Anda di halaman 1dari 15

AYAT ALQUR`AN DAN HADIST TENTANG

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA


PENDIDIKAN ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Studi Al Quran- Hadist Manajemen Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr. H. Munasir, M.M.

Disusun Oleh
1. NUR SALIM (212610000839)
2. AKH. MUDZAKIR (212610000900)
3. ASRIATI HIDAYAH (212610000896)

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

UNISNU
Jl. Taman Siswa (Pekeng), Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan merupakan rangkaian-rangkaian dari sub system atau
unsur-unsur pendidikan yang saling terkait dalam mewujudkan keberhasilannya.
Ada tujuan, kurikulum, materi, metode, pendidik, peserta didik, sarana, alat,
pendekatan dan sebagainya. Keberadaan satu unsur membutuhkan keberadaan
unsur lain, tanpa keberadaan salah satu diantara unsur-unsur itu proses pendidikan
menjadi terhalang, sehingga mengalami kegagalan.[1]
Keberadaan sarana pendidikan mutlak dibutuhkan dalam proses pendidikan,
sehingga termasuk dalam komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan proses pendidikan. Tanpa sarana pendidikan, proses pendidikan akan
mengalami kesulitan yang sangat serius, bahkan bias mengagalkan pendidikan.
Suatu kejadian yang mesti dihindari oleh semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan.
Proses pendidikan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.
Agar tujuan pendidikan tersebut dapat dicapai maka perlu diperhatikan segala
sesuatu yang mendukung keberhasilan tujuan pendidikan itu. Dari sekian faktor
penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran
merupakan salah satu faktor  yang dominan. Sebab didalam proses pembelajaran
itulah terjadinya interialisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-
norma secara langsung. Karena itu, kegiatan belajar mengajar merupakan ujung
tombak untuk tercapainya pewarisan nilai-nilai diatas. Untuk itu perlu sekali dalam
proses pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif agar peserta didik benar-
benar tertarik dan ikut proses itu.[2]
Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif itu
sarana dan prasarana pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Sehingga
baik buruknya manajemen sarana dan prasarana pendidikan akan berpengaruh
terhadap proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam?
2. Apa saja tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam?
3. Bagaimana prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam?
4. Bagaimana proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam


Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar
mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan
pendidikan dapat berjalan dengan lancar, efektif, teratur dan efisien.[3] Misalnya:
gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat media pengajaran. Adapun yang
dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses pendidikan atau pengajaran. Seperti halaman, kebun, taman, jalan
menuju madrasah , tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar
mengajar, seperti taman madrasah untuk pengajaran biologi, halaman madrasah
sebagai lapangan olahraga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Manajemen sarana prasarana dapat diartikan sebagai proses kerjasama
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien.
[4] Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada harus
didaya gunakan dan dikelola untuk kepentingan proses pembelajaran. Pengelolaan
sarana dan prasarana tersebut dimaksudkan agar penggunaannya bisa berjalan dengan
efektif dan efisien.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga
sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses
pendidikan secara optimal dan berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan
serta penataan.[5]
Sarana dan prasarana pendidikan itu dalam lembaga pendidikan Islam
sebaiknya dikelola dengan sebaik mungkin dengan mengikuti kebutuhan-kebutuhan
sebagai berikut:[6]
1. Lengkap, siap dipakai setiap saat, kuat dan awet.
2. Rapi, indah, bersih, anggun, dan asri sehingga menyejukkan pandangan dan
perasaan siapa pun yang memasuki komplek lembaga pendidikan Islam.
3. Kreatif, inovatif, responsif dan bervariasi sehingga dapat merangsang timbulnya
imajinasi peserta didik.
4. Memiliki jangkauan waktu  yang panjang melalui perencanaan yang matang untuk
menghindari kecenderungan bongkar pasang bangunan.
5. Memiliki tempat khusus untuk beribadah maupun pelaksanaan kegiatan sosio-
religius seperti mushalla atau masjid.
Ketentuan ini ketika diterapkan pada jenjang pendidikan yang berbeda, akan
menghasilkan keputusan yang berbeda pula. Misalnya pada ketentuan harus kreatif,
inovatif, responsif, dan bervariasi antara lembaga madrasah Ibtidaiyah dengan
madrasah Aliyah sangat berbeda, seperti penataan meja. Penataan ini pada madrasah
Ibtidaiyah bisa berbeda-beda antara semua kelas. Ada yang seluruh meja di depan
papan tulis seperti yang terjadi selama ini, ada kelas yang penataan mejanya dalam
bentuk oval, separuh oval, beberapa meja bulat, dan sebagainya. Tetapi untuk
madrasah Aliyah tidak perlu sevariasi itu.
Untuk penataan lingkungan dalam kompleks sekolah/madrasah/perguruan
tinggi/pesantren seharusnya rapi, indah, bersih, anggun dan asri. Keadaan ini
setidaknya menjadikan peserta didik merasa betah (kerasan) berada di lembaga
pendidikan baik sewaktu proses pembelajaran berlangsung di kelas, waktu istirahat,
ketika berkunjung ke sekolah, bahkan tamu-tamu dari luar  juga diharapkan merasakan
hal yang sama. Kenyataan di lapangan kebanyakan lembaga pendidikan Islam kurang
memperhatikan kerapian, kebersihan, keindahan, keanggunan dan keasrian tersebut
apalagi pesantren, kecuali dalam jumlah yang amat sedikit seperti pesantren An-Nur
Bululawang Malang yang telah mengelola lingkungan dalam komplek pesantren
cukup indah. Taman-tamannya diatur bagus dan ada semacam kebun binatang mini.
[7] Nabi pernah bersabda:

