Anda di halaman 1dari 8

EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN:

RESIKO DAN KETIDAKPASTIAN DALAM USAHATANI


BERSKALA KECIL

Tatiek Koerniawati Andajani, SP.MP.


Laboratorium Ekonomi Pertanian, FP-Universitas Brawijaya
Email : tatiek.fp@ub.ac.id

DESKRIPSI MODUL

8
Modul ini mencoba memaparkan salah satu karakteristik petani
gurem, yang cenderung menolak atau menghindari resiko. Salah satu
latar belakang munculnya karakteristik tersebut adalah tingginya
ketidakpastian (uncertainty) yang dihadapi oleh rumahtangga petani
terutama di negara-negara sedang berkembang. Dengan demikian
meluasnya resiko dan ketidakpastian dalam produksi pertanian
memiliki implikasi penting terhadap analisis ekonomi dan interpretasi
atas prospek di masa mendatang. Materi modul ini sepenuhnya
ditransliterasikan dari buku Peasant Economics, karya Frank Ellis pada

SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION


tahun 1989. Diharapkan mahasiswa dapat secara langsung
mengakses sumber bacaan yang telah tersedia di perpustakaan.
Modul 8 ini akan diagendakan untuk dipelajari pada TM 10 dan dikaji
melalui diskusi pada praktikum 3.

TUJUAN PEMBELAJARAN

DEVELOPMENT (SPEED)
Kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa setelah:
1. Membaca modul dan pustaka yang disarankan
2. Mengerjakan tugas terstruktur mandiri
3. Melaksanakan tutorial online
adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep resiko dan ketidakpastian dalam proses
produksi pertanian berskala kecil
2. Menganalisis dampak ketidakpastian sebagai penyebab
keengganan dan kelambanan petani untuk mengadopsi inovasi
3. Menganalisis hubungan antara praktek tumpang sari dan
ketidakpastian usahatani
4. Memahami dampak ketidakpastian sebagai penyebab
diferensiasi sosial di pedesaan
5. Menjelaskan alternatif solusi berbasis intervensi pemasaran
untuk mereduksi ketidakpastian
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012

MATERI PEMBELAJARAN
8.1. Petani Gurem dan Ketidakpastian
Meluasnya resiko dan ketidakpastian dalam produksi pertanian memiliki
implikasi penting terhadap analisis ekonomi dan interpretasi atas prospek di masa
mendatang. Beberapa proposisi tentang ketidakpastian (uncertainty):
1. Uncertainty berdampak dalam keputusan ekonomi sub optimal pada level
mikroekonomi (tidak terpenuhinya maksimisasi profit)
2. Uncertainty menyebabkan keengganan dan kelambanan petani untuk
mengadopsi inovasi.
3. Uncertainty menjadi alasan bagi praktek usahatani, seperti mixed cropping
(tumpang sari) yang terbukti mampu beradaptasi menekan efek
ketidakpastian.
4. Dampak uncertainty lebih terasa bagi petani miskin dibandingkan dengan
keluarga petani yang memiliki kesempatan melakukan off-farm1. Fenomena ini
menyebabkan deferensiasi sosial.
5. Uncertainty dapat direduksi dengan meningkatkan integrasi pasar berkenaan
dengan informasi, komunikasi, outlet pasar ataupun yang lainnya.
6. Uncertainty diperburuk oleh meluasnya integrasi pasar bila subsistensi yang
menjamin pemenuhan kebutuhan petani digantikan dengan insekuritas dan
unstabilitas pasar.

8.2. Jenis-Jenis Resiko dan Ketidakpastian (Uncertainty)


1. Resiko Alamiah:
Meliputi dampak yang unpredictable dari iklim, hama, penyakit dan bencana
lainnya. Faktor determinan tersebut sangat berpengaruh pada produksi dan
panjangnya siklus produksi. Selain itu kemampuan petani untuk mengatasi
kendala-kendala alamiah seperti hama-penyakit sangat bervariasi tergantung
dari kemampuan petani membeli input tunai yang relevan.
2. Fluktuasi Pasar:
Kesenjangan (lag) antara keputusan untuk memulai suatu usahatani dengan
pencapaian output menunjukkan bahwa harga pasar pada titik penjualan tidak
diketahui pada saat keputusan ditetapkan. Perlu campur tangan dan kebijakan
pemerintah pada kondisi di mana terjadi kelangkaan informasi dan imperfeksi
pasar. Khususnya untuk komoditi tahunan (tanaman keras) juga terdapat lag
waktu antara saat tanam dan pemanenan (antara pengeluaran biaya dan
penerimaan).
3. Ketidakpastian sosial:
Merujuk pada perbedaan kontrol petani atas sumber daya (resources)
tertentu dan ketergantungan hidup sekelompok petani kepada kelompok
lain (dalam hal ini pemilik tanah dan faktor produksi melalui sistem bagi
hasil).
4. Tindakan Pemerintah dan Perang:
Pertanian secara keseluruhan juga mengalami uncertainty berkenaan
dengan perubahan kebijakan pemerintah dan atau perang yang secara
langsung mempengaruhi peta kerjasama perekonomian (penetapan harga
internasional dan pinjaman dana luar negeri bagi keperluan
pembangunan).

