Anda di halaman 1dari 27

STRATEGI BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA

BERENCANA NASIONAL (BKKBN) KALIMANTAN BARAT DALAM

MENGURANGI ANGKA PERKAWINAN DINI

PROPOSAL

OLEH:

LU’LU’ AFRA RESQIFANI


NIM.11824022

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


(AHWAL SYAKHSHIYYAH)
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK PONTIANAK
2022 M / 1443 H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian..............................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian............................................................................................................5

1. Manfaat Teoritis...........................................................................................................5

2. Manfaat Praktis............................................................................................................5

E. Kajian Pustaka..................................................................................................................6

1. Penelitian Terdahulu....................................................................................................6

2. Kajian Teori..................................................................................................................7

a. Pengertian Strategi.................................................................................................7

b. Pengertian BKKBN................................................................................................9

F. Metode Penelitian............................................................................................................12

1. Jenis Penelitian...........................................................................................................12

2. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................................14

3. Setting Penelitian........................................................................................................14

4. Sumber Data...............................................................................................................14

5. Teknik Pengumpulan Data........................................................................................15

6. Alat Pengumpul Data.................................................................................................16

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.....................................................................17

i
8. Teknik Analisis Data..................................................................................................20

Rencana Sistematika Pembahasan Penelitian..................................................................21

Daftar Pustaka.....................................................................................................................23

i
A. Latar Belakang

Pernikahan usia anak memiliki banyak akibat negatif, seperti kematian ibu, kematian

bayi, kurang gizi pada anak, juga berdampak untuk ekonomi. Berdasarkan data (United

Nations Fund for Population Activities) UNFPA, sebanyak 33.000 anak perempuan di

bawah usia 18 tahun akan dipaksa menikah di seluruh dunia yang biasanya dengan laki-

laki yang jauh lebih tua. Di Indonesia sendiri, satu dari sembilan anak perempuan berusia

20-24 tahun sudah menikah sebelum mencapai usia 18 tahun. Saat ini, ada 1,2 juta kasus

perkawinan anak yang menempatkan Indonesia di urutan ke-8 di dunia dari segi angka

perkawinan anak secara global (Wardoyo,4/7).

Perkawinan anak merupakan salah satu bentuk tindak kekerasan terhadap anak dan

merupakan praktik yang melanggar hak-hak dasar anak. "Anak yang menikah di bawah 18

tahun karena kondisi tertentu memiliki kerentanan lebih besar dalam mengakses

pendidikan, kesehatan, sehingga berpotensi melanggengkan kemiskinan antargenerasi,

serta memiliki potensi besar mengalami kekerasan. Perempuan yang menikah di usia anak

juga memiliki risiko kematian lebih tinggi akibat komplikasi saat kehamilan dan

melahirkan dibandingkan dengan perempuan dewasa, selain itu juga berpotensi pada

kematian bayi" (Wardoyo,4/7).

Faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia dini adalah karena

permasalahan ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, dan pergaulan bebas. Ada lima

dampak perkawinan dini yang Pertama, menghambat pertumbuhan dan perkembangan

anak. Kedua, reproduksi belum siap sehingga berpotensi menyebabkan kanker serviks

pada anak perempuan. Ketiga, hak-hak anak mengakses pendidikan dan kehidupan tak

1
terpenuhi. Keempat, berpotensi terjadi kekerasan dalam rumah tangga karena mental yang

belum siap. Terakhir, dapat merugikan negara secara ekonomi (Wardoyo,4/7).

Saat ini, Undang Undang telah mengubah batas usia minimal menikah. Namun fakta

mengungkap seseorang tetap bisa menikah meski di bawah usia yang ditentukan jika

mengantongi dispensasi kawin yang dikeluarkan pengadilan agama setempat. Dispensasi

ini tidak ikut direvisi dalam Undang-Undang Perkawinan tersebut, di mana disebutkan

orang tua dapat meminta dispensasi jika ada alasan mendesak, disertai bukti-bukti

pendukung yang cukup. Selain itu, pengetahuan anak terhadap kesehatan reproduksi dan

seksual diketahui masih rendah. Hal ini membuat posisi remaja makin rentan, ketika

mereka tak tahu bahwa berhubungan seksual bisa menyebabkan kehamilan yang tak

diinginkan dan mendorong praktik pernikahan dini (Wardoyo,4/7).

