Anda di halaman 1dari 123

MAJELIS KEHORMATAN ETIK

TERAPIS GIGI DAN MULUT INDONESIA


DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN TERAPIS GIGI DAN MULUT
1
Majelis Kehormatan Etik INDONESIA
Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
2018
KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU
TERAPIS GIGI DAN MULUT

Penulis :
Dr. Bedjo Santoso, S.SiT., M.Kes (MKETGMI)
Dr. Waljuni Astu Rahman, SKM., M.Pd (MKETGMI)
I Nyoman Gejir, S.Si.T., M.Kes (MKETGMI)
Endang Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd (MKETGMI)

PENERBIT :
Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia

1
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU
TERAPIS GIGI DAN MULUT

Penulis :
Dr. Bedjo Santoso, S.SiT., M.Kes (MKETGMI)
Dr. Waljuni Astu Rahman, SKM., M.Pd (MKETGMI)
I Nyoman Gejir, S.Si.T., M.Kes (MKETGMI)
Endang Purwaningsih, SH., S.Si.T., M.Pd (MKETGMI)

Editor :
Epi Nopiah, S.Pd.MAP (DPP PTGMI)
Deru Marah Laut, S.Si.T., M.Kes (DPP PTGMI)
Zaeni Dahlan. S.Si.T., MPH (DPP PTGMI)

2
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini
dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

3
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KATA PENGANTAR

Terapis Gigi dan Mulut sebagai suatu profesi


harus memiliki akuntabilitas pelayanan yang diberikan
serta bekerja sesuai dengan standar profesi dan kode
etik yang telah di tetapkan.

Kode etik merupakan pedoman moral


berperilaku dalam menjalankan profesi, aturan dasar
yang mengatur tanggungjawab Terapis Gigi dan
Mulut terhadap diri sendiri, teman sejawat, klien dan
masyarakat dalam peran sebagai anggota organisasi
profesi. Dalam menjaga martabat profesi, setiap Terapis
Gigi dan Mulut perlu memahami kode etik, sehingga
akan selalu mengingat hakikat profesinya dan
tanggung jawab moral yang terkandung dalam tiap
keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
SK Dewan Pengurus Pusat PTGMI 4
Mukadimah 9
BAB I Kode Etik terhadap Masyarakat 10
Pasal 1 10
Pasal 2 11
BAB II Kode Etik terhadap Teman Sejawat 13
Pasal 3 13
BAB III Kode Etik terhadap Diri Sendiri 14
Pasal 5 14
BAB IV Kode Etik Terhadap Klien 15
Pasal 6 15
Pasal 7 16
Pasal 8 16
BAB V Kode Erik terhadap Profesi 17
Pasal 9 17

5
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Pasal 10 17
Penjelasan Kode Etik Terapis Gigi Dan Mulut 19
Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode 24
Etik Terapis Gigi Dan Mulut
Mukadimah 25
BAB I Pendahuluan A. 26
Latar Belakang B. 26
Tujuan Pedoman 28
BAB II Etik Terapis Gigi dan Mulut 30
BAB III Moral dan Terapis Gigi dan Mulut 38
BAB IV Perilaku sebagai Penjabaran Kode 42
Etik Terapis Gigi dan Mulut
Kode Etik terhadap Masyarakat 42
Kode Etik terhadap Teman Sejawat 70

Kode Etik terhadap Diri Sendiri 79

Kode Etik terhadap Klien 91

Kode Etik terhadap Profesi 109

6
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN TERAPIS GIGI DAN MULUT
INDONESIA
NOMOR : 25 /SK/DPP-PTGMI/ IV/2018

TENTANG
KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
INDONESIA BESERTA PEDOMAN
ORGANISASI DAN TATA LAKSANA KERJA
MAJELIS KEHORMATAN ETIK TERAPIS GIGI
DAN MULUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DEWAN PENGURUS PUSAT PERSATUAN
TERAPIS GIGI DANMULUT INDONESIA
Menimbang a Bahwa dalam menjalankan
. pelayanan keprofesiannya,
seorang Terapis Gigi dan Mulut
memerlukan seperangkat nilai –
nilai yang merupakan pedoman
moral dan etika dalam rangka
memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang
7

Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia


sebaik - baiknya untuk
masyarakat;
b bahwa untuk kepentingan seperti
. dimaksud pada huruf a telah
disusun dan disepakati Kode Etik
Terapis Gigi dan Mulut yang
wajib ditaati oleh seluruh terapis
gigi dan mulut Indonesia
c. bahwa untuk membina dan
mengawasi pelaksanaan Kode
Etik Terapis Gigi dan Mulut
telah disusun Pedoman
. Organisasi dan Tatalaksana
Kerja Majelis Kehormatan Etik
Terapis Gigi dan Mulut;
d bahwa untuk kepentingan
sebagaimana dimaksud pada
hurf a, b dan c perlu ditetapkan
Keputusan Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Terapis Gigi
dan Mulut Indonesia (DPP
PTGMI) tentang Kode Etik
Terapis Gigi dan Mulut
Indonesia beserta Pedoman
Organisasi dan Tatalaksana
8
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Kerja Majelis Kehormatan Etik
Terapis Gigi dan Mulut
Mengingat 1 Undang-Undang Nomor 36
. Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 289, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
2 Peraturan Pemerintah Pengganti
. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2013 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 138
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia NomoR
6084);
3 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 20 Tahun 2016 tentang
Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Terapis Gigi dan Mulut
Memperhatikan : Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan
9
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Terapis Gigi dan Mulut
Indonesia

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : Keputusan Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Terapis Gigi dan
Mulut Indonesia Tentang Kode
Etik Terapis Gigi dan Mulut
Beserta Pedoman Organisasi dan
Tatalaksana Kerja Majelis
Kehormatan Etik Terapis Gigi
dan Mulut; yang uraiannya tidak
terpisahkan dalam lampiran
keputusan ini.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak
ditetapkan dan apabila terdapat
kekeliruan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

10
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Ditetapkan di : Jakarta
PadaTanggal : 17 April 2018

DEWAN PENGURUS PUSAT PERSATUAN TERAPIS GIGI DAN


MULUT INDONESIA
Ketua Umum Sekretaris Umum

Epi Nopiah, S.Pd, M.AP Zaeni Dahlan,S.Si.T,MPH


NTA. 00.31.74.00366 NTA. 00.31.74.00367

11
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT
INDONESIA

MUKADIMAH

Profesi Terapis Gigi dan Mulut merupakan tugas


mulia yang tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan dalam
bidang kesehatan, perlu memiliki suatu kode etik yang
dijiwai oleh nilai – nilai Pancasila dan Undang – Undang
Dasar 1945.
Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya harus mampu membawa diri dalam bersikap
dan melakukan tindakan yang terpuji, baik dalam
hubungannya dengan masyarakat, teman sejawat,
dirinya sendiri, klien maupun terhadap profesinya.
Kode etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
wajib dihayati, ditaati, dan diamalkan oleh setiap
anggota dalam menjalankan profesinya

12
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB I
KODE ETIK TERHADAP
MASYARAKAT
Pasal 1
(1) Terapis Gigi dan Mulut mengemban tanggung
jawab bersama masyarakat dalam memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat
secara komprehensif
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan gigi dan mulut secara optimal
(4) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memelihara
mutu pelayanan dan memberikan pelayanan

13
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat
secara profesional
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib bertindak sebagai
motivator dan pendidik masyarakat

Pasal 2
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya, wajib memberikan pelayanan sebaik
mungkin kepada individu dan masyarakat, tanpa
membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan
status ekonomi.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib berupaya
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat melalui upaya di bidang promotif,
preventif, dan kuratif terbatas.
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan profesi

14
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
(4) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
pertolongan darurat dalam batas-batas
kemampuan sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada
tenaga kesehatan lain yang lebih berwenang
memberikan pertolongan.
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk kepada
tenaga kesehatan yang berwenang apabila
menemukan kasus di luar kewenangan.

15
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB II
KODE ETIK TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 3
(1) Terapis Gigi dan Mulut memperlakukan teman
sejawat sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam melaksanakan
tugasnya harus saling menghormati sesama
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya
(3) Terapis Gigi dan Mulut menjalin hubungan dan kerja
sama yang baik dengan teman sejawat untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
(4) Terapis Gigi dan Mulut menjalin hubungan dan kerja
sama yang baik dengan tenaga kesehatan lain.

