Anda di halaman 1dari 4

Naskah Masa Transisi 1966-1967

Peristiwa G30S/PKI menjadi titik awal berakhirnya kekuasaan presiden Soekarno dan
hilangnya kekuatan politik Indonesia yang menimbulkan kemarahan rakyat.
Rakyat : “selesaikan pelaku G30S/PKI secara adil adilnya”. Mereka membentuk front
Pancasila yaitu persatuan aktif pemuda” KAPPI, KABI, KASI, KAWI, KAGI (sebagai pelopor).
Pemuda-pemuda : “Bubarkan PKI
“ Bersihkan kabinet dari unsur G30/PKI”
“ Turunkan harga bahan pokok”
Namun presiden Soekarno tidak memenuhi permintaan rakyat di mana rakyat meminta
presiden untuk membubarkan PKI.
Tetapi presiden membentuk kabinet 100 menteri dan pada saat pelantikan para
mahasiswa pelajar dan pemuda memenuhi jalan menuju istana merdeka.
Namun dihadang oleh pasukan cakrabirawa. Hingga menyebabkan bentrok sehingga salah satu
mahasiswa Universitas Indonesia Arief Rachman Hakim gugur.
Keesokan harinya presiden Soekarno membubarkan KAMI insiden berdarah
menyebabkan parahnya krisis kepemimpinan nasional.
Mahasiswa Bandung, membalas atas pembubaran KAMI dengan mengeluarkan “Ikrar
Keadilan dan Kebenaran”.
Mahasiswa Bandung : (mengucapkan ikrar)
“Kami para mahasiswa Bandung bertekad tetap menggalang
persatuan dan selalu dalam kebersamaan untuk memperjuangkan
kebenaran dan keadilan demi kepentingan rakyat”.
Pada 8 Maret 1966 para pelajar dan mahasiswa yang melakukan demonstrasi menyerbu
dan mengobrak-abrik Gedung Presiden Departemen Luar Negeri yang membuat presiden
Soekarno marah. Dan pada saat itu presiden mengeluarkan perintah harian supaya agar seluruh
komponen bangsa waspada terhadap usaha-usaha.
Presiden Soekarno : “Belokan jalannya revolusi ke kanan”
Dan supaya siap sedia untuk menghancurkan setiap usaha yang langsung / tidak langsung
bertujuan merongrong kepemimpinan kebijakan Presiden serta memperhebat penggayangannya
terhadap Nekolim serta proyek” Britis Malaysia”.
Pada tanggal 11 Maret 1966 Soekarno mengadakan sidang kabinet. Namun para
demonstran yang tetap menuntut presiden Soekarno agar membubarkan PKI, dengan melakukan
pengempesan ban-ban mobil pada jalan menuju ke istana.
Para demonstran : “Kami hanya mau PKI dibubarkan sekarang juga”.
Presiden berpidato dalam sidang, ia memberitahu kepada Brigjen Komandan
Cakrabirawa memberitahu bahwa di luar istana ada pasukan tanpa tanda pengenal.
Pangdam V / Jaya Amir macmud menjamin bahwa keadaan aman, tetapi presiden tetap
merasa khawatir dan segera meninggalkan sidang. Diikuti oleh Waperdam 1 Dr Subandrio dan
Waperdam 3 Dr Chairul Saleh kemudian sidang ditutup oleh Waperdam 2 Dr J Leimena
Waperdam 2 : “sidang saya tutup”.
Kemudian menuju Bogor dengan mobil, diikuti dengan 3 perwira tinggi TNI AD Mayjen
Basuki Rahmat, Brigjen M Yusuf dan Brigjen Amir Mahmud.
Sebelum berangkat ketika perwira tinggi itu meminta izin kepada jenderal Soeharto yang
saat itu sedang sakit.
3 perwira : “ Panglima, kami meminta izin untuk mengikuti presiden Soekarno ke
Bogor”
Panglima : “Silakan kalian berangkat”.
Mayjen Basuki : “Apakah ada pesan khusus dari Letjen Soeharto untuk presiden
Soekarno?”
Letjen Soeharto : “sampaikan saja bahwa saya tetap pada kesanggupan saya, beliau akan
