Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Hadyan Fadhlika

NPM : 2006587045
Mata Kuliah : Penyuntingan Karya Imajinatif
Dosen Mata Kuliah : Ibnu Wahyudi
Daniel Hariman Jacob

Orisinalitas Karya Sastra Puisi

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), puisi merupakan karya sastra yang bahasa penulisannya terikat oleh irama, rima, serta
penyusunan larik dan baris yang biasanya disusun secara cermat. Siapa saja dapat menulis puisi,
dan ide dapat muncul dari pikiran siapapun. Namun demikian, dalam karya sastra, orisinalitas
suatu karya merupakan hal yang penting sebagai bagian dari penilaian pembaca terhadap suatu
karya yang menarik perhatiannya. Secara tema mungkin banyak karya sastra, seperti puisi, yang
memiliki kesamaan. Begitu juga dengan judul. Namun, jika orisinalitas itu sudah menyangkut isi
puisi, maka disitulah perlu dilakukan pertimbangan untuk mencari tahu mana karya yang asli.
Salah satu contoh perbandingan puisi untuk melihat orisinalitas karya dapat dilakukan terhadap
puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi dengan dua puisi yang dimuat di majalah Bobo dengan judul
serupa, yaitu puisi karya Intan Permata Sari (Bobo, 2001) dan Maya Ayu Puspitasari (Bobo,
2003).
Dihimpun dari Ensiklopedia Kemdikbud, Ali Hasjmi merupakan seorang penyair yang
lahir di Lampaseh, Aceh Besar pada tanggal 28 Maret 1914. Selain dikenal sebagai salah satu
penyair Pujangga Baru, beliau merupakan seorang yang bergelar profesor, seorang ahli agama,
pejuang kemerdekaan, dan tokoh politik yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Provinsi
Aceh pada tahun 1957—1964. Ali Hasjmi dikenal aktif dalam organisasi kepemudaan. Saat
beliau mulai aktif sebagai penyair, beliau mengambil beberapa nama pena seperti Al Hariri,
Asmara Hakiki, serta Aria Hadiningsun. Ali Hasjmi menghasilkan karya sastra puisi, di
antaranya Derita, Pengemis, Untuk Bersama, Lembah, Tanah Ibuku, Setengah Jalan, Menyesal,
Selamat Tinggal, dan Tanah Air. Puisinya yang berjudul “Menyesal” merupakan salah satu puisi
yang banyak dikenang.
Selain Ali Hasjmi, tulisan ini juga akan membahas dua orang lain, yaitu Intan Permata
Sari dan Maya Ayu Puspitasari. Baik Intan ataupun Maya memiliki karya puisi dengan judul
“Menyesal” yang pernah dimuat di majalah Bobo. Saat puisinya dimuat oleh majalah Bobo pada
tahun 2001, Intan merupakan seorang siswi kelas 5 di Sekolah Dasar Kauman 07, Batang, Jawa
Tengah. Sementara itu, saat puisinya dimuat oleh majalah Bobo pada tahun 2003, Maya
merupakan siswi kelas 6 di Sekolah Dasar Muhammadiyah 06, Banyuwangi, Jawa Timur.
Berikut ini adalah gambar mengenai puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi, Intan Permata Sari, dan
Maya Ayu Puspitasari.

Gambar 1: Puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi


(Sumber: Sepenuhnya.com)
Gambar 2: Puisi “Menyesal” karya Intan Permata Sari
(Sumber: Presentasi Kelas Mata Kuliah Penyuntingan Karya Imajinatif, 23 Mei
2022, oleh Ibnu Wahyudi)

Gambar 3: Puisi “Menyesal” karya Maya Ayu Puspitasari


(Sumber: Presentasi Kelas Mata Kuliah Penyuntingan Karya Imajinatif, 23 Mei
2022, oleh Ibnu Wahyudi)

