Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Risiko dalam Agribisnis

Prof. Dr. Ir. Djoko Koestiono, SU. dan Andrean Eka Hardana, SP.,MP.,MBA
Lab of Productions and Operations Management of Agribusiness,
Faculty of Agriculture, University of Brawisjaya
Email: djokokoestiono@gmail.com

a. Risiko dalam b. Mengelola Risiko MODUL


Agribisnis dalam Agribisnis
TUJUAN

11
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan:
1. Mampu mengetahui dan memahami risiko dalam agribisnis
2. Mampu mengetahui dan memahami mengelola risiko dalam agribisnis

1. Risiko dalam Agribisnis


Penanggungan unsur risiko merupakan salah satu unsur biayaatau
penyedot biaya yang sulit diperkirakan besarnya dalam aktivitas bisnis,

PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS


baik risiko penurunan produksi maupun risiko penurunan dalam nilai
prodk atau pendapatan bersih usaha bisnis. Risiko penurunan produksi
pertanian dapat disebabkan oleh bencana alam (banjir, topan, dan
gempa bumi)dan bencana lainnya (Kebakaran, serangan hama, dan
penyakit tanaman, pencurian, keslahan dalam menerapkan teknik budi
daya). Risiko penurunan dalam nilai terjadi karena penurunan mutu,
perubahan harga, yang disebabkan oleh perubahan preferensi, cita-cita,
dan selera konsumen, perubahan kondisi pasokan, dan perubahan
kondisi perekonomian secara umum.
Dalam agribisnis, para pelaku dapat menghadapi berbagai risiko,
seperti risiko produksi (Seperti penurunan volume dan mutu produk),
risiko pemilihan, risiko keuangan dan pembiayaan. Resiko kerugian
karena kecelakaan, bencana alam,dan faktor alam lainnya, kerugian
karena perikatan. Serta kerugian karenahubungan tata kerja. Disamping
itu, risiko perubahan harga merupakan risiko yang seringkali menghantui
pikiran para pelaku dalam sistem agribisnis.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan menanggapi keresahan
petani di Karawang(akibat randahnya harga jual gabah) dengan
mengeluarkan berbagai kebijakan agar menjaga harga jual gabah petani
sesuai dengan harga dasar yang telah ditetapkan. Begitu juga pada saat
harga cengkeh jatuh, pemerintah untuk membuat kebijakan membentuk
BBPC yang bertugas untuk menstabilakan harga jual dipasar. Namun,
BPPC tidak berhasil memperbaiki harga jual para petani cengkeh, maka
kebijakan tersebut merupakan kebijakan gagal.
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
2. Mengelola Risiko dalam Agribisnis

