ABSTRACT
Several dmg-related problems potentially occur in children having antituberculostatic therapy, Polypharmacy and long
duration of therapy are risk factors. These can lead to multidrugs resistance, increasing cost of the therapy, and even an
adverse drug reaction can occurs. The roles of pharmacist on tuberculosis (TB) therapy in children is by resolving drug-
related problems, starting from identifying drug-related problems on the TB therapy in chlldren. Pharmacists have
responsibilities to Increase health quality of the TB children, and to achieve positive clinical outcome. This article aims to
review several drug-related problems that potentially occur on antituberculostatic therapy in chlldren
Peneiiti Puslitbang Sledern dan Kebijakan Kesehaten, Badan Litbangkes, Jalan PeroetekanNegara 29. Jakarta
Peran Sem Profesi Farrnasi (Uly Adhie Mulyani)
Seorang anak patut dicurigai terinfeksi TB apabila 4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak
memiliki sejarah kontak erat atau serumah dengan sakit biasanya multipel paling sering di daerah leher
penderita TB dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) ketiak dan lipatan paha (inguinaf),
positif,terdapat reaksi kemerahan yang cepat setelah 5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk
penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari) dan terdapat lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab
gejala-gejala umum TB. (Depkes, 2002) lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
Gejala TB pada anak terutama pada bayi sulit dada,
untuk diinterpretasi. namun perlu dicurigai apabila 6. Gejala-gejala dari saluran cema misalnya diare
muncul tanda atau gejala sebagai berikut (Depkes, berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan
2002): diare, benjolan (massa) di abdomen dan tanda-
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanda cairan dalam abdomen.
tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 TB pada anak dapat timbul gejala spesifik, tergantung
bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi pada organ mana yang terserang:
yang baik (failure to thrive), 1. Apabila timbul TB pada kulit, maka timbul
2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal skrofuloderma
tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) 2. Pada tulang dan sendi:
dengan adekuat, a. tulang punggung (spondilitis): timbul gibbust
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas b. tulang panggul: dapat terjadi pincang,
(bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas pembengkakandi pinggul
akut) dapat disertai keringat malam, c. tulang lutut: dapat terjadi pincang danlatau
bengkok
d. tulang kaki dan tangan
Sumber Paediatrics for Docton in Papua New Guinea. Shann 2003 (dengan adaptasi)
Bulelin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2 W : 10C-106
3. Pada otak dan syaraf: dapat menjadi meningitis PERMASALAHANYANG TERKAIT DENGAN
dengan gejala kaku kuduk, rnuntah dan kesadaran TERAPI OBAT
menurun.
Deflnisi
4. TB pada rnata: maka tirnbul konjungtivitis
Menurut Strand dkk (1990), yang dimaksud
fliktenularis, tuberkel koroid (hanyaterlihat dengan
dengan permasalahan yang terkait dengan terapi obat
funduskopi) (Drug RelatedProblemslDRP) adalah setiap kejadian
Diagnosis awal dan manajemen terapi yang tidak diinginkan yang diaiami oleh pasien yang
tuberkulosis pada kasus anak harus ditangani dengan
terkait atau diduga terkait dengan terapi obat, di mana
serius, karena penyakit ini dapat menimbulkan secara aktual atau berpotensi mengganggu hasilterapi
kecacatan dan kegagalan dalam tumbuh kembang
optimal yang diharapkan.
anak. Permasalahan yang terkait dengan terapi obat
Karena sulitnya untuk rnendiagnosa TB pada
terjadi setelah pasien mernperolehdan segera setelah
anak, Dr Keith Edwards dari University of Papua New dimulainya suatu terapi obat.
Guinea mengembangkan suatu daftar penilaian untuk
membantu diagnosa TB pada anak (Tabel 1). Dari Kategori
akumulasi nilai yang tertera pada daftar nilai tersebut S t r a n d dkk ( 1 9 9 0 ) m e n g e l o m p o k k a n
dapat diketahui apakah seorang anak rnenderita TB permasalahan yang terkait dengan terapi obat sebagai
atau tidak, jika jumlah nilainya 7 dan tidak ditemukan berikut:
tanda-tanda penyakit lain berarti pasien tersebut 1. Pasien mengalami kondisi rnedis yang
mengidap penyakit TB, rnaka pengobatan TB segera mernerlukan terapi obat tetapi tidak mendapatkan
dimulai. terapi . vanq
. - sesuai denqan . indikasi tersebut
(untreatedindications).