Sebelum membandingkan antara puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi dengan puisi
“Menyesal” karya Intan Permata Sari (Bobo, 2001) maupun karya Maya Ayu Puspitasari (Bobo,
2003), akan lebih mudah jika memiliki fondasi dasar yang dapat dijadikan tumpuan dasar untuk
membandingkan karya-karya yang ada. Maka dari itu, langkah yang akan dilakukan sebelum
membandingkan ketiga karya itu adalah menganalisis karya. Puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi
dipilih untuk dianalisis berdasarkan pertimbangan bahwa karyanya itu terbit pada tahun 1937.
Dalam kata lain, puisi tersebut sudah ada sebelum dua karya serupa yang dimuat di majalah
Bobo. Analisis akan dilakukan berdasarkan unsur intrinsik dari puisi.
Analisis unsur intrinsik puisi yang akan dilakukan mencakup analisis dari tipografi, rima,
imaji, diksi, majas, serta tema dan makna. Tipografi berkaitan dengan cara penyair menuliskan
bait dan baris dalam puisinya. Dalam puisi “Menyesal”, Ali Hasjmi menuliskannya dengan
empat bait. Bait pertama dan kedua berisikan empat baris, sedangkan bait ketiga dan keempat
berisikan tiga baris. Rima merupakan pengulangan bunyi yang digunakan untuk memperindah
puisi dan biasanya terletak di suku akhir dari suatu baris di puisi. Pada puisi “Menyesal” karya
Ali Hasjmi, bait pertama dan kedua memiliki rima a-b-a-b, sedangkan bait ketiga dan keempat
memiliki rima a-b-b.
Imaji adalah sebuah gambaran melalui sususan kata untuk memperjelas maksud yang
disampaikan oleh penyair dan biasanya terkait dengan indera manusia. Pada puisi “Menyesal”
karya Ali Hasjmi, terdapat beberapa imaji seperti di bait pertama
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Penggambaran imaji penglihatan seperti yang ditunjukkan pada bait pertama merupakan
contoh imaji yang ada pada puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi.
Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan dalam penulisan puisi. Pada puisi
“Menyesal” karya Ali Hasjmi, diksi yang digunakan cenderung memiliki makna konotatif.
Contoh-contoh makna konotatif ini dapat ditemukan pada bait pertama, yaitu pagi dan petang
memiliki makna 'masa muda’ dan ‘masa tua' karena layaknya hari yang berlangsung dari pagi
hingga petang, kehidupan juga berlangsung dari masa muda ke masa tua. Selain diksi, majas juga
digunakan dalam penulisan puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi seperti majas metafora pada larik
batang usiaku sudah tinggi yang mengandung arti ‘usia yang sudah tua’ serta majas repetisi pada
larik miskin ilmu, miskin harta yang mengandung repetisi kata miskin. Terakhir adalah tema dan
makna. Tema yang diangkat pada puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi adalah kehidupan. Melalui
puisinya itu, Ali Hasjmi berusaha untuk memberi tahu, khususnya kepada mereka yang masih
muda, untuk memanfaatkan masa mudanya agar tidak menyesal di masa tua.
Setelah menganalisis puisi “Menyerah” karya Ali Hasjmi, langkah berikutnya adalah
membandingkan antara puisi “Menyerah” karya Ali Hasjmi dengan puisi “Menyerah” yang
ditulis oleh Intan Pertama Sari (Bobo, 2001) maupun Maya Ayu Puspitasari (Bobo, 2003).
Puisi “Menyesal” karya Intan (Bobo, 2001) memiliki beberapa perbedaan dari puisi
“Menyesal” karya Ali Hasjmi. Pertama, penggunaan kata sekarang yang menggantikan kata kini
pada bait pertama baris ketiga adalah perubahan dasar agar terdapat ragam, padahal kedua kata
itu masih berupa sinonim. Kedua, kata lalui yang menggantikan kata lalai pada bait kedua baris
pertama menyebabkan pergantian makna yang sangat berbeda. Terakhir, tipografi yang berbeda
karena pada bait ketiga puisi “Menyesal” karya Intan merupakan gabungan dari bait ketiga dan
keempat puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Perbedaan yang sedikit ini justru menandakan
adanya persamaan yang hampir identik dengan puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi.
Sementara itu, puisi “Menyesal” karya Maya (Bobo, 2003) juga memiliki perbedaan
dengan puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi. Sama seperti puisi karya Intan sebelumnya, Maya
juga menggunakan kata sekarang yang menggantikan kata kini pada bait pertama baris ketiga.
Pada bait kedua tidak ditemukan adanya perbedaan dengan puisi karya Ali Hasjmi. Namun
demikian, sama seperti karya Intan tadi, Maya juga mengubah tipografi puisi dari empat bait
menjadi tiga bait saja. Pada puisi karya Maya, setiap bait konsisten diisi dengan empat baris.
Pada bait ketiga puisi “Menyesal” karya Maya, dua baris pertama masih sama dengan dua baris
