Penulis :
Dr. Bedjo Santoso, S.SiT., M.Kes (MKETGMI)
Dr. Waljuni Astu Rahman, SKM., M.Pd (MKETGMI)
I Nyoman Gejir, S.Si.T., M.Kes (MKETGMI)
Endang Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd (MKETGMI)
PENERBIT :
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
1
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU
TERAPIS GIGI DAN MULUT
Penulis :
Dr. Bedjo Santoso, S.SiT., M.Kes (MKETGMI)
Dr. Waljuni Astu Rahman, SKM., M.Pd (MKETGMI)
I Nyoman Gejir, S.Si.T., M.Kes (MKETGMI)
Endang Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd (MKETGMI)
Editor :
Epi Nopiah, S.Pd.MAP (DPP PTGMI)
Deru Marah Laut, S.Si.T., M.Kes (DPP PTGMI)
Zaeni Dahlan. S.Si.T., MPH (DPP PTGMI)
2
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini
dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
3
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KATA PENGANTAR
4
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
SK Dewan Pengurus Pusat PTGMI 4
Mukadimah 9
BAB I Kode Etik terhadap Masyarakat 10
Pasal 1 10
Pasal 2 11
BAB II Kode Etik terhadap Teman Sejawat 13
Pasal 3 13
BAB III Kode Etik terhadap Diri Sendiri 14
Pasal 5 14
BAB IV Kode Etik Terhadap Klien 15
Pasal 6 15
Pasal 7 16
Pasal 8 16
BAB V Kode Erik terhadap Profesi 17
Pasal 9 17
5
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Pasal 10 17
Penjelasan Kode Etik Terapis Gigi Dan Mulut 19
Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode 24
Etik Terapis Gigi Dan Mulut
Mukadimah 25
BAB I Pendahuluan A. 26
Latar Belakang B. 26
Tujuan Pedoman 28
BAB II Etik Terapis Gigi dan Mulut 30
BAB III Moral dan Terapis Gigi dan Mulut 38
BAB IV Perilaku sebagai Penjabaran Kode 42
Etik Terapis Gigi dan Mulut
Kode Etik terhadap Masyarakat 42
Kode Etik terhadap Teman Sejawat 70
6
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN TERAPIS GIGI DAN MULUT
INDONESIA
NOMOR : 25 /SK/DPP-PTGMI/ IV/2018
TENTANG
KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
INDONESIA BESERTA PEDOMAN
ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA
MAJELIS KEHORMATAN ETIK TERAPIS GIGI
DAN MULUT
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Terapis Gigi dan
Mulut Indonesia Tentang Kode
Etik Terapis Gigi dan Mulut
Beserta Pedoman Organisasi dan
Tatalaksana Kerja Majelis
Kehormatan Etik Terapis Gigi
dan Mulut; yang uraiannya tidak
terpisahkan dalam lampiran
keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak
ditetapkan dan apabila terdapat
kekeliruan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
10
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Ditetapkan di : Jakarta
PadaTanggal : 17 April 2018
11
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
INDONESIA
MUKADIMAH
12
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB I
KODE ETIK TERHADAP
MASYARAKAT
Pasal 1
(1) Terapis Gigi dan Mulut mengemban tanggung
jawab bersama masyarakat dalam memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
secara komprehensif
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan gigi dan mulut secara optimal
(4) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memelihara
mutu pelayanan dan memberikan pelayanan
13
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat
secara profesional
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib bertindak sebagai
motivator dan pendidik masyarakat
Pasal 2
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya, wajib memberikan pelayanan sebaik
mungkin kepada individu dan masyarakat, tanpa
membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan
status ekonomi.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib berupaya
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat melalui upaya di bidang promotif,
preventif, dan kuratif terbatas.
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan profesi
14
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
(4) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
pertolongan darurat dalam batas-batas
kemampuan sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada
tenaga kesehatan lain yang lebih berwenang
memberikan pertolongan.
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk kepada
tenaga kesehatan yang berwenang apabila
menemukan kasus di luar kewenangan.
15
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB II
KODE ETIK TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 3
(1) Terapis Gigi dan Mulut memperlakukan teman
sejawat sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam melaksanakan
tugasnya harus saling menghormati sesama
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya
(3) Terapis Gigi dan Mulut menjalin hubungan dan kerja
sama yang baik dengan teman sejawat untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
(4) Terapis Gigi dan Mulut menjalin hubungan dan kerja
sama yang baik dengan tenaga kesehatan lain.
16
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB III
KODE ETIK TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 5
(1) Terapis Gigi dan Mulut wajib mempertahankan
dan meningkatkan martabat dirinya
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib mengikuti secara
aktif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Terapis Gigi dan Mulut wajib memelihara
kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik
(4) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjunjung tinggi
norma-norma hidup yang luhur.
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
keterangan atau pendapat secara jujur dan
bertanggungjawab.
(6) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama baik
dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi.
17
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB IV
KODE ETIK TERHADAP KLIEN
Pasal 6
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut menghormati
klien dan kemampuannya dalam membuat
keputusan yang terkait dengan kesehatan dan masa
depan klien.
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, senantiasa mendahulukan
kepentingan, memperhatikan hak dan tidak
menimbulkan kerugian bagi klien
(3) Terapis Gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, tidak membahayakan
keselamatan klien
(4) Terapis Gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, bersikap adil dan tidak
membeda-bedakan klien
18
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
pelayanan kepada pasien dengan sikap ramah,
ikhlas sehingga pasien merasa tenang dan aman
Pasal 7
Terapis Gigi dan Mulut wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang kliennya.
