Anda di halaman 1dari 7

Diterjemahkan dari bahasa Afrikans ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS •AKSES TERBUKA Anda mungkin juga menyukai

- Karakterisasi Fisik-Mekanis dari Briket


Persiapan pencampuran batubara untuk briket batubara non- Bahan Bakar terbuat dari Campuran
Tongkol jagung dan sekam padi
karbonisasi HA Ajimotokan, SE Ibitoye, JK
Odusote dkk.

- Analisis nilai kalor, reduksi berat periode,


Mengutip artikel ini: Widododkk2018Konferensi IOP Ser.: Lingkungan Bumi. Sci.118012068 laju reaksi, energi aktivasi kelapa tua,
ampas kelapa muda
pembakaran briket, kakao
W Nuriana, A Suryanto dan M Kamal

- Pengukuran permeabilitas batubara


Lihatartikel online untuk pembaruan dan penyempurnaan.
mentah dan briket dari berbagai porositas
pada suhu yang berbeda
Letícia Teixeira Palla Braga dan Mateusz
Kudasik

Konten ini diunduh dari alamat IP 112.215.174.233 pada 14/03/2022 pukul 13:39
Kolokium Global tentang GeoSciences and Engineering 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan12131485(627081980) 012068 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 118/1/012068

Persiapan pencampuran batubara untuk briket batubara non-karbonisasi

Widodo1, D Fatimah1dan LM Estiaty1


1Pusat Penelitian Geoteknologi - Kompleks Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Jalan
Sangkuriang Bandung 40135, Indonesia
Email: widodohadiseputro@gmail.com

Abstrak.Mengacu pada target kebijakan energi nasional tahun 2025, pemerintah telah
mencanangkan penggunaan briket batubara sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah
dan kayu bakar. Briket non-karbonisasi dalam bentuk briket batubara maupun briket bio-
batubara banyak digunakan di industri kecil-menengah dan rumah tangga, dan jarang
digunakan oleh industri besar. Baku mutu briket batubara yang digunakan sebagai bahan baku
briket nonkarbonisasi adalah nilai kalor minimal 4.400 kkal/kg (adb); sulfur total maksimal 1%
(adb), dan kadar air <12% (adb). Pembentukan endapan batubara tergantung pada asal bahan
pembentuk batubara (tumbuhan), lingkungan pengendapan, dan kondisi geologi daerah
sekitarnya, sehingga kandungan batubara di setiap daerah akan berbeda baik jumlah maupun
kualitasnya. Oleh karena itu, kuantitas dan kualitas batubara di setiap daerah berbeda-beda
untuk memenuhi syarat dalam pembuatan briket hingga dilakukan blending. Selain
pencampuran batubara, perlu juga pemilihan bahan yang tepat dalam pembuatan briket
batubara dan briket bio-batubara. Formulasi campuran bahan yang tepat dalam pembuatan
briket, dapat dihasilkan dengan kualitas yang baik dan ramah lingkungan.

1. Perkenalan
Batubara adalah mineral organik yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan purba yang
diendapkan yang kemudian berubah bentuk karena proses fisik dan kimia yang berlangsung selama jutaan
tahun. Menurut [1] pembentukan batubara dimulai dengan proses biokimia, diikuti oleh proses geokimia dan
fisika. Pada tahap ini, proses geokimia dan fisika sangat berpengaruh terhadap rangking batubara (coal rank)
seperti perubahan jenis mulai dari gambut menjadi lignit, bituminus, hingga antrasit. Faktor-faktor yang
berperan dalam proses geokimia dan fisika adalah suhu, tekanan, dan waktu. Menurut [1-3], batubara
mengandung bahan organik lebih dari 80%. Batubara selain merupakan endapan endapan yang kaya bahan
organik sebagai maseral, juga mengandung bahan anorganik yang disebut mineral. Endapan batubara akan
terbentuk dengan baik, jika terjadi di daerah cekungan yang perlahan lahannya semakin mengecil. Pengendapan
batubara yang tebal umumnya terjadi di daerah dekat busur gunung, terutama pada posisi foredeep dan
cekungan busur belakang (back arc). Contohnya adalah pembentukan endapan batubara yang terjadi di bagian
depan haluan Sunda Sumatera [3].
Indonesia memiliki sumber daya batubara peringkat rendah (lignit) dalam jumlah besar dengan nilai kalor kurang dari
4.200 kkal/kg [4], tersebar di pulau Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Oleh karena itu, untuk menggunakan batubara peringkat
rendah tersebut harus dicampur dengan batubara bernilai lebih tinggi untuk memenuhi persyaratan kualitas briket yang ada.
Pencampuran batubara adalah pencampuran beberapa jenis batubara untuk memperbaiki dan mengintegrasikan sifat dan
kualitas batubara dengan jenis yang berbeda, sehingga dapat memenuhi spesifikasi keinginan konsumen batubara [5].
Berdasarkan data kualitas pencampuran batubara antara peringkat rendah dan peringkat tinggi dimungkinkan untuk memenuhi
persyaratan nilai kalor dan parameter aditif lainnya seperti kadar air, kadar abu, dan kadar belerang.

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah ketentuanLisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut dari karya
ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Kolokium Global tentang GeoSciences and Engineering 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan12131485(627081980) 012068 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 118/1/012068

Salah satu pemanfaatan batubara adalah dalam bentuk briket, briket batubara ini sebagai salah satu bahan bakar
alternatif pengganti minyak tanah dan kayu bakar, harganya lebih murah karena proses pembuatannya menggunakan
teknologi dan peralatan yang sederhana. Briket batubara adalah produk batching melalui proses pencetakan partikel
padat berbasis batubara pada tekanan tertentu, dicetak baik dengan bahan pengikat atau aditif lainnya dengan bentuk
dan ukuran tertentu. Menurut [6] proses pembuatan briket batubara adalah persiapan campuran bahan (pengeringan,
homogenisasi, penambahan pengikatan) dan pencetakan di bawah tekanan menggunakan alat mekanis.

Briket batubara terdiri dari dua jenis yaitu briket berkarbonasi dan briket tidak berkarbonasi. Briket batubara berkarbonasi
adalah briket batubara yang telah mengalami proses karbonasi untuk menghilangkan/mengurangi kandungan zat terbang,
sehingga briket batubara yang dihasilkan tidak berbau dan berasap. Briket batubara non karbonasi adalah briket batubara yang
tidak dikarbonasi sebelum diolah menjadi briket, sehingga menghasilkan kualitas yang lebih rendah dan harga yang lebih murah
dibandingkan briket batubara berkarbonasi. Dalam penggunaan briket batubara sebagai bahan bakar perlu dilakukan secara
hati-hati dan dilakukan pada ruangan yang cukup berventilasi, karena briket batubara mengandung komponen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan mencemari lingkungan setelah proses pembakaran [7].

Ada dua jenis briket batubara, yaitu briket batubara berkarbonisasi dan tanpa karbonisasi. Briket
memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda-beda, yaitu: (1). Briket karbonisasi : Batubara yang digunakan
untuk pembuatan briket terlebih dahulu dilakukan proses karbonisasi untuk mengurangi zat-zat
beterbangan dengan tujuan pembakaran briket relatif tidak berbau dan berasap, briket ini cocok
digunakan untuk keperluan rumah tangga. (2). Briket tanpa karbonisasi, batu bara yang digunakan untuk
pembuatan briket tidak dilakukan karbonisasi, tetapi pembakaran briket harus menggunakan tungku
untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna karena lalat dapat dibakar dengan api, briket tanpa
karbonisasi umumnya digunakan untuk industri kecil (pembakaran batu kapur, tembikar, dan pandai besi).
Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 047 Tahun 2006 [8]
briket batubara tanpa karbonisasi harus memiliki baku mutu briket batubara dengan kadar
air maksimum 12%, sulfur maksimum 1%, kuat tekan minimum 65 kg / cm2dan nilai kalor
minimum 4.400 Kkal/kg.

2. Makalah ulasan tentang pencampuran batubara dalam pembuatan briket batubara non-karbonisasi
Adapun makalah hasil review pembuatan briket batubara non karbonisasi berupa briket batubara [9-10] dan
briket bio-batubara [11] adalah sebagai berikut:

2.1. Briket batubara


2.1.1. Pencampuran batubara Garut-Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.Briket hasil blending batubara
dengan sampel batubara Kalimantan Selatan memiliki nilai kalor sebesar 5.900 kkal/kg (adb) dan sampel
batubara Garut-Jawa Barat memiliki nilai kalor sebesar 4.462 kkal/kg (adb) dengan perbandingan campuran
30:70 diperoleh peningkatan mutu briket menjadi 5.015 Kkal/kg, kadar air 11,70%, kadar abu 12,45%, kadar
belerang 1,85%, kadar zat terbang 36,60% dan karbon tetap 39,25%.