16
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB III
KODE ETIK TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 5
(1) Terapis Gigi dan Mulut wajib mempertahankan
dan meningkatkan martabat dirinya
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib mengikuti secara
aktif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
(3) Terapis Gigi dan Mulut wajib memelihara
kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik
(4) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjunjung tinggi
norma-norma hidup yang luhur.
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
keterangan atau pendapat secara jujur dan
bertanggungjawab.
(6) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama baik
dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi.
17
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB IV
KODE ETIK TERHADAP KLIEN
Pasal 6
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut menghormati
klien dan kemampuannya dalam membuat
keputusan yang terkait dengan kesehatan dan masa
depan klien.
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, senantiasa mendahulukan
kepentingan, memperhatikan hak dan tidak
menimbulkan kerugian bagi klien
(3) Terapis Gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, tidak membahayakan
keselamatan klien
(4) Terapis Gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, bersikap adil dan tidak
membeda-bedakan klien

18
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
pelayanan kepada pasien dengan sikap ramah,
ikhlas sehingga pasien merasa tenang dan aman
Pasal 7
Terapis Gigi dan Mulut wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang kliennya.

Pasal 8
Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan
Kesehatan Gigi senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai–nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.

19
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB V
KODE ETIK TERHADAP PROFESI
Pasal 9
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa menjunjung
tinggi nama baik profesi dengan selalu
menunjukkan perilaku professional.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama
baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
Pasal 10
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa berperan serta
dalam kegiatan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat yang dapat meningkatkan
mutu dan citra profesi
(2) Terapis Gigi dan Mulut berperan aktif dalam
berbagai kegiatan pengembangan profesi

20
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Terapis Gigi dan Mulut berpartisipasi aktif
dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif

21
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
PENJELASAN KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN
MULUT
BAB I
KODE ETIK TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 1
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
(4) Jelas
(5) Jelas
Pasal 2
(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas
(4) Jelas
(5) Jelas

22
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB II
KODE ETIK TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 3
(1) Jelas

(2) Jelas

(3) Jelas

(4) Jelas
Pasal 4
Jelas

23
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB III
KODE ETIK TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 5

(1) Jelas

(2) Jelas

(3) Jelas

(4) Jelas

(5) Jelas

(6) Jelas

BAB IV
KODE ETIK TERHADAP KLIEN
Pasal 6
(1) Jelas

(2) Jelas

24
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Jelas

(4) Jelas
(5) Jelas
Pasal 7
Jelas

Pasal 8
Jelas

25
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB V
KODE ETIK TERHADAP PROFESI

Pasal 9
(1) Jelas
(2) Jelas

Pasal 10

(1) Jelas
(2) Jelas
(3) Jelas

Jakarta, 20 Maret 2018


Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Terapis Gigi Dan
Mulut Indonesia

Epi Nopiah
Ketua Umum

26
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
PEDOMAN PERILAKU SEBAGAI

PENJABARAN KODE ETIK TERAPIS GIGI

DAN MULUT

MAJELIS KEHORMATAN ETIK TERAPIS

GIGI DAN MULUT INDONESIA

2020

27
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
PEDOMAN PERILAKU SEBAGAI PENJABARAN
KODE ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT

MUKADIMAH
Profesi Terapis Gigi dan Mulut merupakan
tugas mulia yang tidak terlepas dari fungsi kemanusiaan
dalam bidang kesehatan, perlu memiliki suatu kode etik
yang dijiwai oleh nilai – nilai Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 1945.
Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya harus mampu membawa diri dalam bersikap
dan melakukan tindakan yang terpuji, baik dalam
hubungannya dengan masyarakat, teman sejawat,
dirinya sendiri, klien maupun terhadap profesinya.
Kode etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
wajib dihayati, ditaati, dan diamalkan oleh setiap anggota
dalam menjalankan profesinya.

28
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(PTGMI) merupakan wadah tempat bernaung anggota
terapis gigi dan mulut di Indonesia. Terapis gigi dan
mulut bekerja memberikan asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan pelayanan kesehatan gigi kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Dalam bekerja terapis gigi
dan mulut dihadapkan pada suatu tuntutan agar
memberikan layanan yang berkualitas dan aman sesuai
dengan kaidah-kaidah profesi yang tertuang dalam
suatu kode etik terapis gigi dan mulut.
Kata etik berasal dari bahasa Yunani yaitu
ethos yang berarti adat, karakter ataupun perilaku
(Yetti, 2014). Bila dilihat dari filsafat keilmuan, etik
merupakan cabang filsafat yang berada dalam ranah
29
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
aksiologi, yaitu suatu ilmu yang membahas tentang
nilai-nilai yang terkait tingkah laku. Tujuan utama etik
adalah agar dalam berinteraksi antara manusia tercapai
suatu kebaikan dan kebahagiaan. Disamping untuk
memperoleh suatu kebahagiaan, ada pemahaman lain,
yaitu etik sebagai sains atau studi tentang moral yang
disebut juga sebagai filsafat moral (Yetti, 2014).
Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores.
Mores bermakna kebiasaan (LaPorte Matzo &
Sherman, 2006) dan mempunyai makna baik atau buruk
praktik perilaku manusia (Thompson, Melia & Boyd,
1988). Mores mengandung makna sikap, kewajiban,
akhlak, budi pekerti dan semangat (Kamus Bahasa
Indonesia online, 2015). Terkait dengan kewajiban, maka
kata moral lebih dekat maknanya dengan aturan- aturan,
undang-undang ataupun disiplin. Jadi walau kata etik dan
moral mempunyai pemahaman yang sama, namun secara
praktik kedua kata ini mempunyai makna
30
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
berbeda.
Intervensi dalam pelayanan kesehatan gigi
yang dilakukan terapis gigi dan mulut tidak menjamin
pasien memperoleh layanan yang professional, sehingga
tidak tertutup kemungkinan terapis gigi dan mulut
memberikan layanan kesehatan gigi yang tak dapat
dipertanggungjawabkan. Etik dan moral merupakan
pondasi yang menjadi dasar kokoh bagi profesi terapis
gigi dan mulut.
Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(PTGMI) sebagai organisasi profesi mempunyai
tanggung jawab agar intervensi terapis gigi dan mulut
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan gigi sesuai
dengan kaidah profesi, sehingga perlu disusun pedoman
perilaku penjabaran kode etik terapis gigi dan mulut.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman perilaku penjabaran kode etik terapis
31
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
gigi dan mulut menjadi acuan terapis gigi dan mulut
dalam praktik terapis gigi dan mulut dalam menghadapi
situasi-situasi yang terjadi ditempat praktik pelayanan
kesehatan gigi dan kehidupan profesinya. Pada setiap
situasi akan terjadi beragam masalah yang tidak pernah
sama atau sangat unik, hal ini dipengaruhi oleh
keyakinan, budaya, nilai-nilai, ekonomi dan sosial
dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut.

32
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB II
ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT

Masing-masing profesi mempunyai dasar


permikiran tentang etik berbeda, hal ini disebabkan oleh
bentuk intervensi profesi yang berbeda. Bentuk
intervensi dalam pelayanan kesehatan gigi pada profesi
terapis gigi dan mulut termasuk dalam ranah care yaitu
asuhan kesehatan gigi dan mulut dan mulut. Dengan
demikian segala prinsip-prinsip etik yang digunakan
oleh profesi terapis gigi dan mulut adalah dalam rangka
menjamin performance dan kualitas pelayanan
kesehatan gigi yang diberikan terapis gigi dan mulut
sebagai bentuk kepedulian.
Dalam konteks kepedulian subjek, interaksi
diwujudkan dalam bentuk relasi yang terjadi antara
terapis gigi dan mulut dengan pasien, terapis gigi dan