Perkawinan dini menurut BKKBN adalah umur di bawah 21 tahun bagi perempuan

dan 25 tahun bagi laki-laki. Dalam upaya mencegah maraknya pernikahan usia anak,

BKKBN mengembangkan program Generasi Berencana (GenRe) yang bertujuan

menyiapkan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Melalui GenRe, remaja diedukasi soal

pendewasaan usia perkawinan, sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang

pendidikan, berkarier dalam pekerjaan, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai

siklus kesehatan reproduksi (Wardoyo,4/7).

"Program GenRe menyasar sekolah, kampus, dan masyarakat melalui pendirian Pusat

Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) dengan pemberdayaan teman sebaya (peer

group) sebagai Pendidik Sebaya (peer educator) dan Konselor Sebaya (peer counselor).

Selain itu, BKKBN melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)

memberikan penguatan peran orang tua atau keluarga yang memiliki remaja dalam

2
pengasuhan kepada anak remajanya". BKKBN juga meluncurkan situs yang mengukur

kesiapan remaja menuju gerbang pernikahan. Situs memiliki beragam konten, termasuk

tentang persiapan diri untuk mengasuh anak, situs bertujuan untuk menjadi rujukan bagi

generasi muda dalam mempersiapkan diri sebelum pernikahan, maupun bagi keluarga

muda yang ingin belajar ilmu pengasuhan anak (Wardoyo,4/7).

Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa pernikahan

hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah

mencapai umur 16 tahun. Apabila masih di bawah umur tersebut, maka dinamakan

pernikahan dini. Adapun upaya pencegahan yang dilakukan untuk menanggulangi

perkawinan dini di dasarkan pada peraturan perundang-undangan Nomor 52 Tahun 2009

tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. Dijelaskan pada “Pasal

48 ayat 1 huruf b bahwa peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi,

pendidikan konseling dan pelayanan kehidupan keluarga melalui pihak BKKBN terdapat

di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2010 tentang badan

kependudukan dan keluarga berencana nasional.

Perekonomian dan sistem hukum yang mendukung praktik-praktik ini harus

direstrukturisasi untuk menjamin kesempatan yang sama bagi setiap perempuan. Investasi

senilai US$3,4 miliar hingga 2020 disebut akan menghentikan praktik dan menyelamatkan

sekitar 84 juta anak perempuan. "Mengubah peraturan pewarisan properti, misalnya, bisa

menghapuskan insentif yang kuat bagi keluarga untuk lebih memilih anak laki-laki

daripada anak perempuan, dan membantu mengakhiri perkawinan anak. Perkawinan anak

dan Female Genital Mutilation (FGM) bisa dihentikan dalam waktu 10 tahun dengan

meningkatkan upaya-upaya agar anak perempuan bisa bersekolah lebih lama dan

3
mengajarkan mereka keterampilan hidup, serta melibatkan laki-laki dan anak laki-laki

dalam perubahan sosial”(Kanem,4/7).

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

mengangkat permasalahan tersebut dalam bentuk penelitian. Oleh karena itu, Peneliti

mengambil judul sebagai berikut: “Strategi Badan Kependudukan Dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) Kalimantan Barat Dalam Mengurangi Angka Perkawinan

Dini”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah peneliti paparkan, maka akan dikaji

beberapa permasalahan pada penelitian ini yang terkait dengan judul. Adapun rumusan

masalah yang akan dikaji, yaitu:

1. Apa saja upaya BKKBN Kalimantan Barat Melakukan Pencegahan Perkawinan Dini?

2. Bagaimana cara BKKBN mengembangkan program pencegahan perkawinan dini?

3. Bagaimana upaya pencegahan BKKBN dalam Undang-Undang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui upaya BKKBN dalam pencegahan perkawinan dini

2. Untuk mengetahui cara BKKBN mengembangkan program yang ada di dalam

pencegahan perkawinan dini.

