Anda di halaman 1dari 15

Oleh: Imran Nating, S.H., M.H.

(Sekjend Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia)

Disampaikan dalam Diskusi Publik:


Kajian Perubahan UU No. 42 Tahun 1999 ttg Jaminan Fiducia
Fakultas Hukum-UI, 16 November 2018

Prepared by Imran Nating 1


I. Kreditor Pemegang Hak Jaminan Dalam Kepailitan

a. Permohonan Pailit terhadap debitor macet oleh Kreditor Pemegang


Jaminan

Pasal 2 ayat (1) UUK, tegas mengatur bahwa permohonan pailit dapat
diajukan oleh Kreditor dan Debitor, sepanjang memenuhi ketentuan bahwa
debitor memiliki minimal 2 kreditor dan sedikitnya satu telah jatuh tempo.

Bank sebagai pemegang jaminan adalah kreditor bagi debitur pemberi


jaminan, karenanya bank berhak mengajukan permohonan pailit terhadap
kreditor yang tidak melunasi kreditnya (macet).

Prepared by Imran Nating 2


b. Harta Jaminan Dalam Kepailitan

Ketika debitur dinyatakan pailit, maka seluruh harta milik debitur menjadi
harta pailit. Harta debitur yang menjadi harta pailit meliputi harta yang
dijaminkan maupun yang tidak dijaminkan.

Bedanya, terhadap harta yang tidak dijaminkan semuanya berada didalam


sita umum sejak tanggal putusan pailit, sehingga siapa pun tidak dapat
melakukan tindakan hukum atas harta pailit tersebut, kecuali oleh Kurator.

Untuk harta yang dijaminkan, tidak terkena sita umum, sehingga


pemegang jaminan tetap dapat melakukan eksekusi atas harta tersebut
(Pasal 55 ayat (1)setelah melewati masa stay 90 hari (Pasal 56 ayat (1).

Prepared by Imran Nating 3


c. Kedudukan Kreditor Pemegang Jaminan Dalam Kepailitan

Kreditor pemegang jaminan maupun yang tidak memegang jaminan, mendapat


perlakukan yang sama dalam kepailitan. Bedanya hanya pada hak eksekusi, dan
atau pada proses pemungutan suara dalam pembahasan perdamaian.

Kedudukan dan perlakuan sama tersebut, berlaku bagi kedua kreditur pemegang
jaminan dan non jaminan, baik dalam masa pengurusan maupun dalam tahap
pemberesan kepailitan. Semua kreditur harus melakukan tahap pengajuan tagihan
dan proses verifikasi dan pada tahap pemberesan, semua harus menunggu tahapan
pembagian sesuai daftar pembagian yang telah disusun oleh kurator dan
ditetapkan oleh hakim pengawas.

Kekhususan kreditur pemegang jaminan, hanya pada peluang untuk melakukan


eksekusi sendiri, seolah-olah tidak ada kepailitan, yang kemudian dari hasil eksekusi
tersebut, pemegang jaminan dapat mengambil pelunasan piutang terlebih dahulu.
Hak-hak istimewa tersebut dijamin oleh UU.

Prepared by Imran Nating 4


II. Hak Dan Kewajiban Kreditor Pemegang Jaminan Kebendaan Dalam
Kepailitan

a.. Hak Eksekusi Dan Masa Stay

Pasal 55 ayat (1) UUK, memberikan jaminan bahwa kreditur pemegang


jaminan berhak melakukan eksekusi atas harta yang dijaminkan kepadanya,
seolah-olah tidak ada kepailitan.

“Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


56, Pasal 57, dan Pasal 58, setiap kreditor pemegang gadai, JAMINAN FIDUSIA,
hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat
mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan”

Namun, hak di atas, oleh Pasal 56 ayat (1) UUK, ditangguhkan untuk masa
maksimal 90 hari (masa stay) atau hingga insolvensi atau berakhirnya
kepailitan yang lebih cepat.

Prepared by Imran Nating 5


b. Kedudukan Hukum Kreditor Pemegang Jaminan Dalam Proses
Perdamaian

Pemegang jaminan memiliki hak opsi dalam perdamaian. Pemegang


jaminan bisa ikut dalam proses perdamaian (voting) atau tidak ikut. Jika
ikut, maka berdasar Pasal 149 UUK, pemegang jaminan telah melepas hak
kreditur separatisnya. Beralihnya kedudukan kreditur separatis ke kreditur
konkuren juga berlaku jika perdamaian tidak tercapai.

Hasil perdamaian, tidak mengikat kreditur pemegang jaminan!

Berbeda dengan Kepailitan, dalam PKPU, Pasal 281 ayat (1) huruf b,
memberi hak pilih kepada kreditur separatis tanpa adanya pengalihan
status kreditur dari separatis ke konkuren.

Prepared by Imran Nating 6


III. Eksekusi Harta Pailit Oleh Kreditor Pemegang Jaminan
a. Hak eksekusi dalam Pasal 59 ayat (1) jo. Pasal 178 UUK;
UUK mengatur bahwa hak eksekusi kreditur pemegang jaminan adalah
selama 60 hari, terhitung sejak insolvensi.
Dalam praktek masa 60 hari ini, sering menjadi pertentangan antara bank
sebagai kreditur pemegang jaminan dengan kurator. Pertentangan ini
terkait dengan siapa yang berhak melakukan penjualan jika dalam masa
60 hari, bank belum berhasil menjual!
Apakah hak tersebut masih berada pada bank atau harus beralih kepada
kurator!
Pertentangan tersebut, hingga saat ini masih terus berlangsung.
Hal ini menjadi koreksi bagi UUK yang tidak tegas mengatur hal ini.

Prepared by Imran Nating 7


Pasal 59 ayat (1) UUK:
“dengan tetap memperhatiakn ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58,
kreditur pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1)
harus melaksanakan haknya dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua)
bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 178 ayat (1)”

Bagi kurator, yang menjadi dasar untuk meminta dan melakukan penjualan
setelah waktu 60 hari kreditur pemegang jaminan tidak berhasil menjual,
adalah ketentuan Pasal 59 ayat (2) UUK:
“ setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kurator harus menuntut diserahkannya benda yang menjadi agunan untuk
selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
185, tanpa mengurangi hak kreditor pemegang hak tersebut atas hasil
penjualan agunan tersebut”

Prepared by Imran Nating 8


Dari kedua ayat Pasal 59 tersebut, dalam praktek ternyata terus
menjadi pertentangan bagi kreditur pemegang jaminan dan Kurator.

Bank berpendapat bahwa masa 60 hari adalah masa memulai proses


penjualan, bukan harus telah terjual. Sementara bagi kurator,
sebagaimana perintah Pasal 59 ayat (2), harus meminta benda
tersebut untuk kemudian dijual oleh kurator.

Pertentangan kedua ayat di atas, diperparah dengan penjelasan


Pasal 59 ayat (1): “ yang dimaksud dengan harus melaksanakan
haknya adalah bahwa kreditor sudah mulai melaksanakan haknya”

Prepared by Imran Nating 9


Pertentangan kewenangan menjual, ditambah dengan batas waktu! Jika menyimak
penjelasan di atas, yang diatur hanyalah bahwa “sudah mulai melaksanakan
haknya”. Ketentuan ini sangat tidak tegas menentukan, pada tahapan apa atau
kegiatan apa yang dianggap telah memulai melaksanakan haknya? Apakah proses
penilaian, pengumuman lelang atau pelaksanaan lelang?

Lalu masalah berikutnya adalah jika telah memulai haknya dalam masa 60 hari, lalu
sampai kapan hak tersebut berakhir? Jika ternyata lelang berulang-ulang di atas
waktu 60 hari masih tidak terjual, apakah hak menjualnya masih melekat pada
kreditur pemegang jaminan atau sudah harus diserahkan kepada kurator. Undang-
undang kepailitan tidak tegas mengatur tentang hal ersebut.

Catatan:
Jika kurator yang melakukan penjualan terhadap benda jaminan, maka atas hasil
penjualan tersebut harus dibayarkan terlebih dahulu kepada kreditur pemegang
jaminan tersebut.

Prepared by Imran Nating 10


b. Lewat Waktu Pelaksanaan/Tidak Melaksanakan Hak Eksekusi

Sebagaimana ketentuan Pasal 59 UUK, Jika bank/pemegang jaminan, tidak


melakukan hak eksekusi dalam masa 60 hari, baik karena dengan alasan
tidak menggunakan haknya, atau karena lewatnya waktu 60 hari, maka
demi hukum, Kurator yang akan melakasanakan penjualan benda jaminan
tersebut.

c. Dokumen Kepemilikan Harta Pailit

Demi hukum, adalah hak kreditur pemegang jaminan untuk menguasai


dokumen barang yang dijaminkan.

Prepared by Imran Nating 11


d. Hilangnya barang Jaminan

Jika barang jaminan hilang sebelum barang tersebut berada dalam kekuasaan
kurator dan masih berada dalam kekuasaan debitur pailit, maka yang
bertanggung jawab adalah debitur pailit.
Sebaliknya jika barang jaminan tersebut telah berada dalam kekuasaan kurator,
maka tanggung jawab atas hilangnya barang jaminan tersebut ada pada Kurator.

Kemudian jika barang tersebut hilang dan barang jaminan tersebut ada dalam
kekuasaan pemegang jaminan, maka pemegang jaminan yang bertanggung jawab
atas hilangya barang tersebut.

Prepared by Imran Nating 12


b. Hak Menjual: BANK X Vs Kurator

Bank X tidak berhasil melakukan eksekusi dalam waktu 60 hari, kemudian


diminta oleh Kurator, namun oleh Bank tidak diberikan karena menganggap
masih hak bank X.

Bagi bank X, mereka telah memulai proses eksekusi dalam waktu 60 hari,
sehingga sesuai ketentuan UUK, yang penting adalah telah memulai, bukan
harus terjual. Sementara bagi kurator setelah 60 hari, sesuai perintah UUK,
harus meminta harta tersebut diserahkan kepada Kurator.

Karena tidak ada titik temu, maka kedua pihak meminta fatwa ke MA,
namun fatwa tersebut tidak bisa dieksekusi oleh Para Pihak. Kurator
kemudian mengajukan gugatan ke PN Niaga untuk meminta putusan siapa
yang berhak melakukan penjualan atas benda jaminan tersebut.

Prepared by Imran Nating 13


IMRAN NATING
 Tempat TL : Palopo, 17 Januari 1975
Profesi : Advokat dan Kurator
Kontak : 0817-785953 / imrannating@yahoo.com

Pendidikan:
S1 Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (2000)
S2 Hukum Bisnis Universitas Indonesia (2004)

Organisasi Profesi:
Sekjend Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI, 2013-2016 & 2016-2019)
Wakil Ketua DPC PERADI Jakarta Selatan (2013-2018 & 2018-2023)

 Lain-Lain:
Pengajar Kepailitan pada Pendidikan Kurator dan Pendidikan Advokat
Narasumber Kepailitan dan PKPU pada pelatihan di bebeberapa Kampus, Bank dan Perusahaan
Anggota Tim Penyusun Naskah Akademik RUU Tentang Perubahan UU Kepailitan dan PKPU.
 Buku: “Peranan dan Tanggung Jawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit” (Rajawali Pers, 2004)

Prepared by Imran Nating 14


TERIMA KASIH
&
SEMOGA BERMANFAAT
Contact us:
Multika Building, 4th Floor, suite 415
Jl. Mampang Raya Kav.71-73,
Jakarta Selatan 12790
Telp/Fax: 021-7991457/021-7975108
Email: imran@inplaw.com
/imrannating@yahoo.com
www.inplaw.com

Anda mungkin juga menyukai