Pasal 8
Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan
Kesehatan Gigi senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai–nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
19
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB V
KODE ETIK TERHADAP PROFESI
Pasal 9
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa menjunjung
tinggi nama baik profesi dengan selalu
menunjukkan perilaku professional.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama
baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
Pasal 10
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa berperan serta
dalam kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat yang dapat meningkatkan
mutu dan citra profesi
(2) Terapis Gigi dan Mulut berperan aktif dalam
berbagai kegiatan pengembangan profesi
20
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Terapis Gigi dan Mulut berpartisipasi aktif
dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif
21
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
PENJELASAN KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN
MULUT
BAB I
KODE ETIK TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 1
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
(4) Jelas
(5) Jelas
Pasal 2
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
(4) Jelas
(5) Jelas
22
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB II
KODE ETIK TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 3
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
(4) Jelas
Pasal 4
Jelas
23
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB III
KODE ETIK TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 5
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
(4) Jelas
(5) Jelas
(6) Jelas
BAB IV
KODE ETIK TERHADAP KLIEN
Pasal 6
(1) Jelas
(2) Jelas
24
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Jelas
(4) Jelas
(5) Jelas
Pasal 7
Jelas
Pasal 8
Jelas
25
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB V
KODE ETIK TERHADAP PROFESI
Pasal 9
(1) Jelas
(2) Jelas
Pasal 10
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
Epi Nopiah
Ketua Umum
26
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
PEDOMAN PERILAKU SEBAGAI
DAN MULUT
2020
27
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
PEDOMAN PERILAKU SEBAGAI PENJABARAN
KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
MUKADIMAH
Profesi Terapis Gigi dan Mulut merupakan
tugas mulia yang tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan
dalam bidang kesehatan, perlu memiliki suatu kode etik
yang dijiwai oleh nilai – nilai Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945.
Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya harus mampu membawa diri dalam bersikap
dan melakukan tindakan yang terpuji, baik dalam
hubungannya dengan masyarakat, teman sejawat,
dirinya sendiri, klien maupun terhadap profesinya.
Kode etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
wajib dihayati, ditaati, dan diamalkan oleh setiap anggota
dalam menjalankan profesinya.
28
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(PTGMI) merupakan wadah tempat bernaung anggota
terapis gigi dan mulut di Indonesia. Terapis gigi dan
mulut bekerja memberikan asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan pelayanan kesehatan gigi kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Dalam bekerja terapis gigi
dan mulut dihadapkan pada suatu tuntutan agar
memberikan layanan yang berkualitas dan aman sesuai
dengan kaidah-kaidah profesi yang tertuang dalam
suatu kode etik terapis gigi dan mulut.
Kata etik berasal dari bahasa Yunani yaitu
ethos yang berarti adat, karakter ataupun perilaku
(Yetti, 2014). Bila dilihat dari filsafat keilmuan, etik
merupakan cabang filsafat yang berada dalam ranah
29
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
aksiologi, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang
nilai-nilai yang terkait tingkah laku. Tujuan utama etik
adalah agar dalam berinteraksi antara manusia tercapai
suatu kebaikan dan kebahagiaan. Disamping untuk
memperoleh suatu kebahagiaan, ada pemahaman lain,
yaitu etik sebagai sains atau studi tentang moral yang
disebut juga sebagai filsafat moral (Yetti, 2014).
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores.
Mores bermakna kebiasaan (LaPorte Matzo &
Sherman, 2006) dan mempunyai makna baik atau buruk
praktik perilaku manusia (Thompson, Melia & Boyd,
1988). Mores mengandung makna sikap, kewajiban,
akhlak, budi pekerti dan semangat (Kamus Bahasa
Indonesia online, 2015). Terkait dengan kewajiban, maka
kata moral lebih dekat maknanya dengan aturan- aturan,
undang-undang ataupun disiplin. Jadi walau kata etik dan
moral mempunyai pemahaman yang sama, namun secara
praktik kedua kata ini mempunyai makna
30
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
berbeda.
Intervensi dalam pelayanan kesehatan gigi
yang dilakukan terapis gigi dan mulut tidak menjamin
pasien memperoleh layanan yang professional, sehingga
tidak tertutup kemungkinan terapis gigi dan mulut
memberikan layanan kesehatan gigi yang tak dapat
dipertanggungjawabkan. Etik dan moral merupakan
pondasi yang menjadi dasar kokoh bagi profesi terapis
gigi dan mulut.
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(PTGMI) sebagai organisasi profesi mempunyai
tanggung jawab agar intervensi terapis gigi dan mulut
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan gigi sesuai
dengan kaidah profesi, sehingga perlu disusun pedoman
perilaku penjabaran kode etik terapis gigi dan mulut.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman perilaku penjabaran kode etik terapis
31
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
gigi dan mulut menjadi acuan terapis gigi dan mulut
dalam praktik terapis gigi dan mulut dalam menghadapi
situasi-situasi yang terjadi ditempat praktik pelayanan
kesehatan gigi dan kehidupan profesinya. Pada setiap
situasi akan terjadi beragam masalah yang tidak pernah
sama atau sangat unik, hal ini dipengaruhi oleh
keyakinan, budaya, nilai-nilai, ekonomi dan sosial
dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut.
