Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar di
Indonesia. Prevalensi PTM dan cedera di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013, hipertensi usia >18
tahun (25.8%), rematik (24.7%), cedera semua umur (8.2%) dengan cedera akibat transportasi darat
(47.7%),asma (4.5%), PPOK umur ≥ 30 tahun (3.8%), diabettes mellitus (2,1%), PJK umur ≥ 15 tahun
(1.5%), batu ginjal (0.6%), hipertiroid umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis (0.4%), gagal jantung
(0.3%), gagal ginjal kronik (0.2%), stroke (12.1%) dan kanker (1.4%)
Penyakit Tidak Menular terjadi akibat berbagai berbagai faktor resiko, seperti merokok, diet
tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan konsumsi minuman beralkohol. Faktor resiko tersebut akan
menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis di dalam tubuh manusia, sehingga menjadi faktor
resiko lain tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol darah meningkat, dan
obesitas. Selanjutnya dalam waktu yang relatif lama terjadi PTM. Berdasarkan Riskesdas 2013
prevalensi obesitas pada laki-laki umur
>18 tahun (19.7%) dan pada perempuan (32.9%), obesitas sentral (26.6%), konsumsi tembakau usia
≥15 tahun (36.6%), kurang konsumsi sayur dan buah (93.5%).
Program pengendalian PTM dan faktor resikonya dilaksanakan mulai dari pencegahan, deteksi
dini, dan pengobatan, serta rehabilitasi. Kegiatan pencegahan dan deteksi dini dapat dilaksanakan
melalui pemberdayaan masyarakat melalui Posbindu PTM, sedangkan deteksi dini, pengobatan dan
rehabilitasi di fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas kesehatan tingkata pertama(FKTP) maupun
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL).

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor resiko PTM.

2. Tujuan Khusus
a) Terbentuknya Posbindu PTM
b) Terlaksananya pelatihan kader Posbindu PTM
c) Terlaksananya Posbindu PTM
d) Didapatnya informasi hasil kegiatan Posbindu PTM.

C. Sasaran Pedoman

Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat,beresiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke
atas. (Kemenkes RI 2012).
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan DBD adalah pelayanan di dalam gedung dan di luar
gedung. Di dalam gedung memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Di luar
gedung survey lapangan bersama kader Jumantik untuk memeriksa jentik atau
vektor secara langsung ke rumah warga serta melaksanakan PSN 3M beserta lintas
sektor dan masyarakat yang ada.

E. Batasan Operasional
Memberi sosialisasi 3M Plus antara lain:
1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya 1 minggu sekali.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
3. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang
bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik dll.
4. Perbaiki saluran air, talang yang macet, tutup lubang pohon, larvasidasi, pelihara
ikan pemakan jentik, pasang kawat kasa.
5. Menghindari gigitan nyamuk dengan tidur menggunakan kelambu, gunakan obat
nyamuk dll.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pengelola program DBD petugas yang telah mendapat pelatihan program DBD.
Petugas pelaksana adalah petugas pelaksana yang telah memenuhi standar

Pedoman Kegiatan Program PTM 2


kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat pelatihan sesuai dengan
tugasnya.

N Jenis Kompetensi Kompetensi Jumlah Keterangan


o ketenagaan (Ijazah) tambahan
(pelatihan)
1. Perawat DIII Pelatihan BCLS 1
Pelaksana Keperawatan Pelatihan DBD 1
2. Kader SMP/SMU/DIII Pelatihan 2 Di setiap
Jumantik Jumantik desa

B. Distribusi Ketenagaan
1. Petugas program DBD 1 orang dengan standar minimal sudah melakukan
pelatihan tentang program DBD.
2. Kader Jumantik di setiap desa.

