Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by e-Journal Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan / National Institute of...

PERAN SERTA PROFESI FARMASI DALAM PERMASALAHAN YANG


TERKAIT DENGAN TERAPI OBAT TUBERKULOSIS PADA ANAK

Ully Adhle Mulyani.

ABSTRACT
Several dmg-related problems potentially occur in children having antituberculostatic therapy, Polypharmacy and long
duration of therapy are risk factors. These can lead to multidrugs resistance, increasing cost of the therapy, and even an
adverse drug reaction can occurs. The roles of pharmacist on tuberculosis (TB) therapy in children is by resolving drug-
related problems, starting from identifying drug-related problems on the TB therapy in chlldren. Pharmacists have
responsibilities to Increase health quality of the TB children, and to achieve positive clinical outcome. This article aims to
review several drug-related problems that potentially occur on antituberculostatic therapy in chlldren

Key words: drug-related problems, children, tuberculosis therapy

PENDAHULUAN Untuk meningkatkan kualitas hidup dan untuk


memperoleh luaran klinik yang positif bagi pasien TB.
Tuberkulosis yang lebih sering disingkat dengan
terutama pasien anak, diperlukan kerja sama yang
TB, merupakan penyakit yang endemik di Indonesia.
baik diantara profesi kesehatan.
Pada tahun 2003. TB merupakan penyakit terbanyak
Profesi farrnasi dalam penangananpermasalahan
nomor dua pada pasien rawat jalan dan penyakit
yang terkait dengan terapi ant~tuberkulostatikpada
terbanyak nomor enam pada pasien rawat inap di
anak diharapkan dapat berperan aktif dalam
Rumah Sakit Umum (RSU). Menurut Surkesnas tahun
membantu mengeliminasi masalah yang timbul
2001, TB menempati urutan ke-3 (9.4%) penyebab
selama penggunaan obat antituberkulostatik pada
kematian umum (Depkes, 2003).
pasien anak. Peran ini dapat diawali dengan
Tuberkulosis (TB) sering juga ditemukan pada
mengidentifikasi masalah yang timbul, kemudian
anak-anak. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan
menyelesaikannya secara tepat dan cepat, serta
oleh Centre of Desease Control and Preventions di
mengupayakan pencegahan. Tulisan ini mengulas
Amerika, pada tahun 2003 rata-rata kasus TB anak
berbagai permasalahan yang terkait dengan terapi
usia di bawah 14 tahun adalah 1,5 per 100.000.
antituberkulostatik pada anak dan peran farmasis
Umumnya terapi antituberkulostatik yang
dalam penanggulangannya.
diberikan Dada pasien anak sama dengan - .pasien
dewasa. ~ i d a h aobat
i antituberkulostatik pada pasien
dewasa dapat menimbulkan berbagai penasalahan TUBERKULOSIS PADA ANAK
yang cukup serius. Adanya polifarmasi, lama masa Diagnosis dan gejala penyakit TB pada anak
terapi pada pasien TB demikian juga ketidakpatuhan Diagnosis paling tepat untuk TB adalah dengan
penggunaan obat. merupakanfaktor risiko yang dapat ditemukannya kuman TB (Mycobacterium
menyebabkan berbagai permasalahan yang terkait tuberwlose) di sputum: Namun pada anak-anak ha1
dengan terapi obat. Akibatnya pasienTBtidak sembuh ini sulit dan jarang didapat terutama pada keadaan
bahkan terjadi resistensi obat, terjadi reaksi obat yang malnutrisi dan pengidap Human lmmunodef~ciency
tidak diinginkan yang membahayakan pasien. Virus (HIV) positif. Karena itu diagnosis TB anak
terutama pada pasien anak-anak. Selain itu, bila didasarkan gambaran klinis, foto rontgen dada, dan
ditinjau dari segi ekonomi kesehatan terjadi uji tuberkulin.
peningkatan biaya pengobatan yang menjadi
berlambahnyabeban pasien.

Peneiiti Puslitbang Sledern dan Kebijakan Kesehaten, Badan Litbangkes, Jalan PeroetekanNegara 29. Jakarta
Peran Sem Profesi Farrnasi (Uly Adhie Mulyani)

Seorang anak patut dicurigai terinfeksi TB apabila 4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak
memiliki sejarah kontak erat atau serumah dengan sakit biasanya multipel paling sering di daerah leher
penderita TB dengan Bakteri Tahan Asam (BTA) ketiak dan lipatan paha (inguinaf),
positif,terdapat reaksi kemerahan yang cepat setelah 5. Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk
penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari) dan terdapat lama lebih dari 30 hari (setelah disingkirkan sebab
gejala-gejala umum TB. (Depkes, 2002) lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
Gejala TB pada anak terutama pada bayi sulit dada,
untuk diinterpretasi. namun perlu dicurigai apabila 6. Gejala-gejala dari saluran cema misalnya diare
muncul tanda atau gejala sebagai berikut (Depkes, berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan
2002): diare, benjolan (massa) di abdomen dan tanda-
1. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanda cairan dalam abdomen.
tanpa sebab yang jelas dan tidak naik dalam 1 TB pada anak dapat timbul gejala spesifik, tergantung
bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi pada organ mana yang terserang:
yang baik (failure to thrive), 1. Apabila timbul TB pada kulit, maka timbul
2. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal skrofuloderma
tumbuh dan berat badan tidak naik (failure to thrive) 2. Pada tulang dan sendi:
dengan adekuat, a. tulang punggung (spondilitis): timbul gibbust
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas b. tulang panggul: dapat terjadi pincang,
(bukan tifus, malaria atau infeksi saluran nafas pembengkakandi pinggul
akut) dapat disertai keringat malam, c. tulang lutut: dapat terjadi pincang danlatau
bengkok
d. tulang kaki dan tangan

Tabel 1. Daftar penilaian untuk membantu diagnosis TB pada anak


Daftar Nilai TB pada Anak
Daflar nilai dasar - untuk setiap gejala berdasarkan nilai dan terlera dalam kotak:
Gejala 0 1 3 Nilai
Lama sakit Kurang dari 2 2 4 minggu Lebih dari 4 minggu
rninggu
Status nutrisi Lebih dari 80% 6040% Kurang dari 60%
Sejarah TB Tidak ada keluarga Dikatakan ada Ada keluarga dengan
pada keluarga yang TB keluarga yanq TB sputum ~ositifTBC

Sumber Paediatrics for Docton in Papua New Guinea. Shann 2003 (dengan adaptasi)
Bulelin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2 W : 10C-106

3. Pada otak dan syaraf: dapat menjadi meningitis PERMASALAHANYANG TERKAIT DENGAN
dengan gejala kaku kuduk, rnuntah dan kesadaran TERAPI OBAT
menurun.
Deflnisi
4. TB pada rnata: maka tirnbul konjungtivitis
Menurut Strand dkk (1990), yang dimaksud
fliktenularis, tuberkel koroid (hanyaterlihat dengan
dengan permasalahan yang terkait dengan terapi obat
funduskopi) (Drug RelatedProblemslDRP) adalah setiap kejadian
Diagnosis awal dan manajemen terapi yang tidak diinginkan yang diaiami oleh pasien yang
tuberkulosis pada kasus anak harus ditangani dengan
terkait atau diduga terkait dengan terapi obat, di mana
serius, karena penyakit ini dapat menimbulkan secara aktual atau berpotensi mengganggu hasilterapi
kecacatan dan kegagalan dalam tumbuh kembang
optimal yang diharapkan.
anak. Permasalahan yang terkait dengan terapi obat
Karena sulitnya untuk rnendiagnosa TB pada
terjadi setelah pasien mernperolehdan segera setelah
anak, Dr Keith Edwards dari University of Papua New dimulainya suatu terapi obat.
Guinea mengembangkan suatu daftar penilaian untuk
membantu diagnosa TB pada anak (Tabel 1). Dari Kategori
akumulasi nilai yang tertera pada daftar nilai tersebut S t r a n d dkk ( 1 9 9 0 ) m e n g e l o m p o k k a n
dapat diketahui apakah seorang anak rnenderita TB permasalahan yang terkait dengan terapi obat sebagai
atau tidak, jika jumlah nilainya 7 dan tidak ditemukan berikut:
tanda-tanda penyakit lain berarti pasien tersebut 1. Pasien mengalami kondisi rnedis yang
mengidap penyakit TB, rnaka pengobatan TB segera mernerlukan terapi obat tetapi tidak mendapatkan
dimulai. terapi . vanq
. - sesuai denqan . indikasi tersebut
(untreatedindications).
Terapi antltuberkulostatik pada anak Pasien mendapatkan terapi obat yang salah (wrong
Prinsip dasar pengobatan TB pada anak tidak drvg/mproper drug selection).
berbeda dengan orang dewasa tetapi :ida beber;spa Pasien mernperoleh terapi obaf yang sesuai
ha1 yang memerlukan perhatian. yaitu ( 1) pernbelrian namun dosis yang diberikan di bawah dosis terapi
obat baik tahap intensif maupun tahap lanjutan
~ ~

lazirn (subtherapeuticdosage).
diberikan setiap hari, (2) dosis obat harus disesuaikan Pasien memperoleh terapi obat yang sesuai
dengan berat badan anak. Susunan paduan obat TB namun dosis yang diberikan rnelebihi dosis lazirn
anak pada tahap intensif terdiri dari lsoniazid (H),
(overdosage).
Rifampisin (R), dan Pirasinamid (Z), selama 2 bulan
Pasien mengala~ i obat yang tidak
diberikan setiap hari (2HRZ), sedangkan pada tahap diinginkan (adverserean~ons).
lanjutan terdiri dari lsonizid (H) dan Rifarnpiein Pasien mengalarni kondisi medis akibat terjadinya
(2) selarna 4 bulan diberikan setiap hari (4 H interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan,
Pernantauan kernajuan pengobatan pada anak dz pat atau obat dengan tes laboratorium (drug
dilihat dengan terjadinya perbaikan klinis, naiknva ,
interactions).
berat badan dan anak rnenjadi lebih aktii dibanding Pasien tidak rnendapatkan obat yang diresepkan
dengan sebelurn pengobatan (Depkes, 2002). (failure to receive drugs), yang diakibatkan
ketidakpatuhanpenggunaanobat (non-adherence)
Tabel 2. Jenis dan dosis obat TB pada anak
rnaupun akibat kesalahan distribusi maupun
Jenis obat BE < 10 kg BE 10-20 kg BB 20-32 administrasi obat.
lsoniazid 50 rng 100 mg 200 ms Pasien memperoleh terapi obat tidak sesuai
Rilampisin 75 mg 150 mg 300 rng
Pirasinamid 750 mg 300 mg 600 mg indikasi (drug use without indication).
-
Sumber: Pedoman Nasional Penanggulangan Tubarkuiosis,
Depkes RI XX)2
Peran Serta Profesi Farrnasi (Uly Adhie Mulyani)

BERBAGAI PERMASALAHANYANG DAPAT karena meningkatnya metabolit toksik di hati.