3. Untuk mengetahui upaya pencegahan BKKBN dalam Undang- undang.

4
D. Manfaat Penelitian

Adapun pada penelitian ini, manfaat penelitian dibedakan menjadi manfaat teoritis dan

manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan seiring dengan upaya pencegahan perkawinan dini melalui pihak

BKKBN dapat menambah literature bagi perguruan tinggi pada umumnya dan

khususnya bagi mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Pontianak dan menjadi acuan atau

referensi bagi mahasiswa lain atau akademisi yang akan melakukan penelitian yang

sama dan sebagai bahan acuan bagi penelitian serupa.

2. Manfaat Praktis

b. Bagi BKKBN Pontianak dapat menjadi acuan untuk memaksimalkan dan

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

c. Bagi masyarakat yang ingin menikah lebih baik mengetahui dulu batas umur yang

baik dan penelitian ini dapat menjadi contoh yang nantinya bisa digunakan untuk

mengetahui kebaikan bagi masyarakat itu sendiri.

d. Bagi Institut agar dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang akan membuat

proposal ataupun skripsi.

e. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan.

5
E. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ialah, usaha dari peneliti untuk menemukan hal yang dapat

dijadikan perbandingan dari penelitian yang sedang diteliti dan menemukan inspirasi

baru yang kemudian dijadikan pokok masalah dalam sebuah penelitian. Adapun

penelitian terdahulu yang yang menjadi perbandingan penelitian ini, sebagai berikut:

a. Skripsi oleh Arwanda Cahya Putra, 2019, Program Pendewasaan Usia Perkawinan

Sebagai Bentuk Intervensi Sosial Pencegahan Perkawinan Usia Dini Di

Kecamatan Rambipuji Desa Rowontamtu (Studi Deskriptif pada Badab DP3AKB

Bidang Keluarga Sejahtera Kabupaten Jamber)

Persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas mengenai

faktor penyebab perkawinan dini dan upaya pencegahan perkawinan dini.

Perbedaanya dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti yaitu tempat penelitian di

Kecamatan Rambipuji Desa Rowotamtu sedangkan peneliti ini di BKKBN

Provinsi Pontianak.

b. Skripsi oleh Sinta Herlinda, 2021, Upaya Perlindungan Remaja Pada Perkawinan

Dini Melalui Program Generasi Berencana Perspektif Teori Maslahah Mursalah

Najamuddin Al-Thufi (Studi Di Badan Kependudukan Keluarga Berencana

Nasional Provinsi Jambi)

Persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama menggunakan metode

peneliyian kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian lapangan (yuridis

empiris). Perbedaannya adalah tempat penelitiannya berbeda dan teori yang

digunakan juga berbeda.

6
c. Skripsi oleh Nita Soraya Laelatuduja, 2015, Peran Badan Keluarga Berencana

Pembedayaan Masyarakat Dan Perempuan (BKBPMP) Dalam Menangani

Pernikahan Dini Di Kecamatan padarincang Kabupaten Serang.

Persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas tentang

dampak dari perkawinan dini. Perbedaannya adalah peneliti ini fokus terhadap

peran dari BKBPMP tersebut, sedangkan penelitian yang saya teliti saya lebih

memfokuskan tentang upaya pencegahan perkawinan dini yang dilakukan

BKKBN.

d. Jurnal oleh Rike Septiyana Dwi Putri dan Maulina Larasati, Kampanye Program

Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKBN) (survey

Deskriptif: Rendahnya Partisipai Kampanye Program Generasi Berencana

(GenRe) Terkait Pendewasaan Usia Perkawinan Pada Pendekatan Pusat Informasi

Konseling (PIK) Remaja SMAN5 105)

Persamaan dengan penelitian ini, yaitu membahas tentang Generasi

bersama yang di rancang oleh BKKBN untuk mengatasi pencegahan perkawinan

dini. Perbedaannya adalah peneliti ini lebih fokus ke program GenRe,

menggunakan data pendekatan kuantitatif, dan menggunakan teori Manajemen

Public relations yang dimaksud disini lebih ke tentang membuat rencana,

melakukan persiapan-persiapan, melakukan aksi dan komunikasi, dan ditutup

dengan tindakan pengendalian yang disebut evaluasi.

7
2. Kajian Teori

a. Pengertian Strategi

Kata “Strategi” berasal dari turunan kata Yunani, “Stratēgos” yang dapat diartikan

sebagai komandan militer pada zaman demokrasi Athena (Arianto, 2007). Menurut

istilah, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

sasaran khusus. Strategi adalah bagaimana menggerakkan pasukan menuju posisi

paling menguntungkan sebelum pertempuran aktual dengan musuh. Strategi dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk

menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.

Dari beberapa pengertian diatas, diketahui bahwa awalnya istilah strategi

digunakan dalam dunia militer yang dapat diartikan sebagai cara penggunaan

kekuatan militer untuk memenangkan sebuah peperangan. Adapun strategi menurut

Anwar Arifin yaitu keseluruhan kepuasan kondisional tentang tindakan yang akan

dijalankan untuk mencapai tujuan, sedangkan Andrews mengatakan bahwa strategi

adalah pola sasaran, tujuan dan kebijakan atau rencana umum untuk meraih tujuan

yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang

dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan,

sedangkan menurut Craig dan Grant, mereka berpendapat bahwa strategi adalah

penetapan tujuan dan sasaran dalam jangka panjang (Targeting and long-term goals)

(Susanto, 2019).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan

tahapan-tahapan yang harus dilalui menuju target yang dituju atau diinginkan.

8
Penyusunan strategi harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Jadi

di BKKBN tahapan yang dilakukan mereka adalah membuat suatu program untuk

mengurangi angka perkawinan dini yaitu membuat program Genre (Generasi

Remaja), program keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga, mengadakan

penyuluhan dan sosialisasi bagi remaja, dll.

b. Pengertian BKKBN

BKKBN merupakan LPNK (Lembaga Pemerintah Non- Kementrerian) yang

memiliki tugas utama, yaitu pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga

berencana. “BKKBN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di

bidang pengendalian dan penyelengaraan keluarga berencana.” (Peraturan Presiden

(Perpres) No. 62 Pasal 2 (1) Tahun 2010) BKKBN memiliki kedudukan berada di

bawah dan bertanggung jawab penuh kepada Presiden melalui Menteri yang

berperan dalam bidang kesehatan. Selain itu, dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, BKKBN juga koordinasikan oleh Menteri dalam bidang kesehatan.

Susunan organisasi BKKBN terdiri dari Kepala, Sekretaris Utama, Deputi Bidang

Pengendalian Penduduk, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi, Deputi Bidang Keluarga, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan

Informasi, Deputi Bidang Pelatihan Penelitian, dan Pengembangan, dan Inspektorat

Utama.

Dalam sejarahnya, lembaga yang khusus mengurusi keluarga berencana di

Indonesia tidak dimulai dari badan milik negara. Pada tanggal 23 Desember 1957,

sebuah perkumpulan dokter yang disebut dengan ikatan Dokter Indonesia (IDI)

melakukan sebuah perkumpulan di dalam Gedung milik organisasi tersebut dan

9
mendirikan (membentuk) Perkumpulan Keluarga Berencana (PKB) dengan tugas

pokok, yaitu mewujudkan keluarga sejahtera yang meliputi mengatur kehamilan,

mengobati kemandulan, dan memberi nasihat perkawinan.

Dikutip dari laman BKKBN, pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum

oleh Departemen Kehakiman. Pada tahun tersebut, negara Indonesia baru saja

melangsung pergantian pemerintahan menuju Orde Baru yang dipimpin oleh

Presiden Soeharto. Pemerintahan Orde Baru yang baru lahir tersebut, memiliki

fokus terhadap perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Hal tersebut,

tentunya menjadi pendukung dalam perjuangan PKBI.

Puncaknya, pada tanggal 7 September 1968, Presiden Soeharto memberikan

Instruksi Presiden No.26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan untuk

mengurus pembentukan sebuah badan dalam bidang keluarga berencana.

Belum genap dua bulan intruksi tersebut dilayangkan, Kementerian Kesejaheraan

kemudian sudah mengeluarkan Surat Keputusan No.36/KPTS/Kesra/X/1968 yang

berisi terjadinya pembentukan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN).

Tugas dan Fungsi BKKBN

Tugas dari BKKBN adalah menjalankan tugas pemerintahan di bidang

pengendalian dan penyelenggaraan keluarga berencana. Dalam mewujudkan

tugasnya tersebut, kemudian dijabarkan menjadi beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Lembaga yang merumuskan kebijakan nasional, pemandu dan sinkronisasi

kebijakan dalam bidang KKB

2. Lembaga yang menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang KKB

10
3. Lembaga yang melaksanakan proses advokasi dan koordinasi di bidang

pengendalian penduduk dan KB

4. Lembaga yang menyelenggarakan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai

bidang KKB

5. Lembaga yang menetapkan perkiraan pengendalian penduduk secara nasional

6. Lembaga yang menyusun desain Program KKBPK

7. Lembaga yang mengelolah tenaga penyuluh (petugas lapangan) KB

8. Lembaga yang mengelola dan menyediakan alat serta obat kontrasepsi untuk

kebutuhan Pasangan Usia Subur (PUS) nasional

9. Lembaga yang mengelolah dan mengendalikan sistem informasi keluarga

10. Lembaga yang memberdayakan dan meningkatkan peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat nasional dalam pengendalian pelayanan dan pembinaan

kesertaan ber-KB dan Kesehatan Reproduksi (KR)

11. Lembaga yang melakukan pengembangan desain program pembangunan

keluarga melalui pembina ketahanan dan kesejahteraan keluarga

12. Lembaga yang melakukan pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan tingkat nasional dalam pembangunan keluarga melalui ketahanan

dan kesejahteraan keluarga

13. Lembaga yang menetapkan standarisasi pelayanan KB dan sertifikasi tenaga di

bidang pengendalian pendudukan dan keluarga berencana

14. Lembaga yang melakukan pembinaan, pembimbingan dan fasilitas KKB

Selain melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, BKKBN juga memiliki beberapa

fungsi lain sebagai berikut:

11
1. Menyelenggarakan pelatihan, penelitian dan pengembangan dalam bidang KKB

2. Melakukan pembinaan dan koordinasi dalam menjalankan tugas administrasi

umum di lingkungan BKKBN

3. Melakukan pengelolahan barang milik (aset) negara yang menjadi tanggung

jawab BKKBN

4. Melakukan tindak pengawasan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN

5. Menyampaikan laporan, saran dan pertimbangan di bidang KKB.

c. Pengertian Perkawinan Dini

Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa

pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak

wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Apabila masih di bawah umur tersebut, maka

dinamakan pernikahan dini.

Perkawinan dini menurut BKKBN adalah pernikahan yang berlangsung pada

umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun pada wanita dan kurang

dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia dini rentan terhadap masalah kesehatan

reproduksi seperti meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada saat persalinan

dan nifas, melahirkan bayi prematur dan berat bayi lahir rendah serta mudah

mengalami stress.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yaitu cara pandang terhadap penelitian. Dalam penelitian ini,

pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sering

disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi

12
alamiah, bukan ilmiah (Nurdin & Hartati, 2019:77). Selain itu biasa juga disebut artistik

karena penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola). Data hasil penelitian lebih

berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono,

2013:7).

Menurut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitan kualitatif adalah

penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena

yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagi metode yang ada

(Anggito & Setiwan, 2018:7). Penelitian kualitatif diungkapkan dan dijelaskan

melalui kata-kata. Karena itu, bentuk data yang digunakan tidak berbentuk bilangan

atau angka. Dari banyaknya penjelasan mengenai pengertian kualitatif, dapat

dipahami oleh peneliti, bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan cara

mendeskripsikan hasil dari penelitian yang terjadi secara alami di lapangan (tanpa

setting-an), selain itu lebih mengarah pada deskripsi atau kata-kata, bukan angka atau

numerik.

Penelitian kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bagaimana

strategi yang dilakukan oleh pihak BKKBN dalam mengurangi angka perkawinan

dini. Jawaban dari informan dalam metode kualitatif selalu berkembang sampai data

yang dikumpulkan sudah maksimal dan memuaskan.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu, yuridis empiris atau disebut juga dengan

penelitian hukum sosiologis yang bertitik pada data primer, yaitu melalui observasi

(pengamatan) maupun wawancara (Efendi & Ibrahim, 2018:149). Menurut Zainuddin

Ali, penelitian yuridis empiris merupakan prosedur yang digunakan dalam

13
memecahkan masalah dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu kemudian

dilanjutkan dengan meneliti data primer di lapangan.

Peneliti akan melakukan wawancara kepada narasumber dan turun langsung ke lokasi

untuk memperoleh data-data terkait objek pencegahan perkawinan dini di BKKBN

Provinsi Kalimantan Barat.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini tentu membutuhkan lokasi sebagai latar alamiah permasalahan

dalam memberikan suatu pemahaman atau penggambaran secara menyeluruh. Maka

dari itu, penelitian ini dilakukan di Kantor BKKBN Provinsi Kalimantan Barat yang

beralamatkan di Jalan. Sungai Raya Dalam I, Bangka Belitung Laut, Kecamatan

Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.Terkait waktu penelitian,

dilaksanakan sejak bulan mei. Pada bulan tersebut peneliti mulai bertanya kepada

salah satu pegawai di BKKBN Provinsi Pontianak.

3. Setting Penelitian

Setting penelitian berarti peneliti merancang secara sistematik keseluruhan

rangkaian kegiatan yang akan dilakukan selama proses penelitian (Rahmiani &

Ardiansyah, 2019:13). Dapat dipahami oleh peneliti bahwa Setting ialah pengaturan

atau rencana penelitian, yaitu gambaran mengenai proses yang akan dilakukan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

Pada penelitian ini, langkah awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu menyiapkan

beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Agar dalam

melaksanakan wawancara sesuai dengan harapan dan terarah. Sebelum melakukan

wawancara tentu saja peneliti telah mencari narasumber dan menyesuaikan jadwal dan

14
tempat untuk melakukan wawancara. Agar ketika melakukan wawancara antara

peneliti dan narasumber tidak terjadi bentrok waktunya.

4. Sumber Data

Adapun jenis sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah data primer dan sekunder yaitu sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data tangan pertama atau disebut juga dengan sumber data asli.

Data primer terdiri dari perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam

pembuatan per Undang-Undangan dan putusan Hakim.

Peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada narasumber. Adapun

wawancara tersebut dilakukan dengan narasumber pegawai BKKBN dan GenRe

Provinsi Kalimantan Barat atau yang kemudian disebut informan.

b. Sumber data sekunder


Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh secara tidak

langsung yang berguna untuk mempermudah penelitian dari data primer. Data

sekundernya adalah pendaftaran perkawinan dini atau laporan KK (Kartu Keluarga)

yang masuk di BKKBN Provinsi Kalimantan Barat.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bahan keterangan yang berupa himpunan fakta, angka, huruf,

grafik, tabel, lambang, objek, kondisi dan situasi. Data merupakan bahan baku

informasi dalam mencapai tujuan sebuah penelitian. Setiap peneliti memerlukan data

yang benar yang dapat diperoleh di lapangan sesuai dengan topik dalam penelitian.

15
Berbagai metode yang ada dalam penelitian, dipilih yang sesuai sehingga kita

mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya (Gulo, 2002:74). Teknik

pengumpulan data berarti bagaimana cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan sebuah data penelitian. Adapun penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan

informan. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan

tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan bola media yang

melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itulah, wawancara tidak hanya

menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan,

pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan (Gulo,

2002:81).

Wawancara adalah teknik yang digunakan oleh peneliti untuk

berkomunikasi kepada informan atau pegawai BKKBN dan GenRe. Wawancara

merupakan pertanyaan yang dilakukan secara verbal kepada orang yang dianggap

dapat memberikan informasi atau penjelasan.

b. Dokumentasi

Metode penelitian data melalui dokumentasi yaitu sebagai upaya untuk

memperoleh data dan informasi berupa catatan / gambar yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah dokumentasi terhadap dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang

16
dilakukan peneliti seperti data mengenai jumlah perkawinan dininyang masuk

di BKKBN Provinsi Kalimantan Barat.

6. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data atau instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan

atau dipergunakan untuk mengumpulkan data. Dengan menggunakan alat-alat tersebut

data dapat terkumpul (Alhamid & Anufia, 2019:4). Alat pengumpul data ialah alat

bantu yang dipilih dan yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

kegiatan atau perencanaan penelitian menjadi lebih sistematis. Dalam penelitian

kualitatif, kehadiran peneliti adalah mutlak karena peneliti harus berinteraksi secara

langsung.