1
Kegiatan off-farm adalah setiap pekerjaan selain usahatani milik sendiri yang menghasilkan pendapatan, termasuk
bekerja pada usahatani lain (buruh tani) dan kegiatan non-pertanian.

Page 2 of 8
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012

8.3. Definisi Resiko dan Ketidakpastian


1. Resiko (Risk)
Resiko didefinisikan sebagai situasi dimana probabilitas even-even
(kejadian) yang mempengaruhi hasil pengambilan keputusan telah diketahui.
Sebagai catatan bahwa, probability berarti frekuensi yang diharapkan terjadi dari
sebuah kejadian atau sekumpulan kejadian (jumlah seluruh kemungkinannya
adalah sebesar satu. Dengan demikian resiko merupakan suatu hal yang obyektif
dengan asumsi ketersediaan cukup informasi; dalam prakteknya “informasi” tidak
semata-mata menunjuk pada pengetahuan atau keserbatahuan seseorang atas
kejadian tertentu melainkan lebih pada derajat personal pengambilan keputusan
atau dengan kata lain seberapa besar kepercayaan orang tersebut pada setiap
peluang yang mungkin terjadi, Hingga batas ini resiko bergeser dari sudut
pandang obyektif menjadi subyektif. Namun demikian bagaimana analisis resiko
masuk dalam lingkup keputusan-keputusan ekonomi dapat dijelaskan sebagai
seluruh mekanisme yang digunakan petani untuk membuat keputusan-keputusan
berkenaan dengan kejadian ketidakpastian (uncertain events).

2. Ketidakpastian (Uncertainty)
Ketidakpastian tidak berkaitan dengan peluang-peluang (probabilities)
ataupun ketidakadaan (absence). Ketidakpastian merupakan deskripsi karakter
dan lingkungan ekonomi yang dihadapi rumah tangga petani dimana lingkungan
tersebut mengandung beragam ketidakpastian yang direspon oleh petani
berdasarkan kepercayaan subyektif mereka.

8.4. Analisis Perilaku Resiko


Ada dua pendekatan yang berbeda terhadap probabilitas subyektif, sebagai
berikut:
1. Perlakuan terhadap probabilitas-risk sebagai variance dari rata-rata hasil yang
diharapkan atas munculnya even-even tak pasti. Varian merupakan konsep
statistik yang mengukur deviasi rata-rata suatu figure set dari rata-ratanya.
Dalam pendekatan produksi pertanian resiko dipandang sebagai probabilitas
terjadinya even-even yang menyebabkan fluktuasi pendapatan petani di atas
atau di bawah rata-rata income yang diharapkan (average expected income).
2. Pendekatan kedua memperlakukan resiko sebagai probabilitas bencana.
Pendekatan ini menggunakan perspektif yang sama dengan perusahaan
asuransi dalam analisis resiko. Situasi dan perilaku rumah tangga petani
dalam pendekatan ini difokuskan untuk menghindarkan resiko atau bencana
daripada tujuan-tujuan maksimisasi keuntungan dibawah kondisi
ketidakpastian (uncertainty).
Implikasi analisis resiko dalam model neoklasik digambarkan sebagai berikut:

Page 3 of 8
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012

a
TVP1
f

Total Nilai Produk Y


c
E(TVP)
b
d h TFC

(Rp)
e i
j TVP2

0 X2 XE X1
Input pupuk X

Gambar 8.1. Keputusan Produksi di Bawah Resiko

Keterangan:Gambar 5.1 mengilustrasikan 3 kurva respon yang berbeda dari


output terhadap satu input variabel (pupuk nitrogen) dalam “value terms”,
sehingga dapat diperoleh gambaran profit dan kerugian. Gambar tersebut
didesain untuk mengeksplorasi pendekatan varian income dan penolakan resiko.
Resiko dalam ilustrasi diatas adalah uncertainty berkenaan dengan iklim (atau
cuaca) dengan dua even yaitu cuaca baik atau buruk yang dapat dilihat dari
hubungan pola curah hujan dengan kebutuhan tanaman akan air.

