Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISTIK SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

(Review dari Pemikiran Prof. Dr. Anwar Arifin dalam buku Sistem Komunikasi Indonesia)
Oleh : Taufik Alamin

A. WAWASAN KEINDONESIAN
Sistem Komunikasi Indonesia mulai diajarkan dan ditelaah sebagai sebuah kajian ilmiah di
beberapa perguruan tinggi di Indonesia pada pertengahan tahun 1980an, Sistem Komunikasi
Indonesia menjadi mata kuliah wajib berdasarkan surat kepeutusan menteri pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia.
1. Kajian Peng-Indonesian
Semakin didasari oleh sejumlah ilmuwan di Indonesia tentang perlunya “Peng-Indonesiaan
ilmu sosial” (sosiologi, ilmu politik, ilmu pemerintahan, ilmu komunikasi dan antropologi)
sesuai dengan filsafat dan ideologi serta situasi dan kondisi masyarakat Indonesia. Peng-
Indonesiaan itu bisa disebut juga sebagai pribumisasi ilmu-ilmu sosial, yang dikenal dalam
kajian historis dengan sebutan Indonesiasentris atau dalam studi kemasyarakatan dikenal
dengan sebutan wawasan KeIndonesian.
Berdasarkan hal tersebut dan dengan memahami sistem sebagai teori, asas, atau
wawasan, sistem komunikasi Indonesia dapat diartikan juga sebagai penerapan wawasan
keIndonesian dalam komunikasi. Wawasan keIndonesian merupakan cara pandang dan
kemampuan dalam menganalisis kehidupan sosial politik yang mencakup komunikasi bangsa
Indonesia berdasarkan filsafat hidup, gagasan vital dan kondisi objektif masyarakat Indonesia
sendiri.
Hal tersebut sangat penting karena Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik dan merupakan sebuah negara kepulauan yang masyarakat tidak saja bersifat
majemuk dan sedang membangun tetapi juga memilikin filsafat hidup dan gagasan vital yang
berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Ilmu komunikasi yang dikembangkan di Indonesia
diharapkan tidak terasing dan tidak terlepas dari matriks sosial budaya masyarakat Indonesia
sendiri. Disinilah kajian tentang sistem komunikasi Indonesia sebagai bagian sistem
kenegaraan Indonesia urgensinya bagi pendidikan dan pembinaan generasi muda Indonesia.
Wawasan keIndonesiaan itu bersumber dari pemahaman bahwa ilmu-ilmu sosial
“tidak bebas nilai” karena nilai setiap masyarakat memiliki karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama oleh faktor sejarah dan kultural. Sistem sosial
adalah sistem yang sangat terbuka, sehingga banyak variabel banyak diperhitungkan dalam
melakukan analisis ilmiah tentang fenomena sosial yang muncul. Setiap analisis tentang

1
fenomena sosial akan ditentukan oleh cara pandang (wawasan) atau perspektif yang
digunakan.
Pandangan bahwa ilmu-ilmu sosial bersifat tidak bebas nilai sering disebut sebagai
aliran kultural dalam ilmu-ilmu sosial. Sebaliknya terdapat “bebas nilai” yang bermakna
bahwa konsep ilmu-ilmu sosial bersifat universal dan dapat dapat diterapkan disetiap negara
yang ada didunia. Dengan demikian universalitas dalam ilmu-ilmu sosial semakin diragukan,
terutama dalam penerapannya, karena itu ilmu-ilmu sosial perlu di Indonesiakan atau
dipribumikan di Indonesia.
Dengan menyaring ilmu-ilmu sosial (sosiologi, ilmu politik, ilmu pemerintahan,
antropologi, dan ilmu komunikasi) yang berasal dari luar serta menyesuaikan dengan matriks
sosila budaya Indonesia, ilmu komunikasi yang berasal dari luar itu akan bersifat fungsional
dalam aplikasinya. Komunikasi sebagai integrator sosial atau perekat hidup bersama betul-
betul terwujud, tidak sebaliknya, menimbulkan konflik dan ketenangan sosial.