33
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mulut dengan terapis gigi dan mulut, terapis gigi dan
mulut dengan organisasi tempat ia bekerja dan terapis
gigi dan mulut dengan masyarakat luas. Bila antara
subjek yang berelasi saling menghargai dan tidak ada
yang mendominasi, maka akan tercapai kebahagiaan.
Namun bila ada subjek yang mendominasi, maka akan
terjadi masalah etik yang berarti syarat-syarat untuk
memenuhi unsur peduli tidak dapat dipenuhi.
Kepedulian terhadap profesi terapis gigi dan
mulut ditunjang oleh 4 (empat) unsur utama, yaitu
respect to others, compassion, advocacy dan intimacy.
Respect to others bertujuan untuk menghargai subjek
yang berrelasi. Subjek yang berrelasi adalah terapis gigi
dan mulut dengan pasien, atau antar subjek lainnya,
contoh respect to patients yaitu terapis gigi dan mulut
setiap memulai tugasnya hendaklah mengenalkan diri
pada pasien, apabila pasien sudah kenal, maka terapis
gigi dan mulut hendaklah menyampaikan bahwa ia
34
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
yang akan merawat pasien. Inilah contoh nyata
bagaimana sikap terapis gigi dan mulut menghargai
pasien.
Kedua adalah compassion yang secara
sederhana dapat diartikan sebagai rasa iba, yang diartikan
sebagai rasa sayang pada pasien. Rasa sayang ini dapat
dipelajari dengan cara turut merasakan apa yang dialami
(empati) terhadap pasien. Empati terhadap pasien
memberikan kenyataan yang sesungguhnya.
Ketiga adalah advocacy yang berarti
melindungi yaitu melindungi pasien supaya selamat,
aman dan nyaman selama berada dalam asuhan
pelayanan kesehatan gigi. Advocacy dapat dilakukan
dengan cara menjamin bahwa intervensi yang diberikan
terapis gigi dan mulut selalu aman. Hal ini dapat
diperoleh bila terapis gigi dan mulut memberikan
asuhan Terapis kesehatan gigi sesuai dengan
kompetensi yang dimilikinya. Bila terapis gigi dan
35
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mulut tidak memiliki kompetensi, maka ia tidak layak
diberi penugasan untuk intervensi tersebut.
Keempat adalah intimacy yang berarti
kedekatan terapis gigi dan mulut terhadap pasien.
Kondisi tersebut dimulai saat pasien kontak dengan
terapis gigi dan mulut sampai kebutuhan perawatan
pasien dinyatakan selesai.
Selain keempat unsur utama etik terapis gigi dan
mulut, ada unsur lain yang menjadi pertimbangan yaitu
beneficence, non-maleficence dan justice yang,
disampaikan oleh Hippocrates (400-300 SM).
Kemudian Beauchamp & Childress (1969)
menambahkan dengan Autonomy yang banyak terkait
dengan informed consent.
Beneficence merupakan suatu kegiatan yang
membawa kebaikan untuk pasien atau lebih dikenal
dengan doing good, sedangkan non-maleficence adalah
kegiatan yang tidak mencelakakan pasien dan dikenal
36
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dengan do no harm. Prinsip terakhir yang disampaikan
Hippocrates adalah justice atau lebih dikenal dengan
equal. Beauchamp dan Childress melengkapinya
dengan autonomy atau patient rights yang banyak
digunakan dalam proses informed dan consent.
Prinsip utama etik profesi terapis gigi dan
mulut memberikan jaminan kepada pasien bahwa
intervensi yang diberikan benar dan memenuhi prinsip
kemanusiaan yang meliputi veracity, privacy,
confidentiality dan fidelity. Prinsip veracity,
mempunyai pengertian agar terapis gigi dan mulut
menjelaskan dengan lengkap dan akurat agar pasien
memperoleh suatu pemahaman terhadap masalah yang
dideritanya yang terkait dengan asuhan kesehatan gigi
dan mulut. Walau dipahami oleh terapis gigi dan mulut
tentang konsep veracity, akan tetapi bila keluarga tidak
menginginkan pasien mengetahuinya dan atau karena
pasien tidak siap menerima informasi maka perlu
37
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dipertimbangkan untuk tidak dijelaskan. Tindakan tidak
menjelaskan ini merupakan salah satu pertimbangan
terhadap budaya yang dianut dimana keluarga
mempunyai hak atas pasien. Hak keluarga atas pasien
ini disebut dengan heteronomi.
Prinsip privacy, mengandung maksud bahwa
selain diri pasien tidak ada yang boleh mengakses
informasi tentang diri sendiri, merupakan wujud
perlindungan yang diberikan terapis gigi dan mulut
pada pasien.
Prinsip kemanusiaan yang ketiga adalah
confidentiality, prinsip ini bertujuan bahwa penjelasan
yang diberikan secara jujur hanya boleh diberikan kepada
pasien tidak boleh diberitakan kepada orang lain.
Privacy dan confidentiality mempunyai makna yang
hampir sama, yaitu tidak memberikan kesempatan orang
lain mengetahui tentang keadaan pasien.
Prinsip yang terakhir adalah fidelity yang
38
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
bermakna bahwa semua informasi dalam bentuk interaksi
antara terapis gigi dan mulut dengan pasien dapat
dipercaya kebenarannya. Percaya merupakan prinsip
yang sangat mulia yang dipunyai oleh terapis gigi dan
mulut, selain itu, mempercayai kebenaran merupakan
dasar untuk terbentuk suatu hubungan relasi.
Sedangkan terbentuk hubungan relasi sangat diperlukan
untuk kesembuhan pasien.
Prinsip inilah yang harus selalu diingat oleh
terapis gigi dan mulut dalam mengemban tugasnya.
Gagal memenuhi prinsip-prinsip ini akan berdampak
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap profesi terapis gigi dan mulut. Prinsip-prinsip
etik terapis gigi dan mulut hanya dapat dilaksanakan oleh
terapis gigi dan mulut yang memiliki karakter yang baik.
Menurut teori truth dari Carol Gilligan, karakter terapis
gigi dan mulut yang baik merupakan karakter terpuji,
dimana terapis gigi dan mulut bertanggung
39
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
jawab penuh terhadap intervensi terapis gigi dan mulut
yang diberikan. Terapis gigi dan mulut akan melihat
kepentingan pasien dan bagaimana kepentingan ini
dapat dipenuhi.
Bila prinsip-prinsip etik ini dipenuhi, maka
pasien merasa aman dan terapis gigi dan mulut
menunjukkan profesi muliannya pada pasien dan
masyarakat. Inilah nilai tertinggi suatu profesi terapis
gigi dan mulut. Bila nilai-nilai ini tidak diterapkan akan
terjadi suatu ketidakpatutan yang berada diranah etik
yang membahas tentang baik dan buruk bukan salah
atau benar yang tidak dapat dikategorikan sebagai suatu
kesalahan, sehingga tidak dapat dijamah oleh ranah
hokum dan tidak bisa dibawa kepengadilan.
Terapis gigi dan mulut yang tidak menerapkan
kaidah-kaidah etika, akan dikucilkan oleh teman-teman
profesinya, walau tidak dapat dijamah oleh hukum,
tetapi ada suatu keadaan yang memasuki ranah moral
40
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
sebelum masuk keranah etik.
BAB III
MORAL DAN TERAPIS GIGI DAN MULUT

Etik merupakan suatu filsafat moral. Kata


moral berasal dari bahasa Latin yaitu mores yang
bermakna kebiasaan. Kata etik dan moral sering
dipadupadankan dalam penggunaannya, karena
keduanya terkait dengan tingkah laku manusia.
Walaupun kedua kata ini sangat berdekatan, kata moral
secara formal lebih dekat kesuatu aturan, standar
perilaku, ataupun kedisiplinan yang diemban oleh
terapis gigi dan mulut sebagai individu maupun
kelompok. Moral lebih kepada pengertian benar atau
salah, dengan demikian bila terjadi pelanggaran
terhadap aturan, standar ataupun disiplin, maka terapis
gigi dan mulut melakukan suatu kesalahan yang pada
tingkat lebih lanjut akan memasuki ranah hukum.
41
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Walaupun terapis gigi dan mulut secara
individu ataupun berkelompok dapat memasuki ranah
hukum, namun bila terapis gigi dan mulut mengikuti
aturan-aturan yang telah dibuat, terapis gigi dan mulut
akan terbebas dari masalah hokum, artinya bila terapis
gigi dan mulut dapat mengikuti aturan-aturan yang telah
ditetapkan, maka tidak cemas dalam melaksanakan
profesi terapis gigi dan mulut.
Tahapan yang paling tinggi yang dapat terapis
gigi dan mulut lakukan adalah melakukan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dan mulut dengan berpijak
pada tahap social contract and individual rights, artinya
pada tahap ini profesi terapis gigi dan mulut sudah
tertata dengan baik, semua aturan sudah dipahami dan
dipatuhi untuk dilaksanakan. Semua intervensi
ditujukan untuk kesejahteraan pasien berdasarkan
kontrak-kontrak sosial yang sudah diakui secara hukum.
Bila social contract and individual rights
42
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
belum tercapai, maka terapis gigi dan mulut dapat
mematuhi aturan dengan melihat pada obedience and
punishment orientation dan pada maintaining the social
order.
Pada obedience and punishment orientation
terapis gigi dan mulut dihadapkan pada dua pilihan,
yaitu mematuhi aturan atau dihukum yang artinya
terapis gigi dan mulut harus patuh pada aturan, standar
atau disiplin yang dibuat. Bila tidak dilakukan atau
tidak patuh maka terapis gigi dan mulut akan
dihadapkan pada suatu proses peradilan, yang
disebabkan tidak adil pada pasien, karena tidak
memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan mulut sesuai aturan. Lebih lanjut terapis gigi
dan mulut akan memasuki ranah peradilan atau
menjalani proses penyelidikan. Namun bila terapis gigi
dan mulut patuh akan proses intervensi pada pelayanan
kesehatan gigi , maka akan terhindar dari proses per-
43
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
adilan ini.
Tahapan yang perlu dijalani oleh terapis gigi
dan mulut yang lainnya adalah maintaining the social
order. Pada tahap ini terapis gigi dan mulut
menjalankan asuhan kesehatan gigi dan mulut dan
mulut dengan baik, agar profesi terapis gigi dan mulut
dapat dipertahankan kemuliaannya dimata masyarakat.
Bila tahap ini dijalankan dengan baik, maka kemuliaan
profesi terapis gigi dan mulut dirasakan masyarakat.
Perawat perlu memahami tahapan-tahapan ini
agar pasien memperoleh asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan mulut yang benar dan terapis gigi dan mulut
terhindar dari masalah peradilan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
kata etik dan moral mempunyai arti yang berdekatan
tetapi tidak sama, sehingga penanganan masalah etik
dan masalah moral akan berbeda.

