenik.
2.2.3.3 Bakteri Propionibacterium acnes
Akne bukan merupakan penyakit infeksi. Di antara spesies bakteri yang
mengkolonisasi kulit normal sebagai flora normal, hanya bakteri yang mampu
mengkolonisasi duktus folikuler dan bermultiplikasi lah yang dapat bersifat patogenik
terhadap terjadinya akne. Hanya tiga spesies mikroorganisme yang dapat
diasosiasikan dengan perkembangan lesi akne, yaitu propionibacteria, staphylococci
koagulase negatif, dan jamur Malassezia. Namun, setelah terapi antifungal, penderita
akne tidak menunjukkan perbaikan klinis, sehingga jamur dapat dieksklusikan.
Staphylococci juga dapat dieksklusikan, mengingat terjadinya resistensi antibiotika
pada kebanyakan penderita pada minggu pertama terapi, dan jumlahnya yang
meningkat dengan cepat. Sehingga fokus ilmiah diarahkan ke Propionibacteria.
Propionibacteria merupakan bakteri gram positif, non motil, sel berbentuk
batang yang pleomorfik, yang memfermentasi gula untuk menghasilkan asam
propionat sebagai produk akhir pada proses metabolismenya. Propionibacteria acnes
merupakan mikroorganisme penghuni predominan pada area kulit orang dewasa yang
kaya akan kelenjar sebasea. Pada kulit manusia, Propionibacteria ditemukan sejak
manusia lahir hingga meninggal. Analisis bakteriologi dan produksi sebum pada area
tubuh multipel menunjukkan hubungan yang erat antara jumlah P. acnes dengan
produksi sebum.
Patogenisitas Propionibacteria diduga disebabkan karena adanya dua hal,
yaitu :
1. Produksi enzim eksoseluler dan produk ekstraseluler bioaktif lainnya,
seperti protease, lipase, lecithinase, hyaluronat lipase, neuramidase, phospatase,
phospolipase, proteinase, dan RNase.
2. Interaksi mikroorganisme dengan sistem imun manusia. Pada saat pubertas,
jumlah P. acnes pada wajah dan pipi penderita akne meningkat drastis, dan saat
dewasa akan menunjukkan jumlah yang konstan. Penelitian tentang DNA P.acnes
14
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
yang dilakukan oleh Miura dkk., menemukan bahwa pada penderita akne berusia 10-
14 tahun didapatkan jumlah P.acnes di hidung dan dahi yang lebih tinggi secara
signifikan daripada non akne. Namun pada penderita akne berusia lebih dari 15 tahun,
tidak didapatkan perbedaan jumlah P.acnes yang signifikan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama ini, diduga P. acnes berperan
secara tidak langsung dalam patogenesis akne dengan merangsang komedo dan
menghasilkan substansi–substansi yang menyebabkan terjadinya ruptur komedo,
sehingga memulai respon inflamasi.
2.2.3.4 Inflamasi
Beberapa hipotesis menyatakan peran P.acnes dalam terbentuknya akne.
Kerusakan jaringan kulit dapat merupakan akibat dari enzim bakteri yang memiliki
sifat degradasi, dan mempengaruhi integritas sel epidermis kulit dan fungsi barrier
dinding folikuler folikel sebaseus. Hal ini menyebabkan pelepasan sitokin pro
inflamasi dari keratinosit yang akan berdifusi ke dermis dan memicu inflamasi.
Terdapat dua macam respon inflamasi yang terjadi, yaitu :
1. Rupturnya epitel komedo. Komedo yang mengandung korneosit, rambut,
sebum, dan campuran debris seluler akan memasuki dermis dan memicu terjadinya
reaksi inflamasi.
2. Netrofil berakumulasi di sekeliling komedo yang intak yang mana dinding
epitelnya bersifat spongiotik. Hal ini menyebabkan terjadinya kebocoran substansi
yang dapat berdifusi dari komedo. Pada saat ini, immunoglobulin seperti IgG, dan
komplemen seperti C3, dapat dideteksi pada pembuluh darah di sekitar komedo.
Adanya faktor kemotaktik dengan berat molekul yang kecil memungkinkan
terjadinya difusi dari folikel yang intak menuju ke dermis sehingga akan menarik
netrofil. Setelah terjadi fagositosis, netrofil akan melepaskan enzim lisosomal dan
Reactive Oxygen Species (ROS) yang akan menyebabkan kerusakan epitel folikuler,
yang kemudian lebih lanjut akan mengawali terjadinya inflamasi. Selain itu, diketahui
pula bahwa P. acnes merupakan aktivator komplemen jalur klasik dan alternatif yang
15
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
poten. Aktivasi komplemen akan menyebabkan semakin banyaknya netrofil.
Keseluruhan hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi. (20)(21)
2.2.4 Manifestasi klinis
Lesi utama akne adalah mikrokomedo, atau mikrokomedone, yaitu pelebaran
folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes. Sedangkan lesi akne lainnya
dapat berupa papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah predileksi akne yaitu pada
wajah, bahu, dada, punggung, dan lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah
permukaan kulit tampak sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang bagian
ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head karena secara
klinis tampak berwarna hitam pada epidermis.
