Anda di halaman 1dari 3

Dialog Konseling Gizi Disfagia

Dian: selamat siang ibu dan mbak, mari silahkan duduk


Dian: perkenalkan ibu, nama saya nurdian jauhari, saya biasa dipanggil dian. Dengan ibu dan
mbak siapa ya ini?
Wanti: saya wanti dan ini ibu saya namanya fina
Dian: Mba wanti sekarang kerja atau kuliah?
Wanti: saya masih kuliah bu, skrang saya semester 2
Dian: “ibu fina sekarang usianya berapa ya bu? Ibu sehari2 bekerja atau bagaimana?
Fina: usia saya 57 tahun. saya PNS mbak, tiap hari saya kerja dari jam 8 pagi sampe jam 5
sore mbak”
Dian: “wah padat sekali ya bu. Ibu fina berat badannya berapa?
Fina: 47 kilogram
Dian: tingginya?
Fina: 158
Dian: baik saya hitung dulu... untuk berat badan idealnya 52 dan IMTnya 18, 87, jadi kategori
normal. baik mba wanti bisa di jelaskan keluhan-keluhan yang dialami ibu fina?
Wanti: ibu saya mengalami
 Sulit menelan makanan dan minuman.
 Nyeri saat menelan.
 Makanan terasa tersangkut pada tenggorokan atau dada.
 Tersedak atau batuk ketika makan dan minum.
 Mengeluarkan air liur terus-menerus.
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Makanan yang sudah ditelan dimuntahkan kembali.
Dian: bisa saya minta surat rujukan dokter dan hasil lab nya?”
Dian: “ nah mba wanti, berdasarkan surat rujukan dokter yang saya baca dan keluhan yang
dialami ibu fina, ibu fina didiagnosis dengan penyakit disfagia. Penyakit ini disebabkan
karena:

 kontraksi atau kejang pada otot kerongkongan yang terjadi secara tiba-tiba.

 Luka-luka atau penyempitan pada kerongkongan akibat asam lambung.


 Peradangan pada kerongkongan karena asam lambung atau infeksi (esofaginitis).
 Scleroderma atau pengerasan dan penyempitan jaringan pada kerongkongan, serta
kelemahan otot bawah kerongkongan.
 Divertikula atau kantung-kantung kecil pada dinding kerongkongan atau tenggorokan.
 Tumor kerongkongan baik jinak maupun ganas.

Dian: bila tak ditangani dengan tepat disfagia bisa menimbulkan komplikasi. Contohnya:

 Malnutrisi, dehidrasi, dan penurunan berat badan akibat kekurangan asupan nutrisi
dan cairan.

 Gangguan pernapasan, seperti infeksi saluran pernafasan atas dan pneumonia akibat
makanan atau minuman yang masuk ke dalam saluran pernapasan saat menelan.

wanti: lalu apa yang harus saya lakukan bu?

Dian: nah, disini ada Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah modifikasi diet, menjaga
postur saat makan dan minum, serta terapi rehabilitasi untuk otot-otot menelan. 

Wanti: terus makanan apa yang harus dikonsumsi untuk diet bu?

Dian: Pemberian makanan dilakukan secara bertahap, yang disesuaikan dengan tingkat
keparahan disfagia ibu fina, yaitu terdapat 4 tingkat cairan (makanan cair) yang
kekentalannya diturunkan bertahap dan 3 tingkat makanan padat, yang dimulai dari bubur
kemudian ditingkatkan secara bertahap. Cairan (makanan cair) dapat dikentalkan dengan
menggunakan susu bubuk tanpa lemak atau tepung maizena. Dan hindari makanan yang
keras.

Dian: jadi mba wanti jika ibu fina makan tolong diperhatikan makananya dan Makan dalam
posisi tegak, Tidak makan sambil bicara, Rutin melakukan latihan rehabilitasi untuk
menguatkan otot-otot yang berperan dalam proses deglutinasi, Konsumsi makanan tinggi
kalori.
Wanti: lalu apakah ada sesuatu seperti makanan atau kebisaan yang harus dihindari oleh ibu
saya?
Dian: ada mba seperti:

 Mengubah pola makan dalam porsi kecil tetapi sering.

 Memotong makanan menjadi kecil-kecil dan makan dengan perlahan.


 Mencoba makanan dengan berbagai tekstur untuk melihat makanan yang
menyebabkan disfagia.
 Menghindari alkohol, rokok, dan kafein yang dapat memperparah heartburn.

Dian: jadi bu fina tolong dijaga pola makannya dan mba wanti tolong diperhatikan pola
makan ibunya yaaa
Fina: baik bu saya akan berusaha menghindari dan melakukan apa yang ibu katakan

Dian: baik, sesi konseling kita cukupkan hari ini ya bu

Wanti: baik bu, terima kasih ya bu atas bantuannya

Dian: sama2 mba, terima kasih juga tas kerjasamanya hari ini

Dian: saya permisi dulu ya bu

Anda mungkin juga menyukai