44
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
BAB IV
PERILAKU SEBAGAI PENJABARAN KODE
ETIK TERAPIS GIGI DAN MULUT

Perilaku sebagai penjabaran kode etik terapis


gigi dan mulut, didasarkan pada substansi yang tertuang
pada kode etik, yaitu sebagai berikut:

KODE ETIK TERHADAP MASYARAKAT


Pasal 1
(1) Terapis Gigi dan Mulut mengemban tanggung
jawab bersama masyarakat dalam memprakarsai
dan mendukung berbagai kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat secara
komprehensif
Dasar pelaksanaan
Dasar hukum yang melandasi tanggungjawab
45
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
seorang Terapis Gigi dan Mulut adalah:
1. Undang-undang Republik Indonesia nomor:
36 tahun 2014, tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 1
(1) Tenaga Kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan;
(2) menyatakan bahwa: Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang

46
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat;
(3) menyatakan bahwa: Upaya Kesehatan
adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan
berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan
kesehatan oleh Pemerintah dan/atau
masyarakat.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 20 tahun 2016, tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Terapis Gigi dan
Mulut

47
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
3. Standar Kompetensi Terapis Gigi dan Mulut
Indonesia,
4. Kode EtikTerapis Gigi dan Mulut
5. Sumpah Profesi Terapis Gigi dan Mulut

Perilaku terapis gigi dan mulut


Tanggung jawab bersama masyarakat
dalam memprakarsai dan mendukung berbagai
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat secara komprehensif. Pelayanan yang
komprehensif yang diberikan adalah adalah
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu, kelompok dan masyarakat yang meliputi
pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan
implementasi dan evaluasi.
Terapis Gigi dan Mulut adalah setiap
orang yang telah lulus pendidikan kesehatan gigi,
Terapis Gigi dan Mulut gigi atau Terapis Gigi dan

48
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Mulut sesuai peraturan perundang-undangan.
Seorang Terapis Gigi dan Mulut mengemban
tanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat
khususnya kesehatan gigi dan mulut merupakan
bagian intergral dari status kesehatan perorangan
maupun kesehatan masyarakat, kondisi kesehatan
gigi dan mulut akan mempengaruhi kualitas
kehidupan seseorang.
Dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagai seorang Terapis Gigi dan Mulut terhadap
kesehatan masyarakat agar mencapai kualitas yang
optimal, dilakukan dalam bentuk pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang merupakan
pelayanan asuhan yang terencana, diikuti dalam
kurun waktu tertentu secara berkesinambungan
yang meliputi promotif, preventif dan kuratif
terbatas dengan sasaran individu, kelompok dan
masyarakat.
49
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Dalam memberikan pelayananan asuhan
dilaksanakan melalui komunikasi efektif dengan
pasien, keluarga pasien, masyarakat, teman
sejawat baik lintas program maupun lintas sector,
seperti Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS),
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM),
Ante Natal Care (ANC).
Terapis gigi dan mulut mengemban
tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan
dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat :
a. Terapis gigi dan mulut memperlihatkan
perilaku hidup sehat di lingkungannya.
b. Terapis gigi dan mulut melakukan
pembimbingan kepada masyarakat untuk
hidup sehat dengan berpartisipasi aktif dalam

50
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tindakan preventif, promotif, serta kuratif
terbatas di bidang kesehatan gigi.
c. Terapis gigi dan mulut melaksanakan gerakan
masyarakat sehat, seperti perilaku hidup
sehat. hand hygiene, dan lain-lain
d. Terapis gigi dan mulut mengajarkan
masyarakat tentang kegawatdaruratan
kesehatan gigi dan mulut
e. Terapis gigi dan mulut mengajarkan
masyarakat menciptakan lingkungan yang
bersih, aman dan nyaman.
f. Terapis gigi dan mulut melakukan penelitian dan
menerapkan praktik berbasis bukti dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.

(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan


tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan
51
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
masyarakat sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
Dasar pelaksanaan
Dasar pelaksanaannya mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor: 20 tahun 2016, Pasal 13 yang berbunyi
sebagai berikut:
Upaya peningkatan kesehatan gigi dan
mulut sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat
(1) huruf a yang menyatakan upaya meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut meliputi:
1. Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
2. Pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru
serta dokter kecil.
3. Pembuatan dan penggunaan media/ alat peraga
untuk edukasi kesehatan gigi dan mulut.

52
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
4. Konseling tindakan promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut.
Selain Permenkes Nomor 20 tahun 2016,
perilaku terapis gigi dan mulut harus sesuai
sumpah profesi yang berbunyi sebagai berikut:
1. Bahwa saya senantiasa akan menjalankan
tugas dan wewenang saya sebagai Terapis
Gigi dan Mulut dengan sungguh-sungguh,
seksama, obyektif, jujur, berani, adil tidak
membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras,
gender atau golongan tertentu dan akan
melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-
baiknya serta bertanggungjawab sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,
bangsa dan Negara.
2. Bahwa saya senantiasa mengutamakan
kepentingan klien diatas kepentingan pribadi
dan golongan.
53
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Perilaku terapis gigi dan mulut
1. Seorang Terapis Gigi dan Mulut dalam
menjalankan tugasnya senantiasa harus
meningkatkan mutu pelayanan yang
profesional yaitu sesuai dengan kompetensi
yang telah ditetapkan dan mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 20 tahun
2016, dan sumpah profesi yang yang telah
diikrarkan.
2. Terapis gigi dan mulut mengemban tanggung
jawab bersama masyarakat dan dalam
menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan masyarakat
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.

54
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa mendorong
partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut secara optimal
Perilaku terapis gigi dan mulut:
Dalam mendorong partisipasi masyarakat, Terapis
Gigi dan Mulut:
1. Memiliki semangat untuk mendahulukan
kepentingan bangsa serta masyarakat luas
2. Melaksanakan pengkajian masalah kesehatan
masyarakat dan memberikan pengetatahuan
serta pemahaman kesehatan serta cara
menyelesaikan masalah kesehatan tersebut
khususnya kesehatan gigi.
3. Melakukan penyuluhan pada individu,
kelompok dan masyarakat
4. Melibatkan masyarakat dalam menanggulangi
permasalahan kesehatan gigi dengan

55
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pemberdayaan masyarakat yaitu membentuk
kader kesehatan gigi.
5. Terapis Gigi dan Mulut wajib bertindak
sebagai motivator dan pendidik masyarakat

(4) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memelihara


mutu pelayanan dan memberikan pelayanan
paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat
secara profesional
Dasar pelaksanaannya:
1. Undang-undang nomor: 36 tahun 2014.
Pasal 47:
Tenaga kesehatan yang menjalankan praktik
mandiri harus memasang papan nama praktik.
Pasal 58:
(1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
wajib:

56
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional dan etika profesi
serta kebutuhan kesehatan penerima
pelayanan kesehatan.
b. Memperoleh persetujuan dari penerima
pelayanan kesehatan atau keluarganya
atas tindakan yang diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan
penerima pelayanan kesehatan.
d. Membuat dan menyimpan catatan
dan/atau dokumen tentang pemeriksaan,
asuhan dan tindakan yang dilakukan,
dan
e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan
ke tenaga kesehatan lain yang
mempunyai kompetensi dan
kewenangan yang sesuai.
57
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b dan d hanya berlaku bagi tenaga
kesehatan yang melakukan pelayanan
kesehatan perorangan
Perilaku terapis gigi dan mulut
1. Dalam menjalankan praktik
keprofesiannya, Terapis Gigi dan Mulut
melaksanakan tugas sesuai kompetensi
dan mempunyai kewajiban sebagai
berikut:
a. Menghormati hak pasien
b. Menyimpan rahasia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
c. Memberikan informasi tentang
masalah kesehatan dan pelayanan
yang dibutuhkan

58
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
d. Memperoleh persetujuan tindakan
pelayanan akan dilaksanakan kepada
pasien
e. Melakukan rujukan untuk kasus
diluar kompetensi dan
kewenangannya sesuai ketentuan
peraturan perundanga undangan dan
f. Mematuhi standar profesi , standar
prosedur operasional dan kode etik
profesi
2. Dalam menjalankan praktik
keprofesiannya harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan dengan
mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya, yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi atau pemerintah.
59
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
3. Dalam menjalankan profesinya sesuai
dengan ilmu Terapis Gigi dan Mulut yang
mutakhir, sarana yang tersedia,
kemampuan pasien, etika secara umum,
etika Terapis Gigi dan Mulut, hukum dan
agama.
4. Untuk mencapai kesejahteraan pasien,
Terapis Gigi dan Mulut harus berupaya
mengubah pelayanan yang buruk dan
tidak bijak menjadi pelayanan yang
berkualitas yaitu dengan cara melakukan
evaluasi kepuasan pasien.
5. Memberikan pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut yang paripurna.