 TVP1 = Respon total value product terhadap peningkatan level nitrogen pada
tahun tanam dengan iklim baik.
 TVP2 = Respon total value product terhadap peningkatan level nitrogen pada
tahun tanam dengan iklim baik.
 E(TVP)= Expected Total Value Product berdasarkan pandangan subyektif
petani mengenai prilaku musim.
Dalam gambar 5.1 di atas petani memperkirakan 3 tahun cuaca baik dan dua
tahun cuaca buruk untuk 5 tahun tanam, dengan demikian probability untuk
musim yang baik (probability of good season) adalah 0,60 dan probability untuk
musim yang buruk (probability of bad season) sebesar 0,40. Dengan demikian E
(TVP) dapat dihitung sbb:
E (TVP) = 0,60 (TVP1) + 0,40 (TVP2) = 1

Bentuk kurva mencerminkan dampak kondisi iklim pada respon ouput atas
kebutuhan pupuk nitrogen. Adapun Total Factor Cost (TFC) merupakan garis
biaya total (Total cost line) yang menunjukkan bagaimana biaya produksi total
meningkat seiring bertambahnya pembelian input pupuk N. Dampak resiko pada
kalkulasi efisiensi dapat dilihat pada tiga alternatif posisi operasi X1, E dan X2
yang masing-masing rasional secara alokatif, tergantung pada preferensi
subyektif petani.

Pendekatan Varian Income

a. Pemakaian input X1
Pemakaian input X1 yang konsisten dengan efisiensi alokatif pada TVP1
memberikan tingkat keuntungan terbesar pada ab yang mungkin dicapai
Page 4 of 8
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012
jika cuaca baik; jika ternyata cuaca buruk, nilai kerugian yang ditanggung
sebesar bj. Petani yang beroperasi di titik ini dapat digolongkan pengambil
resiko (risk taker) sebab ia tetap mengambil peluang operasi pada X1
meskipun secara subyektif kalkulasinya menyatakan probabilitas 0,6.

b. Pemakaian input X2
Penggunaan input X2 konsisten dengan efisiensi alokatif pada TVP2. Pada
kondisi ini jika cuaca baik petani memperoleh keuntungan sebesar ce; dan
jika cuaca buruk petani masih untung de. Petani ini dapat digolongkan
sebagai kelompok “Risk Averse”.

c. Pemakaian input XE
Kondisi ini konsisten dengan efisiensi alokatif yang berimbang pada 2
probabilitas even iklim. Pada TVP1 keuntungan yang diperoleh sebesar fh
(lebih kecil dari ab) dan pada TVP2 kerugian yang ditanggung sebesar hi
(lebih kecil dari bj), kelompok petani yang beroperasi pada titik ini dapat
digolongkan sebagai kelompok “Risk neutral”.

Pendekatan disaster-avoidance

Disaster avoidance dalam istilah lain dikenal sebagai the safety first
principle atau meminjam istilah Lipton (1968) survival alogarithm of peasant
farmer menyatakan bahwa petani cenderung berperilaku “Risk-averse” sebab
resiko yang mereka hadapi jika terjadi gagal panen adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan keluarga bahkan pada level subsisten. Pada gambar tersebut di atas,
petani akan beroperasi pada X2.

Konsekuensi perilaku “Risk aversion” dalam penggunaan resources optimal


digambarkan pada gambar berikut:
Nilai Produk Marginal dan Biaya

MVPE A
Marginal (Rp)

MFC MFC

E(MVP)

X2 XE MVP2
0
Input pupuk X 1

Gambar 8.2. Nilai Produk Marginal di Bawah Resiko

Sebagai konsekuensinya expected marginal value product (MVPE), yaitu titik A


pada kurva E (MVP), berada di atas marginal cost, dimana level optimum
penggunaan input tidak diikuti dan keuntungan tidak dimaksimalkan. Pada
perilaku risk averse MVP > MFC.

Page 5 of 8
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012

8.5. Kajian Tentang Perilaku Petani Gurem menghadapi Resiko dan


Ketidakpastian
Ketidakpastian memberikan dampak terhadap perilaku ekonomi rumah
tangga petani. Ruang lingkup penelitian empirik yang relevan mencakup
identifikasi apakah petani menolak resiko dan pada keadaan bagaimana mereka
menolak resiko, dampak resiko pada efisiensi dan pertumbuhan sektor pertanian,
sumber utama resiko dan bagaimana upaya-upaya untuk menekan efek resiko
tersebut.
Beberapa proposisi riset utama:
1. Peasant risk averse (PRA), menyebabkan inefisiensi penggunaan sumberdaya
MVP > factor prices
2. PRA menyebabkan desain pola tanam hanya ditujukan untuk meningkatkan
ketahanan pangan subsisten dan bukan maksimasi output dan atau profit.
3. PRA menghambat proses difusi dan adopsi inovasi, dimana karakteristik resiko
diartikan sebagai kesenjangan informasi.
4. PRA akan menurun sejalan dengan meningkatnya income.
Dengan demikian salah satu strategi manajemen resiko adalah Mixed
Cropping. Penelitian Norman (1974) memaparkan beberapa keunggulan mixed
cropping, sebagaimana berikut:
1. Pemanfaatan cahaya, air dan nutrien yang superior berkenaan dengan
perbedaan jarak tanam, tinggi dan kebutuhan akan nutrien setiap komoditi.
2. Efek yang menguntungkan (simbiosis mutualisma) antar tanaman.
3. Mereduksi serangan hama penyakit karena penyebarannya pada populasi
tanaman yang sejenis terhambat.
4. Melindungi kelembaban tanah (mulsa daun dan sistem perakaran yang
bervariasi dalam 1 lahan).
5. Menghemat kebutuhan tenaga kerja.
6. Memperkuat ketahanan pangan
7. Perolehan yang lebih tinggi secara umum.
8. Menjamin keamanan pangan dan pendapatan rumah tangga.

8.6. Aspek Kebijakan


Teori perilaku petani gurem yang cenderung menolak resiko dan treori
perilaku maksimasi profit erat kaitannya dengan intervensi pemerintah yang
betujuan menekan dampak resiko atas produktivitas dan pertumbuhan pertanian.
Upaya kebijakan yang ditempuh adalah menggeser imperfeksi pasar ke arah
model persaingan. Sedangkan implikasi alternatif kebijakan terhadap “risk
aversion” dikategorikan menjadi:
1. Natural Hazard (kendala alamiah)
a. Irigasi: merupakan upaya menekan ketidakpastian alam khususnya
variabilitas curah hujan, yaitu dengan: cadangan air dan kontrol banjir.
b. (Crop insurance) Asuransi Usahatani: Petani selaku klien membayar premi
resiko, namun demikian hal ini sulit diterapkan karena fluktuasi yang tinggi
dan area operasi yang sangat luas.
c. Varietas unggul.
2. Market risks (resiko pasar)
a. Stabilisasi harga: yaitu penetapan harga untuk mengatasi kelangkaan dan
atau over supply.
b. Meningkatkan akses informasi
c. Subsidi kredit.
3. Social and State Hazard

Page 6 of 8
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012
a. No single policy solution. Diperlukan solusi yang dimensional dengan beragam
pendekatan
b. Politics involved. Solusi yang ditempuh seringkali sarat muatan politik
c. Relationships between landlord-peasant, ketidakseimbangan pola hubungan
dalam kaitannya dengan akses lahan ditengarai merupakan penyebab
kemiskinan pada kelompok petani gurem.
d. Diperlukan keterlibatan politis yang cukup besar untuk dapat memperbaiki
kondisi kesejahteraan petani gurem di masa mendatang.

8.7. Jangkauan Perspektif dan Ringkasan Materi


Teori risk averse peasant mengasumsikan rumah tangga petani sebagai
unit optimasi ekonomi individual. Aspek resiko dan ketidakpastian yang
berkenaan dengan hubungan sosial produksi petani seringkali diabaikan, padahal
dalam rumah tangga petani terdapat tarnsaksi non pasar yang merupakan moral
ekonomi dari masyarakat petani. Selanjutnya paradigma analisis akan bias sebab
meluasnya ekonomi pasar, akan memaksa petani berhadapan dengan resiko baru
yang mengikis interaksi sosial non pasar sedemikian sehingga ketahanan
subsistensi menurun dan tekanan persaingan meningkat. Dampak diabaikannya
unsur ketidakpastian dalam rumahtangga seperti sub ordinasi wanita ataupun
yang lainnya menyebabkan bias dalam analisis resiko.
Terdapat empat kategori utama ketidakpastian:
a. Kendala alamiah (Natural Hazard)
b. Fluktuasi Pasar
c. ketidakpastian ( uncertainty) akibat hubungan sosial
d. Uncertainty akibat perang dan kondisi negara
Uncertaity berbeda dengan resiko.Perilaku penolakan resiko (risk aversion),
netralitas resiko dan pengambilan resiko didefinisikan dari referensi preferensi
subyektif atau certain-uncertain.Menghindari resiko menyebabkan penggunaan
input tidak efisien, dimana E(MVP) lebih besar dari MFC. Kebijakan yang
dianjurkan di bawah kondisi tingginya resiko dan ketidakpastian usahatani adalah
irigasi, asuransi usahatani, teknik pembibitan, stabilisasi harga produk,
mengembangkan informasi pasar dan pemberian kredit kepada petani gurem.
Isu-isu yang lebih luas mencakup pengukuran determinan non pasar, mekanisme
keamanan sosial, dampak hubungan antar dan intra rumahtangga serta isu-isu
ketidakadilan.

TUGAS DAN LATIHAN SOAL


1. Diskusikan hipotesis kembar perilaku petani gurem dalam merespon resiko
dan ketidakpastian. Cari contoh-contoh kasus yang relevan untuk mendukung
deskripsi yang akan Anda susun secara berkelompok
2. Berdasarkan hasil diskusi kelompok Anda, bangun argumentasi yang relevan
tentang implikasi kebijakan yang dapat menjadi solusi alternatif atas
permasalahan tingginya resiko dan ketidakpastian usahatani.
3. Carilah contoh yang relevan tentang pengaruh preferensi petani terhadap
resiko dengan kelambanan petani dalam mengadopsi suatu inovasi.
4. Jika kelompok Anda diberikan kesempatan untuk melakukan penyuluhan,
bagaimana rancangan penyuluhan yang dapat menjawab kebutuhan petani
dalam konteks kasus yang telah Anda diskusikan pada poin 1 dan 2.

REFERENSI
Page 7 of 8
Mata Kuliah / MateriKuliah Brawijaya University 2012
Debertin, D.L., 1996, Agricultural Production Economics, Macmillan Publishing Company,
New York
Ellis, Frank., 1989,Peasant Economics: Farm Household and Agrarian Development.
Samuelson, P.A., 1970, A Foundation of Economics Analysis, Atheneum, New York

RANCANGAN TUGAS
Tujuan Tugas :
Menjelaskan kembali definisi dan memahami konsep teoritis bahan kajian pada modul.
Uraian Tugas:
1. Obyek garapan: tugas dan latihan soal pada modul 8
2. Batasan tugas:
a. Tugas yang diberikan pada modul 8 adalah tugas kelompok dikumpulkan dalam
waktu satu minggu melalui e-learning
b. Mahasiswa diperkenankan mendiskusikan jawaban tugas dengan anggota
kelompok yang lain
c. Mahasiswa diwajibkan menghimpun seluruh materi perkuliahan baik print out
modul, hand out, catatan kuliah dan tugas-tugas yang diberikan selama satu
semester
d. Menghimpun dan mengelola informasi dalam urutan yang logik dan mengelola
informasi agar dapat menjadi sumber pembelajaran yang baik adalah salah satu
learning skill yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu seluruh materi
belajar yang telah dihimpun akan dievaluasi oleh tim dosen sebagai indikator
proses belajar Anda.
3. Metodologi dan acuan tugas:
a. Tugas kelompok dalam bentuk paper diketik dengan margin kiri dan kanan masing-
masing 3 cm. Tuliskan nama anggota kelompok, kelas dan NIM pada halaman
cover. Berikan nomor halaman pada lembar kerja Anda di sudut kanan bawah.
Jangan lupa menuliskan keterangan tugas yang Anda kerjakan dan pengerjaan
harus berurutan dari tugas nomor 1,2 dan seterusnya.
b. Tugas individu dikumpulkan tiap minggu, pengaturan jadual pengumpulan tugas
diumumkan secara online pada e-learning
4. Keluaran tugas: satu dokumen tugas kelompok yang diupload dalam format PDF
dan satu file ppt untuk presentasi kelas yang juga di upload dalam format PDF.
Kriteria Penilaian:
1. Kejelasan dan kelengkapan penguasaan konsep-konsep utama modul 8.
2. Kemampuan mengomunikasikan gagasan kreatif dan partisipasi pada diskusi
online
3. Dinamika kelompok dalam presentasi di kelas yang dipandu oleh asisten

Page 8 of 8

Anda mungkin juga menyukai