Banyak upaya yang dpat dilakukan oleh pelaku dalam sistem agribisnis untuk
menstransfer risiko dan mengurangi dampak risiko dalam kelangsungan usahanya.
Risiko produksi secara fisik, kemungkinan merosotnya suatu produksi, secara dratis,
yang mungkin disebabkan oleh bencana alam, serangan hama dan penyakita tanaman,
kebakaran, dan lain-lain yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapat
ditanggung dengan membeli polis asuransi produksi pertanian. Penanggungan risiko
tersebut dialihkan kepada perusahaan jadi asuransi denan membayar premi nasuransi.
Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan
penerapan teknologi pasca panen yang tepat, dilain pihak risiko pasar dapat
ditanggulangi beberapa cara, yakni diversifikas, integrasi, vertikal, kontrak dimuka
(foward contrscting) pasar masa depan, pasar masa usaha pelindungan, dan opsi
pertanian.
a. Diversifikasi
Menurut Duft(1979), diversifikasi berarti tampil dalam berbagai jenis bentuk, Pada
umumnya diversifikasi berhubungan degan jenis produk atau jasa yang berbeda dalam
suatu penawaran bisnis. Melakukan diversifikasi juga berarati bergerak pada lini produk.
Diversifikasi .salah satu cara untuk mengeliminasi dampak negatif.atau resiko yang
dihadapi seorang pengusaha agribisnis. Bergerak ;pada beberapa lini usaha yang
berbeda memiliki risiko yang berbeda pula memungkinkan kerugian yang diderita
pengusaha pada suatu lini produk tertentu dapat ditutupi oleh lini produk lainnya.
Namun, diversifikasi menjadi tidak populer karena meningkatnya tekanan efisiensi,
sehingga spesialisasi pada suatu produk, yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif, menjadi suatu pilihan. Tekan dan perubahan dar ilingkungan dan teknologi
agribisnis menjadi suatu penyebab untuk meningkatnya tekanan spesialisasi dengan
upaya pencaapian economic of scale. Berspesialisai dalam satu atau sejumlah kecil
komoditas agribisnis yang diusahakan akan relatif lebih mudah mencapai kondisi
economic of scale dibanding bergerak pada bebrapa atau lebih banyak komoditas.
Spesialisasi juga merupakan tanggapan atas keinginan pasar, yakni produk-produk yang
dihasilkan harus memenuhi keinginan konsumen, terutama mutu dan harga produk.
Pettit dan Barghouti (1992) menyatakan bahwa isu diversifikasi dapat didekati pada
empat tingkatan, yakni tingkatan usah tani, regional, sektoral, dan intersektoral. Dengan
demikian diversifikasi memiliki dimensi yang luas yakni pada tingkatmikro, perusahaan
mempunyai alasan kuat untuk berspesialisasi dan di tingkatan yang lain, seperti
regional, sektoral, dan intersektoral, mungkin spesialisasi menjadi tantangan dan
peluang untuk mempromosikan keberhasilan pengembangan agribisnis, baik secara
regional, nasional, ,aupun secara sektoral dan intersektoral. Bahkan di bebrapa wilayah
regional juga mempunyai alasan yang kuat untuk melakukan spesialisasi pengembangan
produk tertentu,terutama produk yang meiliki peluang pasar domestik dan luar negeri
yang besar.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi upaya diversifikasi dalam
pengembangan agribisnis yakni :

Page 2 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
1) Kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan agribisnis, baik kebijakan
moneter maupun fiskal, serta peraturan perundanganlainnya pada semua tingkatan
dan bidang institusi serta para pelaku yang terlibat.
2) Ketersediaan input semua komoditas yang diusahakan, baik dari segi jumlah, variasi
jenis, dan mutu, serta kemudahan untuk mendapatkannya. Faktor yang menentukan
hal tersebut adalah sistem distribusi yang efektif dan efisiensi harus dibangun guna
memperlancar arus distribusi input-input sampai pada para pengguna.
3) Lembaga-lembaga pendukung yang mamapu memrankan fungsinya secra efektif
dan efisien, seperti koperasi, perbankan, lembaga pembiayaan, pemasaran,
penyuluhan, penelitian, pendidikan, sektor Iswasta, dan lain-lain yang mampu
memfasilitasi pelayanan yang handal atas berbagain produk dengan spesifikasi
pelayanan yang dibbutuhkan khas untuk masing-masing unti atau kelmpok produk
agribisnis.
4) Sarana dan prasarana pendukung, seperti transportasi, komunikasi, penerangan
listrik, pengairan dan lain-lain.
b. Integrasi vertikal
Integrasi vertikal pada dua atau lebih level dalam suatal dalam arti mikro adalah
suatu perusahaan yang, pada suatu komoditi, sedangkan dalam arti makro dimana
dua atau lebih perusahaan memiliki keterkaitan bisnis yang kuat dalam sistem
komoditas tertentu. Integrasi vertikal dapat berupa divesifikasi usaha dalam melakukan
sistem komoditas atau melakukan kerjasama yang kuat dengan pelaku bisnis lainnya
dalam komoditas yang dpaat menjamin terselenggaranya integrasi vertikal yang kokoh.
integrasi vertikal dapat menjamin risiko kekurangan bahan baku dalam industri
pengolahan, menjamin pemasaran produk, melindungi diri dari perilaku pesaing yang
dapat membahayakan kelanjutan usaha, melindungi diri dari permainan yang tidak adil
dari pelaku bisnis dari level yang lain di suatu komoditas.Namun integrassi vertikal
dnegan melakukan deversifikasi usaha dalam suatu sistem komoditas, terutama
komoditas pertanian, nampaknya kurang tepat dan memerlukan banyak investasi.
Dengan demikian integrasi vertikal dengan melaui keterkaitan bisnis antar perusahaan
menjadi suatu alternatif dengan beberapa keuntungan sebagai berikut.
1) Masing-masing perusahaan dapat berspesialisasi dengan bisnis tertentu sehingga
skala usaha ekonomis lebih mudah tercapai.
2) Masing-masing perusahaan dapat meningkatkat integritas manajemen dan bisnis
yang kuat sehingga lebih terkonsentrasi pada bisnis tertentu.
3) Masing-masing bisnis saling tergantung sehingga upaya untuk menjamin mutu dan
harga yang bersaing menjadi suatu keharusan.
4) Dengan skala usaha ekonomis, maka bisnis tersebut akan lebih mudah
mengembangkan usahanya.
5) Integrasi vertikal, dengan kemitraan juga akan menjamin ikatan yang kuat antar
perusahaan sehingga secara bersama-sama membangun sistem komoditas tersebut
dalam suatu integritas yang sangat efisien dan memiliki daya saing tinggi.
c. Penerapan teknologi
Penerapan teknologi dalam dunia usaha dapat mengurangi resiko tertentu yang
mungkin timbul. Resiko biaya produksi yang tinggi dapat ditekan dengan penggunaan
teknologi produksi yang tepat, produktivitas sumber daya akan meningkat yang pada

