Anda di halaman 1dari 17

8

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoritis

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2007:30) hasil belajar merupakan sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan

yang tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya yang telah

mengalami proses pengalihan ilmu pengetahuan dari seseorang yang dapat

dikatakan dewasa atau memiliki pengetahuan kurang. Jadi dengan adanya hasil

belajar, orang dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat menangkap, memahami,

memiliki materi pelajaran tertentu. Atas dasar itu pendidik dapat menentukan

strategi belajar mengajar yang lebih baik (Purwanto, 2007).

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang diamati dan diukur dari suatu

interaksi dalam kegiatan pembelajaran.

8
9
b. Jenis-Jenis Hasil Belajar

Dalam sistem dunia pendididkan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik

tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil

belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah

antara lain:

1) Ranah Kognitif

Pada ranah kognitif terdapat beberapa tipe hasil belajar diantaranya adalah:

a) Tipe hasil belajar pengetahuan. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk

koknitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini

menjadi prasat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasat bagi

pemahaman. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi. Pengetahuan merupakan

kemampuan untuk mengingat materi pelajaran yang sudah dipelajari dari fakta-

fakta.

b) Tipe hasil belajar pemahaman. Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada

pengetahuan adalah pemahaman dapat dijadikan menjadi tiga kategori yaitu:

1) Pemahaman penterjemah, yakni menterjemahkan materi verbal dan

memahami pernyataan-pernyataan non verbal, 2) Pemahaman penafsiran,

yakni kemampuan untuk mengungkapkan pikiran suatu karya dan menafsirkan

berbagai tipe data sosial, 3) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kemampuan untuk

mengungkapkan dibalik pesan tertulis dalam suatu keterangan atau lisan.

c) Tipe hasil belajar aplikasi. Aplikasi adalah penggunaan abstrak pada situasi

konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau

petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi.


10
2) Ranah Afektif

Bidang afektif yang berkenan dengan sikap dan nilai. Tipe belajar afektif

tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti atensi atau perhatian

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,

kebiasaan belajar dan lain-lain. Sekalipun pelajaran berisikan bidang kognitif,

namun bidang afektif harus mejadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus

tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Ada beberapa

tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dari hasil tipe belajar. Tingkatan tersebut

dimulai dari yang paling sederhana sampai tingkat yang paling kompleks.

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan


(stimulus) dari luar yang datang pada siswa.
b) Responding atau Jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulus yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan nilai dan kepercayaan terhadap segala
atau stimulus tadi.
d) Organisasi yakni suatu pengembangan nilai ke dalam suatu sistem organisasi,
termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua
sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola
kepribadiannya dan tingkah laku.

3) Ranah Psikomotorik

Tipe hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan,

kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan keterampilan yakni:

a. Gerakan releks (keterampilan pada gerakan tidak sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

c. Kemampuan perceptual termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif motorik da lain-lain

d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan


11
e. Gerakan-gerakan skiil, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampian

yang kompleks

f. Kemampuan yang berkenan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan

ekspresif, interpretative.

Tipe hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak berdiri sendiri,

tapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan.

2. Proses Pemilu dan Pilkada

a. Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari kata demos dan kratos, demos berarti rakyat

dan kratos memiliki arti pemerintah. Dengan demikian pengertian demokrasi adalah

suatu pemerintahan yang melibatkan/ mengikutsertakan rakyat yang mana rakyat

merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Maksud kekuasaan tertinggi di sini

adalah bahwa rakyat menyerahkan kedaulatan kepada para wakilnya yang

dipercaya, dan para wakil rakyat tersebut memiliki tugas untuk menjalankan roda

pemerintahan guna untuk kepentingan rakyat.