2. Pendekatan Multidisipliner
Dalam menkaji sistem komunikasi Indonesia itu, hampir semua disiplin ilmu-ilmu sosial
tersentuh filsafat, etika dan sejarah pun tidak bisa ditinggalkan. Ilmu komunikasi, ilmu
politik, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sosiologi, antropologi, filsafat, etika, dan sejarah,
bercampur atau berpadu secara integral menjadi satu dalam sitem komunikasi Indonesia.
Dengan demikian ilmu-ilmu sosial tidak lagi selalu harus dibelah secara vertikal sebagai
sebuah disiplin ilmu, tetapi dapat juga dipotong secara horizontal, (mendatar) melalui
pendekatan multidisipliner atau pendekatan terpadu.
Berdasarkan hal tersebut pula, secara sederhana dapat dikemukakan bahwa sistem
komunikasi Indonesia sebagai bentuk penerapan wawasan Indonesia, adalah bagian dari
sistem kenegaraan Indonesia yang terbentuk secara formal berdasarkan konstitusi dan
undang-undang.

3. Kemerdekaan Informasi Publik


Secara formal komunikasi di Indonesia ditemukan sistemnya dalam sistem kenegaraan
Indonesia atau sistem nasional memalui Undang-undang Dasar 1945. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia berdasarkan pancasila UUD 1945 adalah negara hukum, yang
selalu mengarur hubungan antar negara dengan masyarakat salam segala aspek melaui
peraturan perundangan. Salah satu aspek kebebasan komunikasi atau kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan yang harus diatur dan diterapkan lebih lanjut

2
dengan undang-undang. Demikian juga diakui adanya hak asasi manusia Indonesia untuk
berkomunikasi serta memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya.
Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi serta kemerdekaan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan yang tercantum dalam konstitusi, merupakan
landasan utama yang penting dalam sistem komunikasi Indonesia sebagai bagian dari sistem
kenegaraan Indonesia. Selain itu mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dengan
menggunakan media (spanduk, poster) serta didukung dengan gerak tubuh dapat juga
dilakukan dalam bentuk drama, lelucon, pawai, dan deminstrasi. Demikian juga
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dalam bentuk gambar hidup dengan
menggunakan media film.
Kemerdekaan atau kebebasan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dikenal
juga dengan sebutan kebebasan berekspresi yang kemudian dikembangkan menjadi
informasi, berita, atau pesan yang berisi pikiran, ide atau gagasan yang bersifat terbuka dan
ditujukan kepada umum, publik dan masyarakat. Dalam ilmu komuniksai, pers, radio, dan
televisi disebut sebagai media massa karena khalayak yang disentuhnnya terdiri atas banyak
orang ditempat yang berbeda. Orang banyak yang menjadi sasaran pers, film, radio dan
televisi itu dinamakan massa yang didalamnya terdapat banyak publik dengan berbagai
macam kompetensi, kepentingan dan perhatian, selain itu pesan yang disalurkan oleh pers,
radio, dan televisi itu bersifat terbuka, umum, dan aktual.

B. ASAS, DEFINISI, DAN LINGKUP KAJIAN


1. Asa Kebebasan Dan Tanggung Jawab
Dalam sistem kenegaraan Indonesia hubungan struktural dan hubungan fungsional antar
sistem dengan subsistemnya dan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya, diatur
dalam undang-undang dan peraturan lainnya yang bersumber dari filsafat dan dasar negara
pancasila konstitusi Indonesia. Karena sistem komunikasi Indonesia berbentuk dari beberapa
subsistem maka asas kebebasan yang menjadi perhatian dalam sistem komunikasi Indonesia
dapat ditelusuri, dapat diketahui bahwa asas kebebasan dalam pers pancasila adalah asas
kebebasan dan tanggung jawab yang seimbang. Hal itu bersumber dari konstitusi Indonesia
yang lahir dari pandangan hidup dan filsafat, ideologi, dan budaya masyarakat Indonesia
yang bersifat kolektif dengan tidak mengabaikan individualitas, karena manusia dipandang
sebagai makhluk monodualis yang memiliki aspek sosial dan aspek individu. Bangsa
Indonesia yang mayorias dari suku Jawa, sangat menjunjung tinggi budaya komunikasi yang

3
seimbang dan serasi. Dalam teori sistem sosial dijelaskan bahwa faktor filsafat, ideologi, dan
budaya sangat mempengaruhi perkembangan sebuah sitem sosial yang tidak dapat dipisahkan
dengan sistem komunikasi. Filsafat, ideologi, dan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi
asas seimbang dan serasi merupakan bagian penting dalam analisis tentang kebebasan
informasi di Indonesia. Yang mebedakan dengan asas kebebasan informasi, baik di negara
liberal maupun dinegara otoriter dan di negara komunis.

