SANI HANAFI
NPM : 2174201001549
SEMESTER : III B / SORE
FAKULTAS : HUKUM
C. WASIAT
1. Mengenai wasiat, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam penjelasan Udang-
Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undnag-Undang Peradilan
Agama dijelaskan bahwa definisi wasiat adalah : “Perbuatan seseorang memberikan
sesuatu kepadaorang lain atau lembaga/badan hukum, yang berlaku setelah yang
memberi tersebut meninggal dunia”. Namun, Undang-Undang tersebut tidak
mengatur lebih jauh tentang wasiat. Ketentuan lebh detail diatur dalam Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam KHI,
wasiat ditempatkan pada bab V, dan diatur melalui 16 pasal.
2. Ketentuan mendasar yang diatur didalamnya adalah tetang sarat orang membuat
wasiat, harta benda ang diwasiatkan, kapan wasiat mulai berlaku, dimana wasiat
diakukan, seberapa banyak maksimal waisat dapat diberikan, bagaimana kedudukan
wasiat kepada ahli waris, dalam wasiat harus disebut dengan jelas siapa yang akan
menerimaharta benda wasiat, kapan wasiat batal, wasiat mengenai hasil investasi,
pencabutan wasiat, bagaimana jika harta wasiat menyusut, wasiat melebihi sepertiga
sedang ahli waris tidak setuju, dimana surat wasiat disimpan, bagaimana jika wasiat
dicabut, bagaimana jika pewasiatan meninggal dunia, wasiat dalam kondisi
perang,wasiat dalam perjalanan,kepada siapa tidakdiperbolehkan wasiat, bagi siapa
wasiat tidak berlaku, wasiat wajibah bagi orang tua angkat dan besarnya, dan wasiat
wajibah bagi anak angkat serta besarnya.
D. HIBAH
Secara spesifik penjelasan mengenai masalah hibah terdapat pada Undang-Undang
Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama menjelaskan lebih lanjut mengenai : “pemberian suatu benda
secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain
atau badan hukum untuk dimiliki”. Atau pun pada Pasal Pasal 1666 KUHPerdata yang
menjelaskan “dalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya,
dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda
guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu”.
E. WAKAF
Wakaf menurut bahasa Arab berarti “al-habsu”, yang berasal dari kata kerja habasa-
yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau memenjarakan. Kemudian kata ini
berkembang menjadi “habbasa” dan berarti mewakafkan harta karena Allah.1 Kata
wakaf secara etimologis berasal dari kata kerja waqafa (fiil madi)-yaqifu (fiil mudari‟)-
waqfan (isim masdar) yang berarti berhenti, menahan atau berdiam di tempat atau tetap
berdiri.
Adapun menurut istilah, wakaf berarti berhenti atau menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah, serta
dimaksudkan untuk mendapat keridhaan Allah SWT. Pengertian wakaf dirumuskan
dalam ketentuan Pasal 215 angka 1 Kompilasi Hukum Islam, yang menyatakan bahwa
wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya
guna kepentingan ibadat atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama.
Ketentuan dalam Pasal 215 angka 4 Kompilasi Hukum Islam menentukan, bahwa benda
wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya
tanah yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, pengertian wakaf
adalah perbuatan hukum wakif (pihak yang mewakafkan harta benda miliknya) untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
F. ZAKAT
Zakat adalah salah satu karakteristik ekonomi islam mengenai harta yang tidak terdapat
dalam perekonomian lainnya. Sistem perekonomian di luar Islam tidak mengenal
tuntunan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagain harta tertentu sebagai
pembersih jiwa, dari sifat kikir, dengki dan dendam. Pengertian zakat adalah harta yang
wajib disisihkan oleh seorang Muslim atau badan hukum yang dimiliki olehorang
Muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya, KHI tidak menyinggung pengaturan zakat.
G. INFAQ
Infaq dalam penjelasan Udang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 diartikan dengan :
“perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan,
baik berupa makanan, minumam, mendermakan, memberikanrezqi (karunia), atau
menafkahkan sesyatu kepada seseorang lainberdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah
SWT”. Kewenangan Pengadilan Agama inibelum pernah diatur secara tersendiri dalam
bentuk peraturan perundang-undangan, dan dalam Undang-Undang ini juga tak diatur
lebih lanjut.
H. SHADAQAH
Shadaqah berasal dari kata shadaqa yang berarti „benar‟. Menurut terminologi syari‟at,
pengertian shadaqah sama dengan pengertian infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-
ketentuannya. Hanya saja, jika infaq selalu berkaitan dengan materi, shadaqah memiliki
arti yang lebih luas, menyangkut hal yang bersifat nonmateriil. Shadaqah adalah suatu
pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah tertentu, suatu pemberian yang diberikan oleh
seseorang sebagai suatu kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata.
Secara syara’, shadaqah diartikan sebagai sebuah pemberian seseorang ikhlas kepada
orang yang berhak menerima yang diiringi juga oleh pahala dari Allah. Shadaqah
mencakup arti yang lebih luas dan menyangkut hal-hal yang bersifat non material.
I. EKONOMI SYARI’AH
Ekonomi Syariah menurut beberapa ahli:
1. Menurut M.A. Manan ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
2. Menurut Prof. Dr. Zainuddin Ali, pengertian Ekonomi Syariah adalah kumpulan
norma hukum yang bersumber dari al-quran dan hadits yang mengatur perekonomian
umat manusia.
3. Menurut Dr. Mardani, pengertian ekonomi syariah yaitu kegiatan atau usaha yang
dilakukan oleh per orang atau kelompok atau badan usaha yang berbadan hukum dan
tidak berbadan hukum dalam rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial
dan tidak komersial menurut prinsip syariah. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian ekonomi syariah adalah suatu sistem ekonomi yang
bersumber dari nilainilai Islam (Al-Quran dan Hadits) yang dijadikan pedoman dalam
memenuhi kebutuhan hidup setiap manusia demi menjaga kelangsungan hidupnya