Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AsistensiE-filing 1770s & 1770ss

E-filling adalah cara penyampaian SPT atau pemberitahuan

perpanjangan SPT tahunan yang dilakukan secara online dan real time

melalui website e-filing pajak DJP Online atau aplikasi yang disediakan ASP

(Application Service Provider) yang harus memiliki EFIN (Electronic Filing

Identification Number) yaitu nomor identitas yang diterbitkan KPP kepada

wajib pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan SPT

tahunan PPh secara e-filing.

1770s adalah

Kegiatanrelawanpajakdilaksanakandalamrangkamendukungpenerimaa

n SPT Tahunan di Tahun 2019 danmendorongmigrasiwajibpajakkee-

filing.Temakegiataniniadalah “RelawanPajakcerdas, E-Filing Tuntas”.

Adapunmateri yang diberikankepadaRelawanPajakberupa:

1. pengenalanstandarpengelolaanpelayanan,

meliputistandarpengelolaanpelayanandikantorpelayananpajak (KPP)

DumaidanBapenda

2. kesadaranpajakberupapengetahuanumumperpajakansepertihak, kewajiban,

objekpajak, subjekpajak, dasarpengenaandan lain-lain.

3. SPT Tahunanseputartatacarapenyampaian SPT Tahunan 1770S dan 1770

SS secarae-filing.

4. FAQ

4
5. soft kill teknikkomunikasikepadawajibpajak.

6. code of conduct relawanpajak.

2.2 Tahapan Pengelolaan untuk Standarisasi

Setiap Tax Center/Program

StudiPerpajakantentumemilikikarakteristikmasing-

masingdalammengembangkanberbagaikegiatan,

termasukdalamkegiatanRelawanPajak.Karakteristik yang

terlampaujauhberbedadarisatu Tax Center/Program

StudiPerpajakandanlokasilainnyatentuakanmenyebabkanadanyakepuasanWaji

bPajakkepadapelayananRelawanPajakitusendiridanhaliniberdampakkontradik

tifkepadaupayapeningkatankepatuhanWajibPajak.

KegiatanRelawanPajakakandikoordinasikanolehseorangKoordinatorK

egiatan yang dapatberupaDosenatau Tenaga Kependidikan.

SedangkanRelawanPajaksendiriakantersegmentasimenjadiempatPetugasantar

a lain:

1. PetugasPengawas, yaituRelawanPajak yang

bertugasmelakukanpengawasanpengelolaandanmembanturelawanpajaklain

nya.

2. PetugasAsistensi, yaituRelawanPajak yang

bertugasmelakukankegiatanasistensi.

3. PetugasRegistrasi, yaituRelawanPajak yang

bertugasmelakukankegiatanregistrasi.

5
4. PetugasPendukung, yaituRelawanPajak yang

bertugasmelaksanakanfungsipendukung, misalnyadukunganperalatan,

publishing, social media, pembuatan email, dsb.

Terdapat beberapa standar dalam kegiatan Relawan Pajak yakni

standar pengelolaan pelayanan, standar Sumber Daya Manusia,

standarfasilitas, dan standar pengawasan. Berikut penjelasannya yaitu:

1. Standar Pengelolaan Pelayanan, meliputi Standar Pengelolaan Pelayanan

di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan di Luar KPP. Standar Pelayanan di

KPP yakni mengikuti Standar Prosedur yang berlaku di KPP berdasarkan

ketetapan Kepala KPP. Sedangkan Standar Pelayanan di Luar KPP

meliputi standar yang meliputi pengaturan jam pelayanan, sistem antrean,

dan saat keadaan darurat. Pengelolaan hari dan jam pelayanan harus

disusun oleh setiap Tax Center yang melaksanakan kegiatan asistensi dan

dikomunikasikan dengan baik oleh Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak perlu

menandatangani Dokumen Non Disclosure Aggrement yang berupa

pernyataan kesediaan Wajib Pajak untuk menunjukan data-data pribadinya

dan hal-hal lain terkait asistensi Relawan Pajak. Setiap Wajib Pajak yang

telah mendapat antrian harus dilayani hingga antrean terakhir. Kegiatan ini

difokuskan pada asistensi pengisian SPT Tahunan via e-filing dengan jenis

formulir 1770S dan 1770SS, Relawan Pajak harus memastikan para Wajib

Pajak datang untuk kepentingan tersebut. Petugas DJP mendampingi

kegiatan asistensi Relawan Pajak dalam hal pemenuhan EFIN untuk

mendukung pelaporan via e-filing ini.

6
2. Standar Sumber Daya Manusia, yaitu Standar Persyaratan SDM, Standar

pengaturan jumlah dan alokasi, dan Standar berpakaian dan berprilaku.

Standar Pengaturan SDM meliputi pembagian tugas SDM yang antara lain

terdiri atas Koordinator Kegiatan, Petugas Pengawas (10%), Petugas

Asistensi (60%), Petugas Registrasi (20%), dan Petugas Pendukung (10%).

Komposisi petugas dapat disesuaikan oleh Koordinator Kegiatan dalam

keadaan yang ramai atau karena alasan lainnya yang ditetapkan

Koordinator Kegiatan. Selain itu, setiap Relawan Pajak perlu menjaga

penampilan dan perilaku dengan mengenakan pakaian yang rapi,

mengenakan tanda pengenal, merapikan rambut dan kuku, melayani Wajib

Pajak dengan sopan dan santun dan tidak bau mulut.

3. Standar Fasilitas yakni ketentuan fasilitas yang tersedia di lokasi asistensi,

yang meliputi Standar Fasilitas di KPP dan di Luar KPP.

4. Standar Pengawasan yaitu standar yang dilakukan oleh Relawan Pajak

untuk memenuhi ekspektasi masyarakat antara lain berupa pemenuhan

petugas supervisi yang handal sebagai tempat petugas Asistensi bertanya

dan Koordinator Relawan yang selalu dalam keadaan dapat dihubungi.

2.3 Sasaranatau Target Kegiatan Relawan Pajak

Selain berkontribusi kepada negara, pengembangan kapasitas diri dan

networking adalah manfaat yang dapat diperoleh oleh mahasiswa jika

menjadi Relawan Pajak. Tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman di

lapangan akan menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja yang makin

7
kompetitif. Relawan Pajak nantinya tentu akan lebih unggul mendalami

teknis perpajakan. Selain itu, akan ditemukan sederet teman yang akan

mengisi waktu luang untuk memperluas jejaring maupun membangun

komunitas. Di lain sisi, kegiatan ini juga sebagai wadah bagi Dosen untuk

melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai salah satu pilar

tridarma perguruan tinggi. Adapun sasaran dan target dalam pelaksanaan

relawan pajak ini yaitu:

1. Sasaran

Programrelawanpajakmenyasarmahasiswa, baikdenganlatarbelakang,

perpajakanmaupun non perpajakan,denganmelibatkan Tax Center dan

Program studiperpajakandiseluruh Indonesia.

Relawanpajakakanmelakukanasistensipengisian SPT Tahunan 1770S dan

1770 SS melaluie-filing.

2. Target

Wajibpajak orang pribadikaryawandengankewajibanpenyampaian SPT

Tahun 1770S dan 1770SS di wilayahKanwil DJP Riau Tahunmenjadi

target asistensirelawanpajak.

Peningkatankualitaspelayananwajibpajakdalammenyampaikan SPT

Tahunandanmeningkatkankesadaranwajibpajakbahwwapenyampaian SPT

Tahunanmelaluie-filing dapatdilakukandimanapundankapansaja.

8
PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek
pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 Undang-Undang Pajak
Penghasilan.

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status
sebagai subjek pajak luar negeri menerima atau memproleh penghasilan dengan nama
dan dalam bentuk apapun dari pemotong PPh pasal 21 sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, termasuk penerima pension.

