Anda di halaman 1dari 49

HUTAN KERANGAS

HUTAN KERANGAS

1
KARAKTERISTIK HUTAN KERANGAS

o Hutan kerangas adalah formasi hutan yang paling unik dan


paling mudah dikenali di antara semua formasi hutan
dataran rendah.

o Penyebaran hutan kerangas yang paling luas ditemukan di


Borneo.

o Berdasarkan istilah kerangas berasal dari bahasa Dayak


Iban yang bermakna “lahan yang tidak dapat
menumbuhkan padi”.

o Hutan-hutan kerangas Borneo ditemukan di Serawak.

o Hutan kerangas dengan ciri khas mempunyai pasir putih


dan vegetasi unik berupa pohon-pohon kerdil dan kecil.

2
KARAKTERISTIK HUTAN KERANGAS

o Hutan kerangas merupakan salah satu ekosistem yang


dikelompokkan ke dalam uncommon lowland forest
bersama 2 tipe ekosistem lainnya yaitu hutan kayu ulin
(ironwood forest) dan ekosistem karst (forest on
limestone).

o Kalimantan memiliki areal hutan kerangas yang paling luas


di Indonesia.

o Hutan kerangas diberi nama heath forest oleh Richard


(1996) yang merupakan vegetasi khusus di Sarawak.

o Deskripsi ilmiah terkait hutan kerangas pertama kali


disampaikan oleh Beccari (1904).

3
KARAKTERISTIK HUTAN KERANGAS

o Secara umum, hutan kerangas tumbuh di daerah dataran


rendah beriklim selalu basah.

o Di daerah Malesia, hutan kerangas tersebar secara terbatas


di Kalimantan (Indonesia), Sarawak dan Sabah (Malaysia),
dan Brunei. Biasanya, banyak ditemukan di daerah yang
berbukit-bukit (Whitmore 1984).

o Hutan kerangas oleh tanah podsol. Hal ini menyebabkan


hutan kerangas dan vegetasi padang sebagai ekosistem
paling umum dan khas.

4
5
o Hutan-hutan kerangas banyak terdapat di wilayah pesisir
Borneo yaitu

o - wilayah plateau (tempat yang tinggi dan rata) yang


berupa batu pasir.

o Hutan kerangas Di Sarawak, Sabah, dan Brunei seringkali


ditemukan pada lereng-lereng yang curam dan dalam di
wilayah yang berbukit-bukit (Whitmore 1984a).

o Luas awal hutan kerangas Borneo adalah ditaksir sebesar


66.882 km2, dan yang masih tersisia adalah sebesar 48 %
(MacKInnon dan McKinnon 1986).

o Sebanyak 24.750 km2 hutan kerangas, masih tersisa di


Kalimantan (McKinnon dan Artha 1981).

6
7
Tanah Hutan Kerangas
Tanah hutan kerangas yang berasal dari bahan induk bersilika.
Karakteristik Tanahnya yaitu:

Rendah kandungan basanya

Sangat asam

Tekstur kasar dan berdrainase lancar

Tanah tampak seperti pasir putih

Tanah-tanah seperti itu biasanya berasal dari pantai-pantai


batupasir yang tererosi, misalnya pada masa mid-Pleistosene
(Burham 1984).