Terapi antltuberkulostatik pada anak Pasien mendapatkan terapi obat yang salah (wrong
Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak drvg/mproper drug selection).
berbeda dengan orang dewasa tetapi :ida beber;spa Pasien mernperoleh terapi obaf yang sesuai
ha1 yang memerlukan perhatian. yaitu ( 1) pernbelrian namun dosis yang diberikan di bawah dosis terapi
obat baik tahap intensif maupun tahap lanjutan
~ ~
lazirn (subtherapeuticdosage).
diberikan setiap hari, (2) dosis obat harus disesuaikan Pasien memperoleh terapi obat yang sesuai
dengan berat badan anak. Susunan paduan obat TB namun dosis yang diberikan rnelebihi dosis lazirn
anak pada tahap intensif terdiri dari lsoniazid (H),
(overdosage).
Rifampisin (R), dan Pirasinamid (Z), selama 2 bulan
Pasien mengala~ i obat yang tidak
diberikan setiap hari (2HRZ), sedangkan pada tahap diinginkan (adverserean~ons).
lanjutan terdiri dari lsonizid (H) dan Rifarnpiein Pasien mengalarni kondisi medis akibat terjadinya
(2) selarna 4 bulan diberikan setiap hari (4 H interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan,
Pernantauan kernajuan pengobatan pada anak dz pat atau obat dengan tes laboratorium (drug
dilihat dengan terjadinya perbaikan klinis, naiknva ,
interactions).
berat badan dan anak rnenjadi lebih aktii dibanding Pasien tidak rnendapatkan obat yang diresepkan
dengan sebelurn pengobatan (Depkes, 2002). (failure to receive drugs), yang diakibatkan
ketidakpatuhanpenggunaanobat (non-adherence)
Tabel 2. Jenis dan dosis obat TB pada anak
rnaupun akibat kesalahan distribusi maupun
Jenis obat BE < 10 kg BE 10-20 kg BB 20-32 administrasi obat.
lsoniazid 50 rng 100 mg 200 ms Pasien memperoleh terapi obat tidak sesuai
Rilampisin 75 mg 150 mg 300 rng
Pirasinamid 750 mg 300 mg 600 mg indikasi (drug use without indication).
-
Sumber: Pedoman Nasional Penanggulangan Tubarkuiosis,
Depkes RI XX)2
Peran Serta Profesi Farrnasi (Uly Adhie Mulyani)
Tabel 3. Reaksi yang tidak diinginkan yang dapat timbul akibat penggunaan obat TB pada anak
Sistem organ lsoniazid Pirasinamid Rifarnpisin
Sistem svaraf Euforia, demam, ataksia, Malaise, demam Lemah. Ataksia, demam,
sakit kepala, gangguan sakit kepala
kesadaran
Dermatologis Ruam, gatal-gatal Urtikaria, ruam. Ruam, gatal-gatal.
fotosensitivitas urtikaria
Endokrin dan Hiperglisemi, asidosis Gout, hiperurisemia -
metabolik metabolik
Gastrointestinal Mual, muntah, anoreksia Mual, muntah, diare,
stomatitis, anoreksia
Hematologi Agranulositosis, nemia, - Anemia hemolisis akut,
trombositopenia, leukopenia,
leuko~enia trombositopenia,
eosinophillia
Hepatitis, peningkatan Hepatotoksik (insiden Hepatitis, kolestatik,
kadar enzim liver rneningkat pada dosis > peningkatan enzim hati
transaminase 30 mglkglhari), jaundice
Neuromuskuler Neuropati perifer Athralgia Myalgia, atraksia,
dan skeletal kelemahan otot
Renal - Gagal ginjal, nefritis
intestisial
Reaksi hipersensitifitas - Flu-like syndrome,
perubahan warna
cairan tubuh (merah-
jingga)
Surnber: Pediatric Dosage Handbook, Edisi n 2002.
Untuk menanganiefeksamping ringandapat pula dapat disebabkan oleh terapi obat itu sendiri, faktor
diberikan pengobatan simptomatik. or83ng tua pasien, dan karena pasien itu sendiri.
Faktor r isiko ketidakpatuhaln pengguliaan obat
Ketldakptuhsn penggunaan obat
- .. .
vana olseoabkan oleh t e r a ~obar
, i
~.,~ ~, ..~
DerKalran dengan
~ ~
Ketidakpatuhan penggunaan Obat merupakan lama masa terapi, regimen terapi yang kompliks.
salah satu penyebab kegagalan terapi. mahalnya harga obat, ketidakmampuan pasien
Ketidakpatuhan penggunaan Obat pada anak-anak rnembeli &at, pemberian yang menyulitkan bahkan
Nyeri sendi Pirasinamid Diberi aspirin (10-1 5 mglkg setiap 4-6 jam):
parasetamol (10-15 mglkg setiap 6 jam)
Neuropati perter, kesemuta- ,,, ,"",,
1-niazid .
nib-1; lritamin B6 (piridoxin 1-2 mglkglhari)
-n""aa
Perubat air seni. ;air Rifampisin Beri periyuluhan dan edukasi kepada orang tua pasien
mata
"- T.,,.-.L.
Surnber Pedornan Narlullal r~l,~,,yyu,a,ly~ll, uMlnu,Ua,r, w~,,x~sRI 2002 (dengan rnodifikasi)
Peran Serta Profesi Farmasi (Uly Adhie Mulyani)
menimbulkan saki (misal injeksi), timbulnya ROTD. farmasi dalam ha1 farmakoterapi, penggunaan obat
atau mengganggu kegiatan sehari-hari. aman, rasional efektif dan efisien dengan tujuan
Regimen terapi TB pada anak terdiri dari tahap meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien.
intensif yaitu: isoniazid, rifampisin, dan pirasinamid, Asuhan kefarmasian merupakan proses kolaboratif
selama 2-3 bulan diberikan setiap hari. Terapi bersama dengan profesi kesehatan lainnya dalam
dilanjutkan dengan tahap lanjutan terdiri dari lsonizid merancang, mengimplementasikan serta memantau
dan Rifampisin selama 4 bulan diberikan setiap hari. terapi obat pasien agartercapai luaran terapi obat yang
Total pemberian obat TB adalah selama 6 bulan dan optimal. Dengan demikian terwujudlah fungsi utama
diminum setiap hari, dengan 2 hingga 3 kombinasi dari profesi farmasi yakni mengidentifikasi
obat. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpatuhan permasalahan yang timbul, kemudian menanganinya
karena lamanya terapi, regimen yang kompleks, dan secara tepat dan cepat serta mengupayakan
meningkatnyabiaya pengobatan. pencegahan timbulnya perrnasalahan yang terkait
Faktor risiko ketidakpatuhan yang disebabkan dengan terapi obat.
orang tua pasien merupakan akibat dari kurangnya Farmasis memiliki peran yang sangat penting
pemahaman terhadap penyakit, tujuan terapi, karena sebagai penyedia informasi tentang pengobatan TB
lupa aturan minum obat, ketidakpercayaan terhadap dan permasalahan yang timbul terkaa dengan terapi.
keberhasilan terapi, adanya anggapan yang salah Fanasis juga berperan penting sebagai penyediajasa
terhadap penyakit dan terapi obat, dan karena penyuluhan dan pendidikan, ha1 ini diperlukan untuk
kurangnya informasiserta dukungan emosional dalam memotivasi pasien dan keluarga pasien agar tercapai
keberhasilan terapi. Selain itu anggapan negatif orang luaran klinis yang positif dan diharapkan dapat
tua anak bahwa TB adalah penyakit desa, penyakit meningkatkan kualitas hidup pasien.
yang tidak bergengsi, penyakit yang memalukan, Untuk rnengatasi permasalahan dosis anak,
penyakit akibat kutukan, dsb; mempakan faktor risiko farmasis berperan dalam ha1 menentukan bentuk
terjadinya penolakan terhadap terapi sehingga sediaan yang sesuai bagi pasien anak. Farmasis di
kesembuhan sulit dicapai. apotek dapat meresepkan bentuk sediaan sirup yang
Anak-anak kurang dapat mengutarakan gejala lebih mudah diminum oleh pasien anak. Farmasisjuga
atau penyakit yang dialaminya, ha1 ini merupakan dapat berkomunikasi dengan dokter penulis resep
faktor risiko ketidakpatuhan yang berasal dari pasien mengenai bentuk sediaan yang tepat, regimen terapi
itu sendiri. Dalam ha1 ini orang tua berperan untuk yang tepat, penyesuaiandosis anak, serta penjelasan
memotivasi anak agar dapat menyampaikan mengenai aturan minum obat yang tepat.
keluhannya dengan bebas dan mendidik anak agar Untuk mengatasi permasalahan interaksi obat,
bertanggung jawab terhadap kesehatannya serta farmasis berperan untuk menyampaikan adanya
terapi obat yang dijalankannya. interaksi obat kepada dokter penuiis resep sehingga
dapat dilakukan penyesuaian aturan minum obat bagi
PERAN SERTA PROFESI FARMASI pasien. Kemudian memberikan penyuluhan kepada
orang tua pasien mengenai waktu minum obat yang
Tidak hanya dokter dan perawat yang tepat serta menghindari konsumsi makanan yang
bertanggung jawab untuk mencapai luaran klinik yang mengandungtiramin.
positif. Farmasis juga bertanggung jawab untuk Untuk mengatasi permasalahan terjadinya ROTD,
mencapai kesembuhan bagi pasien, mengurangi farmasis berperan untuk menyampaikan
gejala sakit, memperlambatlmencegah kemungkinan terjadinya ROTD kepada dokter
perkembangan penyakit, mencegah terjadinya sakit sebelum obat diberikan kepada pasien. Farmasis
atau timbulnya gejala suatu penyakit (Cipolle, 1998). dapat menyarankan dilakukannya pemantauan
Melalui konsep profesi kefarmasian terkini yakni laboratorium fungsi organ hati dan ginjal secara
asuhan kefarmasian, farmasis dituntut tanggung jawab berkala, sehingga apabila timbul hasil perneriksaan
yang besar dalam peningkatan kualitas hidup pasien yang abnormal dapat diatasi dengan segera. ROTD
dan untuk mencapai luaran klinik yang positif. Asuhan ringan seperti gangguan pada nafsu makan anak.
kefanasian adalah suatu tanggung jawab dari profesi mual, muntah, gatal-gatal,perubahan warna urin anak;
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2006: 100-106
perlu diinformasikan kepada orang tua pasien. Dalam menyebabkan tingginya biaya pengobatan TB pada
ha1 ini seorang farmasis dapat berperan memberikan anak, bahkan terjadi resistensi obat TB pada anak.
penyuluhan dan pendidikan kepada orang tua pasien, Untuk mengatasinya, farmasis hendaknya
sehingga terapi TB tidak putus ditengah jalan. berkerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
Penyuluhan dan pendidikan kepada orang tua pasien dalam merancang, mengimplementasikan serta
juga bermanfaat untuk memantau efeksamping yang memantau terapi obat pasien TB anak agar tercapai
timbul pada anak, karena anak-anak sukar luaran terapi obat yang optimal. Farmasis berperan
mengutarakan gejala dan penyakit yang terjadi pada penting dalam mengidentifikasimasalah yang timbul,
dirinya. Dengan menyampaikan informasi seputar kemudian menyelesaikannya secara tepat dan cepat,
terapi TB yang diperoleh anak serta efek samping yang serta mengupayakan pencegahan; sebagai penyedia
terjadi, dapat meningkatkan kualitas hidup anak dan informasi yang berkaitan dengan terapi obat dan
mencegah terjadinya kondlsi klinis yang permasalahan yang terkait dengan terapi. Farmasis
membahayakan pasien anak. juga berperan penting sebagai penyedia jasa
Untuk mengatasi ketidakpatuhanterapi TB, peran penyuluhan dan pendidikan, untukmemotivasi pasien
farmasis sangat penting dalam memberikan informasi dan keiuarga pasien agar tercapai luaran klinis yang
yang berkaitan dengan terapi TB, mernberikan positif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
.~envuluhan
. dan ~endidikankepada oranq tua pasien
TB mengenai cara minum bbat yang baik dan DAFTAR PUSTAKA
pemahaman akan tujuan terapi, memotivasi orang tua
untuk menyelesaikan serta mematuhi regimen terapi Azis S. Jakarta 1998. Studi Penanggulangan dan
Pengc)batan Pa?nyakit Tuberkulosis. Majalah
agar tercapai kesembuhan yang sempurna. Farmasis
Kesehatan Masyjsrakat Indonesia: XXVl (2): 93-97.
jugadapat membuatkan lembaran isian jadwal minum Cipolle RJ, !Wand LM, Morley PC. 1998. Pharmaceutical
obat yang diberikan kepada orang tua pasien, untuk care a,," r8aLc8Le.McGraw-Hill.
memperkecil risiko kegagalan terapi akibat Gharaibeh M N, Greenberg H E, Scott A W. 1998. Adverse
ketidakpatuhan. drug reactions: a review. Drug information J; (32):
Kerja sama dan komunikasi yang baik antara 323-338.
fanasis dengan dokter dan profesikesehatan lainnya, lrIdonesia. DEPKES RI. 2002. Pedoman nasional
serta dengan memberikan penyuluhandan pendidikan penarrgguiangan tuberkukosis. Cetakan ke-8.
kepada orang tua pasien dapat meminimalkan risiko Jakart,a.
Inuulleala. JEPKES RI. 2003. Pmfil kesehatan indonesia
L
.-:. F