Instrumen atau alat pengumpul data utama dalam penelitian ini ialah peneliti itu

sendiri, dengan cara mengamati, bertanya, mendengar, meminta dan mengambil data

penelitian. Selain itu terdapat juga bantuan yang digunakan oleh peneliti, yaitu

pedoman wawancara serta alat rekaman dalam membantu proses wawancara selain

dengan menulis hasil wawancara tersebut.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu uji

kredibilitas data yang terdiri atas perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan,

triangulasi, analisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi dan member check

(Mekarisce, 2020:150). Dalam pelaksanaan penelitian, suatu kesalahan dimungkinkan

dapat terjadi. Baik itu berasal dari diri peneliti maupun dari pihak informan. Untuk

mengurangi dan meniadakan kesalahan data tersebut, peneliti perlu mengadakan

pengecekan kembali data tersebut sebelum diproses dalam bentuk penelitian dengan

17
harapan penelitian yang disajikan tidak mengalami kesalahan. Berikut uji kredibilitas

data dalam penelitian ini (Mekarisce, 2020:150-151):

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian, yaitu

dengan cara melakukan pengamatan apakah data yang diperoleh sebelumnya itu

benar atau tidak ketika dicek kembali di lapangan. Dalam hal ini, peneliti

melakukan perpanjangan pengamatan untuk memastikan kebenaran data yang

telah didapatkan saat penelitian dan untuk menggali lebih dalam hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian.

b. Triangulasi

Triangulasi diartikan juga sebagai kegiatan recheck atau pengecekan kembali atau

cross check informasi data yang diperoleh dari lapangan (Endraswara, 2006:110).

Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber, berbagai

cara/teknik dan berbagai waktu (Sugiyono, 2013: 273). Tujuan triangulasi adalah

untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun interpretatif dari

penelitian kualitatif. Berikut tiga pengecekan data melalui triangulasi:

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber. Dalam penelitian ini, data

dari dua sumber utama yang berbeda, yaitu pegawai BKKBN dan GenRe.

Setelah itu dideskripsikan atau disimpulkan, mana pandangan yang sama, yang

berbeda, dan mana spesifik dari dua sumber data tersebut. Kemudian, data

18
yang telah dianalisis tersebut dapat menghasilkan suatu kesimpulan dan

kemudian dapat dilakukan kesepakatan (member check).

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik atau metode dilakukan dengan pengecekan data kepada

sumber yang sama, namun dengan teknik atau cara yang berbeda. Untuk

memperoleh kebenaran informasi, peneliti menggunakan metode wawancara

bebas dan wawancara terstruktur. Selain itu, peneliti menggunakan wawancara

dan obervasi untuk mengecek kebenarannya. Peneliti menggunakan informan

yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai

perspektif atau pandangan diharapkan dapat diperoleh hasil yang mendekati

kebenaran.

Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari

subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian,

jika data itu sudah jelas, triangulasi teknik tidak perlu dilakukan.

3) Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan

kembali data kepada sumber dan tetap menggunakan teknik yang sama, namun

dengan waktu atau situasi yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan dengan

cara, kepada informan yang telah di wawancara dilakukan wawancara kembali

atau menanyakan kembali beberapa pertanyaan yang sama pada waktu yang

berbeda. Apabila jawaban tetap menunjukkan data yang sama, berarti data

tersebut dapat dikatakan valid. Jika berbeda, maka disesuaikan dengan

19
wawancara yang telah dilakukan sebelumnya dan disepakati kebenaran data

oleh peneliti dan informan

c. Member Check

Member check merupakan suatu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data atau informan. Adapaun tujuan dilakukannya member

check yaitu agar informasi yang diperoleh dalam penelitian memiliki kesesuaian

dengan apa yang dimaksud oleh sumber data atau informan. Pelaksanaan

member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai,

atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. Bisa saja ketika akan

mengecek kembali, ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak

oleh informan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan kembali

data-data yang telah didapatkan dari informan.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematis, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial,

akademis dan ilmiah. (Siyoto&Sodik,t.t.,hlm.109).