C. Jadwal Kegiatan
Terlampir

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruangan untuk penderita DBD terdiri dari:
1. UGD

Pedoman Kegiatan Program PTM 3


2. Rawat Inap

B. Standar Fasilitas
1. Alat
a) Tensi meter
b) Stetoskop
c) Termometer
d) Timbangan Badan
e) Laboratorium
2. Perlengkapan
a) Tempat sampah medis yang dilengkapi dengan injakan pembuka dan penutup
b) Tempat sampah non medis tertutup
c) Bed pasien
d) Oksigen
1. Buku register pelayanan
2. Status penderita
3. Hasil Laboratorium
4. Laporan epidemiologi (PE)

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Promosi DBD
2. Penemuan pasien DBD
3. Pelaksanaan PSN dan 3M
4. Pembinaan dan penyuluhan

Pedoman Kegiatan Program PTM 4


5. Pencegahan wabah DBD
6. Pencatatan dan Pelaporan
7. Foging Fokus
8. Manajemen Logistik

B. Metode
1. Penemuan kasus
2. Feed back dari Rumah Sakit/puskesmas
3. Epidemiologi (PE)
4. Pemetaan dan pengumpulan data, penderita dan rumah penduduk bangunan dan
lingkungan
5. Pertemuan dan pendekatan
Lintas sektor di tingkat desa RT, RW, LSM, karang taruna, tokoh masyarakat,
tokoh agama dan perangkat desa.
6. Pelaksanaan hasil pertemuan
1. PSN dan 3M+
2. Larvasidasi
7. Koordinasi dengan dinas kesehatan terkait
Foging fokus

C. Langkah Kegiatan
1. Penemuan Kasus
- Menemukan penderita DBD melalui Feed Back dari Rumah Sakit atau
puskesmas terkait.
- Melalui laporan dari perangkat desa atau masyarakat yang disertai bukti hasil
laborat.
- Melalui kader Jumantik yang ada di desa.

2. Pemeriksaaan Tehnik Berkala


Pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (Aedes Aegypti) yang
dilakukan secara teratur petugas bersama kader jumantik.

3. Penyuluhan DBD
Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai suatu keadaan dimana individu,
kelompok dan masyarakat ingin hidup sehat dan bertujuan masyarakat dapat:
1. Memahami pengertian DBD
2. Mengetahui cara penularan DBD
3. Mengetahui pencegahan DBD
4. Mengetahui akibat komplikasi DBD

4. Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dan 3M+

Pedoman Kegiatan Program PTM 5


Adalah upaya kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan dan memberantas
jentik dan nyamuk penular DBD dengan kegiatan memberantas telur, jentik,
kepompong, nyamuk penular DBD Aedes Aegypti ditempat-tempat
perkembangbiakannya secara bersama-sama.

5. Larvasidasi
Larvasidasi adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik ke dalam tempat-tempat
penampungan air
1. Menggunakan bubuk Abate 1 gr
2. Menggunakan Altosiv 1,3 gr
3. Menggunakan Sumilarv 0,5 gr

6. Foging Fokus
Adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan
setelah melakukan pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue,
larvasidasi, penyuluhan, baru dilakukan penyemprotan (pengasapan) menggunakan
insektisida.

7. Pencatatan Dan Pelaporan


1. Mengisi register penderita DBD
2. Mengisi buku register kegiatan
a) Epidemiologi (PE)
b) Foging Fokus
3. Membuat laporan bulanan dan tribulan

BAB V
LOGISTIK

A. Pengelolaan Logistik
1. Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat
Perencanaan kebutuhan program DBD dilakukan terpadu dengan perencanaan
obat program lainnya yang berpedoman pada:
a) Jumlah desa dan penemuan pasien pada tahun sebelumnya

Pedoman Kegiatan Program PTM 6


b) Perkiraan jumlah desa dan penemuan pasien yang direncanakan
c) Sisa stok yang ada
d) Perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi
2. Tingkat UPK (Unit Pelayanan Kesehatan)
UPK menghitung kebutuhan tahunan, tribulan, dan bulanan sebagai dasar
permintaan ke Kabupaten / Kota.