32
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB II
ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
33
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mulut dengan terapis gigi dan mulut, terapis gigi dan
mulut dengan organisasi tempat ia bekerja dan terapis
gigi dan mulut dengan masyarakat luas. Bila antara
subjek yang berelasi saling menghargai dan tidak ada
yang mendominasi, maka akan tercapai kebahagiaan.
Namun bila ada subjek yang mendominasi, maka akan
terjadi masalah etik yang berarti syarat-syarat untuk
memenuhi unsur peduli tidak dapat dipenuhi.
Kepedulian terhadap profesi terapis gigi dan
mulut ditunjang oleh 4 (empat) unsur utama, yaitu
respect to others, compassion, advocacy dan intimacy.
Respect to others bertujuan untuk menghargai subjek
yang berrelasi. Subjek yang berrelasi adalah terapis gigi
dan mulut dengan pasien, atau antar subjek lainnya,
contoh respect to patients yaitu terapis gigi dan mulut
setiap memulai tugasnya hendaklah mengenalkan diri
pada pasien, apabila pasien sudah kenal, maka terapis
gigi dan mulut hendaklah menyampaikan bahwa ia
34
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
yang akan merawat pasien. Inilah contoh nyata
bagaimana sikap terapis gigi dan mulut menghargai
pasien.
Kedua adalah compassion yang secara
sederhana dapat diartikan sebagai rasa iba, yang diartikan
sebagai rasa sayang pada pasien. Rasa sayang ini dapat
dipelajari dengan cara turut merasakan apa yang dialami
(empati) terhadap pasien. Empati terhadap pasien
memberikan kenyataan yang sesungguhnya.
Ketiga adalah advocacy yang berarti
melindungi yaitu melindungi pasien supaya selamat,
aman dan nyaman selama berada dalam asuhan
pelayanan kesehatan gigi. Advocacy dapat dilakukan
dengan cara menjamin bahwa intervensi yang diberikan
terapis gigi dan mulut selalu aman. Hal ini dapat
diperoleh bila terapis gigi dan mulut memberikan
asuhan Terapis kesehatan gigi sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya. Bila terapis gigi dan
35
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mulut tidak memiliki kompetensi, maka ia tidak layak
diberi penugasan untuk intervensi tersebut.
Keempat adalah intimacy yang berarti
kedekatan terapis gigi dan mulut terhadap pasien.
Kondisi tersebut dimulai saat pasien kontak dengan
terapis gigi dan mulut sampai kebutuhan perawatan
pasien dinyatakan selesai.
Selain keempat unsur utama etik terapis gigi dan
mulut, ada unsur lain yang menjadi pertimbangan yaitu
beneficence, non-maleficence dan justice yang,
disampaikan oleh Hippocrates (400-300 SM).
Kemudian Beauchamp & Childress (1969)
menambahkan dengan Autonomy yang banyak terkait
dengan informed consent.
Beneficence merupakan suatu kegiatan yang
membawa kebaikan untuk pasien atau lebih dikenal
dengan doing good, sedangkan non-maleficence adalah
kegiatan yang tidak mencelakakan pasien dan dikenal
36
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dengan do no harm. Prinsip terakhir yang disampaikan
Hippocrates adalah justice atau lebih dikenal dengan
equal. Beauchamp dan Childress melengkapinya
dengan autonomy atau patient rights yang banyak
digunakan dalam proses informed dan consent.
Prinsip utama etik profesi terapis gigi dan
mulut memberikan jaminan kepada pasien bahwa
intervensi yang diberikan benar dan memenuhi prinsip
kemanusiaan yang meliputi veracity, privacy,
confidentiality dan fidelity. Prinsip veracity,
mempunyai pengertian agar terapis gigi dan mulut
menjelaskan dengan lengkap dan akurat agar pasien
memperoleh suatu pemahaman terhadap masalah yang
dideritanya yang terkait dengan asuhan kesehatan gigi
dan mulut. Walau dipahami oleh terapis gigi dan mulut
tentang konsep veracity, akan tetapi bila keluarga tidak
menginginkan pasien mengetahuinya dan atau karena
pasien tidak siap menerima informasi maka perlu
37
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dipertimbangkan untuk tidak dijelaskan. Tindakan tidak
menjelaskan ini merupakan salah satu pertimbangan
terhadap budaya yang dianut dimana keluarga
mempunyai hak atas pasien. Hak keluarga atas pasien
ini disebut dengan heteronomi.
Prinsip privacy, mengandung maksud bahwa
selain diri pasien tidak ada yang boleh mengakses
informasi tentang diri sendiri, merupakan wujud
perlindungan yang diberikan terapis gigi dan mulut
pada pasien.
Prinsip kemanusiaan yang ketiga adalah
confidentiality, prinsip ini bertujuan bahwa penjelasan
yang diberikan secara jujur hanya boleh diberikan kepada
pasien tidak boleh diberitakan kepada orang lain.
Privacy dan confidentiality mempunyai makna yang
hampir sama, yaitu tidak memberikan kesempatan orang
lain mengetahui tentang keadaan pasien.
Prinsip yang terakhir adalah fidelity yang
38
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
bermakna bahwa semua informasi dalam bentuk interaksi
antara terapis gigi dan mulut dengan pasien dapat
dipercaya kebenarannya. Percaya merupakan prinsip
yang sangat mulia yang dipunyai oleh terapis gigi dan
mulut, selain itu, mempercayai kebenaran merupakan
dasar untuk terbentuk suatu hubungan relasi.
Sedangkan terbentuk hubungan relasi sangat diperlukan
untuk kesembuhan pasien.
Prinsip inilah yang harus selalu diingat oleh
terapis gigi dan mulut dalam mengemban tugasnya.
Gagal memenuhi prinsip-prinsip ini akan berdampak
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap profesi terapis gigi dan mulut. Prinsip-prinsip
etik terapis gigi dan mulut hanya dapat dilaksanakan oleh
terapis gigi dan mulut yang memiliki karakter yang baik.
Menurut teori truth dari Carol Gilligan, karakter terapis
gigi dan mulut yang baik merupakan karakter terpuji,
dimana terapis gigi dan mulut bertanggung
39
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
jawab penuh terhadap intervensi terapis gigi dan mulut
yang diberikan. Terapis gigi dan mulut akan melihat
kepentingan pasien dan bagaimana kepentingan ini
dapat dipenuhi.
Bila prinsip-prinsip etik ini dipenuhi, maka
pasien merasa aman dan terapis gigi dan mulut
menunjukkan profesi muliannya pada pasien dan
masyarakat. Inilah nilai tertinggi suatu profesi terapis
gigi dan mulut. Bila nilai-nilai ini tidak diterapkan akan
terjadi suatu ketidakpatutan yang berada diranah etik
yang membahas tentang baik dan buruk bukan salah
atau benar yang tidak dapat dikategorikan sebagai suatu
kesalahan, sehingga tidak dapat dijamah oleh ranah
hokum dan tidak bisa dibawa kepengadilan.
Terapis gigi dan mulut yang tidak menerapkan
kaidah-kaidah etika, akan dikucilkan oleh teman-teman
profesinya, walau tidak dapat dijamah oleh hukum,
tetapi ada suatu keadaan yang memasuki ranah moral
40
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
sebelum masuk keranah etik.
BAB III
MORAL DAN TERAPIS GIGI DAN MULUT
44
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB IV
PERILAKU SEBAGAI PENJABARAN KODE
ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
46
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat;
(3) menyatakan bahwa: Upaya Kesehatan
adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan oleh Pemerintah dan/atau
masyarakat.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 20 tahun 2016, tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan
Mulut
47
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
3. Standar Kompetensi Terapis Gigi dan Mulut
Indonesia,
4. Kode EtikTerapis Gigi dan Mulut
5. Sumpah Profesi Terapis Gigi dan Mulut
48
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Mulut sesuai peraturan perundang-undangan.
Seorang Terapis Gigi dan Mulut mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian intergral dari status kesehatan perorangan
maupun kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan
gigi dan mulut akan mempengaruhi kualitas
kehidupan seseorang.
Dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagai seorang Terapis Gigi dan Mulut terhadap
kesehatan masyarakat agar mencapai kualitas yang
optimal, dilakukan dalam bentuk pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan
pelayanan asuhan yang terencana, diikuti dalam
kurun waktu tertentu secara berkesinambungan
yang meliputi promotif, preventif dan kuratif
terbatas dengan sasaran individu, kelompok dan
masyarakat.
49
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Dalam memberikan pelayananan asuhan
dilaksanakan melalui komunikasi efektif dengan
pasien, keluarga pasien, masyarakat, teman
sejawat baik lintas program maupun lintas sector,
seperti Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS),
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM),
Ante Natal Care (ANC).
Terapis gigi dan mulut mengemban
tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat :
a. Terapis gigi dan mulut memperlihatkan
perilaku hidup sehat di lingkungannya.
b. Terapis gigi dan mulut melakukan
pembimbingan kepada masyarakat untuk
hidup sehat dengan berpartisipasi aktif dalam
50
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tindakan preventif, promotif, serta kuratif
terbatas di bidang kesehatan gigi.
c. Terapis gigi dan mulut melaksanakan gerakan
masyarakat sehat, seperti perilaku hidup
sehat. hand hygiene, dan lain-lain
d. Terapis gigi dan mulut mengajarkan
masyarakat tentang kegawatdaruratan
kesehatan gigi dan mulut
e. Terapis gigi dan mulut mengajarkan
masyarakat menciptakan lingkungan yang
bersih, aman dan nyaman.
f. Terapis gigi dan mulut melakukan penelitian dan
menerapkan praktik berbasis bukti dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.
52
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
4. Konseling tindakan promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut.
Selain Permenkes Nomor 20 tahun 2016,
perilaku terapis gigi dan mulut harus sesuai
sumpah profesi yang berbunyi sebagai berikut:
1. Bahwa saya senantiasa akan menjalankan
tugas dan wewenang saya sebagai Terapis
Gigi dan Mulut dengan sungguh-sungguh,
seksama, obyektif, jujur, berani, adil tidak
membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras,
gender atau golongan tertentu dan akan
melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-
baiknya serta bertanggungjawab sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,
bangsa dan Negara.
2. Bahwa saya senantiasa mengutamakan
kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
dan golongan.
53
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Perilaku terapis gigi dan mulut
1. Seorang Terapis Gigi dan Mulut dalam
menjalankan tugasnya senantiasa harus
meningkatkan mutu pelayanan yang
profesional yaitu sesuai dengan kompetensi
yang telah ditetapkan dan mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 20 tahun
2016, dan sumpah profesi yang yang telah
diikrarkan.
2. Terapis gigi dan mulut mengemban tanggung
jawab bersama masyarakat dan dalam
menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan masyarakat
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
54
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut secara optimal
Perilaku terapis gigi dan mulut:
Dalam mendorong partisipasi masyarakat, Terapis
Gigi dan Mulut:
1. Memiliki semangat untuk mendahulukan
kepentingan bangsa serta masyarakat luas
2. Melaksanakan pengkajian masalah kesehatan
masyarakat dan memberikan pengetatahuan
serta pemahaman kesehatan serta cara
menyelesaikan masalah kesehatan tersebut
khususnya kesehatan gigi.
3. Melakukan penyuluhan pada individu,
kelompok dan masyarakat
4. Melibatkan masyarakat dalam menanggulangi
permasalahan kesehatan gigi dengan
55
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pemberdayaan masyarakat yaitu membentuk
kader kesehatan gigi.
5. Terapis Gigi dan Mulut wajib bertindak
sebagai motivator dan pendidik masyarakat
56
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional dan etika profesi
serta kebutuhan kesehatan penerima
pelayanan kesehatan.
b. Memperoleh persetujuan dari penerima
pelayanan kesehatan atau keluarganya
atas tindakan yang diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan
penerima pelayanan kesehatan.
d. Membuat dan menyimpan catatan
dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan dan tindakan yang dilakukan,
dan
e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan
ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan
kewenangan yang sesuai.
57
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b dan d hanya berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan perorangan
Perilaku terapis gigi dan mulut
1. Dalam menjalankan praktik
keprofesiannya, Terapis Gigi dan Mulut
melaksanakan tugas sesuai kompetensi
dan mempunyai kewajiban sebagai
berikut:
a. Menghormati hak pasien
b. Menyimpan rahasia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
c. Memberikan informasi tentang
masalah kesehatan dan pelayanan
yang dibutuhkan
58
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
d. Memperoleh persetujuan tindakan
pelayanan akan dilaksanakan kepada
pasien
e. Melakukan rujukan untuk kasus
diluar kompetensi dan
kewenangannya sesuai ketentuan
peraturan perundanga undangan dan
f. Mematuhi standar profesi , standar
prosedur operasional dan kode etik
profesi
2. Dalam menjalankan praktik
keprofesiannya harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan dengan
mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya, yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi atau pemerintah.
59
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
3. Dalam menjalankan profesinya sesuai
dengan ilmu Terapis Gigi dan Mulut yang
mutakhir, sarana yang tersedia,
kemampuan pasien, etika secara umum,
etika Terapis Gigi dan Mulut, hukum dan
agama.
4. Untuk mencapai kesejahteraan pasien,
Terapis Gigi dan Mulut harus berupaya
mengubah pelayanan yang buruk dan
tidak bijak menjadi pelayanan yang
berkualitas yaitu dengan cara melakukan
evaluasi kepuasan pasien.
5. Memberikan pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut yang paripurna.
61
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan
melalui berbagai metode dan media pembelajaran
baik kepada individu, kelompok dan masyarakat,
sehingga terjadi perubahan perilaku menuju
perilaku hidup sehat dan meningkatkan
produktifitas masyarakat.
Bentuk motivasi dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat adalah:
a. Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada
individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, melalui pelayanan kesehatan di
masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, di
sekolah-sekolah.
b. Melakukan pelatihan kader kesehatan gigi dan
mulut, guru serta dokter kecil
c. Konseling tindakan promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut.
Pasal 2
62
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya, wajib memberikan pelayanan sebaik
mungkin kepada individu dan masyarakat, tanpa
membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan
status ekonomi.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib berupaya
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat melalui upaya di bidang promotif,
preventif, dan kuratif terbatas.
Dasar pelaksanaan
Dalam menjalankan profesinya, Terapis Gigi dan
Mulut:
Berdasarkan pada standar profesi, standar
kompetensi, naskah sumpah profesi dan kode etik.
Dalam naskah sumpah profesi dinyatakan bahwa
“saya senantiasa akan menjalankan tugas dan
wewenang saya sebagai Terapis Gigi dan Mulut
63
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dengan sungguh-sungguh, seksama, obyektif,
jujur, berani, adil tidak membeda-bedakan
jabatan, suku, agama, ras, gender atau golongan
tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya
dengan sebaik-baiknya serta bertanggungjawab
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
masyarakat bangsa dan negara“
64
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
memanusiakan pasien atau klien melalui
sikap dan komunikasi yang sopan santun,
dengan bahasa yang mudah dipahami dan
tidak menyinggung perasaan.
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
Dasar pelaksanaannya:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2016
Pasal 12:
(1) Dalam menjalankann praktik
keprofesiaannya, Terapis Gigi dan Mulut
memiliki wewenang untuk melakukan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
meliputi:
65
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut;
b. upaya
pencegahan penyakit gigi;
c. manajemen
pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
d. pelayanan
kesehatan dasar pada kasus kesehatan
gigi terbatas; dan
e. dental assisting
(2) Asuhan kesehatan gigi dan mulut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pengkajian;
b. penegakan diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut;
c. perencanaan;
d. implementasi; dan
66
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
e. evaluasi.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), bagi Terapis Gigi dan
Mulut yang melakukan pekerjaannya
secara mandiri hanya memiliki
wewenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d.
67
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tenaga kesehatan lain yang lebih berwenang
memberikan pertolongan.