2.1.2. Pencampuran batubara Caringin Garut-Jawa Barat dan Lebak-Banten.Sampel batubara Caringin
Garut-Jawa Barat memiliki nilai kalor 2.646 kkal/kg (adb) dan kadar abu 38,33%, sehingga kualitasnya
kurang baik jika digunakan untuk briket. Untuk itu dilakukan blending batubara Caringin Garut-Jawa Barat
dengan kualitas yang lebih baik dari daerah batubara Bayah Lebak-Banten dengan kadar abu 23,80%,
karbon tetap 39,37%, dan nilai kalor 5.885 kkal/kg (adb). Berdasarkan percobaan blending batubara
Caringin Garut-Jawa Barat dengan batubara Bayah Lebak-Banten sebagai bahan pembuatan briket
diketahui formulasi blending yang terbaik adalah 30% : 70%. Hasil formulasi blending briket adalah karbon
terikat lebih besar, dan kandungan abu lebih kecil dibandingkan sampel awal batubara Caringin Garut-Jawa
Barat dan Bayah Lebak-Banten, yaitu 41,14% dan 17,30% [10].

2
Kolokium Global tentang GeoSciences and Engineering 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan12131485(627081980) 012068 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 118/1/012068

2.2. Briket biocoal


Briket batubara nonkarbonisasi dibuat dari campuran batubara (4.555 kkal/kg), serbuk kayu (3.500 kkal/kg),
serbuk kapur sebagai agen desulfurisasi dan molase sebagai pengikat adalah batubara = 90%, serbuk kayu
= 5%, kapur = 5 %, molase = 5% dari total berat campuran batubara, serbuk kayu dan kapur padam. Hasil
analisis biocoal briket adalah kadar abu 36,76%, zat terbang 31,65%, karbon tetap 27,93%, sulfur total
0,66% dan nilai kalor 4,289 kkal/kg [11].

hasil dan Diskusi


Sampel batubara yang digunakan dalam penelitian pembuatan briket diambil dari wilayah Garut Jawa Barat,
Bayah Lebak Banten dan PT Adaro Kalimantan Selatan. Secara petrografis, batubara Cikabunan Garut-Jawa Barat
termasuk batubara peringkat rendah dengan RV = 0,45 termasuk jenis batubara sub-bituminus. Sampel batubara
Cikabunan Garut-Jawa Barat memiliki nilai kalor sebesar 4.462 kkal/kg [9], dan sampel batubara Caringin Garut-
Jawa Barat memiliki nilai kalori sebesar 2.646 kkal/kg [10]. Sampel batubara Bayah Lebak memiliki nilai kalori
sebesar 5.885 kkal/kg dengan Rv 0,52 [10], lebih tinggi dari nilai kalori sampel batubara Caringin Garut-Jawa
Barat. Menurut [12] batubara di wilayah Bayah dengan Rv 0,51 - 0,88; termasuk batubara sub-bituminus -
bituminous dengan volatilitas tinggi. Sampel batubara dari PT Adaro Kalimantan Selatan memiliki nilai kalori
4.289 kkal/kg [11] dan 5.900 kkal/kg ([9].

3.1. Briket batubara


3.1.1. Pencampuran batubara Garut-Jawa Barat dan Kalimantan Selatan.Briket yang dibuat dengan campuran
batubara dari Kalimantan Selatan dan Garut Jawa Barat masing-masing memiliki nilai kalor 5.900 kkal/kg dan
4.462 kkal/kg dengan perbandingan campuran 30:70. Hasil (Tabel 1) diperoleh briket dengan kualitas:
5.015 kkal/kg, kadar air 11,70%, kadar abu 12,45%, kadar sulfur total 1,85%, kadar zat
terbang 36,60%, dan karbon tetap 39,25%.

Tabel 1.Hasil analisis proksimat batubara dan briket batubara [9].

