Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Ideologi dan Sistem komunikasi” ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Yasundari M.I.Kom dan semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan, kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kami merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapat rumusan masalah sebagai
berikut:
Dalam buku ini Prof. Dr. Anwar Rifin mengembangkan kajian sistem
komunikasi Indonesia dengan bertitik tolak pada pasar 28 UUD 1945, tentang
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan yang disebut juga
dengan istilah kemerdekaan informasi publik. Hal itu dikembangkan dengan asas
kebebasan dan tanggung jawab yang seimbang sebagai implementasi Ideologi
Pancasila.
6
BAB III
Pandangan hidup sering juga diartikan lebih spesifik yaitu keyakinan dan
asumsi-asumsi dasar. Pandangan hidup merupakan gagasan vital yang menyangkut
masalah hidup dan kristalisasi nilai-nilai (values) yang dimiliki oleh masyarakat,
serta diyakini kebenarannya sehingga diusahakan untuk selalu diwujudkan dan
dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat adalah hasil penalaran dan
kontemplasi yang mendalam tentang segala fenomena. Ideologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang ide, gagasan atau konsepsi manusia yang harus diwujudkan
dalam kehidupan nyata.
7
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa ideologi adalah nilai (value) atau
pandangan atau gagasan vital manusia dalam bidang tertentu seperti bidang politik,
ekonomi, agama, atau komunikasi manusia. Meskipun demikian, Anwar Arifin
(2010: 43) menyatakan bahwa istilah ideologi lebih banyak dikaitkan dengan
kehidupan sosial politik, sehingga ideologi lebih banyak diartikan pandangan
politik, pemikiran politik, atau aliran politik.
8
Ideologi yang paling tua adalah otoritarian yang bertolak dari hasil. olah
intelektual sejak zaman Plato dan Machiavelli yang mengembang-kan filsafat
otoritarian terutama dalam bidang politik yang mencakup juga bidang komunikasi
publik. Otoritarianisme yang berkembang pesat hingga awal abad ke 19 itu, bukan
saja melahirkan sistem politik, melainkan juga melahirkan sistem komunikasi yang
dikenal sebagai sistem komunikasi otoritarian, terutama dalam penerbitan pers atau
surat kabar. Dalam sistem komunikasi otoritarian tidak dikenal adanya kekebasan
bagi rakyat dalam menyatakan pendapat dan menyebarkan informasi publik
(freedom of information), tidak dikenal juga adanya kebebasan pers (freedom of the
pers) karena pers harus memiliki izin dan disensor oleh penguasa.
9
Adanya perbedaan ideologi di berbagai negara secara garis besar juga
mema-nifestasikan sistem sosial, sistem politik dan sistem ekonomi serta sistem
komunikasi yang berbeda. Tiga varian ideologi melahirkan varian sistem
komunikasi. Dengan demikian Indonesia memiliki ideologi Pancasila dan Sistem
Komunikasi Indonesia, yang berbeda dengan Sistem Komunikasi Amerika Serikat
dan negara-negara lainya. Perbedaan-perbedaan tersebut dilatar-belakangi oleh
adanya perbedaan seiarah dan kultural serta filsafat sosial masing-masing negara-
bangsa.
Pandangan hidup dan filsafat dasar atau ideologi itu sangat terkait dengan
bentuk sistem komunikasi suatu negara. Hal itu menyangkut kebebasan informasi
publik, tanggung jawab sosial dan tanggung jawab nasional. Ideologi itu
melahirkan model hubungan media massa dengan negara, dan hubungan media
massa dengan masyarakat termasuk hubungan dengan partai politik. Hal itu
berkaitan juga dengan budaya komunikasi.
Pers sebagai media cetak yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, lahir dan
berkembang pada masa jayanya sistem otoritarian, dan telah banyak melahirkan
filsafat dan teori terutama yang berkaitan dengan ideologi yang mencakup
mengenai kebebasan pers (freedom of the press).
10
Dalam ilmu komunikasi telah lama dikaji tentang beberapa ideologi yang
telah melahirkan teori tentang pers, terutama yang berkaitan dengan kebebasan dan
tanggung jawab pers. Di semua negara terdapat filsafat atau ideologi dan teori pers
sebagai bagian dari sistem komunikasi, sesuai dengan filsafat atau ideologinya.
Filsafat atau ideologi otoritarian itu kemudian melahirkan suatu sistem dan
teori pers yang dikenal dengan teori dan sistem pers otoritarian, yang meletakkan
pers sebagai pelayan negara, yang bertanggung jawab kepada negara. Dalam sistem
itu, pers digunakan oleh penguasa untuk menyampaikan informasi kepada rakyat
tentang kebijakan, dan pers juga harus mendukung kebijakan itu, sehingga pers
tidak memiliki kebebasan untuk melakukan kontrol dan kritik terhadap kebijakan
penguasa. Kebebasan pers sangat terbatas, karena hanya dapat diwujudkan untuk
kepentingan penguasa (raja dan bangsawan).
11
Pers hanya dapat diterbitkan oleh lembaga swasta (masyarakat) jika
memperoleh izin dari penguasa, dan izin itu dapat dicabut kembali kapan saja jika
dipandang perlu. Isi surat kabar juga harus disensor oleh petugas negara sebelum
terbit (Siebert 1986).
12
yang dikenal dengan sebutan, "negara jaga malam" (nachtwachrstaat), yaitu
menjaga agar kepentingan setiap individu (terutama kapitalis) tidak terganggu.
13
• Seyogianya tidak ada batasan yang diberlakukan dalam impor atau
ekspor atau pengiriman pesan diseluruh pelosok negeri.
• Wartawan seyogianya mampu menuntut otonomi proprofesional yang
sangat tinggi dalam organisasi mereka.
Dalam hal itu orang komunis berpendapat bahwa pers komunis merupakan
pers yang paling bebas di dunia karena bebas dari pengendalian kapitalis atau
borjuis, dan sebaliknya pers yang paling tidak bebas di dunia adalah pers Amerika
dan negara-negara demokrasi liberal lainnya, karena dikendalikan oleh kapitalis
(borjuis).
14
Pada dasarnya teori dan sistem pers komunis Soviet itu sangat berkaitan
dengan teori demokrasi yang dikembangkan, yaitu demokrasi rakyat yang
bersumber dari ajaran komunis, yang mencita-citakan pemerintah yang tidak boleh
dibatasi kekuasaannya (machtsstaat) dan bersifat totaliter. Hal itu bertolak belakang
dengan teori demokrasi konstitusional yang mencita-citakan pemerintah yang
terbatas lekuasaan-nya dan merupakan sebuah negara hukum (rechsstaat) yang
tunduk pada rule of law.
Dalam sistem pers komunis Soviet diajarkan bahwa selama kelas kapitalis
mengendalikan dan memiliki media, kelas pekerja tidak akan pernah mendapat
kesempatan yang seimbang untuk menggunakan saluran komunikasi. Jika kelas
pekerja ingin memanfaatkan saluran komunikasi, mereka harus memiliki media.
Teori pers komunis Soviet pada prinsipnya lebih menekankan pada pemilikan
media dan pengendalian media oleh partai komunis dan dalam berbagai level
dipadukan dengan instrumen lain dari kehidupan politik.
15
Pada dasarnya Sistem Pers Komunis Soviet mengandung beberapa prinsip, yaitu:
Teori dan sistem pers komunis Soviet memiliki prinsip kebebasan untuk
menyatakan pendapat sesuai dengan kepentingan rakyat, dan negara akan
melindunginya selama tidak bertentangan dengan negara. Sedang kebebasan yang
bertentangan dengan negara tidak diperbolehkan, karena setiap sesuatu yang
merugikan negara berarti akan merugikan kelas pekerja. Penyensoran dan hukuman
terhadap media karena mengecam atau merugikan citra negara dibenarkan dalam
sistem dan teori pers komunis Soviet.
16
C. MODIFIKASI DAN SISTEM ALTERNATIF
Sistem Pers Otoritarian yang ditumbangkan oleh Sistem Pers Libertarian,
yang juga dilawan oleh Sistem Komunis Soviet, tidak saja bersifat kontroversi,
tetapi juga berkompetisi merebut pengaruh di dunia. Dalam perkembangannya
sistem pers libertarian mengalami revisi dan modifikasi pada permulaan abad ke 20
di Amerika Serikat dalam bentuk Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial, yang
kemudian juga dimodifikasi oleh Sistem Media Demokratik Partisipan pada paruh
ketiga abad ke 20.
