PENGERTIAN HIBAH
Menurut Pasal 1666 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(KUHPERDATA)
Penghibahan adalah suatu perjanjian oleh PEMBERI
HIBAH (Penghibah) pada waktu hidupnya dengan
Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
kemudian menyerahkan sesuatu barang guna
keperluan tertentu kepada PENERIMA HIBAH (yang
menerima penyerahan dari PEMBERI HIBAH
(Penghibah).
UNSUR PENGHIBAHAN :
PERJANJIAN
Hibah termasuk perjanjian sepihak,
yaitu perjanjian yang membebankan prestasi
(Hak & Kewajiban) hanya pada satu pihak saja
yaitu Si Penerima Hibah.
Perjanjian hibah bisa dilakukan secara lisan
atau tertulis (Pasal 1687 KUHPERDATA),
Kecuali untuk Tanah dan Bangunan harus
dibuat secara tertulis menggunakan akta
Hibah yang dibuat oleh PPAT (Pasal 37 ayat 1
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran tanah
Diwaktu Hidupnya (Pemberi Hibah maupun Penerima
Hibah)
Pemberian Hibah dan pelaksanaan pembagiannya
dilakukan pada saat pemberi hibah masih
hidup.
Dengan Cuma-Cuma tidak dapat ditarik kembali
Pemberian Hibah tidak dapat ditarik kembali
kecuali atas syarat-syarat yang diatur pada
pasal 1672 KUHPERDATA dan 1688 KUHPERDATA.
Menyerahkan suatu barang.
Barang yang dijadikan obyek Hibah dalam
bentuk :
Barang Bergerak
(kendaraan bermoto, Perhiasan, uang)
Barang Tidak Bergerak
( tanah dan Bangunan)
SYARAT PENGATURAN PEMBERIAN HIBAH
Syarat Pemberian Hibah tidak seketat pemberian
warisan, Namum pelaksanaan pemberian hibah harus
tetap memperhatikan ketentuan hukum yang berlaku.
Sehingga pemberian hibah tersebut sah menurut
hukum.
HIBAH
Hibah adalah Pemberian suatu barang dari seorang
(Pemberi hibah) kepada orang lain pada saat masih
hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada
saat pemberi hibah masih hidup pula.
Pasal 1678 KUHPERDATA :
Penghibahan antara suami Istri selama
perkawinan mereka masih berlangsung, dilarang.
o Tetapi ketentuan ini tidak berlaku terhadap
hadiah atau pemberian berupa barang bergerak
yang berwujud, yang harganya tidak mahal
kalau dibandingkan dengan besarnya kekayaan
penghibah.
WASIAT
Wasiat adalah salah satu cara pewarisan, menurut
pasal 875 KUHPERDATA.
Wasiat adalah akta yang memuat pernyataan
seorang tentang apa yang dikehendakinya akan
terjadi setelah ia meninggal dunia.
Pemberian Wasiat diberikan pada saat pemberi
Wasiat masih hidup,
Pelaksanaan pemberian wasiat dilakukan pada
saat pemberi wasiat meninggal dunia.
WARIS
Pasal 874 KUHPERDATA menyatakan :
“bahwa segala harta peninggalan seorang yang
meninggal dunia, adalah kepunyaan para ahli
warisnya menurut undang-undang”,
Sejauh mengenai hal itu belum mengadakan
ketetapan yang sah.
o ketetapan yang sah adalah surat wasiat.
Jika terdapat surat wasiat yang sah, maka surat
wasiat tersebut harus dijalankan oleh para ahli
waris,
Sebaliknya
Apabila tidak ada surat wasiat, maka semua
harta peninggalan Pewaris adalah milik Ahli
Waris.
Wasiat pengangkatan waris (erfstelling)
Pemberi wasiat memberikan harta kekayaannya dalam
bentuk bagian (seluruhnya, setengah, sepertiga).
h. Penetapan Pengadilan
Hukum Islam
Dalam hukum islam, pengangkatan anak tidak
membawa akibat hukum dalam hubungan darah,
hubungan mewali-wali dan hubungan waris mewaris
dengan orang tua angkat.
Peraturan Perundang-undangan
Dalam sistem staatblaad 1917 No, 129, akibat
hukum dari pengangkatan anak adalah anak
tersebut secara hukum memperoleh nama dari
bapak angkat, dijadikan sebagai anak yang
dilahirkan dari perkawinan orang tua angkat.
Artinya, akibat pengangkatan anak tersebut maka
terputus segala hubungan perdata, yang
berpangkal pada keturunan karena kelahiran,
yaitu antara orang tua kandung dan anak
tersebut.
A. ANALISA
Berdasarkan Isu Hukum, maka menurut kami telah
terjadi Perbuatan Melawan hukum oleh MULYONO dan
SUJIATI selaku Pihak yang menguasai harta warisan
PRAWIRO dan PAINI.
B. KESIMPULAN
1. Bahwa kesimpulan yang dapat kami tuangkan dalam
Legal Opini ini adalah Klien kami Bapak NURALI
berhak mengajukan Gugatan Perbuatan Melawan hukum
kepada MULYONO dan SUJIATI karena tidak sesuai
dengan 832 KUHPerdata yang berbunyi :
“Menurut Undang-undang yang berhak untuk menjadi
Ahli Waris adalah Para Keluarga sedarah baik sah
maupun luar nikah dan si suami atau isteri yang
hidup terlama, semua menurut peraturan di bawah
ini”
Malang .............
Hormat Kami
Konsultan Hukum
Pasal 1666
Hibah Adalah suatu perjanjian dengan mana si Penghibah
diwaktu hidupnya dengan Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat
ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna
keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan
itu.
Catatan :
undangundang tidak mengakui selain hibah-hibah diantara
orang yang masih hidup. (KUHPerdata R. Subekti)
Pasal 957
Hibah wasiat ialah suatu penetapan khusus, dimana
pewaris memberikan kepada satu atau beberapa orang
barang-barang tertentu atau semua barang-barang dan
macam tertentu.
Misal : semua barang –barang bergerak atau baran-barang
tetap atau hak pakai hasil atas sebagian atau semua
barangnya.
Pasal 1683
Tiada suatu penghibahan pun mengikat penghibah atau
mengakibatkan sesuatu sebelum penghibahan diterima
dengan kata-kata tegas oleh yang diberi hibah atau oleh
wakilnya yang telah diberi kuasa olehnya untuk menerima
hibah yang telah atau akan dihibahkannya itu.