Nilai
Tidak. Parameter Kalimantan Batu bara
Batubara Garut
Batubara Selatan Briket
1 Air lembab,% adb Kandungan abu,% 13.00 14.32 11.70
2 adb Kandungan zat mudah menguap, 22.63 0,70 12.45
3 % adb Kandungan karbon tetap,% 33.55 43.60 36.60
4 30.82 41.30 39.25
5 Kandungan total sulfur,% adb 3.25 0,08 1.85
6 Nilai kalori, kkal / kg, adb 4.462 5.900 5.015

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 047/2006 tentang Baku Mutu Briket Batubara (Tabel 2) Mutu briket
batubara (Tabel 1; [9]) nilai kalori memenuhi syarat, sedangkan kadar air lembab dan belerang total lebih besar
dari yang didiami menurut Peraturan Menteri No. 047 tahun 2006. Kelebihan kadar air dapat dikurangi dengan
memanaskan batubara sampai kadar air <12% sebelum briket dibuat, sedangkan dampak kelebihan belerang
total dapat dilakukan dengan penambahan kalsium oksida (CaO).

3.1.2. Pencampuran batubara Caringin-Garut Jawa Barat dan Lebak-Banten.Batubara Caringin Garut memiliki
kadar abu yang tinggi (38,33%) dan nilai kalor yang rendah (2,646 kkal/kg, Tabel 3), sehingga kualitasnya kurang
baik jika digunakan langsung untuk briket. Untuk itu dilakukan blending batubara Caringin Garut dengan kualitas
batubara yang lebih baik dari daerah Bayah Lebak yang memiliki kadar abu 23,80%, karbon tetap 39,37% dan nilai
kalor 5.885 kkal/kg (Tabel 3).

3
Kolokium Global tentang GeoSciences and Engineering 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan12131485(627081980) 012068 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 118/1/012068

Meja 2. Baku mutu briket batubara (Permen No. 047 Tahun 2006).
Lembap Lincah Kalori
Jenis Sulfur total Muat bur
Tidak. Air Urusan nilai
Briket (%, adb) (Kg / cm2)
(%, adb) (%, adb) (kkal / kg)
Menurut
Briket batubara
Maksimum ke Minimum Maksimum Minimum
1
12 asli 1 65
(Biarawati-
4.400
dikarbonisasi)
batu bara

Di dalam

Bio-batubara sesuai
Maksimum Minimum Maksimum Minimum
2 Briket (Non- dengan
15 4.400 1 65
dikarbonisasi) mentah

bahan

Tabel 3. Hasil analisis proksimat batubara Caringin-Garut Jawa dan Lebak-


Barat Banten [10].
Nilai
Tidak. Parameter
Caringin Garut Coal Bayah Lebak Batubara
1 Air lembab,% adb Kandungan abu,% 14.38 4.38
2 adb Kandungan zat mudah menguap, 39.33 23.80
3 % adb Kandungan karbon tetap,% 25.35 32.45
4 20.94 39.37
5 Kandungan total belerang,% adb 1.80 1.16
6 Nilai kalori, kkal / kg adb 2,646 5.885

Berdasarkan percobaan pencampuran batubara Caringin Garut-Jawa Barat dengan batubara Bayah
Lebak-Banten sebagai bahan pembuatan briket, diketahui formulasi blending yang terbaik adalah 30% :
70%. Formulasi blending briket menghasilkan karbon terikat lebih besar, dan kandungan abu lebih kecil
dibandingkan sampel awal batubara Caringin Garut-Jawa Barat dan Bayah Lebak-Banten, yaitu masing-
masing 41,14% dan 17,30% dengan nilai kalor 5,767 kkal. / kg (Tabel 4, [10]).

Tabel 4.Hasil analisis proksimat briket batubara mentah [10].


Pencampuran Batubara (%) Parameter (Briket Batubara)
Lincah Tetap Total
Tidak. peduli Bayah Kelembaban Abu Kalori
Urusan Karbon sulfur
Garut Lebak Air Isi Nilai
Isi Isi Isi
1 30 70 17.30 4.51 37.05 41.14 1.05 5.767
2 40 60 20.33 4.72 37.18 37.77 1.41 5,511
3 50 50 21.29 4.92 37.12 36.67 1.41 5.351
4 60 40 22.24 5.48 35.09 20.94 1.64 4.167
5 70 30 23.03 6.20 34.67 39.37 1.73 4.787
Informasi: Satuan dalam % adb (dasar kering udara). kecuali nilai kalori dalam kkal / kg

Kandungan belerang sedikit di atas persyaratan yang ditentukan dalam Peraturan Menteri No. 047
Tahun 2006 tentang Baku Mutu Briket Batubara Maksimal 1%. Untuk mengurangi dampak kandungan
belerang, dapat ditambahkan kalsium oksida (CaO) secukupnya, agar tidak terlalu berpengaruh terhadap
kandungan nilai kalor.