Page 3 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
gilirannya juga akan meningkatkan efisiensi sehingga produk yang dihasilkan dapat
bersaing di pasar. Pemakaian teknologi komputer, misalnya, dalam pengaturan
persediaan atau pengaturan pendistribusian produk akan mempercepat operasi usaha
sehingga peluang-peluang yang ada dapat diterobos dengan cepat. Begitu juga
penerapan teknologi komputer dalam informasi manajemen agribisnis, akan sangat
membantu manajer untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Dengan
demikian penerapan teknologi memeungkinkan mengurangi risiko dalm usaha. Dalam
agribisnis penerapan prinsip bioteknologi, khususnya rekayasa genetik dapat
meningkatkan produksivitas yang tinggi. Begitu juga pemakaian alat-alat elektronik dan
elektrik, menjadi salah satu sumber peningkatan produksivitas. Namun, pemakaian
teknologi memerlukan kecermatan pemilihan teknologi yanag tepat, baik dari segi
kapasitas maupaun dari segi jenis teknologinya.
d. Kontrak di muka
Kontrak di muka (forward contracting) adalah suatu proses persetujuan pengiriman
produk pada masa mendatang dengan harga yang telah ditetapan sekarang. Kontrak
dimuka lebih menjamin kepastian harga yang diterima oleh penjualan produsen pada
pengiriman nanti.Fluktuasi harga yang terjadi tidak mempengaruhi harga yang telah
disepakati pada saat persetujuan kontrak. Dalam mekanisme ini, penjual/produsen
berkewajiban mengirim produk pada waktu yang tercantum dalam akte kontrak di
muka yang telah disepakati dan pembeli harus menerima produk tersebut, kecuali jika
terjadi pelanggaran hal-hal yang telah disepakati pada saat penandatanganan kontrak.
Forward contracting dapat dilihat dalam contoh berikut :
“Pada bulan Mei 1995 seorang petani membuat persetujuan kontrak di muka untuk
menjual produk kacang tanah yang akan September seorang pedagang besar untuk
pada bulan harga Dalam tersebut telah disepakati siapa standar produk, cara kapan
waktu pengirimannya, diterima menanggung biaya pengiriman, syarat-syarat
pengiriman lainnya, syarat-syarat dan cara pembayarannya. Petani kacang tanah pada
bulan September harus mengirimkan kacang tanah kepada pedagang besar tersebut
sesuai dengan kesepakatan kontrak dan harus menerima harga sesuai dengan harga
kontrak walaupun harga di pasar lebih tinggi daripada harga kontrak tersebut. juga
pedagang besar menerima pengiriman kacang tanah kecuali ada pelanggaran
kesepakatan dapat mengajukan klaim. Pedagang besar harus membayar tingkat harga
sesuai dengan harga kontrak walaupun tingkat harga pasar lebih rendah daripada
tingkat harga kontrak tersebut. Dengan demikian, petani dan pedagang besar dapat
memperoleh keuntungan atau kerugian berdasarkan harga kontrak jika dibanding
tingkat harga pasar yang berlaku. Namun, karena tingkat harga telah ditetapkan pada
saat kontrak dibuat, maka kerugian atau keuntungan tersebut hanya bersifat teoretis
saja, yaitu hilangnya kesempatan yang lebih baik.”
e. Pasar Masa Depan
Pasar masa depan (future market) adalah suatu sistem pasar yang menyediakan
fasilitas untuk menanggapi perdagangan secara cepat dalam unit produk terstandarisasi
dalam mutu dan jumlah yang akan dikirim pada masa yang akan datang. Namun,
sebenarnya, future market tidak terkait dengan komoditas secara fisik karena yang
diperdagangkan hanya janji-janji berupa kontrak pengiriman komoditas pada tanggal
tertentu pada masa yang akan datang. Para pedagang dalam future market