16
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
Scar dapat merupakan komplikasi dari akne, baik akne non-inflamasi maupun
inflamasi. Ada empat tipe scar karena akne, yaitu : scar icepick, rolling, boxcar, dan
hipertropik. Scar icepick adalah scar yang dalam dan sempit, dengan bagian
terluasnya berada pada permukaan kulit dan semakin meruncing menuju satu titik ke
dalam dermis. Scar rolling adalah scar yang dangkal, luas, dan tampak memiliki
undulasi. Scar boxcar adalah scar yang luas dan berbatas tegas. Tidak seperti scar
icepick, lebar permukaan dan dasar scar boxcar adalah sama. Pada beberapa kejadian
yang jarang, terutama pada trunkus, scar yang terbentuk dapat berupa scar
hipertropik. (23)
17
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
menjadi 4 skala berdasarkan perkiraan jumlah dan tipe lesi serta luas keterlibatan
kulit.
Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman, yang mengelompokkan akne
vulgaris menjadi :
1. Akne komedonal
a. Grade 1 : Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah
2. Akne papulopustul
a. Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
b. Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
c. Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
d. Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah
3. Akne konglobata
Merupakan bentuk akne yang berat, sehingga tidak ada pembagian tingkat
beratnya penyakit. Biasanya lebih banyak diderita oleh laki-laki. Lesi yang khas
terdiri dari nodulus yang bersambung, yaitu suatu massa besar berbentuk kubah
berwarna merah dan nyeri. Nodul ini mula-mula padat, tetapi kemudian dapat
melunak, mengalami fluktuasi dan regresi dan sering meninggalkan jaringan parut
.(23)
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan
penderita lebih bersifat kosmetik. (25)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun
komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan diagnosis akne
18
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
vulgaris. Selain itu, dapat pula ditemukan papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah
– daerah predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak.
Secara umum, pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi untuk
penderita akne vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya hiperandrogenisme.
2.2.7 Komplikasi
Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir semua lesi akne
akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh. Pada
warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan berbulan-
bulan setelah lesi akne sembuh. Akne juga dapat menyebabkan terjadinya scar pada
beberapa individu. Selain itu, adanya akne juga menyebabkan dampak psikologis.
Dikatakan 30–50% penderita akne mengalami gangguan psikiatrik karena adanya
akne.
2.3 Stres
2.3.1 Pengertian
Stres didefinisikan sebagai reaksi fisiologis dan psikologis terhadap
peristiwa-peristiwa tertentu di dalam lingkungan. Beberapa orang mendefinisikan
stres sebagai reaksi terhadap peristiwa atau situasi yang menyebabkan mereka
merasakan ketegangan, tekanan, emosi negatif yang mereka alami dalam situasi
berbahaya atau mengancam jiwa mereka. (10) Stres juga menurut American
Physiological Society digambarkan sebagai kata yang digunakan untuk
menggambarkan pengalaman yang menantang secara emosional dan psikologis.(26)
Stres dapat diakibatkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut yang mampu
menyebabkan stres disebut dengan stresor.
2.3.2 Klasifikasi dan Etiologi Stres
19
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
3) Stres Bioekologi (Bio-Ecological Stress)
20
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
pelebaran bronkus dan pupil, meningkatnya pernapasan, tekanan darah, denyut
jantung, volume darah, pembekuan darah, keringat, kewaspadaan, suplai darah ke
organ vital dan energi juga menyebabkan penurunan gerakan peristaltik. Norepinefrin
menyebabkan vasokonstriksi perifer, sekresi renin dan stimulasi aldosterone yang
akan menyebabkan retensi natrium dan sekresi kalium. Manifestasi klinik yang
mungkin terjadi adalah nyeri dada, palpitasi, kram usus, nyeri sendi, sakit kepala,
disfagia, atau semuanya dapat terjadi bersamaan.
21
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
otonomi, serta melibatkan neurohormon, sehingga banyak hormon stres disekresi,
untuk mempertahankan keseimbangan (homeostatis) tubuh. (29)
Selain itu, stres juga dapat menimbukkan perubahan tingkah laku pada
seseorang. Seseorang yang memiliki keinginan untuk mencapai suatu kebutuhan dan
karena suatu hambatan sehingga dia tidak mampu untuk mencapainya akan
mengalami frustasi. Keadaan ini bila berlangsung lama dan tidak diatasi akan
menimbulkan stres pada seseorang. Bila keadaan ini terus menerus berlanjut makan
akan timbul respon psikologi dalam perilaku seseorang yaitu salah satunya adalah
tindakan atau perilaku yang agresif.(30)
2.3.5 Hubungan Stres dengan Akne Vulgaris
a. Konsep Psikoneuroimnulogi
Ide dasar konsep psikoneuroimunologi yaitu :
1) Status emosi menentukan fungsi sistem kekebalan.
22
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
(DHT) adalah androgen yang paling poten dalam merangsang hiperproliferasi
keratinosit.(31)
23
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
(36)
meningkatkan DHT sehingga merangsang proliferasi sebosit dan produksi sebum.
(37)
24
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
2.6 Ringkasan Pustaka
2 Ikaraoha CI, Ibadan dan 2005 Studi cross Pria dan wanita -Pola asupan sus
et al Ekpoma, sectional usia 18-32 -Pola makan
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
Nigeria tahun -Serum darah
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran
2.7 Kerangka Teori
Konsumsi
makanan tnggi
asam lemak
jenuh
IGF-1 Meningkat
Peningkatan D)T
Akne Vulgaris
)ormon
27
Hubungan stres dan pola makan dengan akne vulgaris pada siswa-siswi SMK
Andreas Karta Paran