Demokrasi di Indonesia menganut sistem demokrasi Pancasila. Definisi/

pengertian demokrasi pancasila adalah paham demokrasi yang besumberkan pada

kepribadian dan filsafat hidup dari bangsa Indonesia. Terus, seperti apakah

demokrasi Pancasila? Demokrasi Pancasila mempunyai arti suatu pemerintahan

rakyat yang berdasarkan kepada nilai-nilai luhur dari Pancasila. Asas demokrasi

Pancasila yaitu terdapat di pancasila pada sila ke-4. Tata urutan peraturan

perundangan di Indonesia yaitu: 1) UUD 1945, 2) Ketetapan MPR, 3) Undang-


12
undang & Peraturan Pemerintah Pengganti UU, 4) Peraturan Pemerintah, 5)

Keputusan

Tata urutan tersebut dapat menggambarkan bahwa peraturan yang ada di atas

adalah merupakan pangkal dari peraturan yang ada di bawahnya. Indonesia

melaksanakan Pemilu adalah untuk memilih anggota legislatif, presidan dan wakil

presiden, serta memilih kepala daerah. Pemilihan kepala daerah inilah yang biasa

kita singkat menjadi Pilkada. Di bawah ini adalah merupakan sikap yang harus di

kembangkan dalam demokrasi pancasila antara lain: 1) menghargai terhadap hak

asasi manusia, 2) menghargai minoritas, 3) tidak memaksakan kehendak, 4) tidak

bersikap curang, 5) tidak berprasangka buruk.

Asas pemilu dan pilkada adalah luber (langsung, umum, bebas, rahasia) dan

jurdil (jujur, adil) :

1. Langsung, memiliki makna bahwa setiap pemilih akan secara langsung


memberikan suaranya tanpa melalui perantara pihak/ orang lain.
2. Umum, memiliki makna bahwa pemilu berlangsung serentak untuk seluruh
warga negara yang telah memenuhi syarat tanpa perbedaan.
3. Bebas, memiliki makna bahwa pemilih menentukan pilihannya sesuai dengan
keinginannya sendiri tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun.
4. Rahasia, memiliki makna bahwa apa yang telah dipilihnya dijamin tidak ada
pihak manapun yang mengetahui dengan cara apapun.
5. Jujur memiliki makna bahwa semua yang terlibat di dalam proses pelaksanaan
pemilu harus bertindak secara jujur sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Adil, artinya bahwa setiap pemilih dan peserta pemilu harus diperlakukan secara
adil, bebas dari yang namanya kecurangan dari pihak manapun.

b. Pemilu

Pelaksanan dari Pemilihan Umum (Pemilu) adalah untuk memilih para wakil

rakyat yang akan mewakili rakyat yang duduk di lembaga

permusyawaratan/perwakilan rakyat. Tujuan Pemilu adalah untuk melaksanakan

kedaulatan rakyat seperti yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2.
13
Pemilihan umum di indonesia diselenggarakan oleh lembaga independen yang

dinamakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang memiliki kedudukan di ibukota

negara. Sedangkan kalau yang ada di prpinsi adalah KPUD Propinsi, begitu pula

untuk yang ada di kabupaten/ kota dinamakan KPUD kabupaten/kota. Di tingkat

kecamatan dinamakan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), sedangkan untuk yang

ada di desa/ kelurahan dinamakan Panitia Pemungutan Suara (PPS). Pada masing-

masing Panitia Pemungutan Suara dibentuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan

Suara (KPPS). Untuk setiap Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

dilengkapi dengan Tempat Pemungutan Suara (TPS). Selain KPU juga terdapat

Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang mana lembaga ini dibentuk agar pemilu

berjalan lancar, bebas, jujur, adil, transparan, dan juga terhindar dari kemungkinan

terjadinya kecurangan jumlah perolehan suara.

1) Pemilihan Anggota Dewan

a. Calon peserta pemilu DPR dan DPRD

Sebagai seorang calon anggota DPR/ DPRD maka wajib terdaftar sebagai

anggota dari salah satu partai politik yang dibuktikan dengan kepemilikan

Kartu Tanda Anggota (KTA). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD merupakan acuan

mengenai tata cara pemilu anggota DPR atau DPRD. Berikut adalah syarat-

syarat calon anggota DPR dan DPRD antara lain :

 Warga Negara Indonesia yang telah berumur 21 tahun/ lebih


 Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Bertempat tinggal di wilayah NKRI
 Cakap dalam berbicara, membaca, dan juga menulis bahasa Indonesia
 Memiliki pendidikan yang serendah-rendahnya yaitu SLTA
 Terdaftar sebagai anggota dari partai politik
14
 Tidak sedang dicabut haknya
 Sehat jasmani dan juga sehat rohani

b. Pemilihan DPD (Dewan Perwakilan Daerah)

Syarat khusus calon anggota DPD antara lain:

 Bertempat tinggal pada provinsi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3


tahun yang secara berturut-turut dihitung s/d tanggal pengajuan calon.
Atau pernah bertempat tinggal selama 10 tahun sejak berusia 17 tahun di
provinsi yang bersangkutan.
 Tidak menjadi pengurus suatu partai politik sekurang-kurangnya 4 tahun
yang dihitung sampai dengan tanggal pengajuan calon.