PEMOTONG PAJAK PPh PASAL 21

Pemotong PPh Pasal 21, meliputi :

1. Pemberi kerja yang terdiri dari :


a. Orang pribadi
b. Badan atau
c. Cabang, perwakilan, atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau
seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang,
perwakilan,atau unit tersebut.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau
pemegang kas pada pemerintah pusat termasuk institusi TNI?POLRI, pemerintah
daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya,
dan kedutaan besar Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
3. Dana pension, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pension secara berkala dan tunjangan hari tua
atau jaminan hari tua
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan
yang membayar :
a. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas
dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya.
b. Honorarium, komisi, fee, atau pembayaran lain sebagai imabala sehubungan
dengan jasa yang dilakkan oleh orang pribadi dengan status subjek pajak
luar negeri
c. Honorarium, komisi, fee, atau imbalan lain kepada peserta pendidikan dan
pelatihan, serta pegawai magang

9
5. Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya
yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada wajib pajak orang pribadi berkenaan
dengan suatu kegiataan

Yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk
melakukan pemotongan pajak adalah :
1. Kantor perwakilan Negara asing
2. Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan atau
3. Pemeberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

WAJIB PAJAK PPh PASAL 21


Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan
:
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, pension atau uang manfaat pension, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai yang menerima atau emperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemberian jasa, meliputi :
a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilaian, dan aktuaris
b. Olahragawan
c. Penasihat, pengajar, pelatihan, penceramah, penyuluh, dan moderator
d. Pengarang, peneliti, dan penerjemaah

4. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
pegawai tetap pada perusahaan yang sama
5. Mantan pegawai dan
6. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan antara lain :
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,
seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
b. Peserta rapt, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungan kerja
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara
kegiatan tertentu
d. Peserta pendidikan dan pelatihan

10
e. Peserta kegiataan lainnya

OBJEK PAJAK PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah :

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa


penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pension secara teratur
berupa uang pension atau penghasilan sejenis
3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pension, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya
melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja
4. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmaatan lainnya dengan nama
dan dalam bentuk apa pun yang diberikan oleh :
a. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, atau
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus

BIAYA JABATAN DAN BIAYA PENSIUN

Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangan dari penghasilan bruto untuk
penghitungan pemotongan pajak penghasilan bagi pegawai tetap, ditetapkan sebesar
5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp.500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) sebulan atau RP. 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun.

Besarnya biaya pension yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi penerima pension, ditetapkan
sebesar 5% (lima persen ) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya RP. 200.000,00 (dua
ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp Rp. 2.400.000,00 9 dua juta empat ratus ribu rupiah)
setahun.

DASAR PENGENAAN DAN PEMOTONGAN

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 :

1. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi


a. Pegawai tetap
b. Penerima pension berkala
c. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan
2. Jumlah penghasilan yang melebihi RP300.000,00 (tiga ratus riu rupiah) sehari,
berlaku bagi
Pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif

11
yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp3.000.000,00
(tiga juta rupiah)
3. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, berlaku bagi :
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan pemeberian jasa, yang menenrima imbalan yang tidak bersifat
berkesinambungan
4. Jumlah penghasilan bruto, berlaku bagi :
Penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada
angka 1, 2, dan 3

TARIF PAJAK DAN PENERAPANNYA


Tariff pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam pasal
21 undang-undang pajak penghasilan adalah sebagai berikut :
1. Tariff berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan kena pajak
dari :
a. Pegawai tetap
b. Penerima pension berkala
c. Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau
jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan
kalender telah melebihi Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah), dan
d. Bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan

Penghasilan kena pajak dihitung sebesar :


Bagi pegawai tetap
Besarnya penghasilan kena pajak bagi pegawai tetap adalah sebesar
penghasilan neto dikurangi PTKP. Sedangkan penghasilan neto dihitung
seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan
1. Biaya jabatan
2. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada
dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pension yang
pendiriannya telah disakhakn oleh Menteri keuuangan.

Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut :

PPh Pasal 21 = penghasilan kena pajak x tariff Ps 17 UU PPh

= (penghasilan netto – PTKP) x tariff Ps 17 UU PPh

= (penghasilan bruto – Biaya Jabatan – iuran pensiun


dan iuran THT/JHT yang dibayar sendiri – PTKP) x tariff Ps 17 UU PPh

12
CARA MENGHITUNG PPh PASAL 21

Penghitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap berkala dibedakan


menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Penghitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan


PPh Pasal 21 yang tentang untuk setiap masa pajak, yang
dilaporakan dalam SPT masa PPh Pasal 21, selain masa pajak
desember atau masa pajak dimana pegawai tetap berhenti bekerja
2. Penghitungan kembali sebagai dasar pengisian form 1721 A1 atau
1721 A2 dan pemotongan PPh Pasal 21 dan pemotongan PPh Pasal
21 yang terutang untuk masa pajak Desember atas masa pajak
dimana pegawai tetap berhenti bekerja

Penghitungan kembali ini dilakukan pada :


a. Bulan dimana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun
b. Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir
tahun kalender dan bagi penerima pensiun yang menerima uang
pensiun sampai akhir tahun kalender.

Penghitungan asa atau bulanan selain masa pajak Desember atau masa pajak di mana
pegawai tetap berhenti bekerja :

1. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Teratur


Bagi pegawai tetap

Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dihitung seluruhb penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama
dahulu, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran
teratur lainnya. Termsuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.
Untuk perusahaan yang masuk program BPJS ketenegakerjaan, Premi Jaminan
kecelakan kerja (JKK), premi jaminan kematian (JK), premi jaminan hari tua (JHT)
dan premi pemeliharaan kesehatan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja
merupakan penghasilan bagi pegawai. Ktentuan yang sama diberlakukan juga
bagi premi asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh
pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam
menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan
bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai
Selanutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan
cara mengurangi penghsilan bruto sebulan dengan biaya jabatan, serta iuran
pensiun, iuaran jaminan hari tua, dan tunjangan hari tua yang dibayar sendiri
oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada dana pensiun

13
yang pendiriannya disahkan oleh menteri keuangan atau kepada BJPS
ketenagakerjaan.
Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji
sebulan, maka untuk penghitungan PPh Pasal 21, jumlah penghsilan tersebut
terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan mempergunakan factor
perkalian sebagai berikut :
a. Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4
b. Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26
Selanjutkan dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan
neto sebulan dikalikan 12.

Dalam hal seorang pegawai tetap dengan keawjiban pajak subjektifnya


sebagai wajib pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai
bekerja setelah bulan janurai, maka penghsilan netu setahun dihitung
dengan mengalikan penghasilan neto setahun dengan banyaknya bulan
sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan
desember.
Selanjutnya dihuitung penghsilan kena pajak sebagai dasar penerapan tariff
pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar penghasilan neto setahun dikurangi dengan
PTKP.
Setelah diperoleh PPh tertutang dengan menerapkan tariff pasal 17 ayat UU
PPh terhadap penghasilan kena pajak, selanjutnya dihitung PPh pasal 21
sebulan, yang harus dipotong dan atau disetor ke kas Negara, yaitu sebesar :
a. Jumlah PPh Pasal 21 setahun dibagi dengan 12 atau
b. Jumlah PPh Pasal 21 setahun dibagi banyaknya bulan yang menjadi
factor pengali dalam hal wajib pajak mulai bekerja setelah bulan januari

PPh Pasal 21 atas penghasilan seminggu dibayar gaji bulanan juga dibayar
kenaikan gaji yang berlaku surat, misalnya untuk 5 (lima) bulan, maka
penghitungan PPh Pasal 21 atas rapel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut (dalam


hal ini 5 bulan )
b. Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan
sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh
pasal 21
c. PPh pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dhitung
kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan
d. PPh pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud
adalah seleisih antara jumlah pajak yang dhitung berdasarkan huruf c
dikurnagi jumlah pajak yang telah dipotong sebagaimana disbeut pada
huruf b.

14
15

Anda mungkin juga menyukai