pertama bait ketiga puisi karya Ali Hasjmi. Namun pada puisi karya Maya, baris ketiga dan
keempat dibuat olehnya sendiri. Dua baris baru yang dibuat oleh Maya sebenarnya memuat
makna keseluruhan dari isi puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi, yaitu rasa menyesal di masa tua.
Apalagi, dua baris baru ini berbeda dengan puisi karya Ali Hasjmi maupun puisi karya Intan
karena hanya di puisi karya Maya dapat ditemukan kata menyesal seperti yang ditemukan pada
judul puisi.
Perbandingan-perbandingan di atas tentu dapat dijadikan argumen. Berdasarkan
argumen-argumen itu juga dapat dibangun argumen lain. Pertama, puisi “Menyesal” karya Intan
(Bobo, 2001) dan Maya (Bobo, 2003) memang memiliki kemiripan dengan puisi “Menyesal”
karya Ali Hasjmi. Perbedaan tahun terbit yang jauh juga dapat menjadi pendukung argumen
bahwa kedua puisi yang dimuat di majalah Bobo itu bukanlah karya yang orisinal. Sementara itu,
untuk puisi karya Ali Hasjmi, tidak ditemukan adanya kemiripan dengan puisi-puisi lain yang
terbit sebelum ataupun sesudah puisi tersebut terbit. Lagipula, jika melihat judul-judul puisi yang
dicontohkan di awal tulisan ini, dapat dilihat bahwa Ali Hasjmi memang sering membuat puisi
dengan tema serupa.
Kedua, jika berdasarkan argumen pertama tadi menganggap bahwa puisi “Menyesal”
karya Ali Hasjmi merupakan karya yang orisinal serta kedua puisi serupa oleh penulis berbeda
yang dimuat di majalah Bobo sebagai karya bukan orisinal adalah benar, maka untuk melihat
seberapa orisinalnya kedua karya puisi yang di muat di majalah Bobo tersebut dapat
dibandingkan dengan puisi karya Ali Hasjmi. Berdasarkan perbandingan yang dilakukan
sebelumnya, puisi karya Intan memiliki persamaan yang hampir identik dengan puisi karya Ali
Hasjmi. Perbedaannya hanya terletak di dua kata serta penulisan bait terakhir yang digabung.
Sementara itu untuk puisi karya Intan, persamaannya dengan puisi karya Ali Hasjmi memang
hampir identik juga. Meskipun demikian, Maya menambahkan dua baris baru pada bait
terakhirnya. Kehadiran dua baris baru ini berhubungan dengan argumen terakhir yang akan
disajikan pada tulisan ini.
Terakhir, kelogisan penulis. Sempat disinggung beberapa kali dalam tulisan ini bahwa
terdapat jarak waktu yang cukup panjang antara puisi “Menyesal” karya Ali Hasjmi dengan
kedua puisi “Menyesal” yang ditulis oleh dua siswi SD yang berbeda. Jika berasumsi, maka bisa
jadi saat Intan maupun Maya menulis puisi “Menyesal” versi mereka masing-masing, ada
anggapan bahwa puisi yang sudah lama terbit tidak lagi banyak dilirik oleh orang. Tentu saja
sangat kecil kemungkinannya untuk dua karya puisi dapat memiliki larik dan bait yang hampir
identik antara satu sama lain. Ujung-ujungnya adalah persoalan orisinalitas karya yang akan
mencari tahu mana yang karya yang asli.
Lebih lanjut, tema dan makna yang disampaikan oleh Ali Hasjmi pada puisinya tersebut
tergolong sesuatu yang tinggi untuk seorang siswa SD dapat menulis yang demikian. Tentu
mereka dapat berangan-angan tentang kehidupan di masa tua, tetapi untuk dapat membuat puisi
yang berisikan nasihat di masa tua maka lebih masuk akal jika ditulis oleh seseorang yang
sedang melaluinya. Hal ini juga dapat dilihat pada dua baris baru yang dibuat oleh Maya pada
karya puisinya, kedua baris itu berisi larik yang cenderung sesuai dengan tingkatan
pemahamannya sebagai siswi SD karena menggunakan bahasa yang dasar.
Simpulannya, orisinalitas karya merupakan suatu unsur yang sama pentingnya seperti
menulis karya itu sendiri. Dapat menghasilkan karya yang menarik, apalagi untuk dimuat dalam
majalah merupakan sesuatu yang tentunya luar biasa. Namun, jangan sampai karya yang kita
hasilkan itu ternyata tidak orisinal, apalagi jika menunjukkan persamaan yang hampir identik.

Daftar Pustaka
Anonim. tanpa tahun. Kumpulan Puisi karya Ali Hasjmy. diakses pada 28 Maret 2022
melalui tautan https://www.sepenuhnya.com/p/puisi-karya-ali-hasjmy.html
Anonim. tanpa tahun. Ali Hasjmi. diakses pada 29 Maret 2022 melalui tautan
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Ali_Hasjmy
Pangesti, Rika. 2022. Pengertian Puisi, Ciri-ciri, dan Jenisnya. diakses pada 29 Maret 2022
melalui tautan https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5908472/pengertian-puisi-ciri-
ciri-dan-jenisnya
Wahyudi, Ibnu. 2022. Orisinalitas Karya [salindia Powerpoint].
Zulhelmi. 2017. ORISINALITAS DAN KREATIVITAS DALAM KARYA SASTRA: Studi
perbandingan antara novel Zaynab karya Haykal dengan roman Di Bawah Lindungan
Ka’bah karya Hamka. Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh,

Anda mungkin juga menyukai