Anggota dari DPD akan secara otomatis menjadi anggota MPR utusan dari

masing-masing provinsi. Yang menjadi pembeda dengan anggota DPR adalah

terletak pada hak suara. Anggota DPD hanya memperoleh hak suara sebagai

penyeimbang, pembahas, penyelaras dan juga hanya menyampaikan aspirasi

saja, bukan menentukan suatu putusan.

Syarat calon anggota DPD antara lain meliputi:

 WNI yang memiliki umur minimal 21 tahun/ lebih


 bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 setia kepada Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi
 bertempat tinggal di wilayah NKRI
 memiliki pendidikan minimal SLTA/ sederajat
 cakap berbicara, membaca, dan menulis bahasa Indonesia
 sehat jasmani dan sehat rohani
 tidak pernah dijatuhi hukuman penjara
 tidak sedang dicabut hak pilihnya
 bukan bekas dari anggota organisasi yang terlarang termasuk juga
organisasi massanya
 terdaftar sebagai pemilih.

c. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Semenjak tahun 2004 pemilihan presiden dan wakil presiden adalah

dipilih secara langsung oleh rakyat yang diatur dalam UU Nomor 23 Tahun
15
2003. Pada masa sebelum 2004, presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR

dalam Sidang Umum. Pada pemilihan yang dilakukan secara langsung

menunjukkan bahwa rakyat sungguh-sungguh terlibat secara langsung di dalam

proses kedaulatan rakyat. Berikut ini adalah syarat menjadi calon presiden atau

wakil presiden antara lain:

 bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


 WNI sejak kelahirannya dan tidak pernah mendapat kewarganegaraan lain
karena kehendak sendiri.
 tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan
 tidak pernah melakukan perbuatan yang tercela
 terdaftar sebagai pemilih
 tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau
secara badan hukum
 meempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melakukan
kewajiban perpajakan selama 5 tahun terakhir
 mempunyai daftar riwayat hidup
 belum pernah menjabat sebagai presiden atau wakil presiden selama 2 kali
masa jabatan dalam jabatan yang sama
 setia terhadap Pancasila, UUD 1945, dan cita-cita Proklamasi
 tidak pernah dihukum penjara yang disebabkan oleh karena melakukan
tindak pidana makar yang berdasarkan pada putusan pengadilan
 memiliki usia sekurang-kurangnya 35 tahun
 tidak pernah penghianatan terhadap negara
 memiliki kemampuan yang secara jasmani/ rohani untuk melaksanakan
tugas dan juga kewajiban sebagai presiden/ wakil presiden
 berdomisili di wilayah NKRI
 telah melakukan pelaporan atas kekayaan yang dimilikinya kepada instansi
yang berwenang
 tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
 memiliki pendidikan serendah-rendahnya adalah SLTA/ sederajat
 bukan merupaka bekas anggota PKI/ bukan orang yang terlibat secara
langsung dalam G 30S/PKI.
c. Pilkada

Istilah pilkada adalah merupakan singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah

baik untuk di daerah provinsi atau kabupaten/kota. Kepala daerah yang ada di

propini adaah gubernur sedangkan untuk yang berada di daerah kabupaten/kota

adalah memilih bupati/wali kota. Pemilihan Kepala Daerah diatur di dalam


16
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Pasal 56 ayat (1) UU No.32 Tahun 2004

disebutkan bahwa kepala daerah dipilih dalam sebuah ajang demokrasi. Berikut ini

adalah merupakan syarat calon gubernur dan calon wakil gubernur dan juga syarat

calon bupati/wali kota dan calon wakil bupati/wali kota.

a. Syarat calon gubernur dan calon wakil gubernur

 bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


 setia terhadap Pancasila dan UUD 1945, cita-cita Proklamasi, & Kepala
Negara Republik Indonesia serta pemerintah
 memiliki usia minimal adalah 30 tahun
 memiliki pendidikan minimal SLTA/ sederajat
 sehat jasmani dan sehat rohani yang berdasarkan pada hasil pemeriksaan
menyeluruh dari tim dokter
 tidak pernah dihukum penjara yang disebabkan oleh karena melakukan tindak
pidana makar yang berdasarkan pada putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap
 tidak sedang dicabut hak pilihnya yang berdasarkan pada putusan pengadilan
yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap
 mengenal daerahnya dan juga dikenal oleh masyarakat di daerahnya
 menyerahkan daftar dari kekayaan pribadinya dan bersedia diumumkan
 tidak sedang memiliki tanggungan utang scr perseorangan dan/atau badan
hukum yg menjadi tanggungjawabnya yg merugikan negara
 tidak sedang dinyatakan pailit yang berdasarkan pada putusan pengadilan
 belum pernah menjabat sbg kepala daerah & wakil kepala daerah selama 2
kali masa jabatan di dlm jabatan yang sama
 tidak pernah melakukan perbuatan yang tercela
 memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 menyerahkan daftar riwayat hidup secara lengkap dengan anggota keluarga,
pendidikan, dan juga pekerjaan
 tidak berstatus sebagai pejabat gubernur/wakil gubernur

b. Syarat calon bupati/wali kota dan calon wakil bupati/wali kota antara lain
meliputi:

 bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


 setia terhadap Pancasila dan UU 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945,
dan kepala negara Republik Indonesia serta pemerintah
 memiliki usia minimal 30 tahun
 mempunyai pendidikan minimal SLTA/ sederajat
 sehat jasmani dan sehat rohani yang didasarkan pada hasil pemeriksaan
menyeluruh dari tim dokter
17
 tidak pernah dihukum penjara oleh karena melakukan tindak pidana makar
yang berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap
 tidak sedang dicabut hak pilihnya yang berdasarkan pada putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
 mengenal daerahnya dan juga dikenal oleh masyarakat di daerahnya
 tidak sedang memiliki tanggungan utang scr perseorangan dan/atau badan
hukum yang menjadi tanggung jawabnya yg merugikan negara
 tidak sedang dinyatakan pailit yang didasarkan pada putusan pengadilan
 menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan juga bersedia untuk
diumumkannya.
 belum pernah menjabat sebagai kepala daerah dan wakil kepala daerah
selama 2 kali masa jabatan dalam jabatan yang sama
 tidak pernah melakukan suatu perbuatan tercela
 mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
 menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap dengan anggota keluarga,
pendidikan dan juga pekerjaan
 tidak sedang berstatus sebagai pejabat kepala daerah (bupati/wali kota dan
wakil bupati/wali kota)

d. Pelaksanaan Pemilu dan Pilkada

Dalam proses pelaksanaannya, pemilu melalui beberapa tahap pelaksanaan,

yaitu pendaftaran pemilih, kampanye, pemungutan suara, perhitungan suara serta

pengumuman hasil pemilu. Untuk lebih jelas tentang masing-masing prosesnya

simak pembahasannya dibawah ini.

 Pendaftaran Pemilih – Di setiap tingkat RT/RW atau daerah yang


menyelenggarakan pemilu, para pemilih harus sudah terdaftar. Batas maksimal
pendaftaran pemilih adalah 6 bulan sebelum dilaksanakannya pemilu. Adapun
persyaratannya adalah seseorang yang telah berusia 17 tahun ataupun yang telah
menikah dan memiliki hak sebagai pemilih.
 Kampanye – Berdasarkan UU no 23 tahun 2003 yang berisi tentang pemilu,
kampanye dilakukan dalam jangka waktu 3 minggu dan harus sudah selesai 3
hari sebelum proses pemungutan suara. Kampanye biasa dilakukan untuk
meyakinkan para calon pemilih atau berusaha untuk mengajar para pemilih
untuk memilih calon tersebut.
 Pemungutan Suara – Proses pemungutan suara biasanya dilakukan di tempat
pemungutan suara di daerah masing-masing yang telah disediakan. Biasanya
para pemilih akan diberikan kartu suara dimana di kartu tersebut terdapat daftar
calon yang akan menjadi pemimpin.
 Perhitungan Suara – Proses perhitungan suara dilakukan di masing-masing
TPS secara terbuka dihadapan masyarakat umum dan para saksi.
18
 Hasil Pemilu – Hasil dari kegiatan pemilu biasanya diumumkan oleh KPU.
Adapun selambat-lambatnya adalah 30 hari setelah selesai pemungutan suara.