4
Kolokium Global tentang GeoSciences and Engineering 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan12131485(627081980) 012068 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 118/1/012068

3.2. Briket biocoal


Penelitian briket batubara non karbonisasi dibuat dari campuran batubara (4.555 kkal/kg), serbuk
kayu (3.500 kkal/kg) sebagai biomassa, serbuk kapur sebagai agen desulfurisasi dan molase sebagai
pengikat batubara = 90%, serbuk kayu = 5 %, kapur = 5%, molase = 5% dari total berat campuran
batubara, serbuk kayu dan kapur padam. Hasil analisis briket biocoal adalah kadar abu 36,76%, zat
terbang 31,65%, karbon tetap 27,93%, sulfur total 0,66% dan nilai kalor 4,289 kkal/kg (Tabel 5; [11]).

Tabel 5.Hasil analisis proksimat briket batubara dan biocoal [11].


Nilai
Tidak. Parameter
Batu bara Briket Bio-Batubara
1 Air lembab,% adb Kandungan abu,% 2.55 3.71
2 adb Kandungan zat mudah menguap, 38.39 36.71
3 % adb Kandungan karbon tetap,% 28.72 31.65
4 30.34 27.93
5 Kandungan total belerang,% adb 0,57 0,66
6 Nilai kalori, kkal / kg adb 4,555 4.289

Dari Tabel 5 diketahui bahwa kandungan sulfur rendah (<1%), dan masih dalam ambang
batas yang diizinkan sesuai dengan spesifikasi standar briket batubara. Namun nilai kalornya
juga rendah karena kurang dari 4.400 kkal/kg (Tabel 2), yaitu batas terendah baku mutu briket
batubara nonkarbonisasi.
Penambahan kapur menyebabkan penurunan nilai kalori dan peningkatan kadar abu, karena kapur memiliki
kualitas inert. Penambahan serbuk kayu bertujuan untuk mempercepat penyalaan awal briket, karena biomassa
memiliki kandungan zat terbang yang lebih besar dibandingkan batubara, sedangkan penambahan kapur
berfungsi sebagai bahan penyerap dan menyimpan gas SO2 hasil pembakaran briket.
Hasil percobaan di atas menunjukkan bahwa pembuatan briket biocoal dari batubara berkadar
abu tinggi dengan pengikat molase menghasilkan sifat fisik yang baik tetapi sifat kimianya sedikit di
bawah persyaratan baku mutu briket batubara. Dengan demikian, untuk pembuatan briket biocoal
dalam skala komersial tidak perlu penambahan kapur, sehingga briket batubara yang dihasilkan
masih memiliki nilai kalor di atas persyaratan baku mutu.

4. Kesimpulan
• Pencampuran 70% batubara Cikabunan Garut-Jawa Barat dan 30% batubara PT Adaro Kalsel sebagai bahan
pembuatan briket batubara, kandungan sulfur totalnya masih tinggi, yakni 1,89%. Untuk mengurangi efek
negatif briket batubara dengan kandungan sulfur total 1,89% perlu ditambahkan kalsium oksida (CaO), kalsium
oksida berfungsi untuk menyerap dan menyimpan kandungan sulfur pada saat pembakaran briket,
diantaranya dengan mereduksi SO2terbuang dengan asap untuk membebaskan suasana (atmosphere).
• Pencampuran 30% batubara Caringin Garut-Jawa Barat dan 70% batubara Bayah Lebak-Banten sebagai
bahan pembuatan briket batubara dengan kandungan volatile matter, abu dan sulfur yang lebih tinggi
lebih kecil dibandingkan dengan kandungan Caringin Garut-Jawa Barat dan Bayah Lebak-Banten batu
bara. Briket batubara memiliki nilai kalor sebesar 5.367 kkal/kg, dan total reduksi sulfur sebesar 0,75%.

• Kualitas briket biocoal dengan bahan pengikat tepung tapioka memiliki sifat kimia yang lebih baik
dibandingkan dengan briket biocoal yang terbuat dari bahan pengikat tetes tebu. Penambahan
biomassa dapat mempercepat penyalaan awal briket biocoal, namun sifat biomassa yang lentur
membuat briket biocoal kurang kuat.

5
Kolokium Global tentang GeoSciences and Engineering 2017 Penerbitan IOP
Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan12131485(627081980) 012068 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 118/1/012068

ucapan terima kasih


Dengan tersusunnya makalah review ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala Puslit
Geoteknologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Prosiding Indonesia redaksi GCGE 2017 atas
koreksinya.

Referensi
[1] Diesel CFK 1992Sistem Pengendapan Bantalan Batubara Springer-Verlag Berlin 721 pp
[2] Masak AC dan Sherwood NR 1991Klasifikasi serpih minyak, batu bara dan organik lainnya
kayaGeokimia OrganikVol 17 No 2hal 211-222
[3] Nursanto E, Idrus A, Amijaya H, Pramumijoyo S dan Talla H 2013 Pembentukan Batubara,
Mineral dan Komponen Mineral serta Pemanfaatannya Sebagai EnergiProsiding
Seminar Nasional Teknik”berjuang"ISSN 1693-4393 Pengembangan Teknologi Kimia
untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta Maret 2013 p C1-8
[4] Huda M, Hudaya GK, Ningrum NS dan Suganal 2012Peluang untuk Aplikasi Teknologi Mineral
& EnergiPusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan “teknikMIRA”Vol
10 No 3September 2012 hal 58-70
[5] Gul A dan Ipekoglu 2007 Hubungan Antara Suhu Fusi Abu (AFT) dan Materi Mineral
Batubara di Beberapa TurkiBatu baraAshes Dokus Eylul University Departemen
Pengolahan Mineral Teknik Ming Buca Izmir TurkiJurnal Ore DressingVolume 9
Edisi 17
[6] Borowski G dan Hycnar JJ 2013 Pemanfaatan Limbah Batubara Halus Sebagai Bahan Bakar Briket
InternasionalPersiapan dan Pemanfaatan BatubaraJuli 2013 ISSN: 1939-2699 hal 33: 194-204

[7] Pusarpedal 2011Laporan Tinjauan BriketKementerian Lingkungan Hidup Jakarta hal 1-4
[8] Yusgiantoro P 2006 Pedoman Pembuatan Dan Penggunaan Batubara Dan Batubara Berbahan Bakar Batubara
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya MineralNomor 047Tahun 2006 hal 1-9
[9] Suyadi D 2008 Potensi Pengembangan Batubara Garut Sebagai Bahan Bakar Alternatif Bagi Industri Kecil
Unit Pengkajian Industri Teknik Pertambangan Jampang Kulon-LIPI Sukabumi-Jawa
BaratProsiding WorkshopGarut Agustus 2008 ISBN: 978-979-18694-0-9 hal 127-137
[10] Widodo, Fatimah D dan Estiaty LM 2016 Karakter Batubara Caringin Garut Untuk Dukungan
Pembuatan Briket,Prosiding Musyawarah Nasional XIXKimia Dalam Perkembangan “Phoenix
Hotel ”Yogyakarta 26 Mei 2016 ISSN: 0854-4778 hal 175-182
[11] Suganal 2009 Desain Batubara Non-Karbon Non-Karbon Batubara Non-Karbon
Proses Briket dari Batubara Bahan Bakar Abu TinggiJurnal Teknologi Mineral dan Batubara
Jilid 5 No. 13Januari 2009 ISSN : 1979-6560 Nomor Akreditasi : 36 / Akred-LIPI / P2MBI /
9/2006 Balai Litbang Teknologi Mineral Dan Batubara Bandung hal 17-30
[12] Santosa B dan Daulay B 2007 Perbandingan Petrografi Batubara Ombilin dan Bayah Terkait
Asal merekaJurnal Pertambangan IndonesiaPusat Litbang Teknologi Mineral Dan Batubara
BandungVol 10 Tidak 09Oktober 2007 ISSN 0854-9931 hal 1-12

Anda mungkin juga menyukai