waktu hidupnya, dengan Cuma-Cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali,
penyerahan itu.” dari Pasal 1666 KUHPerdata dapat dilihat unsur dalam hibah,
antara lain:
4) Terdapat benda yang diserahkan, yang telah diatur dan sesuai dengan
dapat mengenai benda-benda yang sudah ada, jika ada itu meliputi
Larangan dalam Hibah diatur dalam Pasal 1668 Kitab Undang-undang Hukum
untuk menjual atau memberikan kepada orang lain suatu benda termasuk dalam
benda tidak bergerak, atau bahwa ia dapat memberikan nikmat hasil atau
kenikmatan tersebut kepada orang lain, adalah hal mana harus diperhatikan
Kompilasi Hukum Islam mengatur mengenai Hibah, yakni dalam Pasal 210
sampai dengan pasal 214 Kompilasi Hukum Islam (disebut KHI). Kompilasi
Hukum Islam mengatur Hibah yang penerapannya dapat terkait dengan waris atau
harta waris, dan untuk peralihan Hibah harus di buktikan dengan Akta notariil.
bendanya kepada orang lain atau lembaga dihadapan dua orang saksi untuk
dimiliki.
Pasal 212 Kompilasi Hukum Islam, “Hibah tidak dapat ditarik kembali, kecuali
Pasal 213 Kompilasi Hukum Islam, “Hibah yang diberikan pada saat pemberi
hibah dalam keadaan sakit yang dekat dengan kematian, maka harus mendapat
Pasal 214 Kompilasi Hukum Islam, “Warga Negara Indonesia yang berada di
Negara Asing dapat membuat surat hibah dihadapan Konsulat atau Kedutaan
Pasal 1682 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, “Tiada suatu hibah kecuali
yang disebutkan dalam Pasal 1687, dapat atas ancaman batal, dilakukan
selainnya dengan akta notaris, yang aslinya disimpan oleh notaris itu.”
Pasal 1683 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, “Tiada suatu hibah mengikat si
saat penghibahan itu dengan kata-kata yang tegas diterima oleh si penerima hibah
sendiri atau oleh seorang yang dengan suatu akta otentik oleh si penerima hibah
diberikan oleh si penerima hibah atau akan diberikan kepadanya dikemudian hari.
Jika penerima hibah tersebut telah dilakukan di dalam suratnya hibah sendiri,
maka itu akan dapat dilakukan di dalam suatu akta otentik, kemudian yang aslinya
harus disimpan, asal yang demikian itu dilakukan di waktu si penghibah masih
hidup, dalam hal mana penghibahan terhadap orang yang terakhir hanya berlaku