mengerti
Ucapan itu muncul setelah pemberontakan G30S/PKI perbedaan pendapat antara keduanya
Letjen Soeharto : “Pergolakan rakyat tidak akan reda sebelum PKI dibubarkan”
Soekarno : “Saya tidak akan mungkin membubarkan PKI karena hal ini
bertentangan dengan doktrin nasakom”.
Pada suatu ketika Soeharto menyediakan diri untuk membubarkan PKI, asalkan mendapat
kebebasan bertindak dari presiden.
Di istana Bogor ketika perwira tinggi mengadakan pembicaraan dengan presiden yang
didampingi oleh Dr J leimena dan Dr Chairul Saleh, Soekarno menandatangani surat 11 Maret.
Keesokan harinya Soeharto menerima surat perintah tersebut dan langsung membubarkan
PKI beserta organisasi massanya yang bernaung dan berlindung.
Soeharto : “dengan ini saya bubarkan PKI”
Rakyat : “(Bahagia)
Soeharto : “Dan untuk seluruh pelajar dan mahasiswa silahkan kalian kembali
bersekolah”
Tindakan selanjutnya dikeluarkannya keputusan presiden nomor 5 tentang penahanan 15
orang menteri yang diduga terkait pemberontakan G30S/PKI. Soeharto juga mengangkat lima
orang menteri koordinator menjadi presidium kabinet yaitu Sultan Hamengkubuwono IX, Adam
Malik, Dr Ruslan, Abdul Ghani, Dr K.H Idham Cholid, dan Dr J Leimena.
Memasuki tahun 1966 terlihat gejala krisis kepemimpinan nasional mengarah pada
dualisme kepemimpinan. Satu pihak presiden Soekarno masih menjabat presiden tetapi
pamornya telah merosot. Nama Soeharto semakin populer.
Pada 22 Juni 1966 presiden Soekarno menyampaikan pidato “Nawaksara”
Presiden Soekarno : “(membaca pidato nawaksara)”
Pada 10 Januari 1967 presiden menyampaikan surat kepada pemimpin MPRS berisi Nawaksara
Pada 28 Juni 1966 diresmikan kabinet Ampera
Pada 9 Februari 1967 DPR-GR tunjukkan resolusi kepada MPRS untuk mengadakan sidang
istimewa.
Sahabat Soekarno, Mr Hadi menemui presiden untuk memohon agar presiden membuat
Prakarsa.
Mister Hardi : “Presiden tolong bukakan prakarsa agar kepemimpinan dualisme negara berakhir
Saya menyarankan agar presiden mandataris MPRS menyatakan non aktif di
depan sidang MPRS dan menyetujui pembubaran PKI.
Presiden : “saya menyetujui saran anda untuk saya”
Setelah itu disusunlah penugasan mengenai pimpinan pemerintahan sehari kepada
pemegang Surat perintah 11 Maret 1966.
Pada 7 Februari 1967 Mr Hardi menyarankan konsep itu
Pada 8 Februari 1967 Soeharto membalas surat bersama 4 panglima tidak setuju dengan draft
surat karena tidak membantu menyelesaikan situasi konflik
Presiden Soekarno memerintahkan agar Soeharto bersama panglima angkatan berkumpul di
Bogor pada minggu 19 Februari 1967 presiden menyetujui draft tersebut.
Pada Rabu tanggal 22 Februari 1967 tepatnya pukul 19:30 presiden Soekarno membacakan
pengumuman
Presiden Soekarno : “Dengan persetujuan draf ini saya resmi mengundurkan diri”

Pada tanggal 12 Maret 1967 presiden Soeharto dilantik menjadi presiden RI oleh ketua MPRS
Jenderal Abdul Haris Nasution
Pada tanggal 27 Maret 1968 presiden Soeharto resmi menjadi presiden RI dalam sidang umum
MPRS.
Berakhirlah dualisme kepemimpinan nasional dan dimulainya pemerintahan Orde Baru

Anda mungkin juga menyukai