(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib bertindak sebagai


motivator dan pendidik masyarakat
Dasar pelaksanaan:
60
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
1. Keputusan Menteri Kesehatan nomor:
284/MENKES/SK/IV/2006, tentang standar
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
oleh Terapis Gigi dan Mulut gigi
2. Standar kompetensi Terapis Gigi dan Mulut
Indonesia
3. Permenkes Republik Indonesia nomor: 20
tahun 2016, tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Terapis Gigi dan Mulut

Perilaku terapis gigi dan mulut


Terapis gigi dan mulut adalah tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam
memotivasi dan meningkatkan kesehatan
masyarakat melalui pendidikan kesehatan.
Hakikat pendidikan kesehatan adalah
memberikan pengetahuan, informasi tentang
kesehatan khususnya kesehatan gigi. Dalam

61
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat dilakukan
melalui berbagai metode dan media pembelajaran
baik kepada individu, kelompok dan masyarakat,
sehingga terjadi perubahan perilaku menuju
perilaku hidup sehat dan meningkatkan
produktifitas masyarakat.
Bentuk motivasi dan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat adalah:
a. Promosi kesehatan gigi dan mulut kepada
individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, melalui pelayanan kesehatan di
masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, di
sekolah-sekolah.
b. Melakukan pelatihan kader kesehatan gigi dan
mulut, guru serta dokter kecil
c. Konseling tindakan promotif dan preventif
kesehatan gigi dan mulut.
Pasal 2
62
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
profesinya, wajib memberikan pelayanan sebaik
mungkin kepada individu dan masyarakat, tanpa
membedakan budaya, etnik, kepercayaan dan
status ekonomi.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib berupaya
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
masyarakat melalui upaya di bidang promotif,
preventif, dan kuratif terbatas.
Dasar pelaksanaan
Dalam menjalankan profesinya, Terapis Gigi dan
Mulut:
Berdasarkan pada standar profesi, standar
kompetensi, naskah sumpah profesi dan kode etik.
Dalam naskah sumpah profesi dinyatakan bahwa
“saya senantiasa akan menjalankan tugas dan
wewenang saya sebagai Terapis Gigi dan Mulut

63
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dengan sungguh-sungguh, seksama, obyektif,
jujur, berani, adil tidak membeda-bedakan
jabatan, suku, agama, ras, gender atau golongan
tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya
dengan sebaik-baiknya serta bertanggungjawab
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
masyarakat bangsa dan negara“

Perilaku terapis gigi dan mulut


1. Seorang Terapis Gigi dan Mulut, dalam
memberikan pelayanan tidak diperbolehkan
membeda-bedakan pasien atau kliennya
yang datang untuk mendapatkan pelayanan,
dan wajib memberikan pelayanan sesuai
Standar Prosedur Oprasional (SPO).
2. Seorang pasien atau klien adalah manusia,
maka Terapis Gigi dan Mulut dalam
memberikan pelayanan wajib

64
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
memanusiakan pasien atau klien melalui
sikap dan komunikasi yang sopan santun,
dengan bahasa yang mudah dipahami dan
tidak menyinggung perasaan.
(3) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa memberikan
pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kewenangan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
Dasar pelaksanaannya:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 20 tahun 2016
Pasal 12:
(1) Dalam menjalankann praktik
keprofesiaannya, Terapis Gigi dan Mulut
memiliki wewenang untuk melakukan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
meliputi:
65
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut;
b. upaya
pencegahan penyakit gigi;
c. manajemen
pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
d. pelayanan
kesehatan dasar pada kasus kesehatan
gigi terbatas; dan
e. dental assisting
(2) Asuhan kesehatan gigi dan mulut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. pengkajian;
b. penegakan diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut;
c. perencanaan;
d. implementasi; dan
66
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
e. evaluasi.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), bagi Terapis Gigi dan
Mulut yang melakukan pekerjaannya
secara mandiri hanya memiliki
wewenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d.

Perilaku terapis gigi dan mulut


Terapis gigi dan mulut melakukan penelitian dan
menerapkan praktik berbasis bukti dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

(4) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan


pertolongan darurat dalam batas-batas
kemampuan sebagai suatu tugas
perikemanusiaan, kecuali pada waktu itu ada

67
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tenaga kesehatan lain yang lebih berwenang
memberikan pertolongan.
Dasar pelaksanaan
Pelaksanaannya berpedoman pada:
1. Undang-undang RI nomor: 36 tahun 2014,
pasal 59: Tenaga kesehatan yang
menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan pertolongan
pertama kepada penerima pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat
dan/atau pada bencana untuk penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 20 tahun 2016 pasal 22
yaitu:
(1) Dalam keadaan kedaruratan gigi dan
mulut, Terapis Gigi dan Mulut dapat

68
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
memberikan pertolongan pertama
sesuai dengan kompetensinya
(2) Pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk mengurangi rasa sakit dan
menstabilkan kondisi pasien
(3) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk
pasien kepada dokter gigi setelah
pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selesai
dilakukan

Perilaku terapis gigi dan mulut


Terapis Gigi dan Mulut dalam
menjalankan peran dan fungsinya di fasilitas
pelayanan kesehatan dan/atau praktik mandiri,
pasien dengan permintaan untuk melakukan
perawatan dan/atau pencabutan yang bukan
69
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
kompetensinya tidak dikategorikan sebagai
tindakan kedaruratan gigi dan mulut.
Tindakan kedaruratan gigi dan mulut
adalah pertolongan pertama yang ditujukan
untuk mengurangi rasa sakit dan
menstabilkan kondisi pasien, tindakan ini
adalah tindakan yang sesuai kompetensi
Terapis Gigi dan Mulut, kemudian dilakukan
rujukan ke dokter gigi.
Terapis gigi dan mulut mengedukasi
masyarakat tentang kegawatdaruratan
kesehatan gigi dan mulut yang boleh
dilakukannya

(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk kepada


tenaga kesehatan yang berwenang apabila
menemukan kasus di luar kewenangan.
Dasar pelaksanaan
70
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Pelaksanaannya berpedoman pada:
1. Undang-undang RI nomor: 36 tahun 2014,
pasal 59: Tenaga kesehatan yang
menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan
kesehatan wajib memberikan pertolongan
pertama kepada penerima pelayanan
kesehatan dalam keadaan gawat darurat
dan/atau pada bencana untuk penyelamatan
nyawa dan pencegahan kecacatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor: 20 tahun 2016 pasal 22
yaitu:
(1) Dalam keadaan kedaruratan gigi dan
mulut, Terapis Gigi dan Mulut dapat
memberikan pertolongan pertama
sesuai dengan kompetensinya
(2) Pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditujukan
71
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
untuk mengurangi rasa sakit dan
menstabilkan kondisi pasien
(3) Terapis Gigi dan Mulut wajib merujuk
pasien kepada dokter gigi setelah
pertolongan pertama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) selesai
dilakukan

Perilaku terapis gigi dan mulut


Pasien/klien/penerima pelayanan
kesehatan yang datang dengan kasus bukan
kompetensi Terapis Gigi dan Mulut, maka kasus
tersebut harus dirujuk ke tenaga/ fasilitas
pelayanan kesehatan yang kompeten dan
berwenang.
Terapis Gigi dan Mulut yang melakukan
pekerjaan tidak sesuai kewenangan dan
kompetensinya dianggap melanggar kode etik
72
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
profesi dan akan dikenakan sanksi sesuai
perundang-undangan.
Terapis gigi dan mulut dalam
melaksanakan intervensi di pelayanan kesehatan
gigi harus berkerja sesuai kompetensi dan
kewenangannya

KODE ETIK TERHADAP TEMAN SEJAWAT


Pasal 3
(1) Terapis Gigi dan Mulut memperlakukan teman
sejawat sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam melaksanakan
tugasnya harus saling menghormati sesama
sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya
(3) Terapis Gigi dan Mulut menjalin hubungan dan
kerja sama yang baik dengan teman sejawat
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
73
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(4) Terapis Gigi dan Mulut menjalin hubungan dan
kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan
lain.
Dasar pelaksanaan
Kode etik terapis gigi dan mulut