8
o Hutan kerangas merupakan salah satu hutan penting Indonesia
yang tumbuh di atas tanah podsol, tanah pasir kuarsa yang
sarang, miskin hara, dan pH 4 rendah.
o Hal ini menyebabkan hutan kerangas rentan terhadap gangguan.
o Kondisi fisik yang berpasir, kering, dan gersang memberi kesan
tidak produktif pada hutan kerangas. Kegiatan pertanian tidak
dapat berlangsung di lahan hutan kerangas.
o Ekosistemnya mudah rusak dan sulit dikembalikan lagi jika sudah
terganggu.
o Keterbukaan hutan kerangas akan mengakibatkan timbulnya
padang savana yang gersang (MacKinnon et al. 1996).
9
o Biasanya tanah di hutan kerangas berasal dari material
mineral silika yang tak terpisahkan dengan tekstur yang
kasar.
o Tanah yang terikat di hutan kerangas atau di bawah semak-
semak berwarna hitam kecokelatan, hal ini disebabkan oleh
dekomposisi bahan organik.
o Di padang terbuka, umumnya berwarna putih dengan
ketebalan sekitar 0,5 – 5 cm di sekitar lapisan yang lebih
gelap.
o Tanah di hutan kerangas dikenal dengan nama white-sand
soils. White-sand soils terbentuk akibat erosi pantai dan
adanya pengangkatan dasar laut ke permukaan.
o Keadaan yang berlangsung terus-menerus ini akan
membangun lapisan yang keras (podsol).
o Tingkat porositas, pencucian tanah dapat dikatakan tinggi
dan cepat sehingga rendah dalam penyimpanan hara.

10
Deskripsi tanah podsol di Pulau Bangka

Kedalaman
Horison pH Deskripsi
(cm)
Sebagian hitam, terdekomposisi material
A0 0-10 2.7
organik yang bercampur dengan kuarsa
Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas
A1 10-25 3.9
lapisan hitam keabuan
Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas
A2 25-40 6.1
lapisan putih keabuan
Cokelat tua yang kompak dengan pasir
B1 40-70 3.9
kuarsa
Lapisan pasir kuarsa yang sudah lepas
B2 70-100 4.6
warna cokelatnya
Hardon (1937) dalam Whitten et al. (1984)

11
12
13
KOMPOSISI DAN STRUKTUR HUTAN
Hutan kerangas mempunyai karakteristik

Pohon-pohon umumnya lebih pendek dan lebih kecil dibanding


1
pohon-pohon di hutan hujan campuran (Whitmore 1984).

Hutan kerangas memiliki suatu kanopi yang berlapisan tunggal,


2 seragam, dan rendah, yang dibentuk oleh tajuk-tajuk dari
pancang-pancang yang besar dan tiang-tiang kecil.

Pada foto-foto udara, kanopi yang rata tersebut bersifat unik


dan jelas, karena teksturnya yang halus dan tone nya yang
3
pucat, Pohon-pohon seringkali terposisikan secara rapat dan
sulit ditembus.

Hutan kerangas memiliki pohon dengan dbh 10 cm sebanyak


1
antara 454 sampai 750 pohon per hektar (Riswan 1982).

14
15
Jenis pohon konifer dengan daun yang mirip sisik dan mirip
jarum pada hutan kerangas Di Sarawak, yaitu:
o Casuarina nobilis seringkali dijumpai di kerangas,
o Dacrydium, dan
o Podocarpus.

Pada kondisi yang paling bagus, hutan kerangas sama dengan


hutan hujan yang selalu hijau, dimana dipterocarp terlihat
menonjol di antara pohon-pohon besar tersebut; kanopi
mencapai tinggi 27 – 31 m, dan kelompok palem lazim dijumpai.

16
17
18
Karakteristik Pohon di Hutan Kerangas

1 Pohon-pohon seringkali kecil dan pendek.

2 Pohon dengan batang-batang yang bengkok dan tajuk yang tipis.

Pohon-pohon yang terbesar berukuran tidak lebih dari 30 cm


3
dalam hal diameter, dan kurang dari 15 m tingginya.

Sebagian besar pohon bersifat tersebar dan mempunyai


4
diameter 10 – 20 cm; kanopinya tidak kontinu.

Tajuk-tajuk berupa daun-daun yang sclerophyllous yang nampak


5
hijau keabu-abuan pucat.

Perdu (shrubs) dan pancang tumbuh dalam kelompok-kelompok,


6
dan lantai hutannya tertutup oleh herba dan perdu kerdil.