Page 4 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
berspekulasi terhadap kemungkinan perubahan harga yang dapat menguntungkan
tindakan dan keputusan mereka. Dengan demikian keputusan-keputusan dan tindakan-
tindakan para pedagang dalam future market dapat dianggap sebagai keputusan dan
tindakan spekulasi yang menawarkan peluang keuntungan dan kerugian atas keputusan
yang diambil atau tindakan yang dilakukan, seperti dapat dilihat dalam contoh berikut.
"Pada bulan Mei, Darmawan menjual kontrak kapas bulan September sebanyak
1.000 kg dengan nilai kontrak Rp450,00/kg kepada Budiman.Hal ini berarti bahwa
Darmawan menjual janji untuk mengirim 1.000 kg kapas pada bulan September kepada
Budiman dan Budiman membeli janji untuk menerima kiriman kapas tersebut pada
bulan September nanti. Namun, pada bulan Juli, Darmawan mengamati kondisi
perubahan harga yang menguntungkan jika ia kapas bulan September itu. Berdasarkan
hasil Darmawan memutuskan membeli kembali kontrak dengan harga kontrak
Rp460,00/kg. Hal ini berarti kerugian sebesar Rp10,00/kg berdasarkan nilai lalu dan
memberikan keuntungan kepada Budiman Setelah beberapa hari membeli kembali
kontraknya, gejala yang sangat mungkin menurunkan harga ber sehingga dengan
segera menjual kembali kontrak ber tersebut dengan harga Rp455/kg kepada
Darmawan berani menanggung kerugian sebesar menghindari kerugian yang lebih
besar yang diperkirakan dari harga yang diramalkan pada merosot sampai
Rp415,00/kg. Cecep yang membeli September tersebut, pada pertengahan Juli,
menahan tidak menawarkanya kepada pihak lain sampai baik. Menjelang akhir Agustus,
tiba-tiba harga Rp475,00/kg, maka Cecep segera menjualnya bulan Mei sampai
September, ketiga pedagang Darmawan, Budiman, dan Cecep, nampak menerima
berbeda keputusan dan tindakan spekulasinya. Ada yang untung dan ada yang rugi”
Contoh di atas menggambarkan secara singkat bagaimanmekanisme operasi future
market yang penuh dengan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan spekulasi.
Hanya pedagang yang lihai melihat peluang dan tepat memperkirakan kemungkinan
besarnya perubahan harga yang dapat memperoleh keberuntungan di samping
pedagang yang memang bernasib baik. Namun demikian, future market bukan hanya
sekedar spekulasi atau mengadu untung, tetapi sangat besar manfaatnya jika
digabungkan dengan pasar tunai (cash market) di mana secara fisik komoditas yang
diperdagangkan benar-benar berada di tangan. Penggabungan future market dan cash
market ada yang dikenal denganusaha perlindungan (hedging) danada yang dikenal
donmon ontion keduanya digunakan untuk mentransfer risiko.
f. Usaha Perlindungan
Usaha perlindungan (hedging) adalah suatu upaya perlindungan risiko transaksi dalam
cash market dengan forward contracting yang menggunakan future market dan
mengambil posisi yang sma besar, tetapi berlawan pada cash market dan future market
secara stersebut terdiri atas dua tipe, yaitu sebagai berikut :
1) The Selling Hedge
The Selling hedge adalah suatu tipe hedge yang digunakan oleh orang atau lembaga
yang memiliki atau menyimpan sejumlah komoditas untuk mengalihkan risiko
kemungkinan harga dengan menjual future contract melalui future market Tipe ini
dapat dilakukan oleh petani, pedagang perantara, dan industri pengolahan.
2) The Buying Hedge

Page 5 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
The buying hedge adalah suatu tipe hedge yang dapat digunakan oleh orang atau
lembaga yang ingin membeli komoditas tertentu untuk penggunaan pada masa yang
akan datang dengan jalan membeli future contract (FC) melalui future market untuk
memperoteksi posisinya dalam cash market dalam menghadapi kemungkinan
meningkatnya harga komoditas tersebut Tipe ini dapat dilakukan oleh para pedagang
pern dan industri pengolahan.
Hedging adalah sarana untuk menstransfer resiko dan memupuk keuntungan.
Berikut ini diuraikan mengenai bagaimana hedge digunakan sebagai storage hedge dan
the preharvest hedge.
The storage hedge mempunyai dua tujuan, yakni untuk melindungi perusahaan
menghadapi gerakan cash price yang merugikan dan membantu perusahaan dalam
menutupi carrying charges, seperti biaya penyimpanan, beban bunga, dan yang timbul
akibat dan persediaan dalam waktu yang relatif lama. Hedge ini didasarkan pada
harapan bahwa basis komoditas yang disimpan akan mengecil sejalan dengan semakin
dekatnya kontrak jatuh tempo. Proses hedge ini dapat dilihat dalam contoh berikut.
"Perusahaan Dagang PD) Pelita Harapan, suatu usaha perdagangan komoditas
pertanian, ingin membeli sejumlah kedelai pada bulan Novem ber 1996 dengan harga
tunai Rp1.500 /kg untuk disimpan kemudian PD. Pelita dipasarkan pada saat harga
tunai menguntungkan. Pemilik Harapan memperkirakan bahwa harga tunai pada bulan
Juni 1997 hanya hanya Rp. 1.750,./kg dan biaya penyimpanan selama periode
november 1996 Juni 1997 diperkirakan sebesar hanya sebesar Rp 275,-/kg keuntungan
dari pasar tunai diperkirakan hanya sebesar Rp.250,./kg sehingga PD, Pelita Harapan
memperkirakan akan menderita kerugian sebesar Rp 25.,/kg. Untuk menghindari
kerugian tersebut, maka disusun tabel Hedge, dengan harga harga sesuai dengan
perkiraannya. (Tabel 1)."

Tabel 1. Ilustrasi Bagaimana Hedge Digunakan dalam Perlindungan penyimpanan


Tanggal Cash market Futures market Basis
Menjual Juli-
Membeli kedelai Future
1 November 1996 Rp 400,-
Rp 1.500,./kg Contract Kedelai
@Rp 1.900,.
Menjual Kedelai Membeli Juli-FC
01 juli 1997 Rp 100,-
@Rp1.750,- Kedelai Rp 1.850,-
Gain/loss + Rp. 250,- + Rp. 50, Rp. 300,-

Harga jual tunai 10 januari 1997 = Rp. 1.750,-


Gain dan FC = Rp. 50,-
Total penerimaan = Rp. 1.800.-
Harga beli tunai 1 november 1996 = Rp. 1.500,-
Return to storage = Rp. 300,-

“Berdasarkan kondisi pada tabel 1, perusahaan melihat bahwa ada kemungkinan untuk
menutupi biaya penyimpanan sebesar Rp275,-/kg selisih sebesar Rp 300,./kg dan
bahkan masih tersisa sebagai keuntungan sebesar Rp25,-/kg. Dengan demikian,
Page 6 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
perusahaan memutuskan untuk mengambil posisi menjual Juli-FC Kedelai pada tanggal
1 november 1996 dan membelinya kembali pada tanggal 1 Juni 1997, dengan harapan
akan mendapatkan return storage sebesar Rp300,./kg (Rp 275./kg, untuk menutupi
biaya penyimpanan dan sisanya sebesar Rp 25,./kg sebagai keuntungan per
kilogramnya)."
Berdasarkan contoh di atas dapat dilihat bahwa keberadaan futures market membantu
PD. Pelita Harapan dalam menutupi biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan selama
periode penyimpanan tersebut dan bahkan masih tetap memperoleh keuntungan.
Di lain pihak, penggunaan hedge dalam the preharvest hedge dalam the pre harvest
hedge oleh petani memerlukan pengetahuan dan pengalaman bagi petani mengenai
kecenderungan local harvest basis, yaitu perbedaan antaraharga tunai lokal dan harga
kemudian (future price). Untuk menstabilkan pendapatan petani akibat perkiraan
jatuhbya harga tunai komoditas pada saat panen nanti di bawah harga tunai yang
diestimasi, maka petani menyusun the pre harvest hedge (Tabel 2)

Tabel 2
Ilustrasi bagaimana hedge digunakan dalam perlindungan pre harvest
Tanggal Cash market Futures market Basis
Menanam kedelai dan Menjual Des.-FC
Kedelai @ Rp.
01 Maret 1996 estimasi harga tunai 1850,- Rp 100,-
November Rp 1.750,-
/kg
Panen kedelai dan Membeli Des-FC
Kedelai
01 november 1966 menjualnya dengan Rp 1.725,- Rp 100,-
harga tunai @ Rp.
1.625,-
Loss/gain + Rp. 125,-

Harga jual tunai 1 november 1996 = Rp. 1.625


Gain dan FC = Rp. 125,-
Total penerimaan = Rp. 1.750.-
Estimasi harga tunai 1 maret 1996 = Rp. 1.750,-
Pada tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa pada tanggal 11 maret 1996, petani mulai
menanam kedelai dan melakukan estimasi haraga tunai bulan november 1996 sebesar
Rp 1.750,./kg .Namun demikian, perkiraan petani tersebut tidak selalu pasti, bahkan
dapat jauh lebih rendah dari perkiraan semula. Oleh karena itu, petani kedelai tersebut
dapat menggunakan hedge dengan mengambil posisi menjual Desbemer-FC Kedelai
seharga Rp1.850,-/kg dan membeli kembali seharga Rp1.725,-/kg pada tanggal 1
November 1996 sebelum habi smasa kontraknya. Dengan demikian, petani kedelai
memperoleh futures gain sebesar Rp125,-/kg. Walaupun harga tunai yang diterima
petani pada tanggal 1 November 1996 sebesar Rp1.625,-/kg, dengan selisih kg di bawah
perkiraan semula, tetapi dengan keputusan yang tepat oleh petani untuk menggunakan
Page 7 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
hedge, maka selisih harga tersebut tetap akan diterima oleh petani sehingga sesuai
dengani total penerimaan yang telah diestimasi sebelumnya. Kasus ini menunujukkan
bahwa kelihaian petani untuk menggunankan hedge pada saat yang tepat
memungkinkan untuk mentransfer resiko dan memupuk keuntungan.
g. Pasar opsi
Penerapan konsep hedging untuk tujuan proteksi telah dapat menghilangkan
kekhawatiran tentang risiko pergerakan harga yang dapat merugikan. Namun,disisi lain
membatasi kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari kemungkinan pergerakan
harga yang menguntungkan. Jika terjadi pergerakan harga yang menguntungkan, maka
ada tiga kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memupuk keuntungan, yaitu sebagai
berikut.
1) Memilih untuk tidak menggunakan hedge sampai harga mulai bergerak ke arah yang
dianggap dapat merugikan.
2) Memilih untuk menggunakan hedge, tetapi harus melihat arah pergerakan harga dan
jika harga cenderung bergerak ke arah yang dapat memberikan peluang
keuntungan,maka dengan segera hedge tersebut dicabut.
3) Memilih untuk menggunakan pasar opsi (options market). Alternatif pertama dan
kedua mengandung risiko dan mahal jika tidak dilakukan dengan tepat. Untuk
menghindari risik dan biaya yang besar karena kemungkinan terjadinya kesalahan
proyeksi mengenai arah pergerakan harga, maka dapat digunakan alternatif ketiga,
yaitu options market. Options market memberikan hak kepada pembeli opsi untuk
memilih posisi sebagai pembeli, penjual future contract (FC), atau tidak memilih
sama sekali, tetapi bukan merupakan kewajiban. Pembeli opsi tersebut dapat
membeli atau menjual future contract pada waktu tertentu, pada masa yang akan
datang, untuk suatu tingkat harga yang telah disepakati (strike price) pada saat opsi
dibeli.
Penggunaan option market memerlukan kecermatan dalam memprediksi pergerakan
harga, misalnya, seorang petani menyimpan komoditas kedelai dengan perkiraan harga
yang diamati seperti dalam Tabel 3. Petani memperkirakan bahwa baik harga tunai
maupun futures price akan jatuh secara bersamaan, yakni harga tunai diperkirakan
jatuh dari Rp1.800,-/kg menjadi Rp1.320,-/kg dan future price diperkirakan jatuh dari
Rp2.000,-/kg menjadi Rp1.520,-/kg. Dengan demikian, petani tersebut memutuskan
untuk membeli put-option (hak untuk menjual FC) pada tanggal 1 November 1996 pada
strike harga Rp2.000,-/kg dengan premium sebesar Rp8 Perkiraan jatuhnya harga
benar-benar terjadi sehingga put-option dijual kembali pada strike harga Rp2.000,-/kg
dengan premium Rp160,-/kg. Dengan demikian, petani tersebut memperoleh gain dari
premium sebesar Rp80,-/kg.

Page 8 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018
Tabel 3. Ilustrasi Bagaimana Opsi Digunakan pada Perkiraan Harga Tunai dan Harga
Masa Deapan Akan Turun Secara Bersamaan
Futures
Cash market market Basis
Membeli put-option dengan
Rp. 1800,-/kg Rp. 2000,- strike price Rp. 2000,-
premium Rp. 80,-
Menjual kedelai Membeli put-option dengan
Rp.1.320,- Rp. 1.520 strike price Rp. 2000,-
harga tunai Rp.
premium Rp. 160,-
1.625,-

Harga jual tunai 10 januari 1997 = Rp. 1.320,-


Gain dan premium = Rp. 80,-
Total penerimaan = Rp. 1.400.-

Kasus-kasus tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran singkat kepada


pembaca mengenai bagaimanagambaran mekanisme yang ada dalam commodity future
frading (CFT), apa manfaat dan kerugiannya, apakah benar penuh dengan spekulasi
siapa yang akan memenangkan permainan dan siapa yang akan kalah, serta bagaiaman
kalau petani tidak terjun langsung keCFT tetapi hanya sebagai produsen komoditas yang
diperdagangkan di CFT.
Berdasarkan uraian di atas, maka CFT bukanlah "obyek yang sederhana melainkan
sangat "komplek Oleh karena itu, diperlukan penelaahan dan analisis yang mendalam,
terutama yang berkaitan dengan analisis terhadap komponen-analisis terhadap
komponen komponennya, karakteristiknya, dan dampaknya (baik dampak positif
maupun dampak negatifnya), sehingga CFT di Indonesia dapat berjalan di atas rambu-
rambu dan aturan main yang dapat mengeliminasi dampak negatif yang mungkin
terjadi, baik terhadap dunia bisnis maupun masyarakat pada umumnya.
REFERENSI
George R. Terry, Dr. Winardi, SE, 2010. Asas-asas Manajemen :Bandung
Gumbira-Sa’id, E. dan A. Haritz Intan. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

James A.F. Stoner, Management, edisi kedua, Prentice/Hall International, Inc.,


Englewood Cliffs, New York, 1982.
Suryani, P dan Rahmadani, E. 2014. Manajemen Agribisnis. Aswaja Pressindo:
Togyakarta

Page 9 of 10
PENGANTAR MANAJEMEN AGRIBISNIS Universitas Brawijaya 2018

PROPAGASI
1. Berikan contoh kasus dalam mananggulangi risiko pasar melalui idiversifikas, integrasi,
vertikal, kontrak dimuka (foward contrscting) pasar masa depan, pasar masa usaha
pelindungan, dan opsi pertanian.pertanian!
2. Carilah artikel ilmiah yang membahas tentang manajemen risiko dalam agribisnis,
selanjutnya review secara mendalam !

Page 10 of 10

Anda mungkin juga menyukai