Dasar pelaksanaan
Pelaksanaannya berpedoman pada:
1. Undang-undang RI nomor: 36 tahun 2014,
pasal 59: Tenaga kesehatan yang
menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan pertolongan
pertama kepada penerima pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat
dan/atau pada bencana untuk penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 20 tahun 2016 pasal 22
yaitu:
(1) Dalam keadaan kedaruratan gigi dan
mulut, Terapis Gigi dan Mulut dapat
68
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
memberikan pertolongan pertama
sesuai dengan kompetensinya
(2) Pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk mengurangi rasa sakit dan
menstabilkan kondisi pasien
(3) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk
pasien kepada dokter gigi setelah
pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selesai
dilakukan
77
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk
dalam kemampuan dan ketrampilan yang
telah dimiliki oleh penerima pelimpahan
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan
tetap dibawah pengawasan pemberi
pelimpahan
c. Pemberi pelimpahan tetap
bertanggungjawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan
tindakan sesuai dengan pelimpahan yang
diberikan dan
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk
pengambilan keputusan sebagai dasar
pelaksanaan tindakan
2. Undang-undang RI nomor: 36 Tahun 2014,
Pasal 70
(1) Setiap tenaga kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan
78
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
perorangan wajib membuat Rekam Medis
Penerima Pelayanan Kesehatan
(2) Rekam Medis Penerima Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus segera dilengkapi setelah
Penerima Pelayanan kesehatan selesai
menerima pelayanan kesehatan
(3) Setiap rekam medis Penerima Pelayanan
Kesehatan harus dibubuhi nama , waktu
dan tanda tangan atau paraf Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan
atau tindakan
(4) Rekam medis Penerima Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh Tenaga Kesehatan dan
Pimpinan Fasilitas pelayanan Kesehatan.
79
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
3. Permenkes nomor: 749/Menkes/Per/XII/89
tentang
Pasal 13:
(1) Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan pasien
(2) Sebagai lahan pembuktian dalam hukum
(3) Sebagai bahan untuk keperluan penelitian
atau pendidikan
(4) Sebagai dasar pembayaran biaya
pelayanan kesehatan
(5) Sebagai bahan menyiapkan statistik
kesehatan
(6) Dokumen pasien yg memuat semua
perjalanan penyakit, terapi,obat maupun
non obat.
(7) Sarana komunikasi antar tenaga kesehatan
yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
atau perawatan
80
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(8) Sumber informasi untuk kelanjutan
pelayanan kesehatan/perawatan
(9) Alat untuk analisis dan evaluasi kualitas
pelayanan kesehatan
(10) Untuk second opinion
81
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
b.Terapis gigi dan mulut melaporkan sejawat
yang melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan standar, etik, dan tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c.Terapis gigi dan mulut menegur sejawat atas
perilaku yang tidak kompeten, tidak etik
dan tidak legal
d.Terapis gigi dan mulut membina sejawat agar
memelihara tindakan yang kompeten, etis,
dan legal.
84
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pendidikan menengah di bidang
kesehatan
Pasal 44:
85
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
c.Memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental
86
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
d. Memiliki surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji profesi,
dan
e.Membuat pernyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika
profesi
Pasal 50:
(1) Tenaga kesehatan harus membentuk
Organisasi Profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan, martabat dan etika
profesi tenaga kesehatan.
(2) Setiap jenis tenaga kesehatan hanya
dapat membentuk 1 (satu) Organisasi
Profesi
(3) Pembentukan Organisasi Profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
87
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Naskah sumpah profesi, yang menyebutkan
bahwa:
(1) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya,
akan setia dan taat kepada Negara
Republik Indonesia, mempertahankan,
mengamalkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, serta peraturan
perundang undangan yang berlaku di
Negara Republik Indonesia.
(2) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
senantiasa akan menjalankan tugas dan
wewenang saya sebagai Terapis Gigi
dan Mulut dengan sungguh-sungguh,
seksama, obyektif, jujur, berani, adil,
tidak membeda-bedakan jabatan, suku,
agama, ras, gender, atau golongan
87
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tertentu dan akan melaksanakan
kewajiban saya dengan sebaik-baiknya
serta bertanggung jawab sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat, bangsa dan Negara.
(3) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
senantiasa akan menolak atau tidak
menerima atau tidak mau dipengaruhi
oleh campur tangan siapa pun juga dan
saya akan tetapi teguh melaksanakan
tugas dan wewenang yang
diamanatkan kepada saya
(4) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
senantiasa mengutamakan kepentingan
pasien/klien diatas kepentingan pribadi
dan golongan
(5) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
tidak akan menceriterakan kepada
88
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
siapapun segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas
saya,kecuali jika diminta oleh
pengadilan untuk keperluan kesaksian
(6) Saya bersumpah/berjanj bahwa saya:
akan senantiasa saling menghormati,
membina kerjasama, keutuhan dan
kesetiakawanan dengan teman sejawat
(7) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
akan menjaga martabat dan
menghormati profesi dengan terus
menerus mengembangkan ilmu
pengetahuan Terapis Gigi dan Mulut.
90
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Memiliki legalitas sebagai tenaga
kesehatan yang ditunjukkan dengan
kepemilikan sertifikat kompetensi, STR,
SIP
b. Memiliki legalitas sebagai anggota
profesi yang ditunjukkan dengan
kepemilikan kartu tanda anggota (KTA),
dan telah mengikuti sumpah profesi
c. Mempertahankan dan meningkatkan
martabat diri ditunjukkan melalui
pelaksanaan pekerjaan secara professional
dan sesuai kompetensi.
d. Mengikuti secara aktif perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
ditunjukkan melalui kepesertaan kegiatan
ilmiah seperti seminar, pendidikan dan
pelatihan
91
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
e. Bekerja dengan baik ditunjukkan dengan
melakukan pekerjaan sesuai SPO, standar
kompetensi dan Permenkes nomor: 20
tahun 2016.
f. Menjunjung tinggi norma-norma hidup
yang luhur ditunjukkan dengan
melaksanakan kode etik
g. Memberikan keterangan atau pendapat
secara jujur dan bertanggung jawab
ditunjukkan dengan melaksanakan
sumpah profesi.
h. Menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi
ditunjukkan dengan melaksanakan kode
etik dan sumpah profesi.