2. Definisi dan Batasan Kajian


Dapat dibuat definisi yaitu sistem komunikasi Indonesia adalah subsistem dari sistem
kenegaraan Indonesia dalam bentuk tatanan hubungan manusia Indonesia melalui informasi
publik yang mencakup kebebasan dan tanggung jawab yang seimbang. Selain definisi itu
dapat dikemukakan juga bahwa sistem komunikasi Indonesia dapat diartikan sebagai
penerapan wawasan keIndonesian dalam komunikasi, sistem komunikasi Indonesia dapat
juga disebut sebagai himpunan beberapa subsistem yang memiliki sistem itu sendiri seperti
sistem pers Indonesia, sistem perfilman Indonesia, dan sistem penyiaran Indonesia
3. Lingkup dan Dimensi Kajian
Sistem komunikasi Indonesia juga melingkupi kajian tentang fungsi dan pengawasan serta
pemilikan media massa dan media sosial yang berbeda-beda diberbagai negara sesuai dengan
filsafat politik atau ideologi dan sistem politik dan sistem ekonomi masing-masing negara.
Hal itu akan melahirkan tentang kajian ragam hubungan media massa dengan pemerintahan
dan masyarakat yang kemudian berkembang menjadi teori pers atau teori media massa.

C. ANALISIS KELEMBAGAAN
Dalam sistem komunikasi Indonesia dengan menggunakan pendekatan sistem dapat
diketahui bahwa setiap sistem selalu mengandung hubungan struktural, dan hubungan
fungsional, sehingga terciptanya hubungan antar lembaga. dalam sistem politik misalnya,
yang terciptanya adalah hubungan lembaga-lembaga yang disebut sturktur yang terdiri atas
aspek infrastruktur yang ada dalam masyarakat serta aspek suprastruktur yang ada dalam
pemerintahan. Sistem Indonesia harus terciptanya hubungan antar lembaga sehingga analisis
kelembagaan komunikasi publik dan informasi publik sangat diperlukan.

1. Pelembagaan Informasi
Dalam ilmu komunikasi dijelaskan bahwa ide, gagasan atau konsepsi yang dinyatakan atau
diekspresikan secara terbuka, dinamakan (audience). Publik merupakan sekelompok orang

4
sebagai bagian dari massa yang menaruh minat dan perhatiaan terhadap masalah yang melaui
informasi yang terbuka baik secara langsung maupun melalui media massa dan media sosial
serta ikut berpartisipasi dalam proses diskusi yang intensif untuk mencari informasi bagi
kepentingan umum.

2. Kelembagaan Sosial
Informasi publik atau komunikasi massa yang terlembagakan antara lain terwujud dalam
bentuk media massa. Pers, film, dan radio telah tumbuh di Indonesia sejak masa penjajahan
dan berkembang pesat hingga kini, media massa sebagai organisasi dan sebagai lembaga
sosial di Indonesia telah dikembangkan dalam kajian sistem komunikasi Indonesia tentang
relasi dan interaksi dengan lembaga sosial lainnya seperti hubungan struktural serta
fungsional antara media massa dengan pemerintahan dan masyarakat, media massa dan
sebagai organisasi dan sebagai lembaga sosial juga dikembangkan dalam bentuk studi
perbandingan antar media massa berdasarkan ideologi yang berkembang di dunia ini.
Secara umum fungsi komunikasi massa di Indonesia yang disalurkan melaui media
massa kepada masyarakat sebagai bagian dari komunikasi publik, sejalan dengan pemaparan
Charles R. Wright (1985) yang menyebutkan empat fungsi media massa yaitu pengawasan
lingkungan, korelasi antar bagian masyrakat dalam menanggapi lingkungan, transmisi
warisan budaya dari satu generasi ke generasi lainnya yang juga disebut fungsi pendidikan,
hiburan yaitu tindakan komunikatif yang menghibur.
Selain itu fungsi politik komunikasi massa ditetapkan berdasarkan dasar dan ideologi
yang menganut demokrasi politik yang dipadukan dengan demokrasi ekonomi yang disebut
dengan kerakyatan atau kedaulatan rakyat. Fungsi politik media massa di Indonesia selain
sebagai penghubung, juga meberikan informasi, pendidikan hiburan dan melakukan kotrol
sosial terutama kepada pemerintahan yang sedang berkuasa.
Dalam sejarah perkembangannya komunikasi massa di Indonesia dan berbagai
dinegara lainnya, terutama yang menggunakan media massa, senantiasa mengupayakan
berbagai kentingan untuk mempengaruhi mengontrol atau menguasai dan memilikinya. Hal
ini dampak dari dampak sosial dan politik media massa. Media massa yang mencakup pers,
film, radio, dan televisi, menyalurkan informasi publik yang mengandung publizistiche
ausage atau berisi pengaruh kepada khalayak yang besar jumlahnya.
Pers, film, radio, dan televisi yang memiliki sifat kelembagaan, dikenal oleh khalayak
bukan sebagai perseorangan melainkan kelembagaan, pers, film, radio dan televisi bekerja
atas pronsip anominitas, yaitu produksi dan distribusi pesan pada umumnya tidak menyebut

5
nama individu, isi dan konten, hanya merupakan hasil kerja bersama banyak orang, sifat
kelembagaan itu merupakan khas karakteristik media massa yang membedakan dengan
saluran komunikasi antar pribadi.