Perilaku terapis gigi dan mulut


Teman sejawat adalah teman sepekerjaan
atau seprofesi dan sebagai anggota profesi
mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Saling menghormati antar teman sejawat,
tertuang dalam naskah sumpah Terapis Gigi dan
Mulut yang berbunyi: ”Saya bersumpah/berjanji
bahwa saya akan senantiasa saling
menghormati, membina kerjasama, keutuhan
dan kesetia kawanan dengan teman sejawat “.
Sebagai anggota profesi harus saling
menghormati satu dengan yang lain, yang dapat
74
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dilakukan dengan cara:
a. Saling asah, asih dan asuh
b. Tidak membicarakan kejelekan sejawat di
depan pasien
c. Melakukan konsultasi kepada yang lebih
senior dan/atau lebih mampu apabila ada
kesulitan untuk mengambil keputusan
dalam melaksanakan pekerjaan.
d. Melakukan pekerjaan sesuai kompetensi,
SPO, kode etik, standar profesi dan
Permenkes nomor: 20 tahun 2016,
e. Mematuhi aturan-aturan yang telah
ditentukan oleh organisasi profesi.
Terapis gigi dan mulut senantiasa
memelihara hubungan baik dengan sejawat,
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan
dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai
75
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh,
melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut mendiskusikan hal-
hal terkait profesi secara berkala dengan
sejawat.
b. Terapis gigi dan mulut menghargai dan
bersikap terbuka terhadap pendapat teman
sejawat.
c. Terapis gigi dan mulut menciptakan
lingkungan yang kondusif (keserasian
suasana dan memperhatikan privacy).
d. Terapis gigi dan mulut menghargai sejawat
seperti keluarga sendiri.
Sebagai mahkluk sosial, Terapis Gigi dan
Mulut tidak mungkin melakukan pekerjaan tanpa
melibatkan orang lain, maka dari itu wajib
menjalin kerjasama dengan profesi kesehatan
yang lain.
76
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Pasal 4
Terapis Gigi dan Mulut dalam mengambil keputusan
yang berhubungan dengan konsultasi, menerima
delegasi dan memberikan delegasi kepada teman
sejawat dilandasi informasi yang adekuat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang.
Dasar pelaksanaan
Dasar hukum pelaksanaannya :
1. Undang-undang RI nomor: 36 tahun 2014
Pasal 65,
(1) Dalam melakukan pelayanan kesehatan,
Tenaga Kesehatan dapat menerima pelimpahan
tindakan medis dari tenaga medis.
(3) Pelimpahan tindakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
ketentuan :

77
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk
dalam kemampuan dan ketrampilan yang
telah dimiliki oleh penerima pelimpahan
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan
tetap dibawah pengawasan pemberi
pelimpahan
c. Pemberi pelimpahan tetap
bertanggungjawab atas tindakan yang
dilimpahkan sepanjang pelaksanaan
tindakan sesuai dengan pelimpahan yang
diberikan dan
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk
pengambilan keputusan sebagai dasar
pelaksanaan tindakan
2. Undang-undang RI nomor: 36 Tahun 2014,
Pasal 70
(1) Setiap tenaga kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan
78
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
perorangan wajib membuat Rekam Medis
Penerima Pelayanan Kesehatan
(2) Rekam Medis Penerima Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus segera dilengkapi setelah
Penerima Pelayanan kesehatan selesai
menerima pelayanan kesehatan
(3) Setiap rekam medis Penerima Pelayanan
Kesehatan harus dibubuhi nama , waktu
dan tanda tangan atau paraf Tenaga
Kesehatan yang memberikan pelayanan
atau tindakan
(4) Rekam medis Penerima Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh Tenaga Kesehatan dan
Pimpinan Fasilitas pelayanan Kesehatan.

79
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
3. Permenkes nomor: 749/Menkes/Per/XII/89
tentang
Pasal 13:
(1) Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan pasien
(2) Sebagai lahan pembuktian dalam hukum
(3) Sebagai bahan untuk keperluan penelitian
atau pendidikan
(4) Sebagai dasar pembayaran biaya
pelayanan kesehatan
(5) Sebagai bahan menyiapkan statistik
kesehatan
(6) Dokumen pasien yg memuat semua
perjalanan penyakit, terapi,obat maupun
non obat.
(7) Sarana komunikasi antar tenaga kesehatan
yang terlibat dalam pelayanan kesehatan
atau perawatan
80
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(8) Sumber informasi untuk kelanjutan
pelayanan kesehatan/perawatan
(9) Alat untuk analisis dan evaluasi kualitas
pelayanan kesehatan
(10) Untuk second opinion

Perilaku terapis gigi dan mulut


1. Terapis gigi dan mulut dalam menyampaikan
pendapat terhadap sejawat, menggunakan
rujukan yang diakui kebenarannya
2. Terapis gigi dan mulut bertindak melindungi
klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan gigi secara tidak kompeten,
tidak etis dan illegal, melalui perilaku:P
a.Terapis gigi dan mulut mempraktikan
penyelesaian yang terjadi antar
sejawat sesuai alur penyelesaian masalah

81
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
b.Terapis gigi dan mulut melaporkan sejawat
yang melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan standar, etik, dan tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
c.Terapis gigi dan mulut menegur sejawat atas
perilaku yang tidak kompeten, tidak etik
dan tidak legal
d.Terapis gigi dan mulut membina sejawat agar
memelihara tindakan yang kompeten, etis,
dan legal.

KODE ETIK TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 5
(1) Terapis Gigi dan Mulut wajib mempertahankan
dan meningkatkan martabat dirinya
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib mengikuti secara
aktif perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
82
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Terapis Gigi dan Mulut wajib memelihara
kesehatannya supaya dapat bekerja dengan baik
(4) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjunjung tinggi
norma-norma hidup yang luhur.
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
keterangan atau pendapat secara jujur dan
bertanggungjawab.
(6) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama
baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi.

Dasar dan Pelaksanaannya :


1. Menurut undang-undang nomor; 36 tahun
2014,
Pasal 1:
(1) Tenaga kesehatan adalah setiap orang
yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan
83
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dan /atau ketrampilan melalui
pendidikan dibidang kesehatanyang
untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan
Pasal 8 : tenaga dibidang kesehatan terdiri atas:
a. Tenaga Kesehatan
b. Asisten Tenaga Kesehatan
Pasal 9 :
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud dalampasal 8 huruf a harus
memiliki kualifikasi minimum
Diploma Tiga, kecuali tenaga medis
Pasal 10 :
(1) Asisten tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
harus memiliki kualifikasi minimum

84
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pendidikan menengah di bidang
kesehatan

Pasal 44:

(1) Setiap tenaga kesehatan yang


menjalankan praktik wajib memiliki
STR
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan oleh konsil masing-
masing tenaga kesehatan setelah
memenuhi persyaratan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) meliputi:
a.Memiliki ijazah pendidikan dibidang
kesehatan.
b. Memiliki sertifikat kompetensi
atau sertifikat profesi

85
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
c.Memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental

86
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
d. Memiliki surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji profesi,
dan
e.Membuat pernyataan mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika
profesi
Pasal 50:
(1) Tenaga kesehatan harus membentuk
Organisasi Profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan dan/atau
mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan, martabat dan etika
profesi tenaga kesehatan.
(2) Setiap jenis tenaga kesehatan hanya
dapat membentuk 1 (satu) Organisasi
Profesi
(3) Pembentukan Organisasi Profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
87
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
2. Naskah sumpah profesi, yang menyebutkan
bahwa:
(1) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya,
akan setia dan taat kepada Negara
Republik Indonesia, mempertahankan,
mengamalkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, serta peraturan
perundang undangan yang berlaku di
Negara Republik Indonesia.
(2) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
senantiasa akan menjalankan tugas dan
wewenang saya sebagai Terapis Gigi
dan Mulut dengan sungguh-sungguh,
seksama, obyektif, jujur, berani, adil,
tidak membeda-bedakan jabatan, suku,
agama, ras, gender, atau golongan
87
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tertentu dan akan melaksanakan
kewajiban saya dengan sebaik-baiknya
serta bertanggung jawab sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masyarakat, bangsa dan Negara.
(3) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
senantiasa akan menolak atau tidak
menerima atau tidak mau dipengaruhi
oleh campur tangan siapa pun juga dan
saya akan tetapi teguh melaksanakan
tugas dan wewenang yang
diamanatkan kepada saya
(4) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
senantiasa mengutamakan kepentingan
pasien/klien diatas kepentingan pribadi
dan golongan
(5) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
tidak akan menceriterakan kepada
88
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
siapapun segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas
saya,kecuali jika diminta oleh
pengadilan untuk keperluan kesaksian
(6) Saya bersumpah/berjanj bahwa saya:
akan senantiasa saling menghormati,
membina kerjasama, keutuhan dan
kesetiakawanan dengan teman sejawat
(7) Saya bersumpah/berjanji bahwa saya:
akan menjaga martabat dan
menghormati profesi dengan terus
menerus mengembangkan ilmu
pengetahuan Terapis Gigi dan Mulut.