Namun sistem dan teori itu mengawinkan tiga prinsip yang berbeda, yaitu :
17
Prinsip utama dalam teori dan Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial, antara lain :
Satu hal yang baru dari teori dan Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial itu
adalah kehadiran kode etik jurnalistik (KEJ) dengan substansi agar Wartawan dan
pers bertanggung jawab terhadap masyarakat. Kode etik pada awalnya diciptakan
oleh The Cannos of Journalism dan kemudian diadopsi oleh Masyarakat Penerbit
Surat Kabar Amerika (1923). Kode etik juga diharapkan mempermantap posisi
wartawan sebagai sebuah profesi, vang, selanjutnya akan berguna dalam upaya
mencapai standar prestasi.
18
terhadap "pemassalan" atau "masyarakat massa" yang diakibatkan oleh pers
industri yang memiliki tiras yang sangat besar, sehingga tidak memberikan peluang
bagi individu dan masyarakat minoritas mengungkapkan aspirasinya.
19
Ada beberapa prinsip yang mendasari Sistem Media Demokratik Partisipan,
yaitu :
20
Prinsip utama Sistem Media Pembangunan yaitu :
Teori itu dikembangkan dari Sistem Pers Pancasila yang telah diterapkan
berdasarkan keputusan Dewan Pers (1984) yang merumuskan secara singkat
hakikat dan definisi Pers Pancasila bagi Indonesia. Sistem Pers Pancasila dalam
banyak aspek memiliki kemiripan dengan teor; dan Sistem Pers Tanggung Jawab
Sosial yang bersumber dari filsafat liberal dan berkembang di Amerika Serikat pada
awal abad ke-20.
21
Republik Indonesia memiliki asumsi dasar bahwa manusia adalah makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, setiap individu itu dilahirkan dalam keadaan yang sama
(egalitarian), memiliki akal pikiran untuk mencari dan menemukan kebenaran.
Namun, karena akal pikiran itu memunyai kemampuan yang terbatas dalam
menentukan kebenaran, akal pikiran itu harus dibantu oleh wahyu, yaitu ajaran-
ajaran Tuhan YME yang disampaikan kepada manusia melalui para nabi dan rasul-
Nya.
Dengan bertitik tolak kepada filsafat tersebut, pers diletakkan sebagai mitra
dalam mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dalam segala bidang. Pada saat
teori dan Sistem Pers Pancasila itu dirumuskan, pers ditempatkan tidak jauh dari
rakyat dan juga tidak jauh dari penguasa, dalam kerangka konsep interaksi positif
antara pemerintah, pers, dan masyarakat.
22
• Pers dapat menerima pengawasan, pembinaan, dan bantuan dari
pemerintah.
• Pers melakukan interaksi positif dengan pemerintah dan masyarakat,
dan menciptakan hubungan yang bersifat mitra;
• Pers mengakui pentingnya ketakwaan kepada Tuhan YME, sebagai
sumber kesetiakawanan profesi.kekuatan moral dan etik.
• Pers memiliki rasa kebersamaan dan perlu juga dipahami bahwa
Sistem Pers Pancasila menggabungkan beberapa paham yaitu
individualisme dan kolektivisme (kekeluargaan) serta teoisme dan
humanisme.
Sistem Pers Pancasila juga berusaha mengawinkan antara beberapa prinsip yang
saling bertentangan yaitu:
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ideologi dalam Sistem Komunikasi Indonesia sangat berperan
penting dalam proses terjalinnya komunikasi. Ideologi komunikasi
mempunyai beberapa aspek yang mencakup ragam dan jenis ideologi di
berbagai negara khususnya Indonesia. Kompetisi dan Kontroversi ideologi
pada sistem media massa yang mencakup pers otoritarian, libertarian, dan
komunis Soviet menjadi acuan bagi para jurnalistik untuk meluncurkan pers
di dunia. Selain itu, modifikasi dan sistem alternatif juga menjadi
konsentrasi yang penting dalam ideologi sistem komunikasi Indonesia
karena hal tersebut sangat berperan penting dalam sistem komunikasi
Indonesia.
24
DAFTAR PUSTAKA
https://youtu.be/Tj1KD3ioGFY
http://digilib.ubl.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1793
25