3. Opini Publik
Salah satu konsekuensi dari adanya kemerdekaan menyatakan pikiran dengan lisan dan
tulisan dari berbagai sumber, terutama yang melaui media massa atau media publik, adalah
bedanya pendapat atau opini, sesuai hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk sosial dan
makhluk berpolitik yang memiliki penalaran. Adanya perbedaaan pendapat itu pada
umumnya akan menimbulkan perbedaan pendapat umum atau opini publik.
Berdasarkan hal tersebut opini publik merupakan pelembagaan dari konsekuensi
(efek) penting yang terbuka terutama melalui media publik atau media massa, Anwar Arifin
(2010:11) memenulis bahwa opini publik adalah pendapat rata-rata individu dalam
masyarakat sebagai hasil diskusi untuk memecahkan persoalan sosial, terutama yang
disalurkan oleh media massa.
Di negara demokrasi atau berkedaulatan rakyat seperti di Indonesia, opini publik
sering disebut sebagai kekuatan politik, dalam sistem komuniksi di negara yang menganut
sistem demokrasi liberal, opini publik sering disebut juga sebagai kekuatan yang keempat,
setelah eksekutif, legislatif, yudikatif.
Legislatif adalah kekuasaan yang membuat undang-undang yang dilakukan oleh
parlemen atau dewan perwakilan rakyat. Eksekutif adalah kekuasaan melaksanakan undang-
undang yang dilakukan oleh pemerintah bersama demokrasi, yang sehari-hari dilaksanakan
oleh presiden dan wakil presiden bersama para menteri, gubernur, bupati, dan para camat.
Yudikatif ialah kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang, yang dilaksanakan oleh
mahkamah agung dan aparat pengadilan lainnya.
Eksitensi opini publik sebagai kekuatan dalam bidang sosial dan politik di Indonesia,
merupakan dampak konsekuensi atau dampak adanya kemerdekaan mengeluarkan pikiran
atau berkebebasan berkomunikasi di Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk
republik.
Walaupun Indonesia tidak menganut trias politica sebagaimana negara liberal, opini
publik merupakan suatu kekuatan penting karena bagaimanapun Indonesia termasuk negara
yang menganut demokrasi politik sekaligus ekonomi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam
kedaulatan rakyat. Dengan adanya kekuatan sosial politik yang terdapat dalam opini publik

6
berbagai pihak terpanggil untuk mengendalikan kebebasan mengeluarkan pikiran dengan
lisan maupun tulisan secara terbuka terutama, melaui media massa.
Opini publik terbentuk melalui proses diskusi intensif individu-individu dalam
menanggapi informasi publik kemudian melahirkan publik yang terdiri atas kumpulan
individu yang memiliki minat dan perhatian yang sama terhadap informasi publik. Hasil
individu sosial yang melahirkan konsensus atau kesepakatan yang disebut opini publik,
dengan demikian opini publik merupakan konsekuensi informasi yang terbuka terutama
melaui media massa dan media sosial.
Selain fungsi sebagai kekuatan dalam kehidupan bernegara, opini publik juga
mempunyai fungsi dalam kehidupan sosial dan individu. Jelas bahwa komunikasi manusia
dalam konteks sosial politik memiliki banyak komponen yang terkait satu dengan lainnya
dalam membentuk totalitas komuniksi di Indonesia, komponen itu terdiri dari komunikasi
publik, lembaga publik, media publik, dan opini publik dalam masyarakat Indonesia yang
sangat majemuk dengan sejumlah tujukan nilai yang tercantum dalam konstitusi.
Komunikasi Indonesia memiliki sistem yang disebut sistem komuniksi Indonesia. Hal
itu terwujud karena didalamnya terdapat kaitan struktural dan hubungan fungsional antara
negara dan masyarakat serta antar perserikatan yang ada dalam masyrakat yang berkembang
evalusioner selama kemerdekaan Indonesia yang tercakup sebagai bagian dari analisi
kelembagaan.

Anda mungkin juga menyukai