19
Spesies yang dominan pada hutan kerangas:
- Cratoxylum glaucum
- Dactylocladus stenostachys
- Tristaniopsis obovata
- Eugenia palembanica
- Ilex hypoglauca dan
- Cotylelobium malayanum

Spesies Pada lapisan pancang dan perdu yang sering ditemui


Barringtonia sumatrana, Calophyllum soulatrii, dan Shorea
teysmanniana.

20
Dactylocladus stenostachys Tristaniopsis obovata

tropical.theferns.info singapore.biodiversity.online
21
Ilex hypoglauca Eugenia palembanica

gbif.org gbif.org
22
Dacrydium elatum Cratoxylum glaucum

singapore.biodiversity.online

23
Baeckea frutescens

tropical.theferns.info

24
Spesies Khas hutan kerangas seperti:

Casuarina sumatrana, Cratoxylum glaucum, Dacrydium elatum,


Baeckea frutescens, dan Tristaniopsis obovata; dan juga
Vaccinium baccanum serta spesies Nepenthes di lapisan herba.

Spesies anggrek yang tumbuh di bawah naungan perdu yaitu


o Dendrobium,
o Eria,
o Coelogyne,
o Bulbophyllum dan Liparis (Kartawinata 1978).

25
26
Di wilayah Sampit, Kalimantan Tengah, hamparan-hamparan
hutan kerangas kerdil terdapat di atas pasir putih di tengah-
tengah hutan-hutan rawa gambut (Dilmy 1965).

Hutan kerdil di Sampit dan kalimantan tengah ini didominasi


o Tristaniopsis obovata dan
o Agathis borneensis.

Hutan-hutan kerangas secara berangsur-angsur bergabung


kedalam suatu hutan Agathis transisi, dan pada akhirnya
bergabung ke hutan rawa gambut yang didominasi oleh Shorea
uliginosa, Gonystylus bancanus, dan Palaquium.

Hutan-hutan kerangas pada umumnya kurang kaya akan spesies


dibanding hutan-hutan hujan dataran rendah lainnya.

27
Agathis borneensis

krbogor.lipi.go.id

28
Walaupun demikian, dibanding dengan hutan temperate, hutan-
hutan kerangas masih sangat kaya akan spesies.

Menurut Brunig (1974) tercatat


o 849 spesies pohon (dari 428 genera),
o 133 perdu,
o 96 herba,
o 100 epifit, dan
o 55 liana dari hutan hutan kerangas Sarawak dan Brunei.

Formasi-formasi padang terbuka jauh lebih rendah lagi dalam


hal kekayaan spesies dan mempunyai suatu komposisi spesies
yang berbeda: 48 dari 83 spesies tanaman yang tercatat dari
padang di Sarawak dan Brunei, tidak ditemukan di hutan
kerangas (Specht dan Womersley 1979).

29
Komunitas Tanaman mirip perdu di hutan kerangas, seperti
- Vaccinium,
- Rhodamnia linerea dan
- Baeckea frutescens dan beberapa spesies dari Rubiaceae dan
Melastomataceae dijumpai di komunitas-komunitas yang
lebih basah dan puncak-puncak bukit yang terbuka.

Selain itu, beberapa spesies mengembangkan bentuk-bentuk


kerdil pada kondisi kekurangan yang ekstrim akan hara dan air.
Dalam hal ini, misalnya Calophylum nodosum.

Hutan kerangas dataran rendah memiliki banyak sifat yang juga


dimiliki oleh hutan lumut di zona pegunungan atas dan juga
hutan-hutan rawa gambut, yang juga tumbuh pada tanah asam
yang miskin.

30
Sekurang-kurangnya 146 spesies pohon dimiliki bersama oleh
hutan kerangas dan hutan rawa gambut (Brunig 1973), termasuk
pohon-pohon berkayu besar seperti Shorea albida, S.
pachyphylla, S.scabrida, Dryobalanops rappa dan Cratoxylum
arborescens.

Empat tipe hutan rawa gambut di Sarawak memiliki spesies


yang sama sebanyak antara 27 % dan 70 %, dengan hutan
kerangas; kesamaan yang terbesar adalah dengan hutan rawa
gambut, yang terdapat pada sebagian besar tanah-tanah yang
miskin hara (Whitmore 1984a).

Hutan kerangas juga lebih banyak memiliki kesamaan spesies,


seperti Casuarina nobilis, dengan hutan pegunungan atas dan
dengan vegetasi puncak dari bukit-bukit kapur. Casuarina
nobilis memiliki bintil-bintil akar yang mengandung bakteri
pengikat nitrogen.

31
Casuarina nobilis

32
Epifit yang paling menyolok di hutan kerangas adalah

o Myrmecophytes (tanaman semut),


o Hydnophytum dan
o Myrmecodia.

Epifit yang tumbuhan merambat yaitu Dischidia.


Cirinya :

1. Daunnya yang berbentuk cembung tertekan rapat ke batang


tumbuhan inang, membentuk rongga dibawahnya, dimana
semut-semut hidup.
2. Epifit dan semut memiliki asosiasi simbiotik yaitu semut-
semut tersebut memperoleh tempat bernaung, sedang
tanamannya menerima hara dalam bentuk makanan-
makanan limbah, feses dan bangkai-bangkai semut.

33
34
Anggrek endemik di hutan kerangas yaitu Bulbophyllum beccarii,
yang tumbuh pada batang-batang pohon di hutan-hutan
kerangas.

Flora permukaan tanah di hutan kerangas yaitu lumut atau


liverworts (lumut hati), tanaman-tanaman insektivora seperti
kantong semar Nepenthes, ant plants (tumbuhan semut),
sundew Drosera dan bladderworts Utricularia yang tumbuh pada
tanah yang miskin hara tersebut.

Kebiasaan karnivori ini kemungkinan merupakan suatu respon


evolusioner dalam upaya untuk tumbuh di habitat yang
mengandung sedikit atau tidak ada nitrogen.

35
Bulbophyllum beccarii

bluenanta.com
36
Ciri- ciri tumbuhan sundew Drosera yaitu
o Mempunyai daun-daun yang tertutupi oleh rambut-rambut
yang berujung kelenjar,
o Bersifat motile (bergerak-gerak),
o Panjang, dan berwarna merah, yang menjebak serangga dan
mencerna mereka dengan cara mensekresikan enzim-enzim
proteolitik serta ribonuklease (Heywood 1985).

Tumbuhan bladderworts Utricularia memiliki semacam kantong


(bladder) dimana masing-masing berupa kantong berongga pada
ujung suatu tangkai, dengan dilengkapi suatu jalan masuk yang
kecil yang dekat dengan atau berhadapan dengan tangkai tersebut.

Struktur semacam rambut yang menonjol disekitar jalan masuk


tersebut, tertata sedemikian rupa sehingga seekor serangga pada
batang tanaman tersebut akan diarahkan ke mulut kantong
tersebut. Jalan masuk tersebut ditutup oleh katup yang menutup
rapat yang mengandung empat rambut.

37
sundew Drosera

britannica.com

38
39
Hutan kerangas Hutan lumut Hutan campuran
(pegunungan atas)
Bagian bawah biasanya Bagian bawah biasanya Bagian bawah banyak
menerima cahaya menerima cahaya dalam ternaungi
dalam jumlah banyak. jumlah banyak.
Tumbuhan bawah rapat Tumbuhan bawah rapat Tumbuan bawah renggang
Flora yang dekat Flora yang dekat dengan Flora yang dekat dengan
dengan permukaan permukaan tanah, permukaan tanah, memiliki
tanah, miskin spesies. sedikit. tingkat kekayaan spesies
dalam tingkat sedang.
Briofita (lumut) agak Briofita sangat melimpah Briofita tidak melimpah
melimpah pada bagian pada bagian bawah
bawah.
Pohon-pohon berbanir Tidak ada pohon-pohon Pohon berbanir melimpah.
relatif tidak lazim berbanir
Konifer lazim dijumpai Konifer melimpah Konifer tidak ada
Casuarina nobilis ada Casuarina nobilis ada Casuarina nobilis tidak ada
Tristaniopsis spp sering Tristaniopsis spp sering Tristaniopsis spp tidak ada
dijumpai dijumpai atau jarang.
Sumber: Richards 1936
40
41
REGENERASI HUTAN KERANGAS

Faktor penyebab degradasi Hutan kerangas seperti :


o Penebangan dan pembakaran, menjadi savanna terbuka yang
diselingi perdu dan pohon-pohon yang tersebar, dan di lapisan
permukaan tanahnya terdapat rerumputan yang rawang dan
tumbuhan mirip rumput yang batangnya berbentuk segitiga
(sedge), dan formasi ini seringkali disebut sebagai padang.
o Pembalakan
o Tebang habis dengan cara pembakaran
o Tidak ada upaya perbaikan vegetasi pasca penebangan
o Gangguan terhadap tanah

Vegetasi padang tumbuh sangat lambat (Riswan 1982) – hanya ada


sekitar 1 – 2 m pertumbuhan tanaman yang teramati selama 30
tahun di padang di Taman Nasional Bako, Sarawak – dan padang ini
nampaknya tidak mampu untuk kembali menjadi hutan kerangas
(Janzen 1974).
42
Regenerasi setelah terjadinya gangguan di suatu hutan kerangas
di Kalimantan Timur dicirikan oleh perkembangan semai yang
lambat yang disebabkan oleh :
o Kondisi asam dan
o Kandungan hara yang rendah di tanah tersebut (Riswan dan
Kartawinata1998).

Pemunculan kembali tumbuhan sebagai trubusan adalah


merupakan sifat utama pemulihan vegetasi. Regenerasi seperti
itu harus memberikan suatu komposisi floristik yang hampir
sama seperti yang pada habitat asalnya bila proses perusakan
tidak terjadi secara berulang-ulang atau parah (Riswan 1982).

Spesies yang teradaptasi dengan kondisi kerangas yang


terdegradasi, seperti
o Epifit Hoya multiflora,
o Pakis darat Schizae dichotoma dan
o Tanaman kantong semar yang memanjat /Nepenthes.

43
Hoya multiflora

inaturalist.org

44
Schizae dichotoma

rbg-web2.rbge.org.uk
45
Meskipun demikian, bila dikelola secara hati-hati, beberapa
hutan kerangas yang lebih kaya pada tanah-tanah yang lebih
baik, dapat menyediakan suatu pasokan kayu yang berkelanjutan.

Pengambilan hanya beberapa pohon saja per hektar, terbukti


tidak merusak (Beveridge). Meskipun demikian, pembalakan
konifer yang berharga, Agathis borneensis, di hutan kerangas di
Kalimantan Tengah (Manaputty 1955) telah berlangsung secara
tidak lestari, dan hanya sedikit saja upaya yang telah dilakukan
setelah penebangan.

Ekosistem Hutan kerangas merupakan ekosistem:


o Yang mudah rapuh
o Rentan terhadap gangguan manusia
o Degradasi di hutan kerangas tidak dapat dipulihkan kembali
o Tapak hutan kerangas tidak dapat mendukung pertanian.

46
Bahkan tanah tersebut mungkin bisa menjadi bertambah asam.
Tanpa adanya tutupan vegetasi, atau suatu lapisan humus di
permukaannya, maka pasir putih tersebut menjadi sangat panas
di bawah sinar matahari, dan menciptakan kondisi yang buruk
bagi pertumbuhan tanaman.

Kerapuhan tanah dan degradasi yang cepat terhadap tanah


tersebut bisa menjelaskan ketidaksuburan tapak-tapak kerangas
dan kegagalan beberapa tapak transmigrasi yang salah
penentuan lokasinya di Kalimantan Tengah dan Timur.

47

Anda mungkin juga menyukai