TIMBULAKIBAT TERAPI ANTITUBERKULO- Rifampisin juga berinteraksi dengan pirasinamid
STATIK PADA ANAK menyebabkan reaksi hepatotoksik yang serius.
Pengguna kombinasiobat TB rifampisin, isoniazid dan
Permasalahan dosis
pirasinamid hendaknya secara berkala dilakukan
Meskipun pedoman yang dikeluarkan oleh
pengawasan terhadap fungsi hati. Penggunaan
Depkes sudah terstandar, dan sudah tersedia paket
bersarna pirasinamid dengan isoniazid dapat
fixed dose combination, namun dokter masih
menurunkan kadar isoniazid dalam serum.
meresepkan puyer untuk anak berupa campuran obat
lnteraksi tidak hanya terjadi antara obat dengan
TB dewasa yaitu kombinasi dari dua, tiga atau empat
obat. Dapat pula terjadi interaksi antara obat dengan
obat seperti isoniazid, rifampisin, pirasinamid dan
makanan yang menghambat proses absorpsi obat,
ethambutol yang haws diracik di apotek, dengan dosis
namun tidak menurunkanbioavailabilitastotal dari obat
yang disesuaikan untuk anak (Gusmali, 2004).
tersebut. Namun ada baiknya biia interaksi obat
Pemberian obat TB untuk anak dalam bentuk
dengan makanan ini dipahami, untuk mengaturwaktu
puyer, dianggap lebih praktis dan lebih sesuai untuk
minum obat yang baik agar absorpsi obat menjadi
anak agar lebih mudah diminumkan. Namun pada
maksimal. Beberapa obat TB yang terganggu
proses pengerjaannya melalui teknologi farrnasi dalam
absorpsinya akibat makanan adalah isoniazid dan
pembuatan sediaan puyer sering terjadi
rifampisin. Karena itu perlu diatur waktu minum obat
ketidakseragaman pembagian dosis pada setiap
kurang lebih 2 jam sebelum atau 2 jam sesudah
bungkus puyer, sehingga mungkin terdapat dosis yang
makan (kondisi perut kosong).
berlebih atau kurang.
lnteraksi isoniazid dengan makanan yang
Peresepan3 campuran obat TB untuk anak yang
mengandungtiramin (keju, kacang-kacangan,produk
sering diberikan adalah campuran rifampisin, isoniazid
daging olahan, kedelai, suplemen protein, tuna) dapat
dan pirazinamid. Campuran ini diresepkan untuk
menyebabkan reaksi muntah, sakit kepala, palpitasi.
1 bulan, diberikan ulang selama 3 bulan. Karena
urtikaria. Sampai sekarang mekanisme interaksi
setelah penyimpanan selama sebulan, akan terjadi
tersebut belum diketahui.
penurunan stabilitas yang mempengaruhi kadar zat
aktif dalam campuran obat. Kadar rifampisin akan Reaksi obat yang tldak dlinglnkanlAdverse drug
turun hingga 43,57%, pirazinamidturun hingga 7,6%, reaction
dan isoniazid turun hingga 3-4% (Gusmali, 2004). Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD)
Sebaiknya peracikan obat TB anak tidak dalam merupakan respon obat yang tidak diharapkan terjadi
bentuk sediaan puyer, melainkan dalam bentuk pada dosis normal yang digunakan untuk profilaksis,
sediaan sirup ha1 ini untuk menghindari diagnosis dan pengobatan. Faktor risiko yang memicu
ketidakseragaman pemberian dosis pada anak. terjadinya ROTD adalah usia (bayi baru lahir dan
Bentuk sediaan sirup dapat lebih disukai anak-anak, lansia), gender wanita, polifarmasi, gangguan fungsi
karena rasanya manis, dapat ditambahkan aroma hati, gangguan fungsi ginjal dan gangguan jantung.
yang enak agar lebih mudah ditelan. alergi obat, genetik dan dosis obat.
Reaksi obat yang tidak diinginkan merupakan
lnteraksi obat
reaksi yang tidak dapat diduga. Pada beberapa pasien
Rifampisin merupakan penginduksi enzim
dapat timbul ROTD yang serius sehingga memerlukan
sitokrom p-450 (CYP450). Cara kerja penginduksi
penanganan khusus, sementara pada pasien lain tidak
enzim adalah dengan menstimulasi sintesis enzim
terjadi efek apapun. Apabila terjadi ROTD yang
sehingga kapasitas enzim untuk metabolismesubstrat
membahayakan pasien, pemberian obat TB dapat
meningkat. Obat yang digunakan bersama dengan
dihentikan dan pasien segera dirujuk ke dokter
Rifampisin, akan mengalami proses metabolisme
spesialis. Untuk ROTD yang membahayakan pasien
yang lebih cepat, sehingga terjadi penurunan efek
seperti gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal
farmakologi obat yang menjadi substrat enzim
dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium secara
CYP450.
berkala, sehingga apabila timbul hasil pemeriksaan
lnteraksi yang terjadi antara rifampisin dengan
yang abnormal dapat diatasi dengan segera.
isoniazid dapat menyebabkan reaksi hepatotoksik
Buletin Peneiitian Sistern Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2006: 100-106

