Anda di halaman 1dari 42

JURNAL

PRAKTIKUM FISIKA MODUL I


Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan
Mata Kuliah Praktikum Fisika
Oleh :
Ali Kamaludin 2103038
Gian Ikhlasul Mubarok 2103060
Asisten Dosen :
Latifah Munawaroh Huda 2003001
Rosmawati 2003007
Messi Sulistiawati 2003008
Lina Helena 2003010
Sesti Santika 2003013
Sagita Aulia Indriyani 2003031
Dosen Pengampu :
Ismi Purnamasari, S.Pd. M.Si.

LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI GARUT
2022
BAB I
PENGUMPULAN DATA
Pada bab ini tim praktikan membahas tentang alat dan bahan yang digunakan
saat praktikum, metodologi praktikum, serta pengumpulan data praktikum.
1.1 Alat Dan Bahan
Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan pada saat
melaksanakan praktikum fisika tentang pengukuran :
1.1.1 Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan pada saat praktikum fisika tentang
pengukuran, yaitu sebagai berikut :
a. Alat Tulis
b. Hvs
c. Mistar
d. Jangka sorong
e. Mikrometer sekrup
f. Gelas Ukur
1.1.2 Bahan
Berikut ini merupakan bahan yang digunakan pada saat praktikum fisika
tentang pengukuran, yaitu sebagai berikut :
a. Kelereng
b. Balok putih
c. Balok kayu
d. Balok alumunium
e. Air
1.2 Metodologi Praktikum
Berikut adalah metodologi praktikum yang di lakukan meliputi diagram alir
dan langkah-langkah praktikum yang dilakukan.
1.2.1 Diargam Alir Praktikum
Berikut ini merupakan diagram alir dari praktikum fisika modul I tentang
pengukuran.

Start

Pengumpulan Tugas
Pendahuluan

Tes Lisan

Pemaparan Materi

Tidak

Mengerti

Ya

Pengolahan Modul I

Analisis

Finish

Gambar 1.1 Diagram Alir Praktikum


1.2.2 Langkah-langkah Praktikum
Berikut ini merupakan langkah-langkah dari praktikum fisika modul I tentang
pengukuran.
a. Start
Awal dari memulai praktikum dan diawali dengan menyerahkan tugas
pendahuluan lalu tes lisan dan kemudian praktikan memasuki lab
dilanjut dengan berdoa.
b. Pengumpulan Tugas Pendahuluan
Praktikan mengumpulkas tugas yang diberikan oleh asisten dosen
berupa harcopy, untuk bisa mengikuti praktikum.
c. Tes Lisan
Semua praktikan telah mengumpukan tugas, kemudian akan dipanggil
satu persatu untuk mempertanggung jawabkan hal-hal yang
dicantumkan ditugas pendahuluan.
d. Pemaparan Materi
Asisten dosen memaparkan mengenai modul yang disampaikan
mengenai pengukuran.
e. Pengolahan Modul I
Praktikan melakukan ukuran pada 3 buah balok serta kelereng dengan
menggunakan 3 alat ukur yaitu mistar, jangka sorong, micrometer
sekrup dan gelas ukur.
f. Analisis
Praktikan melakukan analisis data dari materi-materi yang telah di olah
oleh praktikan, sehingga dapat menghasilkan jawaban dari analisi data.
g. Finish
Mengakhiri praktikum dengn membereskan tempat praktikum dan
diakhiri dengan pulang atau meninggalkan tempat praktikum.
1.3 Pengumpulan Data
Berikut ini merupakan pengumpulan data dari hasil praktikum fisika modul I
tentang pengukuran dengan menggunakan empat alat ukur.
1.3.1 Pengumpulan Data Pengukuran Mistar
Berikut adalah hasil pengumpulan data pengukuran dengan menggunakan
mistar untuk menentukan panjang, lebar dan tinggi dalam satuan milimeter (mm).
A. Data Tunggal
Berikut adalah hasil pengukuran data tunggal dengan menggunakan mistar
dalam satuan mm (millimeter).
Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Data Tunggal Dengan Mistar
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Panjang (p) 41 mm 40,5 – 41,5
Balok Putih Lebar (l) 20 mm 19,5 – 20,5
Tinggi (t) 20 mm 19,5 – 20,5
Panjang (p) 26 mm 25,5 – 26,5
Balok Kayu Lebar (l) 16 mm 15,5 – 16,5
Tinggi (t) 16 mm 15,5 – 16,5

B. Data Berulang
Berikut adalah hasil pengukuran data berulang dengan menggunakan mistar
dalam satuan mm (millimeter).
Tabel 1.2 Hasil Pengukuran Data Kelompok Dengan Mistar
Hasil Pengukuran
Nama Benda Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p) 57 56 56 56 56 56,00 – 56,40
Balok
Lebar (l) 17 17 17 17 18 17,00 – 17,40
Alumunium
Tinggi (t) 18 18 18 18 17 17,60 – 18,00
1.3.2 Pengumpulan Data Pengukuran Jangka Sorong
Berikut ini merupakan hasil pengumpulan data pengukuran dengan
menggunakan jangka sorong untuk menentukan panjang, lebar dan tinggi dalam
satuan milimeter (mm).
A. Data Tunggal
Berikut ini merupakan hasil pengukuran data tunggal dengan menggunakan
jangka sorong.
Tabel 1.3 Hasil Pengukuran Data Tunggal Dengan Jangka Sorong
Nama Benda Hasil Pengukuran Range Ketelitian
Panjang (p) 23,15 mm 23,12 – 23,17
Balok Kayu Lebar (l) 12,05 mm 12,02 – 12,07
Tinggi (t) 12,10 mm 12,07 – 12,12
Panjang (p) 41,25 mm 41,22 – 41,27
Balok Putih Lebar (l) 20,05 mm 20,02 – 20,07
Tinggi (t) 20,05 mm 20,02 – 20,07
Kelereng Diameter (d) 14,10 mm 7,04 – 7,05

B. Data Kelompok
Berikut adalah hasil pengukuran data berulang dengan menggunakan jangka
sorong dalam satuan mm (millimeter).
Tabel 1.4 Hasil Pengukuran Data Kelompok Dengan Jangka Sorong
Hasil Pengukuran
Nama Benda Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5

