Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERSIAPAN PRE DAN POST OPERASI FRAKTUR


DI RUANG ORTOPEDI RUMAH SAKIT UMUM DOK 2
JAYAPURA

Disusun Oleh Kelompok 3 :

No. Nama Nim


1. Carlin Kamarea 2021086026017
2. Clara Masriat 2021086026026
3. Feronica Giyai 2021086026025
4. Ferdynanda Maria Theresa Luruk 2021086026005
5. Maksi Tefa 2021086026024
6. Meilani Hana Kantiadago 2021086026009
7. Nofrida Luwunaung 2021086026023
8. Usi renelia Yesgemu 2021086026030

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : Persiapan Pre dan Post Operasi Fraktur


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : Ruang ortopedi RSUD DOK 2 Jayapura
Waktu : 45 menit
Hari/Tanggal : ...... Maret 2022
Penyuluhan : Kelompok 3
Stase : Keperawatan Medikal Bedah

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga
pasien dapat memahami dan mengerti tentang persiapan pre operasi dan post
operasi fraktur.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 45 menit tentang persiapan pre dan post
operasi fraktur, diharapkan pasien dan keluarga pasien mampu:
1. Menjelaskan pengertian operasi fraktur
2. Menjelaskan tujuan persiapan pre operasi fraktur
3. Menjelaskan persiapan pasien sebelum operasi fraktur
4. Menjelaskan perawatan pasien setelah operasi fraktur

III. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

IV. Media
1. Leaflet
V. Materi
1. Pengertian operasi fraktur
2. Tujuan persiapan pre operasi fraktur
3. Persiapan pasien sebelum operasi fraktur
4. Persiapan pasien setelah operasi fraktur

VI. Pelaksanaan
KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1. 2 menit Pembukaan
1. Penyampaian salam 1. Membalas salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan topik 3. Mendengarkan
penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan 4. Mendengarkan
5. Kontrak waktu 5. Mendengarkan dan
menyetujui
2. 30 menit Penyajian materi
1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab pertanyaan
peserta mengenai dan mengemukakan
persiapan pre dan post pendapat
operasi fraktur
2. Pengertian operasi fraktur 2. Memperhatikan dan

3. Tujuan persiapan pre mendengarkan

operasi fraktur 3. Memperhatikan dan

4. Persiapan pasien sebelum mendengarkan

operasi fraktur 4. Memperhatikan dan

5. Persiapan pasien pasca mendengarkan

operasi fraktur 5. Memperhatikan dan

6. Diskusi (tanya jawab) mendengarkan


6. Bertanya dan
mengemukakan
pendapat
3. 10 menit Evaluasi
1. Mengevaluasi kembali 1. Menjawab pertanyaan
pengetahuan peserta
mengenai materi yang
telah disampaikan
2. Umpan balik 2. Memperhatikan dan
mendengarkan
4. 3 menit Terminasi
1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
2. Mengucapkan terima 2. Memperhatikan dan
kasih mendengarkan
3. Mengakhiri dengan salam 3. Menjawab salam

VII. Pengorganisasian
1. Moderator :
2. Penyaji :
3. Fasilitator :
4. Observer :.

VIII. Uraian tugas


Observer : Mengobservasi jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir, mengobservasi performa penyuluh,
mencatat pertanyaan dan mengobservasi keantusiasan
peserta penyuluhan.
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai dari
menggali pengetahuan peserta tentang mobilisasi pasca
operasi fraktur dan sesi diskusi (tanya jawab).
Moderator : Membuka dan memimpin jalanya acara dimulai dari
pembukaan, penyampaian materi, evaluasi, dan yang
terakhir terminasi.
Fasilitator : Memfasilitasi jalanya acara penyuluhan agar dapat
berjalan dengan baik.
IX. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : leaflet
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa ners
e. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
f. Peserta hadir di tempat penyuluhan
g. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang ortopedi RSUD
Dok 2 Jayapura
h. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
e. Suasana penyuluhan tertib
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang datang 7 orang atau lebih
b. Peserta memahami materi yang telah disampaikan oleh penyaji
c. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan dengan benar yang diajukan penyaji.
MATERI PENYULUHAN
PERSIAPAN PRE DAN POST OPERASI

1. PENGERTIAN OPERASI

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang


mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang
pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang menegangkan bagi
individu yang bersangkutan.
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Individu
dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan
mencakup pula pemberian anastesia atau pembiusan yang meliputi anastesi
lokal, regional atau umum (Smeltzer & Bare, 2002). Operasi atau pembedahan
merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah bagian
yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan selanjutnya akan termasuk
dalam perawatan pasca bedah. Tindakan pembedahan atau operasi dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala (Sjamsuhidajat, 2010).
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau
pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi
(Smeltzer & Bare, 2002). Post operatif dimulai saat masuknya klien ke ruang
pasca-anestesi dan berakhir saat penyembuhan klien selesai (Kozier & Erb,
2009).

2. TIPE OPERASI

Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan sebagai berikut (Smeltzer &


Bare, 2008):
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks
yang inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipel
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi
terhadap kemampuan untuk menelan makanan.

Menurut Smeltzer & Bare (2008), pembedahan dibagi menjadi 3 macam yaitu
pembedahan menurut faktor resiko yang ditimbulkan, pembedahan menurut
tujuannya dan berdasarkan urgensinya.
a. Pembedahan menurut faktor resiko yang ditimbulkan:
1) Minor
Merupakan pembedahan yang menimbulkan trauma fisik yang minimal
dengan resiko kerusakan yang minimal. Contohnya insisi dan drainase
kandung kemih atau sirkumsisi
2) Mayor
Merupakan pembedahan yang dapat menimbulkan trauma fisik yang
luas, resiko kematian yang serius. Contohnya adalah laparotomi total,
bedah caesar, mastektomi, bedah torak, bedah otak.
b. Pembedahan menurut tujuannya
1) Mengetahui penyakit yang diderita seperti ketika dilakukan biopsi atau
laparotomi eksplorasi
2) Pengobatan untuk menyembuhkan penyakit seperti ketika mengeksisi
massa tumor atau mengangkat apendiks yang mengalami inflamasi
3) Memperbaiki deformitas atau menyambung daerah yang terpisah
4) Mengurangi gejala tetapi tidak menyembuhkan seperti ketika
menghilangkan nyeri
5) Memperbaiki bentuk tubuh seperti ketika melakukan perbaikan wajah

3. PERSIAPAN PASIEN PRE OPERASI


Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko
operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan
keperawatan preoperasi dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan
keluarganya yang meliputi:
a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik
ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka.
b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang dilakukan
setelah tindakan operasi.
c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi.
d. Tidak terjadi vomitus karena aspirasi selama pasien dalam pengaruh
anestesi.
e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi infeksi setelah tindakan
operasi.
f. Mendapatkan istirahat yang cukup.
g. Menjelaskan tentang prosedur operasi, jadwal operasi serta menanda tangani
inform consent.
h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung.

Tindakan keperawatan preoperatif merupakan tindakan yang dilakukan oleh


perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan
pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif.
Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta persiapan mental sangat
diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari
kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. Kesalahan yang
dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak
pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara
masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome
yang optimal, yaitu kesembuhan pasien secara paripurna. Pengakajian secara
integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Berbagai
persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut
Brunner & Suddarth (2008), antara lain :
a. Persiapan Fisik
1) Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik
lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi,
dll. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat
dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu
terjadinya haid lebih awal.
2) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
melakukan pembedahan. Refluks esophagus mudah terjadi terutama pada
permulaan anesthesia sehingga dapat terjadi aspirasi isi lambung yang
merupakan suatu penyulit berbahaya pernah menimbulkan pneumonia
yang tidak mudah diatasi. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan
diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement.
Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa
dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari pengosongan lambung
dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung
ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan
sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada
pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat
dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan
diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5/5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum
(0,70/1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan
fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka
operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami
gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka
operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada
kasus-kasus yang mengancam jiwa. Pada penderita diabetes mellitus, jika
perlu dilakukan koreksi kadar gula darah dan ketonuria. Penyulit pasca
bedah paling banyak terjadi di paru. Perokok harus berhenti merokok
sekurang-kurangnya satu minggu sebelum rencana operasi.
4) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin
dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat
mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan
mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
5) Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya
infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang
tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka
incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur
sendiri agar pasien merasa lebih nyaman. Daerah yang dilakukan
pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan
dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan
paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi
pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan, sedangkan operasi pada daerah
kepala dilakukan pencukuran sekitar 1,5 - 2 cm dari daerah yang akan
dilakukan operasi.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Kulit tubuh harus
bersih, penderita harus mandi atau dimandikan dengan larutan sabun atau
larutan antiseptic, seperti klorheksidin atau larutan yang mengandung
yodium. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi
sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama.
Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan
kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga
diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pre Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini
sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca
operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara
lain:
a) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan
latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat
segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien.
b) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien
yang mengalami operasi dengan anstesi general. Karena pasien akan
mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien
setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien
dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara : Pasien
condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan
dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
c) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru
tentang pergerakan pasien setalah operasi. Banyak pasien yang tidak
berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau
takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas keliru
karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka
pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah
menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan
terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan
lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena
dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada
perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
b. Persiapan penunjang
Berbagai macam pemerikasaan laboratorium diperlukan terutama
pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah,
dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
1) Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen,
foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan
(computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine),
BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo
Grafi), dll.
2) Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan
darah.
3) Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4) Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).
5) Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status
fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan
terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah
pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik
anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah dan sistem saraf.
6) Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien
yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anestesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi
tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien.

Dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan


komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau
resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait
dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup
istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan
perawat dan tim selama dalam perawatan.
Informed Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhadap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan
persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan
serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya
sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan
informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika
petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya
berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini
sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan
dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan
ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
7) Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Masalah mental yang biasa
muncul pada pasien preoperasi adalah kecemasan. Maka perawat harus
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi klien. Perawat perlu
mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam
menghadapi stres. Disamping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang
bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah
ketakutan dan kecemasan preoperasi, seperti adanya orang terdekat,
tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system. Untuk
mengurangi/ mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan
hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain : Pengalaman
operasi sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga tentang tujuan/alasan
tindakan operasi, Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan
operasi baik fisik maupun penunjang, Pengetahuan pasien dan keluarga
tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar operasi.,
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post
operasi), Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan
sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti: latihan
nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll. Persiapan mental yang kurang
memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan
keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan
beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setelah merasa sudah
siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah
dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan
mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung
oleh keluarga/orang terdekat pasien. Persiapan mental dapat dilakukan
dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan
keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya
perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan
dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan
meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.

4. PERAWATAN PASIEN POST OPERASI


Selama fase postoperasi, aktivitas keperawatan meliputi mengkaji respons
klien (fisiologis dan psikologis) terhadap pembedahan, melakukan intervensi
untuk memfasilitasi penyembuhan dan mencegah komplikasi, memberikan
penyuluhan dan memberikan dukungan kepada klien dan individu
pendukungnya, serta merencanakan perawatan di rumah. Tujuan dari fase ini
adalah membantu klien untuk mencapai status kesehatan paling optimal yang
dapat diraih.
Tahapan perawatan pasca operasi (Majid et al, 2011):
a. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan
Pemindahan pasien ke ruang pemulihan harus mempertimbangkan posisi
agar pasien tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain atau selang
drainase.
b. Perawatan pasien di ruang pemulihan
Pasien dirawat sementara di ruang pemulihan sampai kondisi pasien stabil,
tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan/bangsal. Alat monitoring digunakan untuk
menilai kondisi pasien yang meliputi pemantauan hemodinamika. Kriteria
penilaian yang digunakan untuk pemindahan pasien ke ruang
perawatan/bangsal meliputi fungsi pulmonal yang tidak terganggu, hasil
oksimetri menunjukkan saturasi oksigen adekuat, tanda-tanda vital stabil,
orientasi pasien pada tempat, waktu dan orang, urin output tidak kurang dari
30 ml/jam, mual dan muntah terkontrol, nyeri minimal (Majid et al, 2011).
c. Perawatan pasien di ruang rawat/bangsal
Ketika pasien sudah dipindahkan ke bangsal, yang harus perawat lakukan
adalah (Majid et al, 2011):
a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainase,
tube/selang dan komplikasi
b. Manajemen luka
c. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (Range of Motion),
nafas dalam dan batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali
fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir. Intervensi
atau tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengembalian
fungsi tubuh dan mengurangi nyeri, pasien dianjurkan melakukan
mobilisasi dini, yaitu latihan gerak sendi, gaya berjalan, toleransi
aktivitas sesuai kemampuan dan kesejajaran tubuh. Ambulasi dini pasca
laparatomi dapat dilakukan sejak di ruang pulih sadar (recovery room)
dengan miring kanan/kiri dan memberikan tindakan rentang gerak secara
pasif. Menurut penelitian mobilisasi dini pasca operasi laparatomi dapat
dilakukan secara bertahap, setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien
harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis
serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan
untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah thrombosis
(pembekuan darah didalam pembuluh darah) dan jendalan darah atau
tromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai
belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk belajar
berjalan. Latihan ambulasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang
akan memicu penurunan nyeri dan penyembuhan luka lebih cepat. Terapi
latihan dan mobilisasi merupakan modalitas yang tepat untuk
memulihkan fungsi tubuh bukan saja pada bagian yang mengalami
cedera tetapi juga pada keseluruhan anggota tubuh. Terapi latihan dapat
berupa latihan pasif dan aktif, terapi latihan juga dapat berupa miring
kanan kiri, duduk dan berjalan sedini mungkin untuk meningkatkan
kemampuan aktivitas mandiri.
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut penelitian antara lain:
mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar perdaran darah, membantu
pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot,
memperlancar eliminasi alvi (buang air besar) dan urin, mengembalikan
aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian, memberi kesempatan perawat dan
pasien untuk berinteraksi atau komunikasi.
Pergerakan akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga
mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki
pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-
organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan
pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi
pascaoperasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi
dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik
juga terhadap pemulihan fisik. Keberhasilan mobilisasi dini dalam
mempercepat pemulihan pasca pembedahan telah dibuktikan dalam
penelitian terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca
pembedahan. Dimana hasil penelitiannya mengatakan bahwa mobilisasi
diperlukan bagi pasien pasca pembedahan untuk membantu mempercepat
pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan dan pemulihan pasien.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.
e. Discharge planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarganya tentang hal hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi/penyakit pasca operasi.
a. Nutrisi
Karena tidak adanya kontraindikasi, pemberian nutrisi secara enteral
lebih dipilih dibanding rute parenteral, khususnya jika terdapat
komplikasi infeksi (Kudsk, 1992; Moore, 1992). Keuntungan lain dari
nutrisi enteral adalah penurunan biaya penyembuhan (Nehra, 2002).
Setelah operasi telah ditemukan efektif, dimulai sesegera mungkin
setelah operasi. Makan segera setelah operasi telah menunjukkan
peningkatan penyembuhan luka, merangsang motilitas usus,
menurunkan stasis usus, meningkatkan aliran darah usus, dan
merangsang refleks sekresi hormon gastrointestinal yang dapat
mempermudah kerja usus setelah operasi (Anderson, 2003; Braga,
2002; Correia, 2004; Lewis, 2001). Keputusan inisiasi “makan
sesegera mungkin” dengan cairan atau makanan lunak telah diteliti
secara prospektif (Jeffery, 1996). Pada pasien yang diberikan
makanan lunak sebagai makanan pertama setelah operasi. Sesudah
penderita sadar, pada pascaoperasi ia dapat menggerakkan lengan dan
kakinya, dan tidur miring apabila hal itu tidak dihalangi oleh infus
yang diberikan kepadanya. Tidak ada ketentuan yang pasti kapan ia
bisa duduk, keluar dari tempat tidur, dan berjalan. Hal itu, tergantung
dari jenis operasi, kondisi badannya, dan komplikasi-komplikasi yang
mungkin timbul. Di Indonesia keperluan early ambulation tidak
seberapa mendesak karena disini bahaya tromboflebitis pascaoperasi
tidak besar. Pada umumnya pengangkatan jahitan pada laparatomi
dilakukan pada hari ke-7 pascaoperasi untuk sebagian dan
diselesaikan pada hari ke-10. Secara umum, untuk mempercepat
proses penyembuhan dan pemulihan kondisi pasien pasca operasi,
perlu kita perhatikan tips di bawah ini:
(1) Makan makanan bergizi, misalnya: nasi, lauk pauk, sayur, susu,
buah.
(2) Konsumsi makanan (lauk-pauk) berprotein tinggi, seperti: daging,
ayam, ikan, telor dan sejenisnya.
(3) Minum sedikitnya 8-10 gelas per hari.
(4) Usahakan cukup istirahat.
b. Mobilisasi bertahap hingga dapat beraktivitas seperti biasa. Makin
cepat makin bagus.
(1) Mandi seperti biasa, yakni 2 kali dalam sehari.
(2) Kontrol secara teratur untuk evaluasi luka operasi dan pemeriksaan
kondisi tubuh.
(3) Minum obat sesuai anjuran dokter.

5. KOMPLIKASI PASCA OPERASI


Komplikasi yang dapat muncul pada pasien pasca operasi meliputi:
a. Pernafasan
Komplikasi pernafasan yang dapat muncul termasuk hipoksemia yang tidak
terdeteksi, bronkhitis, bronkopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti
pulmonal hipostatik (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Kardiovaskuler
Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi misalnya hipotensi. Hipotensi
merupakan tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih
dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh
hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan, penyakit kardiovaskuler dan
reaksi obat maupun reaksi transfusi (Baradero et al, 2008).
c. Perdarahan
Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien
diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20
derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijaga tetap lurus.
Manifestasi klinis meliputi gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus,
kulit dingin, basah dan pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat
dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.
d. Hipertermi maligna
Hipertermi maligna terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen
anastetik. Selama anastesi, agen anastesi inhalasi (haloten, enfluran) dan
relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu terjadinya hipertermi malignan.
e. Hipotermi
Hipotermi yang tidak diinginkan dapat terjadi akibat suhu rendah di kamar
operasi, infus dengan cairan yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, aktivitas
otot yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary, et al, 2008, Keperawatan Perioperatif, Jakarta: EGC

Effendy, Christantie, 2002, Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah:


Preoperatif Nursing, Yogyakarta: tidak dipublikasikan

Gruendeman, Barbara J, and Bilie Fernsebner, 2006, Buku ajar keperawatan


perioperatif volume 2, Jakarta: EGC

Hidayat, A, Aziz, A, 2007, Riset Keperawatan dan Teknik Pemulihan Ilmiah,


Jakarta: Salemba Medika

Majid, Abdul et al, 2011, Keperawatan Perioperatif edisi 1, Yogyakarta: Goysen


Publishing

Sjamsuhidajat, R. & De Jong, W., 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi,
Jakarta: EGC

Smelzer, S.C & Bare, B.G, 2008, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Jakarta: EGC

Shodiq, Abror, 2004, Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito
Yogyakarta: tidak dipublikasikan
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN

Ruang : Ortopedi
Hari/tanggal :
Jam/Waktu : / 30 menit

No Nama peserta TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
CENDERAWASIH JAYAPURA

Kriteria Stuktur V Kriteria Proses V Kritera Hasil V

a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta yang


a. Mengucapkan salam dan hadir  10
tempat diberikan
orang
satu hari sebelum memperkenalkan diri
b. Acara dimulai
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan tepat waktu
b. Pengumpulan SAP maksud penyuluhan c. Peserta
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan mengikuti
sebelum pelaksanaan acara sesuai
Mekanisme
dengan aturan
penyuluhan
d. Menyebutkan materi penyuluhan yang
c. Peserta hadir pada
disepakati
tempat yang telah d. Peserta
Pelaksanaan:
ditentukan memahami
a. Menggali Pengetahuan dan materi yang
d. Penyelenggaraan
penyuluhan Pengalaman sasaran penyuluhan telah
tentang operasi fraktur disampaikan
dilakukan oleh
dan menjawab
Mahasiswa ners b. Menjelaskan materi penyuluhan
pertanyaan
Uncen di ruang berupa : dengan benar
Ortopedi 1. Pengertian operasi
e. Pengorganisasian 2. Tujuan persiapan pre operasi
fraktur
penyelenggaraan
penyuluhan 3. Persiapan pasien sebelum
dilakukan sebelum Operasi fraktur
dan saat penyuluhan 4. Persiapan pasien setelah
operasi fraktur

dilaksanakan Memberikan kesempatan kepada


sasaran penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
c. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta penyuluhan
d. Peserta antusias dalam mengikuti
penyuluhan
e. Peserta mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan
dengan seksama

Catatan Evaluasi :

Observer

(..................................................)
LEMBAR NOTULEN

Kegiatan : Penyuluhan Tindakan Operasi


Topik : Persiapan Pre dan Post Operasi
Hari, Tanggal :
Tempat : Ruang Ortopedi
Waktu : 30 menit

Jam Kegiatan Diskusi

1. Nama Penanya
...........................................................................................................................
Pertanyaan
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Jawaban
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
2. Nama Penanya
...........................................................................................................................
Pertanyaan
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Jawaban
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
3. Nama Penanya
...........................................................................................................................
Pertanyaan
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Jawaban
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
4. Nama Penanya
...........................................................................................................................
Pertanyaan
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Jawaban
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................

Jayapura, ....... Maret 2022

Notulen

(..................................................)

Anda mungkin juga menyukai