Pilkada. Tahap persiapan Pilkada sebenarnya tidak jauh dari pemilu, hanya

saja perbedaannya terlihat sangat jelas. Pilkada biasanya diawali dengan persiapan

pembentukan panitia, kemudian baru tahap pelaksanaan. Pilkada juga biasanya

dilakukan secara serentak. Adapun tujuan pilkada serentak salah satunya adalah

untuk menciptakan efisiensi politik. Simak detailnya sebagai berikut:

 Persiapan. Pada tahap persiapan biasanya diawali dengan pemberitahuan dari


DPRD kepada masing-masing Kepala Daerah tentang berakhirnya masa
jabatannya. Pemberitahuan tersebut biasanya diumumnkan paling lambat 5
bulan sebelum masa jabatannya berakhir. KPUD juga diberitahukan tentang
berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah paling lambat 5 bulan sebelum resmi
berakhir. Kemudian dilanjutkan ke tahap perencanaan seperti penentuan tanggal
pilkada. Dalam proses tersebut KPUD harus segera menetapkan maksimal 14
hari setelah ada pemberitahuan dari pihak DPRD. Selanjutnya, dibentuklah
panitia pengawas, PPS, PPK, dan KPPS yang nantinya dilanjutkan ke tahap
pelaksanaan.
 Pelaksanaan – Tahap awal pelaksanaan sama seperti dengan pemilu, yaitu
penetapan daftar pemilih di masing-masing daerah. Bedanya adalah kalau
pilkada nantinya para calon pemilih akan diberikan kartu pemilih yang harus
dibawa ketika pemilihan dilaksanakan.
 Kampanye – Proses kampanye pilkada bisa dibilang lebih singkat dibandingkan
pemilu, yaitu hanya 14 hari dan harus selesai 3 hari sebelum hari pemilihan.
 Pemungutan dan Perhitungan Suara – Proses pemungutan suara dapat
dilaksanakan paling lambat 30 hari sebelum masa jabatan masing-masing kepala
daerah berakhir. Sedangkan proses perhitungan suara biasanya dilaksanakan di
masing-masing TPS oleh KPPS setelah pemungutan suara selesai.
 Penetapan – Proses akhir pilkada adalah penetapan Calon Kepala dan Wakil
Kepala daerah dengan ketentuan memiliki suara lebih dari 50% atau bisa dilihat
dari persentase paling tinggi dengan selisih yang cukup jauh.

3. Model Role Playing

a. Pengertian Model Role Playing

Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya

ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam role playing peserta didik

dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di
19
dalam kelas. Selain itu, role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas

dimana peserta didik membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan

memainkan peran orang lain (Djamarah, 2006).

Mulyono (2012:44) menjelaskan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang

menyenangkan diantaranya adalah role playing (bermain peran), yakni suatu cara

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

penghayatan peserta didik. Model pembelajaran role playing, titik tekanannya terletak

pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang

secara nyata dihadapi. Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif

melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya

pada situasi tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

model role playing adalah model pembelajaran yang di mengkondisikan peserta

didik untuk bermain peran terkait dengan materi pembelajaran yang dipelajarinya.

Model ini melibatkan peserta didik untuk memainkan peran/tokoh yang terkait

dengan proses pemilu dan pilkada.

b. Langkah-langkah Menggunakan Model Role Playing

Menurut Siberman (2007:217) Prosedur teknis dari Role Playing adalah

sebagai berikut:

1) Buatlah satu permainan peran dimana guru akan mendemonstraikan perilaku


yang diinginkan.
2) Informasikan kepada kelas bahwa guru akan memainkan peran utama dalam
bermain peran ini. Pekerjaan siswa adalah membantu guru berhubungan
dengan situasi.
3) Mintalah relevan siswa untuk bermain peran menjadi orang lain dalam situasi
ini. Guru memberi siswa itu catatan pembukaan untuk dibaca guna
membantunya atau membawa masuk pada peran. Mulailah bermain peran,
tetapi berhentilah pada interval yang sering dan mintalah kelas untuk memberi
20
feedback dan arah seperti kemajuan skenario. Jangan ragu menyuruh siswa
untuk memberikan garis khusus bagi guru untuk digunakan.
4) Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih guru dalam
bagaimana menangani situasi. Hal ini memberikan siswa latihan keterampilan
ketika guru melakukan peran yang sebenarnya untuk mereka.