Tabel 3. Reaksi yang tidak diinginkan yang dapat timbul akibat penggunaan obat TB pada anak
Sistem organ lsoniazid Pirasinamid Rifarnpisin
Sistem svaraf Euforia, demam, ataksia, Malaise, demam Lemah. Ataksia, demam,
sakit kepala, gangguan sakit kepala
kesadaran
Dermatologis Ruam, gatal-gatal Urtikaria, ruam. Ruam, gatal-gatal.
fotosensitivitas urtikaria
Endokrin dan Hiperglisemi, asidosis Gout, hiperurisemia -
metabolik metabolik
Gastrointestinal Mual, muntah, anoreksia Mual, muntah, diare,
stomatitis, anoreksia
Hematologi Agranulositosis, nemia, - Anemia hemolisis akut,
trombositopenia, leukopenia,
leuko~enia trombositopenia,
eosinophillia
Hepatitis, peningkatan Hepatotoksik (insiden Hepatitis, kolestatik,
kadar enzim liver rneningkat pada dosis > peningkatan enzim hati
transaminase 30 mglkglhari), jaundice
Neuromuskuler Neuropati perifer Athralgia Myalgia, atraksia,
dan skeletal kelemahan otot
Renal - Gagal ginjal, nefritis
intestisial
Reaksi hipersensitifitas - Flu-like syndrome,
perubahan warna
cairan tubuh (merah-
jingga)
Surnber: Pediatric Dosage Handbook, Edisi n 2002.

Untuk menanganiefeksamping ringandapat pula dapat disebabkan oleh terapi obat itu sendiri, faktor
diberikan pengobatan simptomatik. or83ng tua pasien, dan karena pasien itu sendiri.
Faktor r isiko ketidakpatuhaln pengguliaan obat
Ketldakptuhsn penggunaan obat
- .. .
vana olseoabkan oleh t e r a ~obar
, i
~.,~ ~, ..~
DerKalran dengan
~ ~

Ketidakpatuhan penggunaan Obat merupakan lama masa terapi, regimen terapi yang kompliks.
salah satu penyebab kegagalan terapi. mahalnya harga obat, ketidakmampuan pasien
Ketidakpatuhan penggunaan Obat pada anak-anak rnembeli &at, pemberian yang menyulitkan bahkan

Tabel 4. Penangangan simtomatik akibat penggunaan obat TB pada anak


-F!fek yang terjadi -
.Pnlnyebab Penariganan
Tidak n; afsu makan, mual. R t ampisin
~ Obat dir lam hari sebelum ticiur, dapat
r-ri h
sakit IJW UL diberlna,, Y,,DaIIIa
.-l
YULII I avrl dtau jeli

Nyeri sendi Pirasinamid Diberi aspirin (10-1 5 mglkg setiap 4-6 jam):
parasetamol (10-15 mglkg setiap 6 jam)
Neuropati perter, kesemuta- ,,, ,"",,
1-niazid .
nib-1; lritamin B6 (piridoxin 1-2 mglkglhari)
-n""aa

Perubat air seni. ;air Rifampisin Beri periyuluhan dan edukasi kepada orang tua pasien
mata
"- T.,,.-.L.
Surnber Pedornan Narlullal r~l,~,,yyu,a,ly~ll, uMlnu,Ua,r, w~,,x~sRI 2002 (dengan rnodifikasi)
Peran Serta Profesi Farmasi (Uly Adhie Mulyani)