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data

merupakan kaidah penelitian yang wajib dilakukan oleh semua peneliti, karena sebuah

penelitian tanpa analisis hanya akan melahurkan sebuah data mentah yang tidak

mempunyai arti. Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis

seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisian

20
tersebut menggunakan analisis kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus terkumpul

yang dikembangkan dalam bentuk deskripsi yang komperehensif dan teliti dari hasil

penelitian. Diharapkan agar peneliti dapat mendeskripsikan kejadian di lapangan yang

nantinya akan menjadi hasil penelitian.

Rencana Sistematika Pembahasan Penelitian

Rencana sistematika pembahasan penelitian ni akan disajikan dalam 5 bab. Berikut

adalah rencana sistematika pembahasan oleh peneliti:

BAB I: Pendahuluan

Pada bab ini, terdapat pokok-pokok atau penekanan mengenai topik yang sedang diteliti.

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian

sebagai dasar pemikiran untuk bab-bab selanjutnya.

BAB II: Tinjauan Umum Penelitian

Menyajikan mengenai kajian pustaka yang berisi penelitian terdahulu sebagai salah

satu referensi bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini. Berisi pula kajian teori

yang membahas mengenai pengertian Strategi, Badan Kependudukan Dan Keluarga

Berencana NASIONAL (BKKBN), Perkawinan dini.

BAB III: Metode Penelitian

21
Penelitian yang berjudul Strategi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) Kalimantan Barat Dalam Mengurangi Angka Perkawinan Dini

menguraikan bagaimana penelitian ini dilakukan, yang berisi jenis penelitian,

pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, setting penelitian, sumber data

yang terdiri dari sumber data primer data sekunder, teknik pengumpulan data,

alat pengumpulan data, teknik pemeriksaan keabsahan data serta teknik analisis data.

BAB IV: Paparan dan Analisis Data

Dalam bab ini akan menjawab yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian.

Berisi gambaran umum BKKBN Pontianak, paparan data, dan temuan penelitian,

yaitu mengenai strategi badan kependudukan dan keluarga berencana nasional

(BKKBN) Kalimantan Barat dalam mengurangi angka perkawinan dini.

BAB V : Penutup

Pada bab ini, berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah diteliti.

22
Daftar Pustaka

Anggito, A., & Setiwan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Jejak.

https://books.google.co.id/books?

id=59V8DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=teknik+pengumpulan+data&hl=id&sa=

X&redir_esc=y#v=onepage&q=teknik%20pengumpulan%20data&f=false

Arianto, E. (2007, June 24). Pengertian Strategi. Strategika.https://strategika.wordpress.com/

2007/06/24/pengertian-strategi/

Efendi, J., & Ibrahim, J. (2018). Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris (1st ed.).

Prenadamedia Grup. https://www.google.co.id/books/edition/Metode_Penelitian_Hukum/

5OZeDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=penelitian+yuridis+empiris&printsec=frontcover

Endraswara, S. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Epistemologi

dan Aplikasi. Pustaka Widyatama. https://www.google.co.id/books/edition/

Metode_Teori_Teknik_Penelitian_Kebudayaa/d27VDw5TbF0C?

hl=id&gbpv=1&dq=triangulasi+data&pg=PA110&printsec=fron tc over

23
Gulo. (2002). Metodologi Penelitian. Gramedia Widiasarana Indonesia. Mekarisce, A. A. (2020).

Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan

Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 12, 145–151.

Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Media Sahabat Cendekia.

https://www.google.co.id/books/edition/METODOLOGI_PENELITIAN_SOSIAL/

tretDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=penelitian+yuridis+empiris&printsec=frontcover

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.

https://books.google.co.id/books?

id=QPhFDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pengertian+sumber+data+primer+dan+

sekunder+dalam+penelitian&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwju44Tk0d3xAhXulEsFHaqIC

wQQ6AF6BAgFEAM#v=onepage&q&f=false

Sugiyono, Prof. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Cetakan ke-19).

Alfabeta.

Susanto, E. (2019, September 15). Pengertian Strategi Menurut Para Ahli. StudiNews.

https://www.studinews.co.id/pengertian-strategi/

24

Anda mungkin juga menyukai