Permenkes nomor: 20 tahun 2016,


pasal 25 menjelaskan bahwa dalam
melaksanakan praktik keprofesiannya, Terapis
Gigi dan Mulut mempunyai hak sebagai
89
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
berikut:
a. Memperoleh perlindungan hukum
sepanjang melaksanakan pekerjaannya
sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur
operasional.
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan
jujur dari pasien dan / atau keluarga pasien
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan
d. Menerima imbalan jasa profesi dan
e. Memperoleh jaminan perlindungan
terhadap resiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
Tanggung jawab Terapis Gigi dan Mulut
terhadap diri sendiri meliputi:

90
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Memiliki legalitas sebagai tenaga
kesehatan yang ditunjukkan dengan
kepemilikan sertifikat kompetensi, STR,
SIP
b. Memiliki legalitas sebagai anggota
profesi yang ditunjukkan dengan
kepemilikan kartu tanda anggota (KTA),
dan telah mengikuti sumpah profesi
c. Mempertahankan dan meningkatkan
martabat diri ditunjukkan melalui
pelaksanaan pekerjaan secara professional
dan sesuai kompetensi.
d. Mengikuti secara aktif perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
ditunjukkan melalui kepesertaan kegiatan
ilmiah seperti seminar, pendidikan dan
pelatihan

91
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
e. Bekerja dengan baik ditunjukkan dengan
melakukan pekerjaan sesuai SPO, standar
kompetensi dan Permenkes nomor: 20
tahun 2016.
f. Menjunjung tinggi norma-norma hidup
yang luhur ditunjukkan dengan
melaksanakan kode etik
g. Memberikan keterangan atau pendapat
secara jujur dan bertanggung jawab
ditunjukkan dengan melaksanakan
sumpah profesi.
h. Menjaga nama baik dan menjunjung
tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi
ditunjukkan dengan melaksanakan kode
etik dan sumpah profesi.

92
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Perilaku terapis gigi dan mulut

1. Legalitas Terapis Gigi dan Mulut sebagai


tenaga kesehatan ditunjukkan dengan
kepemilikan sertifikasi: sertifikat
kompetensi, registrasi: Surat Tanda
Registrasi (STR) dan legislasi: Surat Izin
Praktik.
2. Legalitas Terapis Gigi dan Mulut sebagai
anggota profesi ditunjukkan dengan
kepemilikan kartu tanda anggota (KTA)
3. Terapis gigi dan mulut senantiasa
menjunjung tinggi nama baik profesi
terapis gigi dan mulut dengan selalu
menunjukkan perilaku professional,
melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut selalu
berpenampilan rapi dan wangi

93
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
b. Terapis gigi dan mulut selalu dapat
menjawab pertanyaan klien sesuai
dengan ilmu pengetahuan yang
dimiliki
c. Terapis gigi dan mulut selalu
menepati janji
d. Terapis gigi dan mulut selalu ramah
e. Terapis gigi dan mulut menggunakan
seragam yang bersih dan sesuai
dengan norma kesopanan
f. Terapis gigi dan mulut berbicara
dengan lemah lembut

KODE ETIK TERHADAP KLIEN


Pasal 6
(1) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan
menghormati klien dan kemampuannya dalam
94
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
membuat keputusan yang terkait dengan
kesehatan dan masa depan klien.
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, senantiasa
mendahulukan kepentingan, memperhatikan
hak dan tidak menimbulkan kerugian bagi
klien
(3) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, tidak
membahayakan keselamatan klien
(4) Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, bersikap
adil dan tidak membeda-bedakan klien
(5) Terapis Gigi dan Mulut wajib memberikan
pelayanan kepada pasien dengan sikap ramah,
ikhlas sehingga pasien merasa tenang dan
aman

95
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Dasar pelaksanaan
1. Undang-undang nomor: 29 tahun 2004 tentang
praktik kedokteran, pasal 52:
(1) Mendapat informasi mengenai penyakit yang
diderita, tindakan penyembuhan, prognosis
(perkiraan hasil), dan risikonya.
(2) Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
(3) Mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan
medis
(4) Menolak tindakan medis
(5) Mendapatkan isi rekam medis
2. Undang-Undang nomor 36 tahun 2014,
Pasal 68 :
(1) Setiap tindakan pelayanan kesehatan
perorangan yang dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan harus mendapat persetujuan

96
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(2) Persetujuan sebagaimana di maksud pada ayat
(1) diberikan setelah mendapat penjelasa
secara cukup dan patut
(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) sekurang-kurangnya mencakup:
b. Tata cara tindakan pelayanan
c. Tujuan tindakan pelayanan yang dilakukan
d. Alternatif tindakan lain
e. Risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi dan
f. Prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat diberikan, baik secara tertulis
maupun lisan
(5) Setiap tindakan tenaga kesehatan yang
mengandung risiko tinggi harus diberikan
dengan persetujuan tertulis yang
97
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan
(6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan
tindakan tenaga kesehatan sebagimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5)
diatur dengan Peraturan Menteri

Pasal 77:
Setiap penerima pelayanan kesehatan yang
dirugikan akibat kesalahan atau kelalaian tenaga
Kesehatan dapat meminta ganti rugi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan “.

Pasal 78:
Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan
kelalaian dalam menjalankan profesinya yang
menyebabkan kerugian kepada penerima pelayanan
kesehatan, perselisishan yang timbul akibat kelalian
98
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
penyelesaian sengketa diluar pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Permenkes nomor 20 tahun 2016, Pasal 26 :


(1) Dalam melaksanakan praktik keprofesiannya,
Terapis Gigi dan Mulut mempunyai kewajiban
sebagai berikut:
a. Menghormati hak pasien
b. Menyimpan rahasia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan
c. Memberikan informasi tentang masalah
kesehatan dan pelayanan yang dibutuhkan
d. Memperoleh persetujuan tindakan yang
akan dilaksanakan kepada pasien
e. Melakukan rujukan untuk kasus diluar
kompetensi dan kewenangannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
99
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
f. Mematuhi standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional
dank kode etik profesi
(2) Terapis Gigi dan Mulut dalam menjalankan
praktik keprofesiannya harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan dengan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang
diselenggarakan oleh organisasi
profesi/pemerintah.
(3) Dalam memberikan pelayanan pada pasien
seorang Terapis Gigi dan Mulut dalam
melaksanakan pelayanan kepada pasien harus
berdasarkan pada standar kompetensi agar
tidak salah dalam membuat keputusan dalam
melaksanakan pelayanan kepada pasien. Untuk
mengambil keputusan perawatan yang harus
100
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dilaksanakan secara rasional dan dilakukan
dengan penuh keterampilan dan kesadaran

Perilaku Terapis gigi dan mulut


1. Dalam memberikan pelayanan, Terapis
Gigi dan Mulut:
a. Menghormati klien dan
kemampuannya dalam membuat
keputusan yang terkait dengan
kesehatan dan masa depan klien, yang
ditunjukkan dengan menunjukkan
sikap dengan memberikan kebebasan
klien menolak perawatan dan
melakukan second opinion (mencari
alternatif pengobatan sesuai
keinginannya).
b. Senantiasa mendahulukan
kepentingan, memperhatikan hak dan

101
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
tidak menimbulkan kerugian bagi
klien yang ditunjukkan dengan
bekerja sesuai SPO, standar profesi,
Permenkes nomor: 20 tahun 2016,
kode etik dan melakukan informed
concent.
c. Tidak membahayakan keselamatan
klien yang ditunjukkan dengan
bekerja sesuai SPO, standar profesi,
Permenkes nomor: 20 tahun 2016,
kode etik.
d. Bersikap adil dan tidak membeda-
bedakan klien, ditunjukan dengan
sikap adil dan tidak membeda-
bedakan klien sesuai dengan sumpah
profesi.

102
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
e. Ramah, ikhlas sehingga pasien merasa
tenang dan nyaman, ditunjukan
dengan:
1) Senyum: tetap tersenyum selama
memberikan pelayanan kepada
klien dan keluarga klien.
2) Salam: memberikan ucapan
salam kepada klien dan keluarga
klien.
3) Sapa: memberikan sapa kepada
klien dan keluarga klien.
4) Sopan: tidak menyinggung
perasaan klien dan keluarga
klien.
5) Santun: berperilaku sesuai
norma dan etika.
2. Terapis gigi dan mulut dalam memberikan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
103
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dan mulut menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, urnur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
Melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut wajib
memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
b. Terapis gigi dan mulut wajib
menjelaskan setiap intervensi dalam
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan pada klien dan keluarga
c. Terapis gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dilarang/tidak

104
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mencela adat kebiasaan dan keadaan
khusus klien;
d. Terapis gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dilarang/ tidak
membedakan pelayanan atas dasar
kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan
sosial pada klien.
3. Terapis gigi dan mulut dalam memberikan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan mulut senantiasa memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama, melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut pada awal
bertemu klien, wajib menjelaskan
105
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
bahwa mereka boleh menjalankan/
diizinkan melaksanakan kegiatan yang
terkait dengan budaya, adat dan agama;
b. Terapis gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan wajib
memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama dan wajib mencari
solusi yang akan berpihak pada klien
bila terjadi konflik terkait nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup beragama;
c. Terapis gigi dan mulut wajib membantu
klien memenuhi kebutuhannya sesuai
dengan budaya, adat istiadat dan agama;
d. Terapis gigi dan mulut wajib mengikut
sertakan klien secara terus menerus

106
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
pada saat memberikan asuhan kesehatan
gigi dan mulut.
4. Tanggung jawab utama terapis gigi dan
mulut adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan kesehatan gigi dan
mulut, melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut wajib
melaksanakan asuhan kesehatan gigi
dan mulut sesuai standar prosedur
operasional (SPO)
b. Terapis gigi dan mulut wajib
melaksanakan intervensi pelayanan
kesehatan gigi sesuai dengan
kompetensinya
c. Terapis gigi dan mulut wajib membuat
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan
mulut sesuai SPO.