‫هللا مَج ِ ْي ٌل حُي ِ ُّب الْ َج َما َل‬


َ ‫َإ َّن‬
("Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai terhadap keindahan").

Gedung-gedung yang dibangun harus diupayakan melalui perencanaan yang


matang sehingga minimal digunakan dalam waktu 25 tahun. Untuk itu gedung harus
kuat, awet dan posisinya tepat sehingga tidak sampai dibongkar kemudian didirikan
gedung baru di tempat yang sama dalam waktu yang relatif cepat, karena cara itu
adalah pemborosan. Sebaiknya gedung itu dibangun bertingkat yang mengandung
manfaat di samping menghemat tanah juga terkesan kokoh. Bentuk gedung pun
sebaiknya juga indah dan memiliki gaya arsitektur yang khas yang menyebabkan
orang yang memandang merasa tertarik.[8]
Di samping itu, suatu keharusan juga untuk membangun masjid atau
setidaknya mushalla. Bangunan ini bukan sekadar simbol bagi lembaga pendidikan
Islam tetapi memang merupakan kebutuhan riil untuk beribadah ketika pegawai dan
peserta didik berada di sekolah. Masjid atau Mushalla itu juga bisa dimanfaatkan
sebagai laboratorium ibadah bagaimana cara berwudhu yang benar, dan bagaimana
mempraktekkan shalat yang benar, keduanya bisa dilaksanakan di tempat tersebut.
Lebih dari itu, masjid atau mushalla diupayakan ikut mewarnai perilaku islami warga
sekolah sehari-hari dengan mengoptimalkan kegiatan keagamaan maupun kegiatan
ilmiah yang ditempatkan di masjid atau mushalla.[9]
Dalam mengelola sarana dan prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses
sebagaimana terdapat dalam manajemen yang pada umumnya, yaitu mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemeliharaan dan pengawasan. Apa
yang dibutuhkan oleh sekolah perlu direncanakan dengan cermat berkaitan dengan
semua sarana dan prasarana yang mendukung terhadap proses pembelajaran.
Tujuan dari pada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk
memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana
pendidika agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Berkaitan dengan tujuan ini. Bafadal (2003) menjelaskan secara rinci tentang tujuan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:[10]
1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah melalui sistem
perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah
memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan.
2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan
efisien
3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga
keadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh semua
personil sekolah. 
Manajemen sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan
sekolah/sekolah islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang
menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di sekolah islam. Di samping itu
juga diharapkan tersedianya alat-alat fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif,
kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar
maupun murid-murid sebagai pelajar

B.     Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam


Kepemimpinan dan manajemen sering kali disamakan pengertiannya oleh
banyak orang. Pada hakikatnya kepemimpinan mempunyai pengertian agak luas
dibandingkan dengan manajemen.
Dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah terdapat beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan agar tujuan bias tercapai dengan maksimal. Menurut Bafadal
prinsip-prinsip tersebut antara lain:[11]
1. Prinsip pencapaian tujuan
Pada dasarnya manajemen perlengkapan sekolah di lakukan dengan maksud
agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu,
manajemen perlengkapan sekolah dapat di katakan berhasil bilamana fasilitas
sekolah itu selalu siap pakai setiap saat, pada sat seorang personel sekolah akan
menggunakannya.
2. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana
sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati-hati, sehingga bisa memperoleh
fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah. Dengan prinsip
efisiensi berarti bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan
dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka
perlengkapan sekolah hendaknya di lengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan
dan pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut di komunikasikan kepada semua
personil sekolah yang di perkirakan akan menggunakannya. Selanjutnya, apabila
di pandang perlu, di lakukan pembinaan terhadap semua personel.
3. Prinsip Administratif
Yaitu manajemen sarana dan prasarana disekolah harus selalu
memperhatikan undang-undang, instruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan
oleh pihak yang berwenang.
4. Prinsip kejelasan tanggung jawab
Di Indonesia tidak sedikit adanya kelembagaan pendidikan yang sangat
besar dan maju. Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat banyak
sehingga manajemennya melibatkan banyak orang. Bilamana  hal itu terjadi maka
perlu adanya pengorganisasian kerja pengelolaan perlengkapan pendidikan.
Dalam pengorganisasiannya, semua tugas dan tanggung jawab semua orang yang
terlibat itu perlu di deskripsikan dengan jelas
5. Prinsip kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen perlengkapan pendidikan di
sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat
kompak. Oleh kerena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan
perlengkapan itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, namun
antara satu dengan yang lainnya harus selalu bekerja sama dengan baik.

C.    Proses Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam


Manajemen sarana dan prasarana pendidikan disekolah berkaitan erat dengan
aktivitas-aktivitas pengadaan, pendistribusian, penggunaan dan pemeliharaan,
inventarisasi, serta penghapusan sarana dan prasarana pendidikan islam. Hal ini
menunjukkan bahwa perlu adanya suatu proses dan keahlian  di dalam mengelolanya.
Dan tindakan prefentif yang tepat akan sangat berguna bagi instansi.
Dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan agar dalam kondisi siap
pakai, diperlukan tugas khusus yang menanganinya. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu guru dalam mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, utamanya yang
berkaitan erat dengan sarana dan prasarana yang menunjang.
1.   Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan islam merupakan suatu
proses analisis dan penetapan kebutuhan yang diperlukan dalam proses
pembelajaran sehingga muncullah istilah kebutuhan yang diperlukan (primer) dan
kebutuhan yang menunjang. Dalam proses perencanaan ini harus dilakukan
dengan cermat dan teliti baik berkaitan dengan karakteristik sarana dan prasarana
yang dibutuhkan, jumlahnya, jenisnya dan kendalanya (manfaat yang didapatkan),
beserta harganya. Berkaiatan dengan ini Jones (1969) menjelaskan bahwa
perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan
analisis jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah menurut
Sukarna (1987) adalah sebagai berikut:
a.    Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan
oleh setiap unit kerja dan atau mengiventarisasi kekurangan perlengkapan
sekolah.
b.    Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode tertentu.
c.    Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan
yang tersediasebelumya.
d.  Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang
tersedia. Dalam hal ini, jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk
pengadaan semua kebutuhan yang diperlukan, maka perlu diadakan seleksi
terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan dengan
melihat urgensi setiap perlengkapan yang diperlukan.
e.    Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen dengan
dana atau anggaran yang tersedia, maka perlu diadakan seleksi lagi dengan
melihat skala prioritas menngenai perlengkapan yang paling penting.
f.    Penetapan rencana pengadaan akhir.
2.      Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah pada hakekatnya
adalah kelanjutan dari program perencanaan yang telah disusun sekolah
sebelumnya.
Sistem pengadaan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain adalah seperti yang disebutkan dibawah ini :
a.   Dropping dari pemerintah, hal ini merupakan bantuan yang diberikan
pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelola
sarana dan prasarana pendidikan di sekolah tetap harus mengusahakan dengan
cara lain.
b.  Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara
langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu.
c.   Meminta sumbangan wali murid atau mengajukan proposal bantuan
pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke lembaga sosial yang tidak
mengikat.
d.    Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam
e.  Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang yang
dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.
Memilih sarana dan prasana pendidikan islam bukanlah berupa resep yang
lengkap dengan petunjuk-petunjuknya, lalu pendidik menerima resep itu begitu
saja. Sarana pembelajaran hendakaya direncanakan, dipilih dan diadakan dengan
teliti sesuai dengan kebutuhan sehingga penggunaannya berjalan dengan wajar.
Untuk itu pendidik hendaknya menyesuaikan dengan sarana pembelajaran dengan
faktor-faktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah yang hendak dicapai, media apa
yang tersedia, pendidik mana yang akan mempergunakannya, dan yang peserta
didik mana yang di hadapi. Faktor lain yag hendaknya dipertimbangkan dalam
pemilihan sarana pembelajaran adalah kesesuaian dengan ruang dan waktu.

3.  Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan


Inventarisasi dapat diartikan sebagai pencatatan dan penyusunan barang-
barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-
ketentuan taau pedoman-pedoman yang berlaku. Hal ini sesuai dengan keputusan
menteri keuangan RI Nomor Kep. 225/MK/V/4/1971 bahwa barang milik negara
berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang bersumber baik
secara keseluruhan atau bagian sebagainya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) ataupun dana lainnya yang barang-barang dibawah penguasaan
kantor departemen dan kebudayaan, baik yang berada di dalam maupun luar negeri.
Kegiatan inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah menurut Bafadal
(2003) meliputi :
a.   Pencatatan sarana dan prasarana sekolah dapat dilakukan didalam buku
penerimaan barang, buku bukan inventaris, buku (kartu) stok barang.
b.      Pembuatan kode khusus untuk perlengkapan yang tergolong barang
inventaris. Caranya dengan membuat kode barang dan menempelkannya atau
menuliskannya pada badan barang perlengkapan yang tergolong sebagai
barang inventaris. Tujuannya adalah untuk memudahkan semua pihak dalam
mengenal kembali semua perlengkapan pendidikan di sekolah baik ditinjau
dari kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis golongannya. Biasanya
kode barang itu berbentuk angka atau numerik yang menunjukkan
departemen, lokasi, sekolah, dan barang.
c.       Semua perlengkapan pendidikan di sekolah yang tergolong barang inventaris
harus dilaporkan. Laporan tersebut sering disebut dengan istilah laporan
mutasi barang. Pelaporan dilakukan daalm periode tertentu, sekali dalam satu
triwulan. Dalam satu tahun ajaran misalnya, pelaporan dapat dilakukan pada
bulan juli, oktober, januari, dan april tahun berikutnya.
4.      Pengawasan Dan Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Sekolah
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang harus
dilaksanakan oleh pimpinan organisasi. Berkaitan dengan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah, perlu adanya kontrol baik dalam pemeliharaan atau
pemberdayaan. Pengawasan (control) terhadap sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan dalam membantu
personel sekolah untuk menjaga atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan
prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah.
Pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
merupakan aktivitas yang harus dijalankan untuk menjaga agar perlengkapan
yang dibutuhkan oleh personel sekolah dalam kondisi siap pakai. Kondisi siap
pakai ini akan sangat membantu terhadap kelancaran proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, semua perlengkapan yang ada di
sekolah membutuhkan perawatan, pemeliharaan, dan pengawasan agar dapat
diperdayakan dengan sebaik mungkin.
Program perawatan ini yang bisa disebut program perawatan preventif
memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai,
menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana
dan prasarana sekolah, melestarikan kerapian dan keindahan, dan
menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisir kehilangan.[12]
Program perawatan ini dapat di tempuh melalui langkah-langkah berikut ini:
1.    Membentuk tim pelaksana perawatan preventif di sekolah .
2.    Membuat daftar sarana dan prasarana termasuk seluruh perawatan yang ada
di sekolah.
3.   Menyiapkan jadual tahunan kegiatan perawatan untuk setiap perawatan dan
fasilitas sekolah .
4.   Menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada
masing-masing bagian di sekolah.
5.  Memberi penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja
peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam merawat
sarana dan prasarana sekolah.
Adapun program perawatan preventif di sekolah tersebut dapat
dilaksanakan dengan: (1) Memberikan arahan kepada tim pelaksana perawatan
preventif dan mengkaji ulang terhadap program  yang telah dilaksanakan secara
teratur; (2) Mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana
prasarana, untuk mengevaluasi aktivitas pelaksanaannya berdasarkan jadual
yang telah dilaksanakan; (3) Menyebarkan informasi tentang program perawatan
preventif untuk seluruh warga sekolah terutama guru dan siswa; dan (4)
Membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk
memotivasi.
Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah jika ditinjau
dari sifat maupun waktunya terdapat beberapa macam, yaitu : ditinjau dari
sifatnya, yaitu : pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan
ringan dan perbaikan berat. Ditinjau dari waktu pemeliharaannya, yaitu :
pemeliharaan sehari-hari (membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan
pemeliharaan berkala seperti pengecetan dinding, pemeriksaan bangku, genteng,
dan perabotan lainnya.
5.      Penghapusan Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
Pengahapusan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
meniadakan barang-barang milik lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar
inventaris dengan cara berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai
salah satu aktivitas dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan,
penghapusan bertujuan untuk :
a.   mencegah dan membatasi kerugian yang lebih besar sebagai akibat
pengeluaran dana untuk perbaikan yang perlengkapan yang rusak.
b.    mencegah terjadinya pemborosan biaya pengamanan yang tidak berguna
lagi.
c.     membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan dan
pengamanan.
d.    meringankan beban inventaris.
Kepala sekolah memiliki kewenangan untuk melakukan penghapusan
terhadap perlengkapan sekolah. Namun perlengkapan yang akan dihapus harus
memenuhi persyaratan-persyaratan penghapusan. Demikian pula prosedurnya
harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Barang-barang
yang memenuhi syarat untuk dihapus adalah:
a.  Barang-barang dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat
dimanfaatkan.
b.    Barang-barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
c.     Barang-barang kuno yang penggunaannya sudah tidak efisien lagi.
d.     Barang-barang yang terkena larangan.
e.     Barang-barang yang mengalami penyusustan di luar kekuasaaan pengurus.
f.      Barang-barang yang pemeliharaannya tidak seimbang dengan
kegunaannya.
g.     Barang-barang yang berlebihan dan tidak digunakan lagi.
h.     Barang-barang yang dicuri.
i.      Barang-barang yang diselewengkan.
j.      Barang-barang yang terbakar dan musnah akibat bencana alam.
Dalam penghapusan barang ini, kepala sekolah beserta stafnya
hendaknya mengelompokkan dan mendata barang-barang yang akan dihapus,
kemudian mengajukan usulan penghapusan beserta lampiran jenis barang yang
akan dihapus ke Diknas/Depag. Setelah SK dari kantor pusat tentang
penghapusan barang sesuai berita acara yang ada. Penghapusan barang ini dapat
dilakukan dengan cara pemusnahan atau pelelangan. Masalah lain yang perlu
diperhatikan ialah perusakan yang sering dilakukan oleh siswa “gatal tangan”.
Perilaku ini banyak penyebabnya, antara lain adanya rasa kurang aman, frustasi,
balas dendam karena merasakan ketidak adilan, dan perkelahian antar kelompok.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain :
a.  Bangkitkan rasa bangga akan keindahan, keunikan sekolah. Ini harus
dicontohkan oleh kepala sekolah, guru, dan aparat lainnya. Ajaran agama
tentang kebersihan dan keindahan dapat membantu disini.
b.  Siapkan bangunan dalam kondisi prima pada tahun ajaran baru. Itu
dilakukan dalam liburan sekolah. Dinding dibersihkan, bangku dan lain-lain
demikian juga. Anak-anak yang masuk pada hari-hari pertama tidak lagi
melihat coret-coretan pada dinding atau pada bangkunya. Ini akan ada
pengaruhnya.
c.    Ketertiban di kelas harus terkendali. Hal-hal kecil jangan di biarkan.
Kadang-kadang tanpa diketahui hal kecil itu berkembang menjadi besar.
d.   Jangan mengatakan bahwa anak-anak itu nakal hanya karena membuat
coretan pada dinding. Lebih bijak memanggilnya, dan guru menghapus
coretan itu bersama anak itu tadi. Boleh dinasehati agar tidak membuat
coretan.
Dalam hal menaggulangi kenakalan siswa, fungsi guru agama
diperkirakan cukup besar. Kerja sama guru agama dengan seluruh aparat sekolah
sangat diperlukan untuk menanggulangi kenakalan secara bersama-sama.  
Pemeliharaan sarana dan prasarana sebenarnya memerlukan dana yang
cukup besar, ini tidak bisa dihindari. Tujuannya antara lain supaya sarana dan
prasarana tidak cepat rusak, disebabkan pengaruhnya besar pada kesuksesan
Pendidikan Islam
BAB III
KESIMPULAN
1. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses
kerja sama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara
efektif.
2. Tujuan daripada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk
memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana
pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
3. Prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana pendidikan Islam meliputi: a)
prinsip pencapaian tujuan, b) prinsip efisiensi, c) prinsip administratif, d) prinsip
kejelasan tanggung jawab, e) prinsip kekohesifan.
4. Proses manajemen sarana dan prasarana pendidikan islam  berkaitan erat
dengan:
a. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan islam.
b. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan islam.
c. Inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan islam.
d. Pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan islam.
e. Pengahapusan sarana dan prasarana sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya


Media, 2008

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, strategi, dan Implementasi, Bandung:


PT Remaja  Rosdakarya, 2002

Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga Metode


Kritik, Jakarta: Erlangga, 2005

Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2000

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004

Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Surabaya: Elkaf, 2006

Anda mungkin juga menyukai