Dalam menyiapkan suatu situasi Role Playing di dalam kelas, guru

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Hamalik, 2007):

a) Persiapan dan instruksi. Guru memiliki situasi bermain peran Situasi-situasi


masalah yang dipilih harus menjadi “sosiodrama” yang menitikberatkan pada
jenis peran, masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi siswa.
Keseluruhan situasi harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan
peristiwa, individu-individu yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang
diambil oleh pelaku khusus. Para pemeran khusus tidak didasarkan kepada
individu nyata di dalam kelas, hindari tipe yang sama pada waktu merancang
pemeran supaya tidak terjadi gangguan hak pribadi secara psikologis dan merasa
aman.
b) Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan,
latihan-latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif
maupun sebagai para pengamat aktif. Latihan-latihan ini dirancang untuk
menyiapkan siswa, membantu mereka mengembangkan imajinasinya dan untuk
membentuk kekompakan kelompok dan interaksi. Misalnya latihan pantomim
c) Guru memberikan intruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah
memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas. Penjelasan
tersebut meliputi latar belakang dan karakter-karakter dasar melalui tulisan atau
penjelasan lisan. Para peserta (pemeran) dipilih secara sukarela. Siswa diberi
kebebasan untuk menggariskan suatu peran. Apabila siswa telah pernah
mengamati suatu situasi dalam kehidupan nyata maka situasi tersebut dapat
dijadikan sebagai situasi bermain peran. Peserta bersangkutan diberi kesempatan
untuk menunjukkan tindakan/perbuatan ulang pengalaman. Dalam brifing,
kepada pemeran diberikan deskripsi secara rinci tentang kepribadian, perasaan,
dan keyakinan dari para karakter. Hal ini diperlukan guna membangun masa
lampau dari karakter. Dengan demikian dapat dirancang ruangan dan peralatan
yang perlu digunakan dalam bermain peran tersebut.
d) Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan
instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada audience.
Para audience diupayakan mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran
itu. Untuk itu, kelas dibagi dua kelompok, yakni kelompok pengamat dan
kelompok spekulator, masing-masing melaksanakan fungsinya. Kelompok I
bertindak sebagai pengamat yang bertugas mengamati: (1) perasaan individu
karakter, (2) karakter-karakter khusus yang diinginkan dalam situasi dan (3)
mengapa karakter merespons cara yang mereka lakukan. Kelompok II bertindak
sebagai spekulator yang berupaya menanggapi bermain peran itu dari tujuan dan
21
analisis pendapat. Tugas kelompok ini mengamati garis besar rangkaian
tindakan yang telah dilakukan oleh karakter-karakter khusus.

Tindakan Dramatik dan Diskusi yang akan dilaksanakan:

a. Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran,


sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada
pemeran.
b. Bermain peran khusus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat
tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.
c. Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat
pada situasi bermain peran. Masing-masing kelompok audience diberi
kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya. Para
pemeran juga dilibatkan dalam diskusi tersebut. diskusi dibimbing oleh guru
dengan maksud berkembang pemahaman tentang pelaksanaan bermain
peran serta bermakna langsung bagi hidup siswa, yang pada gilirannya
menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk mengamati dan
merespons situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

Evaluasi dalam Bermain Peran:

a. Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan


diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain
peran. Siswa diperkenankan memberikan komentar evaluative tentang
bermain peran yang telah dilaksanakan, misalnya tentang makna bermain
peran bagi mereka, cara-cara yang telah dilakukan selama bermain peran,
dan cara-cara meningkatkan efektivitas bermain peran selanjutnya.
b. Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran. Dalam melakukan
evaluasi ini, guru dapat menggunakan komentar evaluatif dari siswa, catatan-
catatan yang dibuat oleh guru selama berlangsungnya bermain peran.
Berdasarkan evaluasi tersebut, selanjutnya guru dapat menentukan tingkat
perkembangan pribadi, sosial dan akademik para siswanya.
c. Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai
tersebut dalam sebuah junal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan
guru. Hal ini penting untuk pelaksanaan bermain peran atau untuk berkaitan
bermain peran selanjutnya.

c. Kelebihan Model Role Playing

1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping
menjadi pengalaman yang menyenangkan juga memberi pengetahuan yang
melekat dalam memori otak,
2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi
dinamis dan antusias
3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan
22
4) Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas
dalam proses belajar.