Balok Panjang (p) 57,15 57,425 56,30 56,25 56,125 56,36 – 56,91

Alumunium Lebar (l) 18,25 18,25 18,15 18,05 18,25 18,23 – 18,15
Tinggi (t) 18,05 18,25 1815 18,05 18,25 18,11 – 18,19
1.3.3 Pengumpulan Data Pengukuran Mikrometer Sekrup
Berikut ini merupakan hasil pengumpulan data pengukuran dengan
menggunakan mikrometer sekrup untuk menentukan panjang, lebar dan tinggi
dalam satuan milimeter (mm).
A. Data Kelompok
Berikut adalah hasil pengukuran data berulang dengan menggunakan jangka
sorong dalam satuan mm (millimeter).
Tabel 1.5 Hasil Pengukuran Data Kelompok Dengan Mikrometer Sekrup
Hasil Pengukuran
Nama Benda Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5
Panjang (p) 25,022 25,038 25,045 25,039 25,041 24,92 – 25,14
Balok Kayu Lebar (l) 12,05 12,05 12,05 12,05 12,05 13,03 – 13,03
Tinggi (t) 12,10 12,10 12,10 12,10 12,10 14,75 – 15,31
Tabel Lanjutan 1.5 Hasil Pengukuran Data Kelompok Dengan Mikrometer Sekrup
Hasil Pengukuran
Nama Benda Range Ketelitian
Pengukuran 1 2 3 4 5
Kelereng Diameter (d) 14,10 14,10 14,10 14,10 14,10 7,50 – 7,52
1.3.4 Pengumpulan Data Pengukuran Gelas Ukur
Berikut ini merupakan hasil pengumpulan data pengukuran dengan
menggunakan gelas ukur untuk menentukan volume air awal dan akhir dengan
satuan mililiter (ml).
Tabel 1.6 Hasil Pengukuran Tunggal Dengan Gelas Ukur
Volume air
Benda kerja Range ketelitian
Awal akhir
2 kelereng bening 60,1 ml 60,5 ml 11 ml
1 kelereng putih dan 3 kelereng bening 60,1 ml 60,9 ml 12 ml
BAB II
PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisikan tentang pengolahan data dari hasil pengukuran mistar,
jangka sorong, mikrometer sekrup dan gelas ukur.
2.1 Perhitungan Dengan Mistar
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dan data berulang dengan
menggunakan mistar.
2.2.1 Data Tunggal
Berikut ini merupakan perhitungan range ketelitian data tunggal dengan
menggunakan alat ukur mistar berdasarkan hasil pengukuran pada saat praktikum.
A. Balok Putih
Berikut ini adalah perhitungan dari balok putih berdasarkan hasil pengukuran
pada saat praktikum.
1. Panjang
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok
putih.

Jadi range ketelitian panjang balok putih adalah (40,50 - 41,50) mm


2. Lebar
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari lebar dari balok
putih.
Jadi range ketelitian lebar balok putih adalah (19,50 - 20,50) mm
3. Tinggi
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari tinggi dari balok
putih.

Jadi range ketelitian tinggi balok putih adalah (19,50 - 20,50) mm


4. Volume
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok
putih.
𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣̅ = 41 𝑥 20 𝑥 20
𝑣̅ = 16.400 𝑚𝑚3
𝑣̅ = 1,6400 𝑥 10−5 𝑚3

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2


∆𝑣 = √(20 𝑥 20)2 0,52 + (41 𝑥 20)2 0,52 + (41 𝑥 20)2 0,52

∆𝑣 = √(400)2 0,25 + (820)2 0,25 + (820)2 0,25


∆𝑣 = √(160.000)0,25 + (672.400)0,25 + (672.400)0,25

∆𝑣 = √40.000 + 168.100 + 168.100


∆𝑣 = √376.200
∆𝑣 = 613,35 𝑚𝑚3
∆𝑣 = 6,1335 𝑥 10−7 𝑚𝑚3
𝑣̂ = 𝑣 ± ∆𝑣
𝑣̂ = 16.400 ± 613,35
Jadi range ketelitian volume balok putih (15.786,65−17.013,35) 𝑚𝑚3
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
613,35
= 𝑥 100%

=3,7 %
𝑣𝑡 = 𝑥˳ ± ∆𝑥
𝑝̅ = 40,5 – 41,5mm
𝑙 ̅ = 19,5 – 20,5 𝑚𝑚
𝑡̅ = 19,5 – 20,5 mm
B. Balok Kayu
Berikut ini adalah perhitungan dari balok kayu berdasarkan hasil pengukuran
pada saat praktikum.
1. Panjang
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok
putih.
1
∆𝑝 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑝 = 𝑥 1
2
∆𝑝 = 0,5
𝑝̂ = 𝑝 ± ∆𝑝
𝑝̂ = 26 ± 0,5
= 25,5 − 26,5
Jadi range ketelitian panjang balok putih adalah (25,50−26,50) mm
2. Lebar
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari lebar dari balok
putih.
1
∆𝑙 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑙 = 𝑥 1
2
∆𝑙 = 0,5
𝑙̂ = 𝑙 ± ∆𝑙
𝑙̂ = 16 ± 0,5
= 15,5 − 16,5
Jadi range ketelitian lebar balok putih adalah (15,50 − 16,50) mm
3. Tinggi
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari tinggi dari balok
putih.
1
∆𝑡 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑡 = 𝑥 1
2
∆𝑡 = 0,5
𝑡̂ = 𝑡 ± ∆𝑡
𝑡̂ = 16 ± 0,5
= 15,5 − 16,5
Jadi range ketelitian tinggi balok putih adalah 19,5 mm ± 20,5 mm
4. Volume
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok
putih.
𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣̅ = 26 𝑥 16 𝑥 16
𝑣̅ = 6.656 𝑚𝑚3
𝑣̅ = 6,656 𝑥 10−6 𝑚3

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2

∆𝑣 = √(16 𝑥 16)2 0,52 + (26 𝑥 16)2 0,52 + (26 𝑥 16)2 0,52

∆𝑣 = √(256)2 0,25 + (416)2 0,25 + (416)2 0,25


∆𝑣 = √(65.536)0,25 + (173.056)0,25 + (173.056)0,25

∆𝑣 = √16.384 + 43.264 + 43.264


∆𝑣 = √102.912
∆𝑣 = 320,79 𝑚𝑚3
∆𝑣 = 3,2079 𝑥 10−7 𝑚𝑚3
𝑣̂ = 𝑣 ± ∆𝑣
𝑣̂ = 6.656 ± 320,79
Jadi range ketelitian volume balok putih (6.335,21−6.976,79) 𝑚𝑚3
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
320,79
= 𝑥 100%

=4,8 %
𝑣𝑡 = 𝑥˳ ± ∆𝑥
𝑝̅ = 25,5 – 26,5 mm
𝑙 ̅ = 15,5 – 16,5 𝑚𝑚
𝑡̅ = 15,5 – 16,5 mm
2.2.2 Data Berulang
Berikut ini merupakan perhitungan range ketelitian data berulang balok
almunium dengan menggunakan alat ukur mistar berdasarkan hasil pengukuran
pada saat praktikum.
A. Panjang (p)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok almunium.
∑ 𝑝 57 + 56 + 56 + 56 + 56
𝑝̂ = =
𝑛 5
𝑝̂ = 56,2 mm

1 𝑛(∑ 𝑝2 ) + (∑ 𝑝)2
∆𝑝 = √
𝑛 𝑛−1

P ∑P 2 (∑P)2
57 3.249 281
56 3.136 281x
56 3.136
56 3.136
56 3.136
281 15.793 78.961

1 5(15.793) + (281)2
∆𝑝 = √
5 5−1

1 5(78.965) + (78.961)
∆𝑝 = √
5 4

1 4 1 1
∆𝑝 = √ = . 1 = = 0,2
5 4 5 5

p̂ = p˳ ± ∆p
p̂ = 56,2 ± 0,2
Jadi range ketelitian Panjang balok alumunium adalah (56,0 – 56,4) mm
B. Lebar (l)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari lebar dari balok almunium.
∑ 𝑙 17 + 17 + 17 + 17 + 18
𝑙̂ = =
𝑛 5
𝑙̂= 17,2 mm

1 𝑛(∑ 𝑙 2 ) + (∑ 𝑙 )2
∆𝑙 = √
𝑛 𝑛−1
P ∑P 2 (∑P)2
17 289 86
17 289 86
17 289 _____x
17 289
18 324
86 1480 7.396

1 5(1480) + (86)2
∆𝑙 = √
5 5−1

1 7.400 + 7396
∆𝑙 = √
5 4

1 4 1
∆𝑙 = √ = . 1 = 0,2
5 4 5
̂l = l˳ ± ∆l
̂l = 17,2 ± 0,2
17,2 + 0,2 dan 17,2 + 0,2
=17,0 mm =17,4 mm
Jadi range ketelitian Lebar balok alumunium adalah (17,00 – 17,40) mm
C. Tinggi (t)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari tinggi dari balok almunium.
∑ 𝑡 18 + 18 + 18 + 18 + 17
𝑡̂ = =
𝑛 5
𝑡̂= 17,8 mm

1 𝑛(∑ 𝑡 2 ) + (∑ 𝑡 )2
∆𝑡 = √
𝑛 𝑛−1

P ∑P 2 (∑P)2
18 324 89
18 324 89
18 324 ______x
18 324
17 189
89 15.585 7.921
1 5(1585) + (89)2
∆𝑡 = √
5 5−1

1 7.925 + 7.921
∆𝑡 = √
5 4
1 1
∆𝑡 = √1 = . 1 = 0,2
5 5
𝑡̂ = t˳ ± ∆𝑡
= 17,8 ± 0,2
= 17,6 − 18 mm
Jadi range ketelitian Tinggi balok alumunium adalah (17,60 – 18,00) mm
D. Volume (v)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume dari balok almunium.
𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣1 = 57 𝑥 17 𝑥 18
= 17,442 𝑚𝑚3
=1,7442 x 10−5 𝑚3
𝑣2 = 56 𝑥 17 𝑥 18
= 17,136 𝑚𝑚3
=1,7136 x 10−5 𝑚3
𝑣3 = 56 𝑥 17 𝑥 18
= 17,136 𝑚𝑚3
=1,7136 x 10−5 𝑚3
𝑣4 = 56 𝑥 17 𝑥 18
= 17,136 𝑚𝑚3
=1,7136 x 10−5 𝑚3
𝑣5 = 56 𝑥 17 𝑥 1
= 17,136 𝑚𝑚3
=1,7136 x 10−5 𝑚3
∑ 𝑣 17,442 + 17,136 + 17,136 + 17,136 + 17,136
𝑣̂ = =
𝑛 4
85.986
𝑣̂ =
5
𝑣̂= 17.197,2 𝑚𝑚3

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2

∆𝑣 = √(17,2 𝑥 17,8)2 0,22 + (56,2 𝑥 17,8)2 0,022 + (56,2 𝑥 17,2)2 0,052

∆𝑣 = √(306,16)2 0,04 + (1.011,6)2 0,04 + (966,64)2 0,0025

∆𝑣 = √(93.733,9456)0,04 + (1.023,334,56)0,04 + (934.392,8896)0,0025


∆𝑣 = √47.063,722448 ∆𝑣 = 216,9417489742
∆𝑣 = 14,7289425613
𝑣̂ = 𝑣˳ ± ∆𝑣
=17.197,2 ± 14,729
=17.182,47 – 17.211,929
Jadi range ketelitian Volume balok almunium adalah (17.182,47 – 17.211,929)
𝑚𝑚3
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
14,729
= 𝑥 100%
17.182,47
=8,57 %
𝑣𝑡 = 𝑥˳ ± ∆𝑣
P = 56,0 – 56,4 mm
̂𝑙 = 17,8 − 17,4 𝑚𝑚
T = 17,6 – 18,0 mm
2.2 Perhitungan Dengan Jangka Sorong
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dan data berulang dengan
menggunakan jangka sorong.
2.2.1 Data Tunggal
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dengan menggunakan alat
ukur jangka sorong.
A. Balok Putih
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dari objek balok putih yang
diukur menggunakan jangka sorong.
1. Panjang (p)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok
putih.
1
∆𝑝 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑝 = 𝑥 0,05
2
∆𝑝 = 0,025
𝑝̂ = 𝑝˳ ± ∆𝑝
𝑝̂ = 41,25 mm ±0,025
Jadi range ketelitian Panjang balok putih adalah (41,225 – 41,275) mm
2. Lebar (l)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari lebar dari balok
putih.
1
∆𝑙 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑙 = 𝑥 0,05
2
∆𝑙 = 0,025
𝑙̂ = 𝑙˳ ± ∆𝑙
𝑙̂= 20,05 mm ± 0,025
Jadi range ketelitian lebar balok putih adalah (20,025– 20,075) mm
3. Tinggi (t)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari tinggi dari balok
putih.
1
∆𝑡 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑡 = 𝑥 0,05
2
∆𝑡 = 0,025
𝑡̂ = 𝑡˳ ± ∆𝑡
𝑡̂= 20,05 mm ± 0,025
Jadi range ketelitian tinggi balok putih adalah (20,025 – 20,075) mm
4. Volume (v)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume dari balok
putih.
𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣̅ = 41,25 𝑥 20,05 𝑥 20,05
𝑣̅ = 16.502,60 𝑚𝑚3
𝑣̅ =1,65026 x 10−5 𝑚3

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2

∆𝑣 = √(20,05 𝑥 20,05)2 0,0252 + (41,25 𝑥 20,05)2 0,0252 + (41,25 𝑥 20,05)2 0,0252

∆𝑣 = √(161.606,01)0,000625 + (684.032,3789)0,000625 + (684.032,3789)0,000625

∆𝑣 = √101,00375 + 427,52024 + 427,52024

∆𝑣 = √956,00422
∆𝑣 = 30,91996 𝑚𝑚3
𝑣̂ = 𝑣˳ ± ∆𝑣
=16.502,60 ± 30,91996
Jadi range ketelitian Volume balok putih adalah 16.471,68 𝑚𝑚3 –
16.533,52 𝑚𝑚3
KTPr
∆𝑣
=
𝑣
𝑥 100%
30,91996
= 𝑥 100%
16.502,60

=0,18 %
𝑣𝑡 = 𝑥˳ ± ∆𝑥
𝑝̅ = 41,22 – 41,27 mm
𝑙 ̅ = 20,02 – 20,07 𝑚𝑚
𝑡̅ = 20,02 – 20,07 mm
B. Balok Kayu
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dari objek balok kayu yang
diukur menggunakan jangka sorong.
1. Panjang (p)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari panjang dari balok
kayu.
1
∆𝑝 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑝 = 𝑥 0,05
2
∆𝑝 = 0,025
𝑝̂ = 𝑝˳ ± ∆𝑝
𝑝̂ = 23,15 mm ±0,025
Jadi range ketelitian Panjang balok kayu adalah (23,125 – 23,175) mm
2. Lebar (l)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari lebar dari balok
kayu.
1
∆𝑙 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑙 = 𝑥 0,05
2
∆𝑙 = 0,025
𝑙̂ = 𝑙˳ ± ∆𝑙
𝑙̂= 12,05 mm ± 0,025
Jadi range ketelitian lebar balok kayu adalah (12,025– 12,075) mm
3. Tinggi (t)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari tinggi dari balok
kayu.
1
∆𝑡 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑡 = 𝑥 0,05
2
∆𝑡 = 0,025
𝑡̂ = 𝑡˳ ± ∆𝑡
𝑡̂= 12,10 mm ± 0,025
Jadi range ketelitian tinggi balok kayu adalah (12,075– 12,125) mm
4. Volume (v)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume dari balok
kayu.
𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣̅ = 23,15 𝑥 12,05 𝑥 12,10
𝑣̅ = 3.375,38 𝑚𝑚3
𝑣̅ =3,37538 x 10−5 𝑚3

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2

∆𝑣 = √(12,05 𝑥 12,10)2 0,0252 + (23,125 𝑥 12,10)2 0,0252 + (23,125 𝑥 12,05)2 0,0252

∆𝑣 = √(21.259,09)0,000625 + (684.032,3789)0,000625 + (684.032,3789)0,000625

∆𝑣 = √13,28 + 48,93 + 48,53

∆𝑣 = √110,74
∆𝑣 = 10,52 𝑚𝑚3
𝑣̂ = 𝑣˳ ± ∆𝑣
=3.375,38 ± 10,52
Jadi range ketelitian Volume balok kayu adalah (3.364,86 – 3.385,9) 𝑚𝑚3
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
10,52
= 𝑥 100%
3.375,38

=3,1 %
𝑣𝑡 = 𝑥˳ ± ∆𝑥
𝑝̅ = 23,12 – 23,17mm
𝑙 ̅ = 12,02 – 12,07𝑚𝑚
𝑡̅ = 12,07 – 12,12 mm
C. Kelereng
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dari objek kelereng yang
diukur menggunakan jangka sorong.
1. Radius (r)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari radius dari kelereng.
1
𝑟= 𝑥𝑑
2
1
𝑟 = 𝑥 14,10
2
𝑟 = 7,05 𝑚𝑚3
1
∆𝑟 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡
2
1
∆𝑝 = 𝑥 0,01
2
∆𝑝 = 0,005
𝑟̂ = 𝑟˳ ± ∆𝑟
𝑟̂ = 7,05 mm ±0,005
Jadi range ketelitian radius kelereng adalah (7,045 – 7,055) mm
2. Volume (v)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume dari kelereng.
4
𝑣= 𝑥 𝜋𝑟 3
3
4
𝑣 = 𝑥 3,14 𝑥 (7,05)3
3
4
𝑣 = 𝑥 3,14 𝑥 (350,402625)
3
4
𝑣 = 𝑥 1.100,2642425
3
𝑣 = 1.467,01899 𝑚𝑚3
∆𝑣 = |4𝜋𝑟 2 |(∆𝑟)2
∆𝑣 = |4 𝑥 3,14 𝑥 (7,05)2 |(0,005)2
∆𝑣 = |4 𝑥 3,14 𝑥 49,7025|(0,000025)
∆𝑣 = |4 𝑥 156,06585|(0,000025)
∆𝑣 = 624,2634 𝑥 0,000025
∆𝑣 = 0,015606585
𝑣̂ = 𝑣˳ ± ∆𝑣
𝑣̂= 1.467,01899 mm ±0,015606585
Jadi range ketelitian volume kelereng adalah (1.467,00– 1.467,03) mm
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
0,015606585
= 𝑥 100%
1.467,01899

=0, 1 %

𝑟̂ = 7,04 – 7,05 mm

2.2.2 Data Berulang


Berikut ini merupakan perhitungan data berulang balok almunium dengan
menggunakan alat ukur jangka sorong
A. Panjang (p)
∑ 𝑝 57,15 + 57,425 + 56,30 + 56,25 + 56,125
𝑝̂ = =
𝑛 5
𝑝̂ = 56,65 mm

1 𝑛(∑ 𝑝2 ) − (∑ 𝑝)2
∆𝑝 = √
𝑛 𝑛−1

Panjang ∑ 𝑝2

57,15 3.266,1225
57,425 3.297,6306
56,30 3.169,69
56,25 3.164,0625
56,125 3.150,0156
2
(∑ 𝑝) = 283,25 ∑ 𝑝2 = 16.047,5212

1 5(16.047,5212) − (283,25)2
∆𝑝 = √
5 5−1
1 5(16.047,5212) − (80.230,5625)
∆𝑝 = √
5 4

1 (80.237,606) − (80.230,5625)
∆𝑝 = √
5 4

1 7,0435
∆𝑝 = √
5 4
1
∆𝑝 = √1,760875
5
1
= 𝑥1,3269796532
5
=0,265
𝑝̂ = p˳ ± ∆𝑝
𝑝̂ = 56,65 ± 0,265
Jadi range ketelitian Panjang balok almunium adalah 56,195 mm –56,385
mm
B. Lebar (l)
∑ 𝑙 18,25 + 18,25 + 18,15 + 18,05 + 18,25
𝑙̂ = =
𝑛 5
𝑙̂= 18,19 mm

1 𝑛(∑ 𝑙 2 ) − (∑ 𝑙 )2
∆𝑙 = √
𝑛 𝑛−1

Lebar ∑ 𝑙2

18,25 333,0625
18,25 333,0625
18,15 329,4225
18,05 325,8025
18,25 333,0625
2
(∑ 𝑙) = 90,95 ∑ 𝑙 2 = 1.654,4125
1 5(1.654,4125) − (90,95)2
∆𝑙 = √
5 5−1

1 5(1.654,4125) − (8.271,9025)
∆𝑙 = √
5 4

1 (8.272,0625) − (8.271,9025)
∆𝑙 = √
5 4

1 0,16
∆𝑙 = √
5 4
1
∆𝑙 = √0,04
5
1
= 𝑥0,2
5
=0,04
𝑙̂ = l˳ ± ∆𝑙
𝑙̂ = 18,19 ± 0,04
Jadi range ketelitian lebar balok almunium adalah 18,15 mm –18,23 mm
C. Tinggi (t)

∑ 𝑡 18,05 + 18,25 + 18,15 + 18,05 + 18,25


𝑡̂ = =
𝑛 5
𝑡̂= 18,15 mm

1 𝑛(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡 )2
∆𝑡 = √
𝑛 𝑛−1

Tinggi ∑ 𝑡2

18,05 325,8025
18,25 333,0625
18,15 329,4225
18,05 325,8025
18,25 333,0625
2
(∑ 𝑡) = 90,75 ∑ 𝑡 2 = 1.647,1525
1 5(1.647,1525) − (90,75)2
∆𝑡 = √
5 5−1

1 5(1.647,1525) − (8.235,5625)2
∆𝑡 = √
5 4

1 (8.235,7625) − (8.235,5625)
∆𝑡 = √
5 4

1 0,05
∆𝑡 = √
5 4
1
= 𝑥0,2
5
=0,04
𝑡̂ = t˳ ± ∆𝑡
𝑡̂ = 18,15 ± 004
Jadi range ketelitian tinggi balok almunium adalah 18,11 mm –18,19 mm
D. Volume (v)

𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣1 = 57,15 𝑥 18,25 𝑥 18,05
= 18.825,9 𝑚𝑚3
=1,88259 x 10−5 𝑚3

𝑣2 = 57,425 𝑥 18,25 𝑥 18,25


= 19.126,1 𝑚𝑚3
=1,91261 x 10−5 𝑚3

𝑣3 = 56,30 𝑥 18,15 𝑥 18,15


= 18.546,5 𝑚𝑚3
=1,85465 x 10−5 𝑚3

𝑣4 = 56,25 𝑥 18,05 𝑥 18,05


= 18.326,4 𝑚𝑚3
=1,83264 x 10−5 𝑚3

𝑣5 = 56,125 𝑥 18,25 𝑥 18,25


= 18.693,1 𝑚𝑚3
=1,86931 x 10−5 𝑚3

∑ 𝑣 18.825,9 + 19.126,1 + 18.546,5 + 18.326,4 + 18.693,1


𝑣̂ = =
𝑛 4
93.518
𝑣̂ =
5
𝑣̂= 18.703,6 𝑚𝑚3

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2

∆𝑣 = √(18,19 𝑥 18,15)2 0,2652 + (56,65 𝑥 18,15)2 0,042 + (56,65 𝑥 18,19)2 0,042

∆𝑣 = √(108.998)0,07 + (1.057.190)0,0016 + (1.061.855)0,0016

∆𝑣 = √7.629,8 + 1.691,5 + 1.698,9

∆𝑣 = √11.020,2
∆𝑣 = 104,9 𝑚𝑚3

𝑣̂ = 𝑣˳ ± ∆𝑣
=18.703,6 ± 104,9
Jadi range ketelitian Volume balok almunium adalah 18.598,7 𝑚𝑚3 – 18.808,5 𝑚𝑚3

KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
104,9
= 𝑥 100%
18.704,6
=0,5 %
2.3 Pengukuran Dengan Mikrometer Sekrup
Berikut ini merupakan perhitungan data tunggal dan data berulang dengan
menggunakan Mikrometer Sekrup.
2.3.1 Data Berulang Balok Kayu
Berikut ini merupakan perhitungan data berulang balok kayu dengan
menggunakan alat ukur mikrometer sekrup.
A. Panjang (p)

∑ 𝑝 25,22 + 25,038 + 25,045 + 25,039 + 25,041


𝑝̂ = =
𝑛 5
𝑝̂ = 25,037

1 𝑛(∑ 𝑝2 ) − (∑ 𝑝)2
∆𝑝 = √
𝑛 𝑛−1
P ∑P 2 (∑P)2
25,022 626,10 125,18
25,038 626,90 125,18
25,045 627,25 ___________x
25,039 626,95
25,041 627,05
125,18 3.134,25 15.670,03

1 5(3134,25) − (15.670,03)
∆𝑝 = √
5 5−1

1 5(3134,25) − (15.670,03)
∆𝑝 = √
5 4

1 1,22
∆𝑝 = √
5 4

1
∆𝑝 = √0,305
5

1
∆𝑝 = x 0,55 = 0,11
5
𝑝̂ = p˳ ± ∆𝑝
𝑝̂ = 25,0,37 ± 0,11
Jadi range ketelitian Panjang balok kayu adalah (24,927 – 25,147) mm
B. 𝐋𝐞𝐛𝐚𝐫 (𝐥)
∑ 𝑙 13,046 + 13,035 + 13,045 + 13,030 + 13,015
𝑙̂ = =
𝑛 5
𝑙̂= 13,0342 mm

1 𝑛(∑ 𝑙 2 ) − (∑ 𝑙 )2
∆𝑙 = √
𝑛 𝑛−1

P ∑P 2 (∑P)2
13,046 626,10 65,17
13,035 626,90 65,17
13,045 627,25 ___________x
13,030 626,95
13,015 627,05
65,17 849,44 4.247,1

1 5(849,44) − (65,17)2
∆𝑙 = √
5 5−1

1 4.247,2 − 4.247,1
∆𝑙 = √
5 4

1 0,1
∆𝑙 = √
5 4

1
∆𝑙 = . 0,025 = 0,005
5
𝑙̂ = l˳ ± ∆𝑙
𝑙̂ = 13,0342 ± 0,004
Jadi range ketelitian lebar balok kayu adalah (13,0292 –13,0392) mm
C. Tinggi (t)
∑ 𝑡 15,036 + 15,045 + 15,046 + 15,025 + 15,030
𝑡̂ = =
𝑛 5
𝑡̂= 15,0364 mm
1 𝑛(∑ 𝑡 2 ) − (∑ 𝑡 )2
∆𝑡 = √
𝑛 𝑛−1

P ∑P 2 (∑P)2
15,036 226,08 75,128
15,045 226,35 75,128
15,046 226,38 ___________x
15,025 225,75
15,030 225,90
75,128 1.130,46 5.644,21

1 5(1.139,46) − (75,128)2
∆𝑡 = √
5 5−1

1 5.652,46 − 5.644,21
∆𝑡 = √
5 4

1 8,09
∆𝑡 = √
5 4
1
∆𝑡 = √2,0225
5
1
∆𝑙 = . 1,422 = 0,28
5
𝑡̂ = t˳ ± ∆𝑡
𝑡̂ = 15,0364 ± 0,28
Jadi range ketelitian Panjang balok alumunium adalah (14,7564 – 15,3164)
D. 𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 (𝐯)
𝑣̅ = 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝑡
𝑣1 = 25,022 𝑥 13,046 𝑥 25,036
= 4.908,30 𝑚𝑚3
= 4,9083𝑥 10−5 𝑚3
𝑣2 = 25,045 𝑥 17,035 𝑥 15,045
= 4.910,24 𝑚𝑚3
= 4,91024 𝑥 10−5 𝑚3
𝑣3 = 25,038 𝑥 13,035 𝑥 15,046
= 4.915,70 𝑚𝑚3
= 4,91570 𝑥 10−5 𝑚3
𝑣4 = 25,045 𝑥 13,030 𝑥 15,025
= 4.902,02 𝑚𝑚3
= 4,90202 𝑥 10−5 𝑚3
𝑣5 = 25,039 𝑥 15,015 𝑥 15,030
= 4.898,40 𝑚𝑚3 = 4,89840 𝑥 10−5 𝑚3
∑𝑣
𝑣̂ =
𝑛
4.908,30 + 4.910,24 + 4.915,70 + 4.902,02 + 4.898,40
=
5
𝑣̂= 4.906,93

𝛿𝑣 𝛿𝑣 𝛿𝑣
∆𝑣 = √| | ∆𝑝 + | | ∆𝑙 + | | ∆𝑡
𝛿𝑝 𝛿𝑡 𝛿𝑙

∆𝑣 = √(𝑙 𝑥 𝑡)2 ∆𝑝2 + (𝑝 𝑥 𝑡)2 ∆𝑙 2 + (𝑝 𝑥 𝑙 )2 ∆𝑡 2


∆𝑣

= √(13,0342 𝑥 15,0346)2 0,112 + (25,037 𝑥 15,0346)2 0,0052 + (25,037 𝑥 13,0342)2 0,282


∆𝑣
= √(38.401,88)0,0121 + (141.692,98)0,000025 + (106.469,01)0,0784

∆𝑣 = √464,66 + 3,54 + 8.349,28

∆𝑣 = √8.817,48
∆𝑣 = 93,90
𝑣̂ = 𝑣˳ ± ∆𝑣
= 4.906,93 ± 93,90
Jadi rata-rata volume ketelitiannya adalah 4.813,03 – 5.000,83
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
93,90
= 𝑥 100%
4.906,93
= 1,91 %
2.3.2 Kelereng
Berikut ini merupakan perhitungan data berulang kelereng dengan
menggunakan alat ukur mikrometer sekrup.
A. Radius
∑ 𝑑 15,09 + 15,08 + 15,02 + 15,01 + 15,01
𝑑̅ = =
𝑛 5
𝑑̅ = 15,042
1
𝑟= 𝑥 𝑑̅
2
1
= 𝑥 15,042
2
= 7,512
1
𝑟1 = 𝑥 𝑑̅
2
1
= 𝑥 15,09
2
= 7,545
1
𝑟2 = 𝑥 𝑑̅
2
1
= 𝑥 15,08
2
= 7,54
1
𝑟3 = 𝑥 𝑑̅
2
1
= 𝑥 15,02
2
= 7,51
1
𝑟4 = 𝑥 𝑑̅
2
1
= 𝑥 15,01
2
= 7,505
1
𝑟5 = 𝑥 𝑑̅
2
1
= 𝑥 15,01
2
= 7,505

1 𝑛(∑ 𝑟 2 ) − (∑ 𝑟)2
∆𝑟 = √
𝑛 𝑛−1
r ∑r 2 (∑𝑟)2
7,545 56,927025 37,605
7,54 56,8516 37,605
7,51 56,4001 ___________x
7,505 56,325025
7,505 56,325025

37,605 282,828775 1.414,136025

1 5(282,828775) − (37,605)2
∆𝑟 = √
5 5−1

1 5(282,828775) − (1.414,136025)
∆𝑟 = √
5 4

1 (1.414,143875) − (1.414,136025)
∆𝑟 = √
5 4

1 0,00785
∆𝑟 = √
5 4
1
∆𝑟 = √0,0019625
5
1
∆𝑟 = 𝑥 0,04
5
∆𝑟 = 0,008
𝑟̂ = 𝑟 ± ∆𝑟
𝑟̂ = 7,512 ± 0,008
Jadi range ketelititian kelereng adalah (7,504 – 7,520) mm
B. Volume
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume kelereng
4 3
𝑣= 𝜋𝑟
3
4
𝑣 = 𝑥 3,14 𝑥 7,5123
3
4
𝑣 = 𝑥 3,14 𝑥 423,903241728
3
4
𝑣 = 𝑥 1.331,0561790259
3
𝑣 = 1.774,7415720345𝑚𝑚3

∆𝑣 = √(4𝜋𝑟 2 )(∆𝑟)2

∆𝑣 = √(4 𝑥 3,14 𝑥 7,5122 )(0,008)2

∆𝑣 = √(708,76260864)(0,000064)

∆𝑣 = √0,045360807
∆𝑣 = 0,2129807667 𝑚𝑚3
KTPr
∆𝑣
= 𝑥 100%
𝑣
0,2129807667
= 𝑥 100%
1.774,7415720345

= 0,01 %
𝑣
̂𝑥 = 𝑥 ± ∆𝑥
𝑟̂ = 7,512 ± 0,008
2.4 Gelas Ukur
Berikut ini merupakan perhitungan dari hasil pengukuran gelas ukur pada saat
praktikum.
2.4.1 Dua kelereng
Berikut ini adalah perhitungan dari hasil praktikum dengan menggunakan dua
buah kelereng menggunakan gelas ukur.
A. Volume (v)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume dari gelas ukur.
𝑣 = 𝑣𝑡 − 𝑣0
=60,5 – 60,1
=0,4
B. Massa (m)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari massa dari gelas ukur.
m=n x gr
=2 x 30
=60 gr
C. Massa Jenis (p)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari massa jenis dari gelas ukur.
𝑚
𝜌=
𝑣
60
𝜌=
0,4
𝑔𝑟
= 150 ⁄𝑚𝑙
D. Konversi
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mengkonversi massa jenis.
1. Ke liter
𝑔𝑟
= 150 ⁄𝑚𝑙

= 1,5 𝑥 10−4 𝑙
2. Ke cc
= 1,5 𝑥 10−4 𝑙
= 1,5 𝑥 10−1 𝑐𝑐
= 0,15 cc
𝑘𝑔⁄
3. Ke 𝑚3
𝑔𝑟
= 150 ⁄𝑚𝑙
𝑘𝑔
= 150.000 ⁄𝑚3
2.4.2 Empat kelereng
Berikut ini adalah perhitungan dari hasil praktikum dengan menggunakan dua
buah kelereng menggunakan gelas ukur.
A. Volume (v)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari volume dari gelas ukur.
𝑣 = 𝑣𝑡 − 𝑣0
=60,9 – 60,1
=0,8
B. Massa (m)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari massa dari gelas ukur.
m=n x gr
=(1 𝑥 15) + (3 𝑥 30)
=105 gr
C. Massa Jenis (p)
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mencari massa jenis dari gelas ukur.
𝑚
𝜌=
𝑣
105
𝜌=
0,8
𝑔𝑟
= 131,25 ⁄𝑚𝑙
D. Konversi
Berikut ini merupakan perhitungan untuk mengkonversi massa jenis.
1. Ke liter
𝑔𝑟
= 131,25 ⁄𝑚𝑙

= 1,3125 𝑥 10−4 𝑙
2. Ke cc
= 1,3125 𝑥 10−4 𝑙
= 1,3125 𝑥 10−1 𝑐𝑐
= 0,13125 cc
𝑘𝑔⁄
3. Ke 𝑚3
𝑔𝑟 𝑘𝑔
= 131,25 ⁄𝑚𝑙 = 131.250 ⁄𝑚3
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Bab III ini akan membahas tentang pembahasan dan analisis perhitungan data
tunggal dan data berulang dengan mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup, dan
menggunakan gelas ukur.
3.1 Perhitungan Data Tunggal
Pada subab ini tim praktikan akan menganalisis dan membahas perhitungan
data tunggal.
3.1.1 Perhitungan Dengan Mistar
A. Balok putih
1. Range ketelitian panjang
Berdasarkan pengukuran range ketelitian panjang benda menghasilkan
1
ukuran 41 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑝 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga
2

menghasilkan range ketelitian (40,50 mm- 41,50 mm).


2. Range ketelitian lebar
Berdasarkan pengukuran range ketelitian lebar benda menghasilkan
1
ukuran 20 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑙 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (20,025 mm– 20,075 mm).


3. Range ketelitian tinggi
Berdasarkan pengukuran range ketelitian tinggi benda menghasilkan
1
ukuran 16 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑡 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (19,50 mm - 20,50 mm).


B. Balok kayu
1. Range ketelitian panjang
Berdasarkan pengukuran range ketelitian panjang benda menghasilkan
1
ukuran 26 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑝 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (25,50 mm - 26,50 mm).


2. Range ketelitian lebar
Berdasarkan pengukuran range ketelitian lebar benda menghasilkan
1
ukuran 16 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑙 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (12,025 mm – 12,075 mm).


3. Range ketelitian tinggi
Berdasarkan pengukuran range ketelitian tinggi benda menghasilkan
1
ukuran 16 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑡 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (19,5 mm - 20,5 mm).


3.1.2 Pengukuran Dengan Jangka Sorong
A. Balok kayu
1. Range ketelitian panjang
Berdasarkan pengukuran range ketelitian panjang benda menghasilkan
1
ukuran 23,15 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑝 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (23,15 mm – 23,17 mm).


2. Range ketelitian lebar
Berdasarkan pengukuran range ketelitian lebar benda menghasilkan
1
ukuran 12,05 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑙 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (12,2 mm – 12,7 mm).


3. Range ketelitian tinggi
Berdasarkan pengukuran range ketelitian tinggi benda menghasilkan
1
ukuran 12,10 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑡 = 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga
2

menghasilkan range ketelitian (12,7 mm – 12,12 mm).


B. Balok putih
1. Range ketelitian panjang
Berdasarkan pengukuran range ketelitian panjang benda menghasilkan
1
ukuran 41 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑝 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (40,50 mm- 41,50 mm).


2. Range ketelitian lebar
Berdasarkan pengukuran range ketelitian lebar benda menghasilkan
1
ukuran 20 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑙 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (20,025 mm– 20,075 mm).


3. Range ketelitian tinggi
Berdasarkan pengukuran range ketelitian tinggi benda menghasilkan
1
ukuran 16 mm. Menggunakan persamaan ∆𝑡 = 2 𝑥 𝑛𝑠𝑡 sehingga

menghasilkan range ketelitian (19,50 mm - 20,50 mm).


C. Kelereng
1. Range ketelitian diameter
Berdasarkan pengukuran range ketelitian tinggi benda menghasilkan
1
ukuran 14,10 mm. Menggunakan persamaan 𝑟 = 2 𝑥 𝑑 sehingga

menghasilkan range ketelitian (7,04 mm – 7,05 mm).


3.2 Perhitungan Data Kelompok
Pada subab ini tim praktikan akan menganalisis dan membahas perhitungan
data berulang.
3.2.1 Perhitungan Dengan Mistar
A. Balok alumunium
1. Range ketelitian panjang
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑝2 )+ (∑ 𝑝)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑝 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑝 57+56+56+56+56
keterangan 𝑝̂ = = yang merupakan rata-rata dari setiap
𝑛 5

hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ | dan


diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,2 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 56,4 mm - 56,0 mm.
2. Range ketelitian lebar
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑙 2 )+ (∑ 𝑙)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑙 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑝 57,15+57,425+56,30+56,25+56,125
keterangan 𝑝̂ =
𝑛
=
5
yang merupakan rata-rata dari
setiap hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ |
dan diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,2 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 56,195 mm –56,385 mm.
3. Range ketelitian tinggi
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑡 2 )+ (∑ 𝑡)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑡 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑡 18+18+18+18+17
keterangan 𝑡̂ =
𝑛
=
5
yang merupakan rata-rata dari setiap hasil
pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ | dan diambil
hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,2 mm dan diperoleh range ketelitiannya
adalah 18,11 mm –18,19 mm.
3.2.2 Perhitungan Dengan Jangka Sorong
A. Balok alumunium
1. Range ketelitian panjang
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑝2 )+ (∑ 𝑝)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑝 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑝 57,15+57,425+56,30+56,25+56,125
keterangan 𝑝̂ =
𝑛
=
5
yang merupakan rata-rata dari
setiap hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ |
dan diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,265 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 56,19 mm –56,38 mm.
2. Range ketelitian lebar
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑙 2 )+ (∑ 𝑙)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑙 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑙 18,25+18,25+18,15+18,05+18,25
keterangan 𝑙̂ = = yang merupakan rata-rata dari
𝑛 5

setiap hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ |


dan diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,04 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 18,15 mm –18,23 mm.
3. Range ketelitian tinggi
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑡 2 )+ (∑ 𝑡)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑡 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑡 18,05+18,25+18,15+18,05+18,25
keterangan 𝑡̂ = =
𝑛 5
yang merupakan rata-rata dari
setiap hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ |
dan diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,04 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 18,11 mm –18,19 mm.
3.2.3 Perhitungan Dengan Mikrometer Sekrup
A. Balok Kayu
1. Range ketelitian panjang
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑝2 )+ (∑ 𝑝)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑝 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑝 25,22+25,038+25,045+25,039+25,041
keterangan 𝑝̂ =
𝑛
=
5
yang merupakan rata-rata dari setiap
hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ | dan
diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,11 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 56,19 mm –56,38 mm.
2. Range ketelitian lebar
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk
1 𝑛(∑ 𝑙 2 )+ (∑ 𝑙)2
mencari range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑙 = √
𝑛 𝑛−1

∑𝑙 13,046+13,035+13,045+13,030+13,015
dengan keterangan 𝑙̂ = 𝑛 = 5
yang merupakan rata-rata
dari setiap hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari
|𝑥 − 𝑥̅ | dan diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,005 mm dan
diperoleh range ketelitiannya adalah 18,15 mm –18,23 mm.
3. Range ketelitian tinggi
Dalam pengukuran data berulang yang dilakukan dengan 5 kali
pengukuran untuk mendapatkan hasil yang mendekati nilai x o. Untuk mencari
1 𝑛(∑ 𝑡 2 )+ (∑ 𝑡)2
range ketelitian harus menggunakan rumus ∆𝑡 = √
𝑛 𝑛−1
dengan
∑𝑡 15,036+15,045+15,046+15,025+15,030
keterangan 𝑡̂ = 𝑛
= 5
yang merupakan rata-rata dari
setiap hasil pengukuran dan dibagi 5. Kemudian ∆𝒙 diperoleh dari |𝑥 − 𝑥̅ |
dan diambil hasil dari nilai Δx terbesar adalah 0,28 mm dan diperoleh range
ketelitiannya adalah 18,11 mm –18,19 mm.
B. Kelereng
1. Range ketelitian diameter
Berdasarkan pengukuran range ketelitian tinggi benda menghasilkan
1
ukuran 14,10 mm. Menggunakan persamaan 𝑟 = 2 𝑥 𝑑 sehingga ∑𝑑
𝑑̅ = 𝑛 =

15,09+15,08+15,02+15,01+15,01
5
dengan ketelitian 0,008 menghasilkan range ketelitian
(7,50 mm – 7,52 mm).
3.3 Perhitungan Gelas Ukur
Pada subab ini tim praktikan akan menganalisis dan membahas perhitungan
dari gelas ukur.
3.3.1 Dua kelereng
Menganalisis hasil dari perhitungan gelas ukur dengan menggunakan 2 buah
kelereng bening.
1. Volume
Untuk mencari hasil volume dari gelas ukur ini cukup mudah, tim
praktikan hanya memasukan hasil pengukuran pada saat praktikum dengan
menggunakan rumus 𝑣 = 𝑣𝑡 − 𝑣0 dan alhasil untuk mencari volume dengan
menggunakan 2 buah kelereng adalah 0,4 𝑚𝑚3
2. Massa
Untuk mencari hasil massa dari gelas ukur ini cukup mudah, tim
praktikan hanya memasukan hasil pengukuran pada saat praktikum dengan
menggunakan rumus 𝑚 = 𝑛𝑥 𝑔𝑟 dengan berat 1 kelereng adalah 30 gram,
alhasil tim praktikan mendapatkan hasil massa dengan menggunakan 2 buah
kelereng adalah 60 gram.
3. Massa Jenis
Untuk mencari hasil volume dari gelas ukur ini cukup mudah, tim
praktikan hanya memasukan hasil pengukuran pada saat praktikum dengan
𝑚
menggunakan rumus 𝜌 = dan alhasil untuk mencari massa jenis dengan
𝑣

menggunakan 2 buah kelereng adalah 150 𝑔𝑟⁄𝑚𝑙 yang kemudian

dikonversikan ke liter, cc, dan 𝑘𝑔⁄𝑚3


3.3.2 Empat kelereng
Menganalisis hasil dari perhitungan gelas ukur dengan menggunakan 4 buah
kelereng bening.
1. Volume
Untuk mencari hasil volume dari gelas ukur ini cukup mudah, tim
praktikan hanya memasukan hasil pengukuran pada saat praktikum dengan
menggunakan rumus 𝑣 = 𝑣𝑡 − 𝑣0 dan alhasil untuk mencari volume dengan
menggunakan 4 buah kelereng adalah 0,8 𝑚𝑚3
2. Massa
Untuk mencari hasil massa dari gelas ukur ini cukup mudah, tim
praktikan hanya memasukan hasil pengukuran pada saat praktikum dengan
menggunakan rumus 𝑚 = 𝑛𝑥 𝑔𝑟 dengan berat 1 kelereng bening adalah 30
gram, dan 1 kelereng putih adalah 15 gram, alhasil tim praktikan
mendapatkan hasil massa dengan menggunakan 3 buah kelereng bening dan
1 buah kelereng putih adalah 105 gram.
3. Massa Jenis
Untuk mencari hasil volume dari gelas ukur ini cukup mudah, tim
praktikan hanya memasukan hasil pengukuran pada saat praktikum dengan
𝑚
menggunakan rumus 𝜌 = dan alhasil untuk mencari massa jenis dengan
𝑣

menggunakan 4 buah kelereng adalah 131,25 𝑔𝑟⁄𝑚𝑙 yang kemudian

dikonversikan ke liter, cc, dan 𝑘𝑔⁄𝑚3

Anda mungkin juga menyukai