Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDUAL

MENGANALISIS FILM PENDIDIKAN INKLUSIF


TGL 5 DESEMBER 2017

NAMA MAHASISWA: ANNISA YOVITASARI

NIM : 13103241006

KELAS : PLB VII A

AMATILAH FILM PENDIDIKAN INKLUSIF INI, TIDAK HANYA SEKALI!

ANALISISLAH ISI/SUBSTANSI DARI FILM PENDIDIKAN INKLUSIF TERSEBUT PADA


HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT:
1. Sarana/fasilitas sekolah inklusif
Sekolah pada umumnya dalam segi penataan kelas, murid-murid biasanya
dikelompokkan. Dalam film welcoming school sebuah sekolah di Uganda mengelompokkan
menjadi beberapa siswa. Walaupun dengan cara mengelompokkan siswa dapat
menghilangkan kesenggangan antara ABK dan non ABK dan memang kondisi fisik ruangan
serta bangku yang tidak mampu menampung kapasitas siswa sehngga sekolah mengatur
penempatan kelas dengan cluster. Namun dengan cara mengelompokkan anak menjadi 8-9
siswa dalam satu satu kelompok dapat menyebabkan siswa termasuk siswa berkebutuhan
khusus kurang leluasa dalam bergerak dan akan memecah konsentrasi anak dalam belajar. Di
Palestina, mereka membangun konstruksi sederhana untuk pintu masuk dan merendahkan
papan tulis untuk anak tunadaksa yang menggunakan kursi roda.
2. Pelaksanaan kurikulum adaptif
Menurut saya, beberapa para guru sudah melakukan inovasi pada kurikulum serta
menjamin bahwa pengembangan pengajaran dan belajar menyertakan semua murid.
Kurikulum yang diberikan ke anak sudah disesuaikan dengan kebutuhan anak.. Para guru
mengulas isi kurikulum dan metode pengajaran untuk menemukan alternatif untuk semua
anak agar dapat berpartisipasi dalam proses belajar dan mencapai tujuannya masing-masing.

3. Kompetensi guru sekolah inklusif


Film “welcoming school”, kompetensi guru sekolah inklusif sudah bagus. Semua guru
sudah berusaha untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan siswa.. Mereka merencanakan
untuk semua kelas dan menggunakan metode pengajaran alternatif. Guru melakukan upaya
untuk meminimalkan hambatan belajar untuk anak berkebutuhan khusus dan berpartisipasi
untuk mempromosikan keikutsertan peserta didik . guru juga memodifikasi lingkungan
sekitar sekolah agar pembelajaran nyaman. Sebelum melaksanakan pembelajaran, para guru
terlebih dahulu mempersiapkan memikirkan bagaimana semua murid dapat berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran dan bagaimana kebutuhan kurikulum dibedakan berdasarkan
kebutuhan individu. Para guru menggunakan berbagai macam metode pengajaran dan gaya
presentasi untuk menjamin bahwa semua murid memperoleh keuntungan maksimal dari
sekolah. Mereka sadar murid berkebutuhan khusus membutuhkan penyesuaian dan
modifikasi yang berbeda. Guru juga memanfaatkan tekhnologi dapat membantu pemahaman
mengajar.

4. Aksesibilitas sekolah inklusif


Menurut saya, beberapa welcoming school belum menunjukkan bahwa sekolah tersebut
aksessibel untuk anak berkebutuhan khusus terutama anak berkebutuhan khusus tunanetra
dan tunadaksa seperti sekolah belum memiliki aksesibilitas yang layak untuk anak tunanetra,
belum adanya pegangan di dinding kelas, ubin blok untuk aksesibilitas anak tunanetra dsb.
Namun, beberapa sekolah sudah melakukan modifikasi bangunan fisik. Modifikasi di
lingkungan fisik tidak berarti mahal. Di sekolah Al- Hassanah Palestina, mereka membangun
konstruksi sederhana untuk pintu masuk dan merendahkan papan tulis untuk anak tunadaksa
yang menggunakan kursi roda. Di sekolah Bishop Willy Uganda para guru memindahkan
meja untuk mendapatkan pencahayaan yang lebih baik.