B. Penelitian yang Relevan

Apabila dicermati penelitian yang akan dilakukan, terdapat penelitian yang

relevan dengan penelitian yang akan peneliti laksanakan yaitu:

1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Dwi Novita Sari dengan judul “Penerapan

Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SD Negeri 2 Kesumadadi”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model role playing dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dilihat dari motivasi pada

siklus I menunjukkan motivasi “Baik”, motivasi siswa pada siklus II

menunjukkan motivasi “Baik”. Motivasi dan persentase siswa baik siklus I dan

siklus II mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa pada siklus I dengan

kategori “Kurang”, hasil belajar siswa pada siklus II dengan kategori “Baik’.

Hasil belajar dan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II

telah mencapai ketuntasan.

2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Yayuk Handayani dengan judul “Penerapan

Metode Role Playing (Bermain Peran) dengan Menggunakan Media Film

Dokumenter untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS (PTK Kelas

VB SD Negeri 68 Kota Bengkulu). Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I

diperoleh nilai aktivitas guru sebesar 43,5 dengan kategori cukup dan nilai

aktivitas siswa sebesar 36,5 dengan kategori cukup,sedangkan dari 31 orang

siswa dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar 58,06%, dan mendapat nilai

rata-rata sebesar 69,1, (2) pada siklus II diperoleh nilai aktivitas guru sebesar
23
50,5 dengan kategori baik dan nilai aktivitas siswa sebesar 48 dengan kategori

baik, sedangkan dari 31 orang siswa dengan ketuntasan belajar klasikal 77,4%

dengan nilai rata-rata sebesar 78,2. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa Penerapan Metode Role Playing melalui media Film

Dokumenter dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VB

SDNegeri 68 Kota Bengkulu.

3. Penelitian yang dilaksanakn oleh Ari Purbo Aribowo dengan judul “Penerapan

Model Role Playing Pada Mata Pelajaran PKn untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas V SDN Guwo 03 Pati”. Hasil penelitian menunjukkan

hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh persentase 60% meningkat 90%

pada siklus II. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I

memperoleh persentase 65,28% meningkat menjadi 78,47% pada siklus II.

Persentase hasil belajar siswa ranah afektif pada siklus I memperoleh

persentase 78,25% meningkat menjadi 86,75% pada siklus II dan hasil belajar

siswa ranah psikomotorik pada siklus I 65,63% meningkat menjadi 78,125%

pada siklus II.

C. Kerangka Konseptual

Dalam proses pembelajaran diperlukan usaha atau model untuk meningkatkan hasil

belajar PKn peserta didik. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model role

playing. Di dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model role playing, peserta didik

akan bermain peran sesuai dengan materi yang akan dipelajari sehingga peserta didik

terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan bermain peran pada

materi proses pemilu dan pilkada, ada yang berperan sebagai KPU, Peserta Pemilu, dan

Pemilih. Secara detail kerangka konseptual dapat ditulis dalam bagan di bawah ini:
24

Menggunakan
Pembelajaran PKn Model Role Playing

Pelaksanaan
Model Role Playing
1) Persiapan dan instruksi pada jenis
peran, masalah dan situasi familier,
serta pentingnya bagi siswa.
2) Siswa harus mengikuti latihan
3) Intruksi khusus kepada peserta
Hasil Belajar
bermain peran setelah memberikan
Siswa
penjelasan pendahuluan kepada
Meningkat
keseluruhan kelas.
4) Memberitahukan peran-peran yang
akan dimainkan.
5) Melaksanakan peran sesuai dengan
yang ditetapkan

Bagan 1. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoritik yang telah dipaparkan di atas, hipotesis tindakan

pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Hasil Belajar Siswa Kelas VI

pada materi Menjelaskan Proses Pemilu dan Pilkada meningkat dengan Model Role

Playing di SDN 19 Pasir Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai