Anda di halaman 1dari 5

PROSES KEPERAWATAN PENTING UNTUK

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA KRITIS

Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi perawat
khususnya dalam asuhan keperawatan. Tidak hanya berpengaruh pada proses pengelolaan
asuhan keperawatan tetapi penting untuk meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan.
Perawat pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan yang efektif, baik sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.

Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan bentuk sinonim.


Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan
analisis yang dapat ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapaian tujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Tidak
semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah
dengan pengumpulan fakta-fakta dan data, menentukan alternatif yang matang untuk mengambil
suatu tindakan yang tepat.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada
sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi
dan manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan
berbagai masalah :
a. Tidak tepatnya keputusan.
b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi
baik dari segi manusia, uang maupun material.
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara
kepentingan organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut.
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

Prinsip utama untuk menetapkan suatu masalah adalah mengetahui fakta, kemudian memisahkan
fakta tersebut dan melakukan interpretasi data menjadi fakta objektif dan menentukan luasnya
masalah tersebut. Perawat membutuhkan kemampuan untuk menetapkan prioritas pemecahan
masalah. Umumnya untuk pemecahan masalah selalu menggunakan metoda coba-coba dan
salah, eksperimen, dan atau tidak berbuat apa-apa (“do nothing”). Pembuatan keputusan dapat
dipandang sebagai proses yang menjembatani hal yang lalu dan hal yang akan datang pada saat
manajer hendak mengadakan suatu perubahan.
Proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan seperti pada gambar di bawah ini :

Masalah

Pengumpulan Data

Analisa Data

Mengembangkan pemecahan
Memilih alternatif

Implementasi

Evaluasi
Berdasarkan metode proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan di atas, proses
keperawatan dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pengambilan keputusan secara kritis, di
mana langkah-langkah di dalam proses keperawatan yang di gunakan untuk pengambilan
keputusan secara kritis adalah sebagai berikut:

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian :
- mengumpulkan data dan validasi.
- Perawat melakukan observasi dalam pengumpulan data >>>> berfikir kritis.
- Mengelola dan mengkatagorikan data >>>>>>menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.

b. Perumusan diagnosa keperawatan :


- Tahap pengambilan keputusan yang paling kritis.
- Menentukan masalah dan argumen secara rasional
- Lebih terlatih, lebih tajam dalam dalam masalah

c. Perencanaan keperawatan :
- menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan
- keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan
d. Pelaksanaan keperawatan :
- pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam menguji hipotesa.
- Tindakan nyata yang menentukan tingkat keberhasilan

e. Evaluasi keperawatan :
-Mengkaji efektifitas tindakan
-Perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien
-Perlukah diulangi lagi tindakan pada klien berdasar hasil evaluasi.

Jadi dapat disimpulkan pertanyaan mengapa proses keperawatan penting untuk


pengambilan keputusan secara kritis karna di dalam proses keperawatan dalam
mengambil suatu keputusan terhadap klien berdasarkan data-data dan fakta yang
dikumpulkan secara sistematis dan data tersebut dianalisis secara matang sehingga
keputusan yang di dapat sesuai dengan kebutuhan klien/pasien.

Cara Inspeksi
Yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual. Sebagai individu, kita selalu menilai orang
lain setiap hari, dan membangun kesan mengenai orang lain. Secara tidak kita sadari, sebenarnya
kita telah melakukan inspeksi.

Prinsipnya yaitu, pemeriksa menggunakan fokusnya pada indera penglihatan untuk


berkonsentrasi melihat keadaan pasien secara menyeluruh, dan teliti. Sejak pertama kali pasien
masuk ke ruang dokter, inspeksi sudah dilakukan. Untuk lebih jelas, membenarkan apa yang
dilihat oleh mata akan dikaitkan dengan suara yang terdengar atau bau yang berasal dari pasien.
Kemudian informasi dikumpulkan oleh semua indera tersebut menjadi sebuah informasi yang
bermakna.
Cara Auskultasi
Yaitu ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan
bagian dalam/viscera abdomen. Pada umumnya, auskultasi ini merupakan teknik terakhir yang
dilakukan pada suatu pemeriksaan fisik, akan tetapi pada pemeriksaan fisik abdomen (perut),
biasanya auskultasi dilakukan setelah melakukan inspeksi, karena ditakutkan terjadinya
perubahan suara gerakan usus (peristaltik) jikalau dilakukan setelah palpasi dan perkusi. Suara-
suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, yang
mana ketika udara melewati rongga menuju paru. Juga untuk mendengarkan bunyi usus yang
berada pada rongga perut. Kemudian untuk mendengarkan aliran darah yang melalui sistem
kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Suara pada auskultasi dijelaskan dengan
frekuensinya, intensitasnya (keras lemahnya), durasinya, kualitas dan juga waktunya.
Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Stetoskop meneruskan suara melalui ujung alat
(endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang diletakkan di telinga (earpiece). Dan
penting menghilangkan suara dari luar yang dapat mengganggu interpretasi.

Bagian ujung stetoskop terdapat diafragma dan bel. Diafragma digunakan untuk meningkatkan
suara yang tinggi pitch-nya (frekuensi), misalnya suara nafas yang terdengar dari paru-paru dan
suara usus yang terdengar dari perut dan ketika mendengarkan suara jantung yang normal. Bel
digunakan khususnya untuk suara dengan pitch-rendah seperti suara-suara murmur jantung
(bunyi tambahan pada detak jantung), turbulensi aliran darah didalam arteri (suara bruits) atau
vena (suara hums). Karena aliran darah memberikan suara dengan pitch yang rendah, bel juga
digunakan untuk mengukur tekanan darah. Akan tetapi diafragma juga sering digunakan untuk
mendengarkan bunyi ketika memeriksa tekanan darah pasien.

Anda mungkin juga menyukai