5. Sistem evaluasi di sekolah inklusif


Dalam Film “Welcoming school”, evaluasi disesuaikan dengan kondisi, karakteristik
serta kebutuhan siswa berkebutuhan khusus dan disesuaikan dengan kurikulum yang telah di
modifikasi. Guru-guru memastikan bahwa hasil pendidikan itu eksplisit. Dan mereka
mengembangkan proses asesmen dan monitor proses yang mengintregasikan antara
pengajaran dengan proses belajar.

6. Kerjasama guru dan orangtua/keluarga ABK


Dalam film welcoming school kerjasama antara guru dan keluarga ABK sudah baik. Di
Hungaria, para guru berusaha untuk mengembangkan kemitraan. Para guru telah mampu
bekerja sebagai tim, yang telah membantu setiap orang dan telah terbukti berguna bagi anak-
anak. Dalam film tersebut juga terlihat salah satu orangtua siswa berkebutuhan khusus.
Orang tua itu merasa sangat bahagia karena anaknya dapat diterima secara utuh di kelas. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya kerjasama yang baik antara guru, orangtua siswa, dan siswa
non ABK dalam mendukung kesetaraan dalam inklusi.

7. Sistem kolaborasi guru umum & khusus dan profesi lain


Berdasarkan film pendek welcoming school para guru bekerja untuk mengembangkan
lingkungan yang suportif di dalam kelas, di sekolah dan disekita sekolah. Dalam film
tersebut guru pendamping khusus terlihat mendamping anak berkebutuhan khusus. Berbagai
kesulitan, mencari solusi dalam kelompok dan menerima umpan balik. Kolaborasi yang
dilakukan anatar guru umum dan khusus digambarkan cukup baik. Hal itu mempermudah
siswa untuk mengikuti pembelajaran di sekolah inklusi. Tujuan dari pertemuan antara kepala
sekolah dan staf adalah pengembangan agenda, berbagi pengalaman, perencanaan untuk
pengajaran dan berbagi solusi
8. Pembelajaran akomodatif
Berdasarkan pembelajaran akomodatif yang terdapat di film pendek welcoming school,
Di India, guru mengakomodasi penempatan kelas dengan memindahkan sebagian meja dan
kursi bahkan membentangkan alas untuk murid-murid duduk hal ini dikarenakan ukuran
ruangan yang tidak terlalu besar.

9. Pembelajaran kompensatoris: OM, Membaca menulis Braille, BPBI, Bhs Isyarat, Bina diri,
ADL/KKS, dll.
Berdasarkan film pendek welcoming school tersebut, pembelajaran kompensatoris yang
nampak yaitu membaca braille bagi anak tunanetra, dalam film tersebut guru dan teman non
abk membantu membimbing anak dalam meraba tulisan braille. Dalam film tersebut juga
ada seorang anak down syndrom yang sedang dibimbing menulis oleh guru dan temannya.
Guru juga membantu anak tunagrahita dan downsyndrom dalam pembelajaran di kelas.
Dalam film tersebut juga ada seorang guru yang sedang mendampingi seorang anak down
syndrom dalam melakukan Actifity Daily Living dengan berbelanja di swalayan dan
membayar di kasir. Wu Wei dari China menyarankan untuk menggunakan kotak kotak
khusus untuk aritmatika. Dan ternyata media tersebut sangat membantu dalam pembelajaran
matematika anak tunanetra.

10. Pembelajaran kompensatif:


Berdasarkan film pendek Welcoming School meskipun mereka berada di sekolah inklusif
anak berkebutuhan khusus mendapat pembelajaran kompensatoris, namun anak
berkebutuhan khusus belum mendapatkan pembelajaran kompensatif seperti program
remidial, pengayaan maupun akselerasi.

Anda mungkin juga menyukai