B. Pengadaan Obat dan Alat


Pengadaan obat dan alat menjadi tanggung jawab petugas program dan pusat.

C. Pemantauan Mutu Obat dan Alat


Mutu obat dan alat diperiksa melalui pemeriksaan pengamatan fisik obat dan alat
meliputi:
1. Kebutuhan kemasan dan wadah
2. Penandaan / label termasuk persyaratan penyimpanan
3. Leaflet dalam bahasa Indonesia
4. Nomor batch dan tanggal kadaluwarsa baik di kemasan dan box
5. Fungsi alat

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN PROGRAM

Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana puskesmas


membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang

Pedoman Kegiatan Program PTM 7


disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
Tujuan penerapan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan
pasien, meningkatkan akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat,
menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di puskesmas, terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Pelayanan penderita tersangka DBD memperhatikan keselamatan pasien dengan cara:
1. Identifikasi Potensi
a) Kemungkinan kesalahan identifikasi penyakit
b) Kemungkinan kesalahan penulisan nama pada kartu penderita
c) Kemungkinan pengulangan pemeriksaan laboratorium
d) Kemungkinan kesalahan pencatatan hasil pemeriksaan, diagnosa, pengkajian
penderita, dan anamnese data
e) Kemungkinan kesalahan penyerahan hasil laboratorium
2. Pencegahan terjadinya kesalahan
a) Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien
b) Petugas dalam melakukan pelayanan harus sesuai dengan SOP
c) Monitoring secara berkala oleh Tim Mutu Puskesmas Wagir
3. Pelaporan
a) Setiap adanya kesalahan penderita tersangka DBD dilaporkan kepada Tim Mutu
Puskesmas Wagir
b) Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan penderita tersangka DBD
dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wagir
4. Penanganan / tindak lanjut
Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan
dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tinjauan Manajemen. Hasil
rapat dilakukakn umpan balik kepada penanggung program.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajiban dapat melindungi
diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran virus DBD.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit DBD dilingkungan tempat kerjanya, untuk

Pedoman Kegiatan Program PTM 8


menghindari paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpajan


1. Cuci tangan yang kurang benar
2. Menggunakan pakaian yang tertutup
3. Menggunakan obat penolak nyamuk
4. Praktek kebersihan 3M di rumah, bangunan, dan lingkungan sekitar.

C. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga hygine sanitasi individu, hygine sanitasi rumah dan lingkungan sekitar.
Ketiga prinsip tersebut dijabarkan yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian pakaian tertutup
3. Memakai obat tolak nyamuk
4. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di program DBD Puskesmas Wagir adalah


penemuan penderita tersangka DBD hasil 100%. Penemuan penderita tersangka DBD
dimaksud adalah penemuan penderita tersangka DBD dilakukan baik secara aktif
maupun pasif. Indikator mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas melalui

Pedoman Kegiatan Program PTM 9


monitoring dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian indikator mutu dibahas dalam
pertemuan tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait
dalam pelaksanaan kegiatan program DBD di UPT Puskesmas Wagir. Keberhasilan
kegiatan program DBD merupakan keberhasilan upaya menekan angka penderita
DBD . Penanggulangan wabah DBD dapat dilakukan dengan cara:

Pedoman Kegiatan Program PTM 10


1. Penyuluhan
2. PSN dan 3M+
3. Larvasidasi
4. Pemantauan jentik secara berkala
5. Kerjasama lintas sektor dan lintas program terkait
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi kita semua dan kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan masukan / saran perbaikan.

DASAR HUKUM

Undang-Undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan


(Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).

Pedoman Kegiatan Program PTM 11


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor
3037).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran


Negara Tahun 1979 Nomor 56, tambahan Lembaran Negara Nomor 3153).

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular


(Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian


Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1987 Nomor 9, tambahan Lembaran Negara Nomor 3347).

Pedoman Kegiatan Program PTM 12

Anda mungkin juga menyukai