92
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Perilaku terapis gigi dan mulut
93
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
b. Terapis gigi dan mulut selalu dapat
menjawab pertanyaan klien sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang
dimiliki
c. Terapis gigi dan mulut selalu
menepati janji
d. Terapis gigi dan mulut selalu ramah
e. Terapis gigi dan mulut menggunakan
seragam yang bersih dan sesuai
dengan norma kesopanan
f. Terapis gigi dan mulut berbicara
dengan lemah lembut
95
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Dasar pelaksanaan
1. Undang-undang nomor: 29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran, pasal 52:
(1) Mendapat informasi mengenai penyakit yang
diderita, tindakan penyembuhan, prognosis
(perkiraan hasil), dan risikonya.
(2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
(3) Mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan
medis
(4) Menolak tindakan medis
(5) Mendapatkan isi rekam medis
2. Undang-Undang nomor 36 tahun 2014,
Pasal 68 :
(1) Setiap tindakan pelayanan kesehatan
perorangan yang dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan harus mendapat persetujuan
96
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(2) Persetujuan sebagaimana di maksud pada ayat
(1) diberikan setelah mendapat penjelasa
secara cukup dan patut
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sekurang-kurangnya mencakup:
b. Tata cara tindakan pelayanan
c. Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan
d. Alternatif tindakan lain
e. Risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi dan
f. Prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat diberikan, baik secara tertulis
maupun lisan
(5) Setiap tindakan tenaga kesehatan yang
mengandung risiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang
97
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan
(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan
tindakan tenaga kesehatan sebagimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5)
diatur dengan Peraturan Menteri
Pasal 77:
Setiap penerima pelayanan kesehatan yang
dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian tenaga
Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan “.
Pasal 78:
Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan
kelalaian dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan
kesehatan, perselisishan yang timbul akibat kelalian
98
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
penyelesaian sengketa diluar pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
101
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tidak menimbulkan kerugian bagi
klien yang ditunjukkan dengan
bekerja sesuai SPO, standar profesi,
Permenkes nomor: 20 tahun 2016,
kode etik dan melakukan informed
concent.
c. Tidak membahayakan keselamatan
klien yang ditunjukkan dengan
bekerja sesuai SPO, standar profesi,
Permenkes nomor: 20 tahun 2016,
kode etik.
d. Bersikap adil dan tidak membeda-
bedakan klien, ditunjukan dengan
sikap adil dan tidak membeda-
bedakan klien sesuai dengan sumpah
profesi.
102
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
e. Ramah, ikhlas sehingga pasien merasa
tenang dan nyaman, ditunjukan
dengan:
1) Senyum: tetap tersenyum selama
memberikan pelayanan kepada
klien dan keluarga klien.
2) Salam: memberikan ucapan
salam kepada klien dan keluarga
klien.
3) Sapa: memberikan sapa kepada
klien dan keluarga klien.
4) Sopan: tidak menyinggung
perasaan klien dan keluarga
klien.
5) Santun: berperilaku sesuai
norma dan etika.
2. Terapis gigi dan mulut dalam memberikan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
103
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dan mulut menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, urnur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
Melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut wajib
memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
b. Terapis gigi dan mulut wajib
menjelaskan setiap intervensi dalam
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan pada klien dan keluarga
c. Terapis gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dilarang/tidak
104
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mencela adat kebiasaan dan keadaan
khusus klien;
d. Terapis gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dilarang/ tidak
membedakan pelayanan atas dasar
kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan
sosial pada klien.
3. Terapis gigi dan mulut dalam memberikan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan mulut senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama, melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut pada awal
bertemu klien, wajib menjelaskan
105
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
bahwa mereka boleh menjalankan/
diizinkan melaksanakan kegiatan yang
terkait dengan budaya, adat dan agama;
b. Terapis gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan wajib
memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama dan wajib mencari
solusi yang akan berpihak pada klien
bila terjadi konflik terkait nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama;
c. Terapis gigi dan mulut wajib membantu
klien memenuhi kebutuhannya sesuai
dengan budaya, adat istiadat dan agama;
d. Terapis gigi dan mulut wajib mengikut
sertakan klien secara terus menerus
106
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pada saat memberikan asuhan kesehatan
gigi dan mulut.
4. Tanggung jawab utama terapis gigi dan
mulut adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan kesehatan gigi dan
mulut, melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut wajib
melaksanakan asuhan kesehatan gigi
dan mulut sesuai standar prosedur
operasional (SPO)
b. Terapis gigi dan mulut wajib
melaksanakan intervensi pelayanan
kesehatan gigi sesuai dengan
kompetensinya
c. Terapis gigi dan mulut wajib membuat
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan
mulut sesuai SPO.
107
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Pasal 7
Terapis Gigi dan Mulut wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang kliennya.
Dasar pelaksanaan
1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 36
tahun 2014
Pasal 73:
(1) Setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan wajib menyimpan rahasia
kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan
(2) Rahasia kesehatan Penerima Pelayanan
kesehatan dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan, pemenuhan permintaan aparatur
penegak hukum bagi kepentingan penegakan
hukum, permintaan Penerima Pelayanan
Kesehatan sendiri, atau pemenuhan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
108
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang rahasia
kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan peraturan menteri.
2. Undang-undang RI nomor: 36 Tahun 2014,
Pasal 71:
(1) Rekam Medis Penerima Pelayanan Kesehatan
merupakan milik fasilitas pelayanan
kesehatan
(2) Dalam hal dibutuhkan, penerima pelayanan
kesehatan dapat meminta resume rekam
medis kepada fasilitas pelayanan kesehatan
109
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dengan menyimpan segala rahasia klien termasuk
catatan perawatan.
2. Terapis gigi dan mulut wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku, melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut tidak memberikan
informasi tentang klien kepada orang yang
tidak berkepentingan
b. Terapis gigi dan mulut tidak inendiskusikan klien
di tempat umum
c. Terapis gigi dan mulut menjaga kerahasiaan
dokumen klien
Pasal 8
Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan
Kesehatan Gigi senantiasa memelihara suasana
110
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
lingkungan yang menghormati nilai–nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
Dasar dan pelaksanaannya:
Naskah sumpah profesi Terapis Gigi dan Mulut:
1. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia
dan taat kepada Negara Republik Indonesia,
mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, serta peraturan
perundang undangan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia.
2. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya : senantiasa
akan menjalankan tugas dan wewenang saya
sebagai Terapis gigi dan Mulu dengan sungguh-
sungguh, seksama, obyektif, jujur, berani, adil,
tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras,
gender, atau golongan tertentu dan akan
melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-
baiknya serta bertanggungjawab sepenuhnya
111
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,
bangsadan Negara.
113
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Mengabdikan diri sesuai dengan
bidang keilmuan yang dimiliki
b. Meningkatkan kompetensi
c. Bersikap dan berperilaku sesuai kode
etik
d. Medahulukan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau kelompok
114
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a.Terapis gigi dan mulut menyusun standar yang
dibutuhkan profesi di institusi pelayanan
kesehatan gigi dan pendidikan.
b.Terapis gigi dan mulut wajib memfasilitasi
kebutuhan belajar mahasiswa sebagai calon
anggota profesi.
c.Terapis gigi dan mulut melakukan sosialisasi
ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru
dalam lingkup profesi di institusi pelayanan
kesehatan gigi dan pendidikan.
d.Terapis gigi dan mulut wajib menjaga nama
baik profesi dan simbol-simbol organisasi
profesi termasuk di media sosial dan
lainnya
Pasal 10
115
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa berperan serta
dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang dapat meningkatkan mutu dan
citra profesi
(2) Terapis Gigi dan Mulut berperan aktif dalam
berbagai kegiatan pengembangan profesi
(3) Terapis Gigi dan Mulut berpartisipasi aktif
dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif
Dasar pelaksanaan
Undang-Undang nomor 36 tahun 2014
Pasal 67:
(1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
dapat melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan
(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditujukan untuk
116
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
menghasilkan informasi kesehatan, teknologi,
produk teknologi dan teknologi informasi
kesehatan untuk mendukung pembangunan
kesehatan
(3) Penelitian dan pengembangan kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan perundang-undangan.
117
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
2. Dalam pengembangan profesi, Terapis
Gigi dan Mulut berperan aktif dan
mengikuti berbagai kegiatan ilmiah
seperti seminar, workshop, pelatihan
pengembangan profesi.
3. Dalam upaya membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif,
Terapis Gigi dan Mulut senantiasa
menjalin kerja sama dan hubungan baik
yang didasari rasa saling menghargai dan
menghormati dengan teman sejawat dan
mitra profesi.
4. Terapis gigi dan mulut berperan aktif
dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi terapis gigi dan mulut, melalui
perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut melaksanakan
kajian asuhan kesehatan gigi dan
118
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mulut yang diberikan secara terus
menerus dengan bimbingan terapis
gigi dan mulut yang ditunjuk.
b. Terapis gigi dan mulut
menyampaikan hasil kajian asuhan
kesehatan gigi dan mulut dalam
forum temu ilmiah pada institusi
terkait.
5. Terapis gigi dan mulut berpartisipasi aktif
dalam upaya profesi untuk membangun
dan memelihara kondisi kerja yang
kondusif demi terwujudnya asuhan
kesehatan gigi yang bermutu tinggi,
melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut harus aktif
memberikan usulan terhadap pihak
terkait agar tersedia sarana prasarana
119
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
untuk kelancaran asuhan kesehatan
gigi dan mulut;
b. Terapis gigi dan mulut wajib
menyampaikan asuhan kesehatan
gigi dan mulut yang telah
dilakukannya;
c. Terapis gigi dan mulut penanggung
jawab wajib memastikan
terlaksananya asuhan kesehatan gigi
dan mulut yang diberikan sejawat
dibawah tanggung jawabnya;
d. Terapis gigi dan mulut penanggung
jawab wajib menyampaikan
perkembangan asuhan kesehatan
gigi dan mulut kepada penanggung
jawab pelayanan kesehatan gigi atau
sejawat secara berkala bila
diperlukan.
120
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
121
Majelis Kehormatan
Majelis Etik Terapis
Kehormatan Etik Terapis Gigi
Gigi dan Mulut Indonesia
dan Mulut Indonesia