107
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Pasal 7
Terapis Gigi dan Mulut wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui tentang kliennya.
Dasar pelaksanaan
1. Undang-Undang Republik Indonesia nomor: 36
tahun 2014
Pasal 73:
(1) Setiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan wajib menyimpan rahasia
kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan
(2) Rahasia kesehatan Penerima Pelayanan
kesehatan dapat dibuka hanya untuk
kepentingan kesehatan Penerima Pelayanan
Kesehatan, pemenuhan permintaan aparatur
penegak hukum bagi kepentingan penegakan
hukum, permintaan Penerima Pelayanan
Kesehatan sendiri, atau pemenuhan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
108
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang rahasia
kesehatan Penerima Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan peraturan menteri.
2. Undang-undang RI nomor: 36 Tahun 2014,
Pasal 71:
(1) Rekam Medis Penerima Pelayanan Kesehatan
merupakan milik fasilitas pelayanan
kesehatan
(2) Dalam hal dibutuhkan, penerima pelayanan
kesehatan dapat meminta resume rekam
medis kepada fasilitas pelayanan kesehatan

Perilaku terapis gigi dan mulut


1. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, Terapis
Gigi dan Mulut wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahui tentang kliennya, ditunjukkan

109
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
dengan menyimpan segala rahasia klien termasuk
catatan perawatan.
2. Terapis gigi dan mulut wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku, melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut tidak memberikan
informasi tentang klien kepada orang yang
tidak berkepentingan
b. Terapis gigi dan mulut tidak inendiskusikan klien
di tempat umum
c. Terapis gigi dan mulut menjaga kerahasiaan
dokumen klien

Pasal 8
Terapis Gigi dan Mulut dalam memberikan pelayanan
Kesehatan Gigi senantiasa memelihara suasana
110
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
lingkungan yang menghormati nilai–nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
Dasar dan pelaksanaannya:
Naskah sumpah profesi Terapis Gigi dan Mulut:
1. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia
dan taat kepada Negara Republik Indonesia,
mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, serta peraturan
perundang undangan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia.
2. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya : senantiasa
akan menjalankan tugas dan wewenang saya
sebagai Terapis gigi dan Mulu dengan sungguh-
sungguh, seksama, obyektif, jujur, berani, adil,
tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras,
gender, atau golongan tertentu dan akan
melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-
baiknya serta bertanggungjawab sepenuhnya
111
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,
bangsadan Negara.

Perilaku terapis gigi dan mulut


Dalam memberikan pelayanan, Terapis Gigi
dan Mulut harus menghormati keanekaragaman suku,
aliran, ras dan agama.

KODE ETIK TERHADAP PROFESI


Pasal 9
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa menjunjung
tinggi nama baik profesi dengan selalu
menunjukkan perilaku professional.
(2) Terapis Gigi dan Mulut wajib menjaga nama
baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat.
112
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
Dasar pelaksanaan
Pedoman pelaksanaan tanggung jawab Terapis Gigi
dan Mulut terhadap profesi diatur dalam Anggaran
Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).
Implementasi tanggung jawab profesi ditunjukan
dengan cara:
(1) Menjunjung tinggi nama baik profesi,
melalui perilaku professional dengan
memberikan pelayanan sesuai standar
profesi, standar kompetensi Terapis Gigi
dan Mulut, standar operasional prosedur dan
kode etik.
(2) Menjaga nama baik dan menjujung tinggi
citra profesi dengan menampilkan
kepribadian yang luhur dan memberikan
pelayanan bermutu kepada masyarakat
dengan:

113
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a. Mengabdikan diri sesuai dengan
bidang keilmuan yang dimiliki
b. Meningkatkan kompetensi
c. Bersikap dan berperilaku sesuai kode
etik
d. Medahulukan kepentingan
masyarakat daripada kepentingan
pribadi atau kelompok

Perilaku terapis gigi dan mulut


Terapis gigi dan mulut mempunyai peran
utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan
kesehatan gigi dan pendidikan terapis gigi dan
mulut, melalui perilaku:

114
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
a.Terapis gigi dan mulut menyusun standar yang
dibutuhkan profesi di institusi pelayanan
kesehatan gigi dan pendidikan.
b.Terapis gigi dan mulut wajib memfasilitasi
kebutuhan belajar mahasiswa sebagai calon
anggota profesi.
c.Terapis gigi dan mulut melakukan sosialisasi
ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru
dalam lingkup profesi di institusi pelayanan
kesehatan gigi dan pendidikan.
d.Terapis gigi dan mulut wajib menjaga nama
baik profesi dan simbol-simbol organisasi
profesi termasuk di media sosial dan
lainnya

Pasal 10
115
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
(1) Terapis Gigi dan Mulut senantiasa berperan serta
dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat yang dapat meningkatkan mutu dan
citra profesi
(2) Terapis Gigi dan Mulut berperan aktif dalam
berbagai kegiatan pengembangan profesi
(3) Terapis Gigi dan Mulut berpartisipasi aktif
dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif
Dasar pelaksanaan
Undang-Undang nomor 36 tahun 2014
Pasal 67:
(1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
dapat melakukan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan
(2) Penelitian dan pengembangan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 ditujukan untuk
116
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
menghasilkan informasi kesehatan, teknologi,
produk teknologi dan teknologi informasi
kesehatan untuk mendukung pembangunan
kesehatan
(3) Penelitian dan pengembangan kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan perundang-undangan.

Perilaku terapis gigi dan mulut


1. Dalam kegiatan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, Terapis
Gigi dan Mulut melakukan penelitian
sesuai bidang keilmuan dan
mengimplementasikan hasil penelitian ke
dalam pengabdian kepada masayarakat,
guna meningkatkan mutu dan citra
profesi.

117
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
2. Dalam pengembangan profesi, Terapis
Gigi dan Mulut berperan aktif dan
mengikuti berbagai kegiatan ilmiah
seperti seminar, workshop, pelatihan
pengembangan profesi.
3. Dalam upaya membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif,
Terapis Gigi dan Mulut senantiasa
menjalin kerja sama dan hubungan baik
yang didasari rasa saling menghargai dan
menghormati dengan teman sejawat dan
mitra profesi.
4. Terapis gigi dan mulut berperan aktif
dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi terapis gigi dan mulut, melalui
perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut melaksanakan
kajian asuhan kesehatan gigi dan
118
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
mulut yang diberikan secara terus
menerus dengan bimbingan terapis
gigi dan mulut yang ditunjuk.
b. Terapis gigi dan mulut
menyampaikan hasil kajian asuhan
kesehatan gigi dan mulut dalam
forum temu ilmiah pada institusi
terkait.
5. Terapis gigi dan mulut berpartisipasi aktif
dalam upaya profesi untuk membangun
dan memelihara kondisi kerja yang
kondusif demi terwujudnya asuhan
kesehatan gigi yang bermutu tinggi,
melalui perilaku:
a. Terapis gigi dan mulut harus aktif
memberikan usulan terhadap pihak
terkait agar tersedia sarana prasarana

119
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
untuk kelancaran asuhan kesehatan
gigi dan mulut;
b. Terapis gigi dan mulut wajib
menyampaikan asuhan kesehatan
gigi dan mulut yang telah
dilakukannya;
c. Terapis gigi dan mulut penanggung
jawab wajib memastikan
terlaksananya asuhan kesehatan gigi
dan mulut yang diberikan sejawat
dibawah tanggung jawabnya;
d. Terapis gigi dan mulut penanggung
jawab wajib menyampaikan
perkembangan asuhan kesehatan
gigi dan mulut kepada penanggung
jawab pelayanan kesehatan gigi atau
sejawat secara berkala bila
diperlukan.
120
Majelis Kehormatan Etik Terapis Gigi dan Mulut Indonesia
121
Majelis Kehormatan
Majelis Etik Terapis
Kehormatan Etik Terapis Gigi
Gigi dan Mulut Indonesia
dan Mulut Indonesia

Anda mungkin juga menyukai