menimbulkan saki (misal injeksi), timbulnya ROTD. farmasi dalam ha1 farmakoterapi, penggunaan obat
atau mengganggu kegiatan sehari-hari. aman, rasional efektif dan efisien dengan tujuan
Regimen terapi TB pada anak terdiri dari tahap meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien.
intensif yaitu: isoniazid, rifampisin, dan pirasinamid, Asuhan kefarmasian merupakan proses kolaboratif
selama 2-3 bulan diberikan setiap hari. Terapi bersama dengan profesi kesehatan lainnya dalam
dilanjutkan dengan tahap lanjutan terdiri dari lsonizid merancang, mengimplementasikan serta memantau
dan Rifampisin selama 4 bulan diberikan setiap hari. terapi obat pasien agartercapai luaran terapi obat yang
Total pemberian obat TB adalah selama 6 bulan dan optimal. Dengan demikian terwujudlah fungsi utama
diminum setiap hari, dengan 2 hingga 3 kombinasi dari profesi farmasi yakni mengidentifikasi
obat. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpatuhan permasalahan yang timbul, kemudian menanganinya
karena lamanya terapi, regimen yang kompleks, dan secara tepat dan cepat serta mengupayakan
meningkatnyabiaya pengobatan. pencegahan timbulnya perrnasalahan yang terkait
Faktor risiko ketidakpatuhan yang disebabkan dengan terapi obat.
orang tua pasien merupakan akibat dari kurangnya Farmasis memiliki peran yang sangat penting
pemahaman terhadap penyakit, tujuan terapi, karena sebagai penyedia informasi tentang pengobatan TB
lupa aturan minum obat, ketidakpercayaan terhadap dan permasalahan yang timbul terkaa dengan terapi.
keberhasilan terapi, adanya anggapan yang salah Fanasis juga berperan penting sebagai penyediajasa
terhadap penyakit dan terapi obat, dan karena penyuluhan dan pendidikan, ha1 ini diperlukan untuk
kurangnya informasiserta dukungan emosional dalam memotivasi pasien dan keluarga pasien agar tercapai
keberhasilan terapi. Selain itu anggapan negatif orang luaran klinis yang positif dan diharapkan dapat
tua anak bahwa TB adalah penyakit desa, penyakit meningkatkan kualitas hidup pasien.
yang tidak bergengsi, penyakit yang memalukan, Untuk rnengatasi permasalahan dosis anak,
penyakit akibat kutukan, dsb; mempakan faktor risiko farmasis berperan dalam ha1 menentukan bentuk
terjadinya penolakan terhadap terapi sehingga sediaan yang sesuai bagi pasien anak. Farmasis di
kesembuhan sulit dicapai. apotek dapat meresepkan bentuk sediaan sirup yang
Anak-anak kurang dapat mengutarakan gejala lebih mudah diminum oleh pasien anak. Farmasisjuga
atau penyakit yang dialaminya, ha1 ini merupakan dapat berkomunikasi dengan dokter penulis resep
faktor risiko ketidakpatuhan yang berasal dari pasien mengenai bentuk sediaan yang tepat, regimen terapi
itu sendiri. Dalam ha1 ini orang tua berperan untuk yang tepat, penyesuaiandosis anak, serta penjelasan
memotivasi anak agar dapat menyampaikan mengenai aturan minum obat yang tepat.
keluhannya dengan bebas dan mendidik anak agar Untuk mengatasi permasalahan interaksi obat,
bertanggung jawab terhadap kesehatannya serta farmasis berperan untuk menyampaikan adanya
terapi obat yang dijalankannya. interaksi obat kepada dokter penuiis resep sehingga
dapat dilakukan penyesuaian aturan minum obat bagi
PERAN SERTA PROFESI FARMASI pasien. Kemudian memberikan penyuluhan kepada
orang tua pasien mengenai waktu minum obat yang
Tidak hanya dokter dan perawat yang tepat serta menghindari konsumsi makanan yang
bertanggung jawab untuk mencapai luaran klinik yang mengandungtiramin.
positif. Farmasis juga bertanggung jawab untuk Untuk mengatasi permasalahan terjadinya ROTD,
mencapai kesembuhan bagi pasien, mengurangi farmasis berperan untuk menyampaikan
gejala sakit, memperlambatlmencegah kemungkinan terjadinya ROTD kepada dokter
perkembangan penyakit, mencegah terjadinya sakit sebelum obat diberikan kepada pasien. Farmasis
atau timbulnya gejala suatu penyakit (Cipolle, 1998). dapat menyarankan dilakukannya pemantauan
Melalui konsep profesi kefarmasian terkini yakni laboratorium fungsi organ hati dan ginjal secara
asuhan kefarmasian, farmasis dituntut tanggung jawab berkala, sehingga apabila timbul hasil perneriksaan
yang besar dalam peningkatan kualitas hidup pasien yang abnormal dapat diatasi dengan segera. ROTD
dan untuk mencapai luaran klinik yang positif. Asuhan ringan seperti gangguan pada nafsu makan anak.
kefanasian adalah suatu tanggung jawab dari profesi mual, muntah, gatal-gatal,perubahan warna urin anak;
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2006: 100-106

perlu diinformasikan kepada orang tua pasien. Dalam menyebabkan tingginya biaya pengobatan TB pada
ha1 ini seorang farmasis dapat berperan memberikan anak, bahkan terjadi resistensi obat TB pada anak.
penyuluhan dan pendidikan kepada orang tua pasien, Untuk mengatasinya, farmasis hendaknya
sehingga terapi TB tidak putus ditengah jalan. berkerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
Penyuluhan dan pendidikan kepada orang tua pasien dalam merancang, mengimplementasikan serta
juga bermanfaat untuk memantau efeksamping yang memantau terapi obat pasien TB anak agar tercapai
timbul pada anak, karena anak-anak sukar luaran terapi obat yang optimal. Farmasis berperan
mengutarakan gejala dan penyakit yang terjadi pada penting dalam mengidentifikasimasalah yang timbul,
dirinya. Dengan menyampaikan informasi seputar kemudian menyelesaikannya secara tepat dan cepat,
terapi TB yang diperoleh anak serta efek samping yang serta mengupayakan pencegahan; sebagai penyedia
terjadi, dapat meningkatkan kualitas hidup anak dan informasi yang berkaitan dengan terapi obat dan
mencegah terjadinya kondlsi klinis yang permasalahan yang terkait dengan terapi. Farmasis
membahayakan pasien anak. juga berperan penting sebagai penyedia jasa
Untuk mengatasi ketidakpatuhanterapi TB, peran penyuluhan dan pendidikan, untukmemotivasi pasien
farmasis sangat penting dalam memberikan informasi dan keiuarga pasien agar tercapai luaran klinis yang
yang berkaitan dengan terapi TB, mernberikan positif dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
.~envuluhan
. dan ~endidikankepada oranq tua pasien
TB mengenai cara minum bbat yang baik dan DAFTAR PUSTAKA
pemahaman akan tujuan terapi, memotivasi orang tua
untuk menyelesaikan serta mematuhi regimen terapi Azis S. Jakarta 1998. Studi Penanggulangan dan
Pengc)batan Pa?nyakit Tuberkulosis. Majalah
agar tercapai kesembuhan yang sempurna. Farmasis
Kesehatan Masyjsrakat Indonesia: XXVl (2): 93-97.
jugadapat membuatkan lembaran isian jadwal minum Cipolle RJ, !Wand LM, Morley PC. 1998. Pharmaceutical
obat yang diberikan kepada orang tua pasien, untuk care a,," r8aLc8Le.McGraw-Hill.
memperkecil risiko kegagalan terapi akibat Gharaibeh M N, Greenberg H E, Scott A W. 1998. Adverse
ketidakpatuhan. drug reactions: a review. Drug information J; (32):
Kerja sama dan komunikasi yang baik antara 323-338.
fanasis dengan dokter dan profesikesehatan lainnya, lrIdonesia. DEPKES RI. 2002. Pedoman nasional
serta dengan memberikan penyuluhandan pendidikan penarrgguiangan tuberkukosis. Cetakan ke-8.
kepada orang tua pasien dapat meminimalkan risiko Jakart,a.
Inuulleala. JEPKES RI. 2003. Pmfil kesehatan indonesia
L
.-:. F

bahkan mencegah terjadinya permasalahan yang


tahun 2003. Jakarta.
timbul yang terkait dengan terapi obat. Shann F, Biddulph J. Vince J. 2003. Pediatrics fordoctors
in papua new guinea. Papua New Guinea: PNG
KESIMPULANDAN SARAN Department of Health. p. 369-70.
Strand LM. Morley PC. Cipolle RJ, Ramsey R, LamsamGD.
Berdasarkan literatur permasalahan yang terkait 1990. Drug-related problems: their structure and
dengan terapi TB pada anak yang dapat teridentifikasi function. DICP: 24: 1093-97.
adalah permasalahan dosis, interaksi obat, terjadinya Taketomo CK. Hodding JH, Kraus DM. 2002. Pediatric
ROTD, serta ketidakpatuhan penggunaan obat. Dosage Handbook. 9m edition. Ohio: Lexi-Comp Inc.
Penasalahan ini m e ~ p a k a n
faktor risiko kegagalan p. 608-9,925-6.947-8.
terapi, tidak teratasinya permasalahan TB anak,

Anda mungkin juga menyukai