Anda di halaman 1dari 3

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Norma dan Etika Pemasaran

Norma sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu "norm" yang berarti patokan,
pedoman, atau pokok kaidah. Menurut (Pasalong, 2020) Pengertian norma adalah
kaidah yang menjadi sebuah petunjuk, pedoman untuk seseorang dalam bertindak
atau tidak, serta bertingkah laku dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, seperti
norma kesopanan, norma hukum, serta norma agama. Pengertian norma bisa diartikan
sebagai petunjuk atau pedoman tingkah laku yang harus dilakukan ataupun tidak
boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan suatu alasan tertentu.

Etika itu berasal dari bahasa Yunani yakni "Ethos", yang berarti watak
kesusilaan atau juga adat kebiasaan (custom). Etika tersebut biasanya berkaitan erat
dengan adanya perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yakni
"Mos" serta dalam bentuk jamaknya ialah Mores, yang berarti adat kebiasaan atau
juga cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan).

Menurut Prakoso (2015:44) yang dikutip dalam buku (Pasalong, 2020),


mengatakan bahwat etika adalah "merupakan nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat dalam mengatur
perilakunya". Ini berarti etika merupakan kebiasaan tingkah laku yang berkaitan
dengan nilai-nilai, norma-norma moral, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik, yang menjadi pegangan bagi seseorang/ kelompok masyarakat dan diwariskan
secara turun-temurun etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.

Pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk


menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan untuk
mengelolah hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi.

Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa Norma dan
Etika Pemasaran adalah pedoman yang menjadi pegangan suatu organisasi dengan
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik untuk mengkomunikasikan dan
memberikan nilai kepada pelanggan untuk mengelolah hubungan pelanggan dengan
cara yang menguntungkan organisasi dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
organisasi.

2.2 Konsep Etika dalam Pemasaran

3 konsep etika dalam pemasaran menurut John R. Boatright adalah sebagai berikut:

1. Faimess (Justice): Faimess menjadi pusat perhatian karena menjadi kebutuhan


yang paling dasar dari transaksi pasar Setiap pertukaran atau transaksi
dianggap fair atau adil ketika satu sama lam memberikan keuntungan
(mutually beneficial) dan memberikan informasi yang memadai. Namun,
pemberian informasi dalam transaksi ini masih diragukan Hal ini disebabkan
karena penjual tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan semua informasi
yang relevan kepada pembeli/ pelanggan, dan pembeli memiliki suatu
kewajiban untuk dunformasikan mengenai apa yang dibelinya.
2. Freedom: Freedom berarti memberikan jangkauan pada pilihan konsumen.
Freedom dapat dikatan tidak ada apabila pemasar melakukan praktik
manipilasi, dan mengambil keuntungan dari populasi yang tidak berdaya
seperti anak-anak, orang orang miskin, dan kaum lansia.
3. Well-beig Suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak social dari produk
dan juga periklanan dan juga product safety.
2.3 Jenis-jenis Etika Pemasaran

Etika pemasaran terbagi dalam 4 konteks, yaitu:


1. Etika pemasaran dalam konteks produk:
a. Produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat.
b. Produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit
c. Produk yang dibuat bernilai tambah tinggi
d. Produk yang dapat memuaskan masyarakat
2. Etika pemasaran dalam konteks harga:
a. Harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat.
b. Perusahaan mencari margin laba yang layak.
c. Harga dibebani cost produksi yang layak.
3. Etika pemasaran dalam konteks tempat / distribusi:
a. Barang dijamin keamanan dan keutuhannya.
b. Konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat.
4. Etika Pemasaran dalam konteks promosi :
a. Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif
b. Sebagai sarana untuk membangun image positif.
c. Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
d. Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
e. Tidak mengecewakan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai