Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

1. Identitas Artikel

Judul Jurnal :Practical Learning Innovation: Real Condition Video-Based Direct


Instruction Model in Vocational Education

Penulis : Warju , Sudirman Rizki Ariyanto, Soeryanto, Rachmad Syarifudin


Hidayatulla dan Muhammad Nurtanto

Tahun : 2020

Volume :6

Latar Belakang : Penggunaan model pembelajaran yang tepat, dukungan media


pembelajaran juga penting dalam meningkatkan hasil belajar
siswa. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru baik berupa engine trainer maupun aplikasi seperti
Microsoft Power Point, Macromedia Flash/Adobe Flash,
Virtual, Adobe Captivate, dan lain-lain. Pengembangan video
sebagai media pembelajaran diterapkan pada model
pembelajaran langsung (DI).Melalui penelitiannya (Sudarmin et
al., 2018) telah menerapkan model pembelajaran langsung dan
hasilnya menunjukkan minat yang positif pada aspek kognitif.
Namun, hasil penelitian tersebut tidak menjelaskan secara detail
video yang dimaksud. Peneliti dalam menggunakan video
menerapkan aturan pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi. Artinya video tersebut dikembangkan dengan
menggunakan media trainer.

Tujuan :Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model


pembelajaran langsung yang didukung dengan video
pembelajaran.

Metode Penelitian : Penelitian tindakan kelas mengacu pada rancangan Kemmis


dan McTaggart, yang dilaksanakan selama dua siklus. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X LVE 7 di SMK Dharma
Bahari Surabaya. Pengumpulan data menggunakan instrumen
tes dan observasi. Data tes dan observasi dianalisis secara
deskriptif berdasarkan standar kriteria ketuntasan belaja

Hasil : Terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan DI


yang didukung dengan video pembelajaran. Hal ini disebabkan
materi yang disajikan lebih menarik karena memanfaatkan unsur
teks, suara, video untuk memperjelas materi agar lebih
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan
video dalam proses pembelajaran sangat berkorelasi dengan
peningkatan motivasi, keterlibatan, dan peningkatan
pembelajaran efektif.

2. Identitas Inovasi

Model-model dalam inovasi diciptakan sebagai kerangka dasar dalam memahami


bagaimana suatu inovasi itu terjadi serta bagaimana melihat kemampuan
seseorang untuk menjadi inovatif, adaptif dan mampu mendifusikan suatu inovasi
tertentu. Pada jurnal ini, model inovasi yang digunakan yaitu model konfigurasi.
Hal ini terlihat dari pendekatan pada jurnal yang dilakukan secara komprehensif
untuk mengembangkan strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang
berbeda.

3. Latar Belakang Inovasi

Model konfigurasi terbentuk karena terciptanya model-model dalam inovasi


pendidikan berlandaskan atas dasar untuk melihat sebuah proses terjadinya
perkembangan kemampuan seseorang dalam menjadi seorang inovator, mulai dari
kemampuan inovatif, adatif, hingga mampu mendifusikan sebuah inovasi tertentu.
Model ini Mengacu pada proses kreatif dimana dua atau lebih konsep dgabungkan
sehingga menghasilkan cara baru yang berguna untuk menghasilkan sebuah
perubahan bahkan belum pernah diketahui seseorang. Itulah yang disebuh sebagai
sebuah inovasi. Selain itu, pemilihan model dan media pembelajaran yang
digunakan sebagai acuan guru mengajar juga penting. Guru yang berkompeten
tentunya akan menggunakan model dan media yang tepat sesuai dengan
kompetensi yang akan disiapkan untuk siswa. Minat belajar siswa akan tumbuh
sehingga proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
Beberapa model pembelajaran dapat digunakan oleh guru saat mengajar. Khusus
untuk materi dasar yang bersifat prosedural, guru dapat menggunakan model
pembelajaran langsung (DI). DI dinilai sangat tepat untuk diterapkan karena
model ini dirancang untuk meningkatkan procedural dan mengatakan bahwa
penerapan DI dapat berjalan dengan baik jika memiliki perencanaan yang rapi dan
terorganisir. Hal ini bertujuan agar siswa mampu mencapai target yang harus
diselesaikan. melalui pembelajaran selangkah demi selangkah.

4. Tujuan inovasi

Adapun tujuan dilakukannya inovasi ini yaitu :

a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah menerapkan model


pembelajaran langsung yang didukung dengan video pada kompetensi alat
ukur
b. Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa melalui siklus yang
tercermin pada setiap akhir tahapan.

5. Fungsi Inovasi

Adapun fungsi inovasi ini yaitu :

a. untuk mengadakan perubahan di bidang pendidikan


b. untuk pembaharuan kurikulum, penggunaan media, pengorganisasian
kegiatan belajar, dan prosedur administrasi sekolah

6. Kelebihan inovasi

Berikut ini merupakan beberapa kelebihan model konfigurasi, antara lain yaitu:

a. Menarik bagi kedua pihak yakni guru dan pihak sekolah sebagai inovator
dan siswa sebagai adopter atau penerima inovasi.
b. Bagi guru, model ini berguna untuk meningkatkan kemungkinan
diterimakanya inovasi.
c. Bagi siswa, model ini berguna untuk meyakinkan bahwasannya inovasi
yang diterimanya merupakan sebuah gagasan yang sangat berguna
sehingga dibtuhkan nantinya.
7. Kekurangan inovasi

Berikut ini merupakan beberapa kekurangan model kofigurasi, antara lain yaitu:

a. Model ini menekankan pada batasan mengenai serangkaian situasi


perubahan pada waktu tertentu. Sehingga, memerlukan waktu yang cukup
lama karena prosesnya tentu tidak cepat dalam sebuah proses perubahan.
b. Hubungan yang terjalin dalam model ini antara guru dan siswa setidaknya
harus menyesuaikan dan berjalan dengan baik. Namun, tentu saja dalam
proses meyakinkannya diperlukan tahapan yang berlangsung secara
perlahan dan komunikasi yang baik.

8. Implementasi inovasi

Pertemuan pertama hanya mampu mengimplementasikan empat fase DI, yaitu


fase orientasi, presentasi, praktik terstruktur, dan praktik terbimbing. Pada
pertemuan pertama, siswa mempelajari kompetensi alat ukur mekanik khususnya
menggunakan alat ukur dial indicator untuk mengukur keseimbangan poros
bubungan dan poros engkol. Fase orientasi dilakukan oleh guru dengan
memberikan penjelasan terkait tujuan dan prosedur yang harus dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. Setelah itu dilakukan tahap presentasi dengan
menayangkan video tentang prosedur penggunaan dan proses pengukuran poros
bubungan dan poros engkol menggunakan dial indicator. Video selesai diputar,
kemudian guru melanjutkan tahap latihan terstruktur dengan mendemonstrasikan
secara langsung cara mengukur keseimbangan poros bubungan dan poros engkol
menggunakan dial indicator gauge. Namun +15 menit saat guru melakukan
demonstrasi, ada beberapa siswa yang melakukan kegiatan di luar pembelajaran.
Kemudian guru memberikan teguran kepada siswa, dan kondisi kelas kembali
kondusif. Setelah guru menayangkan video dan mendemonstrasikan praktik
pengukuran keseimbangan poros bubungan dan poros engkol menggunakan dial
indicator, selanjutnya guru melakukan DI fase keempat yaitu teknik praktik
terbimbing. Melalui fase ini, di bawah pengawasan guru, siswa diperbolehkan
berlatih secara bergiliran. Guru mengamati kegiatan siswa selama praktikum.
Selain itu, siswa diperbolehkan untuk bertanya ketika mengalami kesulitan.
Sementara itu, guru sesekali memberikan umpan balik jika diperlukan

Kemudian pertemuan dilanjutkan dengan pelaksanaan tahap kelima yaitu latihan


mandiri. Pada pertemuan ini, guru mempersilahkan siswa untuk mempraktekkan
pengukuran keseimbangan poros bubungan dan poros engkol menggunakan alat
ukur dial indicator secara mandiri maupun individu. Pada tahap latihan mandiri ini
guru juga menilai kemampuan domain psikomotorik siswa (MC 4.1) dalam
mengukur keseimbangan camshaft dan crankshaft menggunakan alat ukur dial
indicator sesuai prosedur yang telah dipelajari. Ketika semua siswa telah
melakukan latihan mandiri, kemudian dilanjutkan dengan tes kognitif (MC 3.1)
untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah melakukan rangkaian kegiatan proses
pembelajaran pada siklus I.

Selama fase pelatihan terstruktur, siswa secara keseluruhan memperhatikan


dengan seksama, tidak ada siswa yang melakukan kegiatan menyimpang,
sehingga memudahkan guru dalam memberikan penjelasan. Setelah guru
menayangkan video dan mendemonstrasikan praktik pengukuran keausan dinding
silinder blok mesin menggunakan cylinder bore gauge. Selanjutnya, DI dilakukan
tahap keempat dengan melaksanakan praktik terbimbing. Pada fase ini siswa
diperbolehkan untuk mempraktekkan pengujian keausan blok silinder mesin
dengan menggunakan cylinder bore gauge di bawah pengawasan guru.
Kesempatan praktik diberikan kepada semua siswa, artinya praktik dilakukan oleh
siswa secara bergiliran. Selama proses praktik terbimbing, guru juga mengamati
secara langsung.

Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat bentuk hubungan yang terjalin antara
inovator mampu meyaknikan penerima inovasi melalui proses terjalinnya
hubungan terlebih dahulu. Baik hubungan sosial atau bahkan hubungan sosial
politi. Kemudian, yang kedua adalah hubungan, yang terjalin mampu menjadikan
inovasi yang dikenalkan tersebut dapat didengarkan dan diperhatikan, kemudian
yang ketiga adalah lingkungan, dimana harus dipastikan lingkungan tersebut
memanglah tempta terjadinya proses penyebaran inovasi, dan yang terakhir adalah
sumber, dimana harus ditekankan bahwa inovasi tersebut sangat berguna.

Anda mungkin juga menyukai